1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG USAHA PETERNAKAN

Download suatu mesin semi otomatis untuk memerah susu pada sapi yang terdiri dari pompa ... pemerahan susu harus menggunakan Portable Milking Machin...

0 downloads 304 Views 1MB Size
PENDAHULUAN

Latar Belakang Usaha peternakan rakyat merupakan salah satu usaha yang perlu dikembangkan oleh pemerintah sebagai bentuk kebijakan pemerintah dalam subsektor peternakan. Peternakan sapi perah rakyat merupakan satu usaha peternakan rakyat dengan skala usaha hanya satu sampai empat ekor per rumah tangga peternak. Pemeliharaan ternak oleh petani ternak

di

pedesaan

usahataninya,

merupakan

sehingga

usaha

pemeliharaan

pelengkap ternaknya

bagi

kegiatan

masih

bersifat

tradisional. Peternak sapi perah di pedesaan masih bersifat tradisional dengan menggunakan tangan dalam memerah susu ternaknya, dan belum menggunakan mesin. Pemerahan menggunakan tangan turut berperan dalam sterilitas susu dari kebersihan tangan si pemerah dan mood pemerah yang juga mempengaruhi waktu serta produktivitas. Pemerahan menggunakan mesin diharapkan dapat menekan kandungan kuman dalam susu, sehingga dapat meningkatkan kualitas susu menjadi lebih baik. Pemerintah dalam mencapai keinginan tersebut mengenalkan inovasi baru berupa mesin pemerah susu. Mesin pemerah susu adalah suatu mesin semi otomatis untuk memerah susu pada sapi yang terdiri dari pompa vacum, regulator (alat pengukur), dan pulsator. Mesin pemerah susu memiliki beragam tipe, namun tipe yang paling cocok bagi

1

peternak sapi perah di Indonesia yang masih tergolong peternakan rakyat adalah tipe portable (Riyanto, 2006). Portable Milking Machine adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain. Susu hasil pemerahan dari sistem ini ditampung di milk can yang terdapat di setiap mesin. Setelah itu, susu hasil pemerahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu, kemudian dituang ke tangki pendingin. Pemerahan dengan sistem ini dapat diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi laktasi kurang dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok (Toeg, 2007). Koperasi Peternakan Sarono Makmur memberikan bantuan Portable Milking Machine kepada kelompok peternak sapi perah di daerah Cangkringan, Sleman. Koperasi dalam memberikan bantuan disertai dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peternak. Peternak yang tergabung dalam koperasi harus memenuhi syarat antara lain: 1) proses pemerahan susu harus menggunakan Portable Milking Machine yang dilakukan oleh pihak koperasi, 2) hasil pemerahan susu seluruhnya disetorkan kepada koperasi, 3) peternak wajib membeli bahan pakan ternak di koperasi, 4) peternak wajib membayar sewa penggunaan mesin perah portabel, dan 5) mentaati seluruh peraturan yang ditetapkan oleh koperasi. Koperasi selain memberikan syarat juga memberikan hak bagi para peternak antara lain: 1) peternak terlepas dari tugas pemerahan,

2

sehingga pekerjaan menjadi lebih ringan, 2) peternak memperoleh buku tabungan, digunakan untuk mencatat jumlah susu hasil pemerahan yang dibayar setiap akhir bulan oleh pihak koperasi, 3) peternak memperoleh pinjaman bahan pakan ternak, di setiap akhir bulan peternak membayar dengan susu hasil pemerahan yang dicatat di buku tabungan, 4) peternak diberikan proporsi pakan ternak yang tepat untuk menghasilkan sapi perah dengan kualitas dan produksi susu yang tinggi, dan 5) peternak memperoleh pelayanan yang baik. Syarat-syarat

yang

diberikan

koperasi

kepada

peternak

merupakan beban yang harus dipenuhi oleh peternak. Peternak yang tidak

memenuhi

persyaratan

atau

melanggar

peraturan

akan

mendapatkan konsekuensi sesuai kesepakatan. Peternak yang tergabung dalam koperasi akan menghadapi resiko antara lain: 1) tidak boleh menambah jumlah ternak, dan 2) susu dengan kualitas tidak sesuai ketentuan tidak diterima oleh pihak koperasi. Peternak kecenderungan

kecil

di

menghindari

pedesaan resiko.

memiliki

karakteristik

berupa

Karakter

kepribadian

individu

mempengaruhi peternak dalam mengambil resiko (Shrapnel dan Davie, 2001). Karakteristik peternak seperti umur, pengalaman beternak, pendidikan peternak, dan jumlah kepemilikan ternak juga mempengaruhi sikap peternak terhadap bantuan yang diberikan koperasi berupa Portable Milking Machine. Apabila peternak bersikap positif terhadap adanya mesin

3

pemerah tersebut, maka peternak akan cenderung menerima, sebaliknya apabila peternak bersikap negatif, maka akan cenderung menolak. Koperasi memberikan Portable Milking Machine kepada peternak dengan karakteristik yang berbeda-beda sehingga menghasilkan sikap yang berbeda-beda juga. Koperasi membutuhkan informasi mengenai gambaran sikap peternak terhadap Portable Milking Machine dan faktorfaktor karakteristik yang mempengaruhinya untuk bahan pertimbangan dalam memberikan kebijakan. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 1) sikap peternak tentang Portable Milking Machine dan 2) faktor karakteristik peternak yang mempengaruhi sikap peternak tentang Portable Milking Machine.

Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan suatu informasi bagi pemerintah dan pihak koperasi dalam memberikan kebijakan kepada usaha peternakan rakyat. Penelitian dapat sebagai sarana penyampaian informasi bagi usaha peternakan desa mengenai Portable Milking Machine. Penelitian juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang mempelajari tentang sikap.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Peternakan Sapi Perah Peternakan sapi perah merupakan peternakan yang bertujuan utama untuk menghasilkan susu. Peternakan sapi perah beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini senantiasa didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya (Prihadi dan Adiarto, 2008). Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Fresien-Holstein (FH). Sapi FH berasal dari family Bovidae, Genus: Bos, Subgenus: Taurinae. Sapi perah ini berkembang biak pada mulanya di Provinsi Friesland, Belanda. Sapi FH mempunyai kemampuan berproduksi tertinggi dibandingkan dengan jenis sapi perah lainnya (Prihadi dan Adiarto, 2008). Sapi Holstein berukuran besar dengan totol-totol warna hitam dan putih di sekujur tubuhnya. Dalam arti sempit, sapi Holstein memiliki telinga hitam, kaki putih, dan ujung ekor yang putih. Di Indonesia sapi jenis FH ini dapat menghasilkan susu 20 liter/hari, tetapi rata-rata produksi 10 liter/hari atau 3.050 kg susu 1 kali masa laktasi. Sapi jantan jenis FH ini dapat mencapai berat badan 1.000 kg, dan berat badan ideal betina adalah 635 kg. Sapi FH di Amerika dapat memproduksi lebih dari 7.000 kg susu dalam 1 kali masa laktasi (Sudono et al., 2003).

5

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh peternak skala kecil dan menengah. Usaha ternak sapi perah Indonesia memiliki komposisi peternak skala kecil mencapai 80%, peternak skala menengah 17% dan peternak skala besar mencapai 3%. Rata-rata pemilikan sapi sebanyak 3 sampai 5 ekor per peternak, sehingga tingkat efisiensi usahanya masih rendah. Jika skala kepemilikan ternak tersebut ditingkatkan menjadi 7 ekor per peternak maka diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat efisiensi usaha sekitar 30% (Swastika, 2011). Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat (smallholders) memiliki ciriciri yaitu lokasi peternakan di daerah pedesaan, meluaskan lapangan kerja dan lapangan berusaha, peningkatan pendapatan peternak, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah pedesaan. Usaha peternakan sapi perah rakyat berskala keluarga terhimpun dalam wadah Koperasi atau KUD persusuan sebagai produsen susu. Usaha peternakan sapi perah rakyat merupakan pemasok utama bahan baku susu segar bagi industri pengolahan susu yang mencapai 92% produksi nasional. Pemasaran susu yang dilakukan oleh koperasi, masih memerlukan bantuan proteksi dari pemerintah, agar industri pengolahan susu tetap membeli susu hasil produksi peternak sapi perah rakyat (Sulistyati dkk., 2013) Metode Pemerahan Sapi Perah Metode pemerahan sapi perah ada 2 macam yaitu teknik pemerahan manual (tangan) dan teknik pemerahan menggunakan mesin

6

perah. Teknik pemerahan dengan tangan menghendaki suatu pekerjaan yang teliti dan halus, sebab kalau dilakukan dengan kasar akan buruk pengaruhnya

terhadap

banyaknya

susu

yang

dihasilkan. Teknik

pemerahan dengan tangan terdiri dari 3 cara yaitu Whole hand, Stripping, dan Knevelen. Whole hand (tangan penuh) merupakan teknik yang dilakukan pada puting yang agak panjang sehingga dapat dipegang dengan tangan penuh. Stripping (perah jepit) merupakan pemerahan yang dilakukan dengan cara puting diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk yang digeserkan dari pangkal puting ke bawah sambil memijat. Knevelen (perah pijit) merupakan teknik yang dilakukan pada sapi yang memiliki puting pendek (Syarief dan Harianto, 2011). Teknik pemerahan dengan tangan memiliki kelemahan dan kelebihan

dalam

penerapannya.

Kelebihan

menggunakan

teknik

pemerahan dengan tangan yaitu: 1) biaya pemerahan lebih murah, 2) pemerahan lebih praktis cukup menggunakan ember dan vaselin. Kekurangan menggunakan teknik pemerahan dengan tangan yaitu: 1) hasil pemerahan tidak optimal, karena masih ada susu yang tertinggal di dalam ambing dan susu tercecer kemana-mana, 2) waktu yang dibutuhkan lebih lama, 3) membutuhkan banyak energi, dan 4) kandungan kuman dalam susu tinggi (Sulistyati et al., 2013). Teknik pemerahan menggunakan mesin perah terdiri dari 3 macam model yaitu Milking Parlor System, Portable Milking Machine, dan Pipe Line System. Milking Parlor System yaitu pemerahan yang

7

berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk pemerahan. Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah. Setiap satu mesin melayani seekor sapi. Sasu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki pendingin (cooling unit) sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui suatu tempat (holding area) yang luasnya terbatas dan sapi berdesakan. Di holding area sapi dibersihkan dengan sprayer dari segala arah, selanjutnya sapi satu per satu masuk bangsal (milking parlor). Milking Parlor System mempunyai bentuk yang bermacam-macam, antara lain: 1) sistem sirip ikan tunggal atau ganda, 2) sistem sirip ikan berbentuk wajik, 3) sistem komidi (Toeg, 2007). Penampang Milking Parlor System disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Milking Parlor System Portable Milking Machine adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain. Susu hasil pemerahan dari sistem ini ditampung di milk can yang terdapat di setiap mesin. Setelah itu, susu hasil pemerahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu, 8

kemudian dituang ke tangki pendingin. Pemerahan dengan sistem ini dapat diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi laktasi kurang dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok. Pemerahan dengan Portable Milking Machine perlu dirintis di Indonesia dengan harapan dapat mengurangi kandungan kuman dalam susu (Toeg, 2007). Portable Milking Machine bagian-bagiannya terdiri dari: 1) sebuah motor pembangkit vakum, 2) pipa vakum, 3) selang karet vakum, 4) pulsator, 5) ember penampung susu, 6) pengatur pulsasi, 7) tabung perah (teat cup) yang terbuat dari logam tahan karat dan karet inflasi di dalam tabung perah, dan 8) selang susu. Mesin perah ini bekerja atas dasar perbedaan tekanan udara yang dibangkitkan oleh motor pembangkit vakum atau pompa vakum. Tekanan udara yang melebihi anjuran tidak akan mempercepat pemerahan, namun dapat menyebabkan luka-luka yang sering terjadi pada puting dan ambing (Toeg, 2007). Penampang Portable Milking Machine disajikan dalam Gambar 2.

selang karet vakum pulsator

teat cup

pipa vakum

motor pembangkit vakum

milk can

Gambar 2. Portable Milking Machine

9

Pipe Line System yaitu sistem pemerahan langsung yang berada di dalam kandang. Sapi yang akan diperah tetap terikat ditempatnya di dalam kandang. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke sapi berikutnya sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar (Toeg, 2007). Penampang Pipe Line System disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Pipe Line System (www.fao.org) Suatu teknologi pasti memiliki kelemahan dan kelebihan dalam penggunaannya. Kelebihan menggunakan mesin perah yaitu: 1) dengan menggunakan mesin perah, maka hasil pemerahan lebih optimal, karena pada saat pemerahan susu tidak tercecer kemana-mana, 2) waktu yang dibutuhkan lebih efisien dan relatif cepat, 3) pekerja tidak terlalu berat dalam memerah, dan 4) jika waktu pemerahan lebih cepat, maka dampak tercemarnya mikroba lebih kecil. Kekurangan menggunakan mesin perah yaitu: 1) biaya untuk membeli mesin terlalu mahal, dan 2) jika semua mesin dinyalakan maka listrik yang terpakai juga harus besar (Anonim, 2011). 10

Sikap Istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer pada tahun 1862, yang diartikan sebagai status mental seseorang. Dimasa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik atau posisi tubuh seseorang (Allen, et al., cit. Azwar, 2000). Menurut Ahmadi (2002), sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku, karena sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak. Secara lebih spesifik, Thurstone memformulasikan sikap sebagai derajat positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis (Sunarto, 2006). Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak

pada

perilaku

atau

perbuatan

orang

yang

bersangkutan.

Mempelajari dan mengetahui sikap seseoarang, orang dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya (Walgito, 1999). Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan obyek-obyek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap obyek tersebut (Walgito, 2003) Secara umum dalam konteks perilaku konsumen, sikap adalah kecenderungan

yang

dipelajari

dalam

11

berperilaku

dengan

cara

menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu. Sikap bagian definisi diatas pada akhirnya dapat menjelaskan bagian sikap yang penting dan sangat diperlukan untuk memahami peran sikap dalam perilaku konsumen (Schiffman dan Kanuk, 2007). Komponen sikap Berkaitan dengan pengertian diatas pada umumnya pendapat yang banyak diikuti ialah bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu a) komponen kognitif (komponen perceptual), b) komponen afektif (komponen emosional), dan c) komponen konatif (komponen perilaku, atau action component) ( Yusuf, 2006 ). Komponen kognitif (komponen perceptual). Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap. Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif disamakan dengan pandangan (opini) apabila menyangkut masalah issu atau problem controversial (Yusuf, 2006). Komponen afektif (komponen emosional). Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif. Merupakan perasaan

12

individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu (Yusuf, 2006). Komponen

konatif

(komponen

perilaku,

atau

action

component). Komponen konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan

intensitas sikap,

yaitu

menunjukkan

besar

kecilnya

kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang yang berisi tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapi. Komponen konatif adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek (Triadic Scheme) (Yusuf, 2006). Pembentukan sikap Pembentukan sikap dapat dimaknai sebagai pergeseran dari tidak mempunyai sikap terhadap objek tertentu menjadi mempunyai sikap terhadap objek tersebut. Pergeseran dari tidak ada sikap menjadi sikap tertentu

(pembentukan

sikap)

merupakan

hasil

pembelajaran.

Pembentukan sikap (positif maupun negatif) mengenai objek terjadi atas

13

dasar keterbukaan terhadap informasi dan kognisi (pengetahuan dan kepercayaan) individu. Pada umumnya, semakin banyak informasi yang dipunyai peternak mengenai suatu objek maka lebih besar kemungkinan individu untuk membentuk sikap terhadap suatu objek tersebut. Disini objek yang dimaksud adalah hasil dari penyuluhan yang diberikan terhadap peternak. Azwar (2007) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan

sikap

adalah

pengalaman

pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Ahmadi (2002), menyatakan sikap seseorang tidak selamanya tetap. Sikap dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesan. Antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang timbal balik tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku. Orang kadang-kadang menampakkan diri dalam keadaan diam saja. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap Perubahan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu sumber dari pesan, isi pesan, dan penerima pesan. Sumber pesan dapat berasal dari seseorang, kelompok, maupun institusi. Ciri penting dari sumber pesan adalah kredibilitas dan daya tarik. Pesan umumnya berupa kata-kata dan simbol yang menyampaikan informasi. Tiga hal yang berkaitan dengan isi pesan yaitu usulan, menakuti, dan pesan satu sisi dan dua sisi. Penerima

14

pesan mempunyai ciri influenceability, arah perhatian dan penafsiran, dan kekebalan saat menerima info yang berlawanan (Munandar, 2006). Ahmadi

(2002),

mengemukakan

bahwa

faktor

yang

mempengaruhi sikap ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruhpengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia terutama yang menjadi minat perhatiannya. Faktor ekstern yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok misalnya interaksi manusia dengan hasil kebudayaan manusia misalnya melalui alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah, dan lain sebagainya. Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara, yakni 1) adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-terusan, lama-kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu dan

mempengaruhi

terbentuknya

sikap,

2)

diferensiasi,

dengan

berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula, 3) itelegensi, tadinya secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu, 4) trauma, pengalaman yang tiba-tiba,

15

mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap (Azwar, 2007). Penelitian yang dilakukan Mustofa (2008), membuktikan bahwa pendidikan dan lama beternak berpengaruh terhadap sikap seseorang. Umur dari peternak dan jumlah kepemilikan ternak akan mempengaruhi sikap peternak telah dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Haryadi (2006). Melihat penelitian yang telah dilakukan Mustofa, Wibowo dan Haryadi faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah pendidikan, lama beternak, jumlah kepemilikan ternak, dan umur dari seseorang. Pendidikan merupakan perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Mosher (1981), menyatakan pendidikan merupakan faktor pelancar pembangunan pertanian karena dengan perantara pendidikan, petani atau peternak akan lebih mengenal pengetahuan, keterampilan, dan cara baru dalam melakukan kegiatan. Pendidikan mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan pendidikan merupakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan. Rahmat (1996), menyatakan seseorang yang memiliki pendidikan formal yang lebih tinggi

16

akan memilki motivasi yang lebih tinggi serta wawasan yang lebih luas dalam menganalisis suatu kejadian. Umur adalah lama waktu hidup seseorang atau ada semenjak dilahirkan. Menurut Badan Pusat Statistik (2000), umur produktif dikategorikan bagi mereka yang berusia 15 hingga 64 tahun, sedangkan mereka yang berusia kurang dari 15 tahun atau lebih dari 64 tahun diklasifikasikan sebagai umur tidak produktif. Semakin tua umur sasaran atau seseorang (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban menerima sesuatu yang baru, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatankegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat (Mardikanto, 1993). Pengalaman akan dapat mengarahkan perhatian kepada minat, kebutuhan, dan masalah-masalah yang dihadapi peternak (Mardikanto, 1993). Pengalaman beternak seseorang akan mempengaruhi analisis seseorang dalam menganalisa suatu kejadian. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mosher (1981), bahwa manusia dapat belajar dari pengalamannya, begitu pula peternak dapat belajar dari pengalaman beternak dari masa lalu. Suradisastra (1984), mengemukakan bahwa lama pengalaman beternak merupakan salah satu faktor penentu bagi seseorang dalam menentukan sikap, pendapat, pandangan, dan tindakan nyata sehari-hari. Pengalaman yang dimiliki oleh peternak akan memberikan dampak positif bagi kemajuan pola pikir dan sikap peternak itu sendiri terhadap informasi dan inovasi yang ada sekarang.

17

Jumlah kepemilikan ternak adalah banyaknya ternak yang dimiliki oleh seseorang peternak. Peternak yang memiliki jumlah ternak banyak biasanya juga mempunyai tingkat pendapatan usaha tani yang tinggi, sehingga kemauan untuk melakukan percobaan atau perubahan dalam bidang pertanian dan peternakan cepat sesuai dengan kondisi yang dimilikinya

(Wibowo

dan

Haryadi,

2006).

Besar

kecilnya

jumlah

kepemilikan ternak akan menentukan jumlah curahan waktu yang diperlukan untuk mengelola ternak yang dimilikinya dan kebutuhan akan suatu inovasi (Saptani, 2008). Jumlah kepemilikan ternak yang tinggi mengakibatkan peternak akan memikirkan kemajuan ternak yang dimilikinya, sehingga peternak akan mudah dalam menentukan sikap terhadap inovasi.

18

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Landasan Teori Sikap merupakan aspek penting dalam perubahan perilaku seseorang. Sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek tertentu yang bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju. Pendidikan merupakan perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran

dan

pelatihan. Pendidikan berpengaruh

dalam

pembentukan sikap dikarenakan pendidikan merupakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pengalaman akan dapat mengarahkan perhatian kepada minat, kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi peternak. Pengalaman beternak seseorang akan mempengaruhi analisis seseorang dalam menganalisis suatu kejadian. Umur adalah lama waktu hidup seseorang atau ada semenjak dilahirkan. Semakin muda umur seseorang dalam periode usia produktif semakin mudah dalam menerima sesuatu yang baru. Jumlah kepemilikan ternak adalah banyaknya ternak yang dimiliki oleh seseorang peternak. Dengan rasa kepemilikan yang tinggi maka peternak akan memikirkan kemajuan ternak yang dimilikinya, sehingga peternak akan mudah dalam menentukan sikap. Umur peternak,

19

pengalaman beternak, pendidikan peternak, dan jumlah kepemilikan ternak akan mempengaruhi sikap dari peternak. Sikap

Sosial demografi peternak

perternak

terhadap Portable

 Umur (X1)

Milking Machine

 Pengalaman beternak (X2)  Pendidikan peternak (X3)

 Kognitif

 Jumlah kepemilikan ternak (X4)

 Afektif  Konatif

Gambar 4. Kerangka konsep hubungan antara variable bebas dan variabel terikat Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin muda umur dalam usia produktif, semakin lama pengalaman beternak, semakin tinggi pendidikan, dan semakin banyak jumlah kepemilikan ternak akan menyebabkan peternak semakin bersikap positif terhadap Portable Milking Machine.

20

MATERI DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan Kecamatan Cangkringan dalam penelitian karena merupakan daerah yang difasilitasi Portable Milking Machine oleh Koperasi Peternakan Sarono Makmur. Kelompok yang menjadi anggota koperasi ada tiga kelompok ternak sapi perah yaitu Kelompok Ternak Sido Mukti, Kelompok Ternak Ngudi Makmur I, dan Kelompok Ternak Ngudi Makmur II. Kelompok ternak sapi perah tersebut diberi bantuan mesin pemerah susu atau Portable Milking Machine yang merupakan teknologi baru bagi peternak sapi perah anggota koperasi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 November 2016 sampai 11 Desember 2016.

Materi Responden penelitian ini adalah 63 peternak anggota Koperasi Peternakan Sarono Makmur. Responden dalam proses pemerahan menggunakan Portable Milking Machine. Alat bantu untuk pengumpulan data adalah kuisioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

21

Metode Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah survey dengan wawancara dibantu kuesioner. Sampel yang digunakan adalah peternak sapi perah anggota koperasi. Teknik yang digunakan untuk menarik sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu peternak anggota Koperasi Peternakan Sarono Makmur yang mendapat bantuan Portable Milking Machine. Koperasi memiliki anggota sebanyak 20 kelompok. Anggota koperasi yang mendapatkan bantuan terdapat 3 kelompok yaitu Kelompok Ternak Sido Mukti, Kelompok Ternak Ngudi Makmur I, dan Kelompok Ternak Ngudi Makmur II. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap pendahuluan dan tahap pelaksanaan. Tahap pendahuluan dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan penelitian, menentukan populasi yang digunakan dan menguji kuesioner. Pengujian kuesioner dilakukan dengan uji validitas dan reabilitas kuesioner. Tahap pelaksanaan dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari wawancara ataupun tanya jawab dengan responden, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain (instansi terkait, journal, makalah, bulletin, dan lain-lain). Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Penskalaan model Likert merupakan metode penskalaan

22

pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan

nilai

skalanya

(Sudjana,

1996).

Alat

ukur

diungkap

berdasarkan konsep teori sikap yang dikembangkan oleh Fishbein dan Icek (1975). Alat ukur sikap menggunakan penskalaan model Likert, dengan range dari 1 sampai 5, yaitu “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “ragu-ragu” (R), “setuju” (S), “sangat setuju” (SS). Pengukuran tingkat pengetahuan (kognitif) responden dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Gerald (2008) menyatakan cara lain menggambarkan skala Likert yaitu dengan skala 2 tahap (two stage), pada tahap pertama menanyakan kepada responden benar atau salah mereka dalam menjawab pernyataan, kemudian pada tahap kedua menanyakan perasaan atau keyakinan responden mengenai jawaban mereka pada tahap pertama. Uji Validitas. Uji validitas telah diujikan ke peternak sapi perah anggota koperasi. Instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang

diukur.

Artinya,

setiap

butir

instrumen

telah

benar-benar

menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep yang menjadi dasar penyusunan instrumen (Sugiyono, 2007). Pengujian validitas ini dilakukan dengan content validity. Content validity yang dilakukan adalah face validity, yaitu mengetahui bahwa item-item yang diukur sudah mengukur konsep yang diinginkan (Sekaran, 1992).

23

Salah satu teknik pengujian validitas item adalah dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Pengujian dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor jawaban tiap item dengan skor total masing-masing bagian yang diukur (Azwar, 1999). Hasil korelasi bagian total inilah yang diuji signifikansinya untuk menentukan valid tidaknya item tersebut terhadap faktornya. Item mempunyai korelasi positif jika di atas nilai r kritis tabel. Jika r hitung lebih dari r tabel maka menunjukkan bahwa item tersebut valid (Sugiyono, 2007). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 16. Sementara itu Sugiyono (2007), menyatakan teknik korelasi untuk menentukan validitas merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Selanjutnya dalam memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r ≥ 0,3. Jadi jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid. Sugiyono (2003), menyatakan untuk mengetahui validitas kuesioner dapat menggunakan rumus korelasi product moment Pearson, yaitu:

r = Angka korelasi product moment x = Skor masing-masing variable y = Skor total n = Jumlah responden

24

Hasil uji validitas kuesioner disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil uji validitas kuesioner Komponen Sikap Kognitif Afektif Konatif Jumlah

Jumlah butir pertanyaan 17 7 8

Jumlah valid

Jumlah gugur

17 7 8

0 0 0

32

32

0

Sumber : data primer terolah 2016 Hasil yang diperoleh dari 17 pernyataan kognitif, dinyatakan 17 butir pernyataan valid, karena mempunyai nilai koefisien korelasi hitung lebih dari 0,3 (Lampiran 2). Pernyataan afektif dari 7 pernyataan dinyatakan 7 butir pernyataan valid, karena mempunyai nilai koefisien korelasi hitung juga lebih dari 0,3 (Lampiran 4), begitu pula pertanyaan konatif dari 8 pernyataan dinyatakan 8 butir pernyataan valid (Lampiran 7). Uji Reliabilitas. Reliabilitas menguji seberapa konsisten suatu instrumen pengukuran mengukur apa pun konsep yang diukurnya (Sekaran, 2006). Uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana sesuatu instrumen dapat dipercaya. Suatu instrument akan reliabel apabila instrumen tersebut dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten (Arikunto, 2006). Pengujian reliabilitas kuesioner pada penelitian ini dengan menggunakan metode Alpha dari Cronbach. Pertimbangan menggunakan metode ini karena praktis dan berlaku model skala Likert (Sekaran, 2006). Rumus uji reliabilitas Umar (2003) adalah:

25

rtt = koefisien reliabilitas Alpha Vx = variasi butir-butir pernyataan tiap bagian Vy = variansi total M = jumlah butir peryataan Sugiono (2007) menyatakan pemberian interpretasi terhadap reliabilitas (r1) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: 1) Reliabilitas (rI) uji coba sama dengan atau lebih dari 0,70 dengan nilai maksimal 1,00 berarti hasil uji coba testnya memiliki reliabilitas tinggi, 2) Reliabilitas (r1) uji coba kurang dari 0,70 berarti hasil uji coba testnya memiliki reliabilitas kurang (unreliable). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0. Hasil uji reliabilitas kuesioner disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil uji reliabilitas kuesioner Komponen Sikap Kognitif Afektif Konatif Sumber : data primer terolah 2016

Nilai Alpha 0,908 0,894 0,938

Hasil uji reliabilitas komponen sikap berturut-turut dari komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,908, 0,894, dan 0,938. Hasil uji reliabilitas dari ketiga komponen sikap tersebut dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian reliabel, karena nilai di atas 0,70. Sugiono (2007) menyatakan tentang pengujian reliabilitas menggunakan pengujian Cronbach’s Alpha, bahwa semakin dekat koefisien keandalan dengan

26

angka 1,0 dan di atas angka 0,70 maka semakin baik atau keandalan konsistensi internal dapat diterima. Pengambilan data Data primer yang diambil dalam penelitian ini melalui wawancara langsung dengan responden yaitu anggota koperasi menggunakan alat bantu kuisioner yang telah dipersiapkan. Data primer yang diambil meliputi karakteristik

responden

(umur,

pengalaman

beternak,

pendidikan

peternak, dan jumlah kepemilikan ternak), dan sikap peternak terhadap Portable Milking Machine. Data sekunder meliputi data yang diperoleh dari sumber lain yaitu Koperasi Peternakan Sarono Makmur. Analisis Data Sikap peternak sapi perah anggota koperasi terhadap Portable Milking Machine terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Pada item pernyataan pengetahuan (kognitif), jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Pada tahap pengukuran keyakinan responden dalam menjawab item pernyataan awal dengan pilihan diantaranya, yaitu sangat yakin, yakin, ragu-ragu, tidak yakin, dan sangat tidak yakin. Setiap pilihan tersebut diberi skor berdasarkan skala likert dengan masing-masing skor 4,3,2,1, dan 0. Menurut Azwar (2002) untuk mengetahui interval kategori dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

Interval kategori :

27

Klasifikasi pengkategorian komponen sikap responden tentang Portable Milking Machine disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi pengkategorian komponen sikap responden tentang Portable Milking Machine Komponen Sikap Kognitif

Interval Total Skor 0-34 35-68 Afektif 7-21 22-35 Konatif 8-24 25-40 Total Variabel Sikap 15-79 80-143 Sumber : data primer terolah 2016

Kategori Rendah Tinggi Negatif Positif Tidak Tertarik Tertarik Negatif Positif

Kognitif sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine dibagi dalam dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Berdasarkan hasil rumus interval, total skor maksimal 68 dikurang dengan total skor minimal 0 dibagi dengan jumlah kategori dua maka diperoleh interval kategori sebesar 34. Kategori pengetahuan (kognitif) tinggi dan rendah diperoleh dengan cara total skor maksimal dibagi dengan jumlah kategori, yaitu 68 : 2 = 34, sehingga rentang skor kognitif kategori rendah adalah 0 sampai 34 sedangkan, total skor jawaban 35 sampai 68 dikategorikan kognitif tinggi. Kategori afektif sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine dibedakan menjadi dua, yaitu positif dan negatif. Berdasarkan rumus interval, maka kategori afektif peternak adalah skor maksimal sebesar 35 dikurangi dengan skor minimal sebesar 7 kemudian, dibagi dengan 2 maka diperoleh hasil interval kategori sebesar 14. Afektif

28

dengan kategori negatif yaitu rentang skor berada diantara 7 sampai 21, sedangkan untuk afektif dengan kategori positif yaitu rentang skor 22 sampai 35. Konatif sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine juga dikategorikan menjadi dua, yaitu kategori tertarik dan kategori tidak tetrtarik. Berdasarkan hasil rumus interval, total skor maksimal 40 dikurang dengan total skor minimal 8 dibagi dengan jumlah kategori dua maka diperoleh interval kategori sebesar 16. Dikatakan kategori konatif rendah apabila memiliki rentang skor 8 sampai 24 sedangkan, yang dikatakan konatif tinggi apabila memiliki rentang skor 25 sampai 40. Total variabel sikap tentang Portable Milking Machine sama halnya dengan komponennya dibedakan menjadi dua kategori juga, yaitu positif dan negatif. Berdasarkan rumus interval, maka kategori total variable sikap adalah skor maksimal sebesar 143 yang diperoleh dari jumlah skor tertinggi kognitif, afektif, dan konatif dikurangi dengan skor minimal sebesar 15 yang diperoleh dari jumlah skor terendah kognitif, afektif, dan konatif kemudian, dibagi dengan 2 maka diperoleh hasil interval kategori sebesar 64. Total variabel sikap dengan kategori negatif yaitu rentang skor berada diantara 15 sampai 79, sedangkan untuk total variabel sikap dengan kategori positif yaitu rentang skor berada diantara 80 sampai 143. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah analisis kuantitatif yaitu data yang dapat dihitung, diukur secara langsung atau data yang

29

diwujudkan

dalam

kuantitas.

Analisis

data

dalam

penelitian

ini

menggunakan analisis regresi linier berganda dengan metode entered. Analisis

regresi

linier

berganda

adalah

analisis

yang

bertujuan

meramalkan keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi. Analisis regresi linier berganda dilakukan bila jumlah variabel independen minimal adalah dua (Sugiyono, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah sosial demografi yang meliputi umur peternak, pengalaman beternak, pendidikan peternak, dan jumlah kepemilikan ternak sedangkan variabel dependennya adalah sikap peternak terhadap Portable Milking Machine. Persamaan regresi ganda untuk empat prediktor adalah

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Dimana: Y = sikap peternak terhadap Portable Milking Machine (total skor) a = konstan b = koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen X1 = umur peternak (tahun) X2 = pengalaman beternak (tahun) X3 = pendidikan peternak (tahun) X4 = jumlah kepemilikan ternak (unit ternak)

30

Batasan operasional Batasan operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Portable Milking Machine yaitu sistem pemerahan menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang merupakan unit bantuan koperasi bersama teknisi, petugas pemerah susu, dan pegawai penjemput susu. 2. Responden merupakan seluruh peternak sapi perah anggota koperasi yang tergabung dalam Kelompok Ternak Sido Mukti, Kelompok Ternak Ngudi Makmur I, dan Kelompok Ternak Ngudi Makmur II dengan pemerahan susu menggunakan Portable Milking Machine. 3. Umur didefinisikan jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran sampai ulang tahun terakhir responden saat diambil data dengan satuan tahun. 4. Pengalaman beternak merupakan waktu yang dialami peternak pertama kali beternak sapi perah sampai sekarang dalam satuan tahun. 5. Pendidikan formal adalah jumlah tahun sekolah yang diselesaikannya oleh masing-masing responden dengan asumsi SD lulus 6 tahun, SMP lulus 9 tahun, SMA lulus 12 tahun, dan Diploma lulus 15 tahun. 6. Jumlah ternak dihitung dalam satuan unit ternak (UT). Menurut Siregar (1993), satuan unit ternak untuk sapi laktasi: 1,0 UT, sapi kering: 0,8 UT, sapi dara yang berumur 1-2 tahun: 0,6 UT, dan pedet yang berumur 0-1 tahun: 0,3 UT. 7. Sikap adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk mengungkapkan perasaan positif atau negatif terhadap Portable Milking Machine. Sikap diukur dengan skor berdasarkan skala Likert.

31

8. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang diyakini oleh peternak mengenai Portable Milking Machine. Komponen kognitif diukur dengan skor. 9. Komponen afektif merupakan pengukuran emosi atau perasaan yang menyangkut aspek kecenderungan emosional setuju terhadap Portable Milking Machine. 10. Komponen

konatif

adalah

aspek

kecenderungan

ketertarikan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang berkaitan dengan Portable Milking Machine.

32

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Cangkringan merupakan kecamatan yang berada di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Cangkringan terletak di ketinggian lebih dari 500 m diatas permukaan laut. Wilayah Kecamatan Cangkringan sebelah utara berbatasan dengan Gunung Merapi, wilayah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, wilayah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ngemplak, dan wilayah barat berbatasan dengan Kecamatan Pakem. Kecamatan Cangkringan dibagi menjadi lima desa yaitu Desa Wukirsari, Desa Argomulyo, Desa Glagaharjo, Desa Kepuharjo, dan Desa Umbulharjo. Luas wilayah Kecamatan Cangkringan mencapai 47,99 km2 dengan kepadatan penduduk 603,46 jiwa per km2. Jumlah penduduk di Kecamatan Cangkringan adalah 28.960 orang terbagi menjadi 8.778 kepala keluarga (Anonimb, 2011). Data yang diambil dari Pemda Sleman (2012), menyatakan bahwa Kecamatan Cangkringan memiliki jumlah sapi perah 1.042 ekor, domba 766 ekor, sapi potong 3.036 ekor, kerbau 7 ekor, dan kambing 1.544 ekor.

Deskripsi Profil Peternak Peternak dari penelitian ini terdiri dari 63 peternak sapi perah anggota koperasi yang memperoleh bantuan Portable Milking Machine.

33

Parameter yang digunakan untuk menjelaskan identitas peternak yaitu umur, pengalaman beternak, pendidikan, dan jumlah kepemilikan ternak Distribusi karakteristik responden disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Distribusi karakteristik responden -

Karakteristik Jenis kelamin (%) Laki-laki Wanita Rata-rata umur (tahun)

Nilai 71,43 28,57 47,42±10,70

-

Pekerjaan (%) Utama beternak Beternak sambilan Rata-rata lama pendidikan peternak (tahun)

61,90 38,10 7,75±3,35

-

Rata-rata lama beternak (tahun)

11,14±6,87

-

Rata-rata kepemilikan ternak (UT)

3,09±1,63

Sumber : data primer terolah 2016 Jenis kelamin Tabel 4 sebagai representasi dari populasi menjelaskan sebanyak 71,43% dari 63 responden adalah laki-laki, sedangkan wanita berjumlah 28,57% sehingga mayoritas anggota koperasi adalah laki-laki. Keadaan ini menggambarkan

bahwa

peternakan

sapi

perah

pada

umumnya

diusahakan oleh kaum laki-laki. Peternakan sapi perah dianggap sebagai suatu usaha yang membutuhkan banyak tenaga fisik sehingga cocok bagi laki-laki yang memiliki kemampuan secara fisik lebih kuat dibanding dengan wanita.

34

Umur Tabel 4 sebagai representasi dari populasi menjelaskan rata-rata umur responden 47,42 ± 10,697 tahun. Distribusi responden berdasarkan kisaran umur disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan kisaran umur No 1 2

Umur (tahun)

16-64 65-67 Jumlah Sumber : data primer terolah 2016

Jumlah responden (orang) 60 3 63

Persentase 95,24 4,76 100

Sebanyak 95,24% responden berada pada klasifikasi produktif, sedangkan 4,76% responden berada pada usia tidak produktif. Menurut Badan Pusat Statistik (2000) penduduk berumur kurang dari 15 tahun masuk dalam kategori belum produktif karena masih dalam usia sekolah. Umur produktif manusia adalah umur antara 15 sampai 64 tahun, sedangkan umur lebih dari 64 tahun masuk dalam kategori tidak produktif karena pada usia tersebut merupakan masa pensiun dimana kemampuan fisik seseorang sudah mengalami banyak penurunan. Hal ini berarti mayoritas anggota koperasi masih pada umur yang produktif. Pekerjaan Tabel 4 sebagai representasi dari populasi menjelaskan sebanyak 61,90% dari responden menjadikan beternak satu-satunya pekerjaan, dan 38,1% responden memiliki pekerjaan lain selain beternak. Hal ini berarti beternak sapi perah bagi anggota koperasi dipandang mampu mencukupi kebutuhan hidup dan menjadi tumpuan dan sumber keuangan bagi

35

keluarga mereka. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan No 1 2 3 4 5 6 7

Pekerjaan Petani Buruh Pedagang Pegawai koperasi Operator Hanya beternak Karyawan swasta Jumlah Sumber : data primer terolah 2016

Jumlah (orang) 14 2 3 3 1 39 1 63

Persentase 22,23 3,17 4,76 4,76 1,59 61,90 1,59 100

Pendidikan Tabel 4 sebagai representasi dari populasi menjelaskan rata-rata lama pendidikan responden 7,75±3,350 tahun. Distribusi responden berdasarkan pendidikan disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pendidikan No 1 2 3 4 5 6

Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD SD SMP SMA D3 Jumlah Sumber : data primer terolah 2016

Jumlah (orang) 4 6 18 22 12 1 63

Persentase 6,35 9,52 28,57 34,92 19,05 1,59 100

Sebanyak 34,92% responden berpendidikan SMP, 28,57% responden berpendidikan SD, 19,05% responden berpendidikan SMA, 9,52% tidak tamat SD, 6,35% responden tidak pernah mengenyam pendidikan dan 1,59% responden berpendidikan D3. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2008, menyatakan bahwa pendidikan

36

minimal

untuk

penduduk

Indonesia

yang

direkomendasikan

oleh

pemerintah adalah 9 tahun, atau disini pendidikan minimal adalah SMP. Hal ini berarti mayoritas anggota koperasi telah menempuh batas minimal pendidikan. Pengalaman Beternak Tabel 4 sebagai representasi dari populasi menjelaskan rata-rata lama beternak responden 11,14±6,872 tahun. Hal ini menunjukkan mayoritas anggota koperasi memiliki pengalaman beternak diatas 10 tahun. Pengalaman beternak dapat mempengaruhi keberhasilan peternak dalam mengembangkan usahanya (Wibowo dan Haryadi, 2006). Jumlah Kepemilikan Ternak Tabel 4 sebagai representasi dari populasi menjelaskan rata-rata jumlah kepemilikan ternak responden 3,09 ± 1,634 Unit Ternak. Hal ini menunjukkan bahwa anggota koperasi memiliki tingkat efisiensi usaha yang rendah. Sesuai dengan pernyataan Swastika (2011), yang menyatakan bahwa rata-rata pemilikan ternak sapi sebanyak 3 sampai 5 ekor per peternak tingkat efisiensi usahanya masih rendah. Menurut Wibowo dan Haryadi (2006), peternak yang memiliki jumlah ternak banyak biasanya juga mempunyai tingkat pendapatan usaha tani yang tinggi, sehingga kemauan untuk melakukan percobaan atau perubahan dalam bidang pertanian dan peternakan cepat sesuai dengan kondisi yang dimilikinya.

37

Sikap Peternak Sapi Perah Anggota Koperasi Peternakan Sarono Makmur Terhadap Portable Milking Machine Pencarian informasi mengenai sikap peternak sapi perah anggota koperasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Peternak yang menjadi obyek penelitian berjumlah 63 responden. Kuesioner sikap tentang Portable Miliking Machine terdapat 32 item pernyataan yang terdiri dari 17 item pernyataan kognitif, 7 item pernyataan afektif, dan 8 item pernyataan konatif. Sikap peternak tentang Portable Miliking Machine dibagi menjadi dua kategori, yaitu sikap positif (favourable) dan sikap negatif

(unfavourable).

Total

skor

untuk

kategori

sikap

negatif

(unfavourable) yaitu 15 sampai 79, sedangkan total skor untuk kategori sikap positif (favourable) yaitu 80 sampai 143. Persentase total respon dari variable kognitif, afektif, dan konatif responden sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Persentase total respon dari responden terhadap sikap tentang Portable Milking Machine Interval 15-79 80-143

Kategori Negatif Positif Jumlah Sumber : data primer terolah 2016

Frekuensi 5 58 63

Persentase 7,94 92,06 100

Secara individu dari 63 responden ditemukan sebanyak 92,06% responden berada pada kategori positif (favourable) dan 7,94% responden berada pada kategori negatif (unfavourable). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap yang positif (favourable) tentang Portable Milking Machine. Penelitian ini dapat menjelaskan sikap mereka

38

secara umum yang diperjelas dalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif Responden Sebagai Komponen Sikap Kognitif responden adalah pengetahuan peternak terhadap Mesin Pemerah Susu Portable. Kuesioner berisi 17 pernyataan (benar-salah) dengan tingkat keyakinan (sangat yakin, yakin, ragu-ragu, tidak yakin, dan sangat tidak yakin) tentang Portable Milking Machine. Distribusi kognitif sebagai komponen sikap berdasarkan jawaban responden terhadap Portable Milking Machine disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Distribusi kognitifa) sebagai komponen sikap berdasarkan jawaban responden terhadap Portable Milking Machine (N=63) No

Kategori

1

Jawaban yang selalu dijawab benar 2 Jawaban yang tidak selalu dijawab benar a) Jumlah item sebanyak 17 Sumber : Data primer terolah 2016

Jumlah (item pernyataan) 12 5

Persentase (%) 70,59 29,41

Tabel 9 menunjukkan distribusi kognitif sebagai komponen sikap berdasarkan jawaban responden. Ada 12 pernyataan dari total 17 pernyataan atau 70,59% dari total pernyataan yang selalu dijawab benar oleh responden dan 5 pernyataan atau 29,41% dari total pernyataan tidak selalu dijawab benar oleh responden. Tiap-tiap peternak memiliki distribusi yang berbeda terhadap item pernyataan yang selalu dijawab benar. Distribusi pernyataan yang selalu dijawab benar tiap peternak disajikan dalam Tabel 10.

39

Tabel 10. Distribusi pernyataan yang selalu dijawab benar tiap peternak No

Kategori

1

Jawaban yang selalu dijawab benar 2 Jawaban yang tidak selalu dijawab benar a) Lampiran 1 Sumber : Data primer terolah 2016 Item

pernyataan

yang

Nomor soal pada kuesioner kognitifa) 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 16, dan 17 8, 11, 12, 14, dan 15

terdapat

dalam

kuesioner

secara

keseluruhan terdiri dari 8 item pernyataan pengetahuan umum yaitu pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 11, 12, 13, dan 14 yang menginformasikan tentang Portable Milking Machine baik dari segi pemanfaatan alat maupun dari

segi

keunggulan

dalam penggunaannya;

lalu

4

pernyataan

pengetahuan teknis yaitu pernyataan nomor 5, 8, 9, dan 10 yang menyatakan tentang bagian-bagian yang terdapat di Portable Milking Machine;

serta

6

pernyataan

pengetahuan

pengaplikaasian

yaitu

pernyataan nomor 6, 7, 15, 16, dan 17 yang menginformasikan langkahlangkah dalam menggunakan Portable Milking Machine. Distribusi persentase total jawaban benar dan salah dari keseluruhan responden berdasarkan kuesioner kognitif disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Distribusi persentase total jawaban benar dan salah dari keseluruhan responden berdasarkan kuesioner kognitif sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine Item Total jawaban ( ∑ item pernyataan x ∑ responden ) Total jawaban benar Total jawaban salah Sumber : Data primer terolah 2016

40

Nilai 1071 1023 (95,52%) 48 (4,48%)

Tabel 11 menunjukkan tiap peternak memiliki persentase yang tinggi terhadap total jawaban benar yang terdapat pada pernyataan kognitif. Total jawaban benar memiliki persentase sebesar 95,52% sedangkan untuk total jawaban sebesar 4,48%. Berdasarkan data Tabel 11 menunjukkan bahwa peternak memiliki pemahaman yang baik, wawasan yang luas baik pemanfaatan maupun bagian-bagian dari mesin perah, serta cara penggunaannya. Pada penelitian ini selain dicari informasi mengenai jawaban responden terhadap kognitif sebagai komponen sikap, juga dicari informasi mengenai keyakinan responden dalam menjawab kuesioner yang diberikan terdiri dari sangat yakin, yakin, ragu-ragu, tidak yakin, dan sangat tidak yakin. Total jawaban tingkat keyakinan responden tiap kelompok berdasarkan pernyataan kognitif sebagai komponen sikap yang selalu dijawab benar disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12. Distribusi total jawaban tingkat keyakinan responden berdasarkan pernyataan kognitif sebagai komponen sikap yang selau dijawab benara) Jawaban Sangat Yakin Yakin Ragu-ragu Tidak yakin Sangat tidak yakin Totalb) a) Jumlah item sebanyak 12 b) Jumlah item x jumlah responden Sumber : Data primer terolah 2016

Jumlah 434 284 29 9 0 756

Tabel 12 menunjukkan total jawaban yang selalu dijawab benar berdasarkan tingkat keyakinan responden. Total jawaban yang diperoleh

41

kemudian

didistribusikan

menjadi

persentase

dan

tabel

distribusi

persentase tingkat keyakinan responden berdasarkan pernyataan kognitif sebagai komponen sikap yang selalu dijawab benar lebih lanjut disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13. Distribusi persentase jawaban tingkat keyakinan responden berdasarkan pernyataan kognitif yang selalu dijawab benar a) Tingkat keyakinan Sangat Yakin Yakin Ragu-ragu Tidak yakin Sangat tidak yakin Total a) Jumlah item sebanyak 12 Sumber : Data primer terolah 2016 Persentase :

Persentase (%) 57,41 37,57 3,84 1,19 0,00 100

Berdasarkan Tabel 13 persentase keyakinan responden tiap peternak terhadap pernyataan kognitif sebagai komponen sikap memiliki persentase tinggi. Persentase peternak menjawab yakin sebesar 37,57% dan bahkan sebanyak 57,41% menjawab sangat yakin. Tabel 13 menunjukkan secara keseluruhan sebesar 5,03% menjawab ragu-ragu dan didukung dengan tidak yakin terhadap pernyataan kognitif sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine. Tingkat kognitif peternak dibagi dalam dua kategori yaitu, kognitif tinggi dan kognitif rendah. Persentase kategori kognitif sebagai komponen sikap peternak tentang Portable Milking Machine lebih lanjut disajikan dalam Tabel 14.

42

Tabel 14. Persentase respon kognitif responden sebagai komponen sikap terhadap Portable Milking Machine Interval 0-34 35-68

Kategori Rendah Tinggi Jumlah Sumber : data primer terolah 2016

Frekuensi 1 62 63

Persentase 1,59 98,41 100

Secara individu dari 63 responden ditemukan sebanyak 98,41% berada pada kategori tinggi dan 1,59% berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kognitif yang tinggi terhadap Portable Milking Machine. Artinya, anggota koperasi memiliki pengetahuan yang tinggi tentang Portable Milking Machine. Afektif Responden Sebagai Komponen Sikap Afektif adalah pengukuran emosi atau perasaan peternak terhadap Mesin Pemerah Susu Portable. Kuesioner afektif sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine berisi 7 item pernyataan dengan tingkat pernyataan (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) dan diukur dengan sekala Likert. Pada penelitian ini tingkat sikap peternak dibagi menjadi dua kategori, yaitu afektif positif dan afektif negatif. Kategori skor afek negatif, yaitu skor 7 sampai 21, dan skor 22 sampai 35 untuk kategori skor afekti positif. Persentase respon afektif responden sebagai komponen sikap terhadap Portable Milking Machine disajikan dalam Tabel 15.

43

Tabel 15. Persentase respon afektif responden sebagai komponen sikap terhadap Portable Mlking Machine Interval 7-21 22-35

Kategori Negatif Positif Jumlah Sumber : data primer terolah 2016

Frekuensi 12 51 63

Persentase 19,05 80,95 100

Secara individu dari 63 responden ditemukan sebanyak 80,95% responden berada pada kategori positif dan 19,05% responden berada pada kategori negatif. Hal ini menunjukkan mayoritas responden memiliki afektif yang positif terhadap Portable Milking Machine. Artinya, anggota koperasi memiliki emosi atau perasaan yang positif terhadap Portable Milking Machine. Distribusi persentase jawaban afektif responden sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16. Distribusi persentase jawaban afektifa) responden sebagai komponen sikap terhadap Portable Milking Machine (N=63) Jawaban Jumlah Sangat Setuju 154 Setuju 163 Ragu-ragu 52 Tidak setuju 67 Sangat tidak setuju 5 Total 441 a) Jumlah item sebanyak 7 Sumber : data primer terolah 2016

Persentase (%) 34,92 36,96 11,79 15,19 1,13 100

Tabel 16 menunjukkan lebih dari 50% jawaban afektif peternak sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine menjawab setuju dengan didukung jawaban sangat setuju. Jawaban pernyataan afektif dari ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju memiliki

44

persentase jawaban berturut-turut sebesar 11,79%, 15,19%, dan paling rendah sebesar 1,13%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas peternak memiliki emosional cenderung setuju terhadap Portable Milking Machine. Konatif Responden Sebagai Komponen Sikap Konatif adalah kecenderungan peternak berperilaku terhadap Mesin Pemerah Susu Portable. Kecenderungan peternak berperilaku diklasifikasikan tertarik atau tidak tertarik untuk menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable. Kuesioner berisi 8 item pernyataan yang memiliki tingkat pernyataan (sangat tertarik, tertarik, ragu-ragu, tidak tertarik, sangat tidak tertarik) dan diukur pula dengan skala Likert. Pada penelitian ini untuk tingkat konatif sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine juga terdapat dua kategori, yaitu konatif tertarik dan konatif tidak tertarik. Kategori konatif tertarik memiliki skor dari 8 sampai 24, sedangkan untuk kategori konatif tidak tertarik memiliki skor dari 25 sampai 40. Persentase kategori skor tingkat konatif peternak tentang Portable Milking Machine disajikan dalam Tabel 17. Tabel 17. Persentase respon konatif responden sebagai komponen sikap terhadap Portable Milking Machine Interval 8-24 25-40

Kategori Tidak Tertarik Tertarik Jumlah Sumber : data primer terolah 2016

Frekuensi 20 43 63

Persentase 31,75 68,25 100

Tabel 17 menunjukkan bahwa secara individu dari 63 responden ditemukan sebanyak 68,25% responden berada pada kategori tertarik dan 31,75 % responden berada pada kategori tidak tertarik. Hal ini

45

menunjukkan mayoritas responden memiliki konatif yang tertarik terhadap Portable Milking Machine. Artinya, peternak memiliki kecenderungan berperilaku

tertarik

terhadap

Portable

Milking

Machine.

Distribusi

persentase jawaban konatif responden sebagai komponen sikap tentang Portable Milking Machine disajikan dalam Tabel 18. Tabel 18. Distribusi persentase jawaban konatifa) responden sebagai komponen sikap terhadap Portable Milking Machine (N=63) Jawaban Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju Total a) Jumlah item sebanyak 8 Sumber : data primer terolah 2016

Jumlah 196 140 35 123 10 504

Persentase (%) 38,89 27,78 6,94 24,40 1,98 100

Tabel 18 menunjukkan total jawaban 1,98% adalah sangat tidak setuju, dan sebesar 24,40% jawaban adalah tidak setuju, serta 6,94% untuk jawaban ragu-ragu. Untuk jawaban setuju dan sangat setuju berturut-turut memiliki total jawaban sebesar 27,78%, dan 38,89%. Hal ini berarti

mayoritas peternak memiliki

kecenderungan

tertarik untuk

menggunakan Portable Milking Machine.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Peternak Sapi Perah Anggota Koperasi Peternakan Sarono Makmur Terhadap Portable Milking Machine Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel bebas yaitu umur (X1), pengalaman beternak (X2), pendidikan (X3), dan jumlah

46

kepemilikan ternak (X4) terhadap sikap peternak sapi perah anggota koperasi terhadap Portable Milking Machine dilakukan dengan analisis regresi linier berganda metode entered menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0. Analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi sikap peternak sapi perah terhadap Portable Milking Machine (entered method) disajikan dalam Tabel 19. Tabel 19. Analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi sikap peternak sapi perah terhadap Portable Milking Machine (entered method) No Variabel 1 Konstanta 2 Umur (X1) 3 Pengalaman beternak (X2) 4 Pendidikan (X3) 5 Jumlah kepemilikan ternak (X4) Sumber : data primer terolah 2016 Keterangan : P≤0,01 = *** P≤0,05 = ** P≤0,1 =*

Koefisien 103,541 -0,401 0,745 0,740 4,380

Sig 0,000 0,056* 0,033** 0,266 0,004***

Faktor yang tidak mempengaruhi sikap peternak terhadap Portable Milking Machine adalah pendidikan. Pendidikan responden tidak mempengaruhi secara signifikan (P>0,1) terhadap sikap tentang Portable Milking Machine. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi atau rendah pendidikan peternak tidak akan mempengaruhi sikap positif atau negatif peternak terhadap Portable Milking Machine. Penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Lestari (2000), yaitu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang diterima oleh peternak akan mempengaruhi pengelolaan ternak yang dimiliki karena akan lebih mudah menerima teknologi baru dan menerapkannya untuk kemajuan usaha. Tingkat pendidikan formal

47

yang dimiliki peternak merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola manajemen pemeliharaan ternak. Pendidikan tidak mempengaruhi terhadap sikap peternak karena ilmu peternakan baik manajemen pemeliharaan maupun teknologi tidak diperoleh dalam pendidikan formal melainkan dalam pendidikan non formal seperti program penyuluhan atau pelatihan (Surahmanto dkk., 2014). Faktor yang mempengaruhi sikap peternak sapi perah terhadap Portable Milking Machine adalah umur, pengalaman beternak, dan jumlah kepemilikan ternak. Umur responden mempengaruhi secara signifikan (P≤0,1) terhadap sikap tentang Portable Milking Machine. Hal ini berarti bahwa semakin muda umur peternak (produktif) maka akan semakin meningkatkan sikap positif peternak terhadap Portable Milking Machine. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Mardikanto (1993) yang menyatakan bahwa semakin tua umur sasaran atau seseorang (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban menerima sesuatu yang baru, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat. Penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Mosher (1987) yang menyatakan bahwa usia sangat mempengaruhi

seseorang

dalam berfikir

dan

kematangan

dalam

mengambil keputusan. Pada usia produktif seseorang akan berfikir lebih matang dalam menjalankan usahanya (Tarmidi, 1992). Pengalaman beternak sapi perah responden mempengaruhi secara signifikan (P≤0,05) terhadap sikap tentang Portable Milking

48

Machine. Hal ini berarti semakin lama peternak dalam memelihara sapi perah maka akan semakin bersikap positif terhadap Portable Milking Machine. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Utomo (2004), yaitu pengalaman beternak berpengaruh terhadap penampilan produksi ternak, khususnya dalam hal tujuan motivasi usaha dan penerimaan inovasi baru. Jumlah kepemilikan ternak berpengaruh positif signifikan (P≤0,01) terhadap sikap tentang Portable Milking Machine. Hal ini senada dengan pernyataan Jamhari (1992) yang menyatakan bahwa peternak yang memiliki ternak dalam jumlah banyak, semakin bersedia untuk melakukan perbaikan teknik beternak. Hal ini berarti semakin banyak jumlah ternak, maka akan semakin bersikap positif terhadap Portable Milking Machine. Untuk mendapatkan model pengaruh variabel karakteristik peternak terhadap sikap tentang Portable Milking Machine yang ideal maka dilakukan analisis lanjutan dengan metode forward sehingga diperoleh persamaan Y = 103,54 + 4,38 X4. Persamaan dari hasil analisis tersebut

menunjukkan

bahwa

apabila

jumlah

kepemilikan

ternak

diabaikan, akan diperoleh skor sikap sebesar 103,54. Koefisien regresi X 4 sebesar 4,38 mempunyai arti bahwa tambahan jumlah kepemilikan sapi 1 UT tanpa memperhatikan variabel lain, akan menambah skor sikap sebesar 4,38. Peternak yang jumlah kepemilikan ternaknya makin banyak maka semakin bersikap positif terhadap Portable Milking Machine karena proses pemerahan menjadi lebih mudah dan efektif sehingga masih banyak tenaga yang dapat digunakan untuk kegiatan lain.

49

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Peternak sapi perah anggota Koperasi Sarono Makmur mayoritas mempunyai sikap positif (favourable) terhadap Portable Milking Machine. Faktor yang mempengaruhi sikap peternak terhadap Portable Milking Machine adalah jumlah kepemilikan ternak. Semakin banyak jumlah kepemilikan ternak, maka persepsi semakin tinggi. Umur, pengalaman beternak, dan pendidikan tidak mempengaruhi sikap peternak terhadap Portable Milking Machine.

Saran Peternak sapi perah anggota Koperasi Peternakan Sarono Makmur yang menerima bantuan, mayoritas telah memberikan sikap yang positif (favourable) terhadap Portable Milking Machine. Peternak sapi perah yang masih skala peternakan rakyat dengan sikap positif terhadap teknologi siap untuk menuju ke skala industri supaya lebih efektif dan efisien dalam beternak serta produktivitas meningkat. Peternak sapi perah yang masih memiliki jumlah kepemilikan ternak sedikit perlu diberikan bantuan berupa penambahan ternak baik dengan sistem gaduhan maupun kredit. Pemerintah dapat memberikan bantuan kepada peternak sapi perah berupa teknologi Portable Milking Machine sebagai bentuk kebijakan dalam mengembangkan subsektor peternakan.

50

RINGKASAN

Penelitian ini berjudul “Sikap Peternak Sapi Perah Anggota Koperasi Peternakan Sarono Makmur di Kecamatan Cangkringan Sleman Terhadap Portable Milking Machine”. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis sikap peternak tentang Portable Milking Machine dan faktor karakteristik peternak yang mempengaruhi kecenderungan sikap peternak terhadap Portable Milking Machine. Penelitian dilakukan pada peternak sapi perah anggota koperasi yang menerima bantuan Portable Milking Machine yaitu Kelompok Ternak Sido Mukti, Kelompok Ternak Ngudi Makmur I, dan Kelompok Ternak Ngudi Makmur II. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 November 2016 sampai 11 Desember 2016. Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur peternak, pengalaman beternak, pendidikan peternak, dan jumlah kepemilikan ternak. Variabel dependen dalam penelitian adalah sikap peternak terhadap Portable Milking Machine. Penentuan responden menggunakan metode purposive sampling. Responden dalam penelitian adalah peternak anggota Kopersi Peternakan Sarono Makmur yang mendapat bantuan Portable Milking Machine. Jumlah responden dalam penelitian adalah 63 peternak sapi perah. Penelitian ini menggunakan metode wawancara secara langsung yang

dibantu

dengan

kuesioner

yang

telah

diuji

validitas

dan

reliabilitasnya. Kuesioner berisi tentang identitas responden dan item

51

pernyataan yang mewakili sikap. Pernyataan mengenai sikap dibagi menjadi tiga yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda metode entered yang dibantu dengan software SPSS versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak sapi perah anggota koperasi bersikap positif terhadap Portable Milking Machine dan faktor yang mempengaruhi sikap peternak tersebut adalah jumlah kepemilikan ternak.

52

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Stastik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Ditjen Peternakan. Deptan RI. Jakarta. Anonimb. 2011. Sleman dalam Angka. Diakses http://slemankab.bps.go.id/ pada tanggal 13 Desember 2016.

di

Ahmadi, A. 2002. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan & Praktek. Kineka Cipta, Jakarta. Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta. Azwar, S. 2000. Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya. Ed. Ke-2. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Azwar, S. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2000. Keadaan Angkatan Kerja Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Fishbein, M. dan Icek, A. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research. 129-385. AddisonWesley. Reading. MA. Gerald, C. 2008. Psikologi Abnormal. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Jamhari. 1992. Penerapan Teknologi Pada Usaha Tani Tebu Lahan Kering Swadaya di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. Skripsi Sarjana Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Lestari, Murti. (2000). Pengaruh Variabel Makro Terhadap Return Saham Di Bursa Efek Jakarta: Pendekatan Beberapa Model, SNA VII Solo, 15-16 September, Hal 504-513. Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

53

Mosher, A.T. 1981. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Usaha Nasional. Surabaya. Mosher, A.T. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian ( SyaratSyarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi). Cetakan ke-12 CV. Yasaguana. Jakarta. Munandar, S. 2006. Psikologi Industri dan Organisasi. UI Press. Jakarta. Mustofa, M. 2008. Sikap Mental Peternak Terhadap Biosecurity Dalam Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung. Skripsi Sarjana Peternakan Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Pemda Sleman. 2012. Perkembangan populasi ternak dan produksi hasil ternak tahun 2007-2011. Diakses di http://www.slemankab.go.id/3271/pertanian-peternakan-dankehutanan.slm pada tanggal 15 Desember 2016. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 tahun 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Prihadi, S. dan Adiarto. 2008. Bahan Ajar Ilmu Ternak Perah. Laboratorium Ilmu Ternak Perah dan Industri Persusuan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Rahmat, J. 1996. Psikologi Komunikasi. Cetakan Ketiga. Remadja Karya. Bandung. Riyanto, S. 2006. Dengan Mesin Perah Harga Susu Jadi Tinggi. http://www.agrina-online.com/show article.php?rid=7&aid=1256. Diakses tanggal 14 September 2016. Saptani, A.P. 2008. Dinamika Kelompok Peternak Sapi Potong di Kelompok Catur Andini dan Kelompok Makmur Bantul Yogyakarta. Skripsi Sarjana. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Schiffman L.G., dan L.L. Kanuk. 2007. Consumer Behavior. Ed Ke-9. Prentice-Hall. New Jersey. Sekaran, U. 1992. Research Methods for Business. Second Edition. John Wiley & Sons. Inc., Singapore. Sekaran, U. 2006. Research Methods for Business: Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi ke-4. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

54

Shrapnel, M. dan J. Davie. 2001. The influence of personality in determining farmer responsive-ness to risk. The Journal of Agricultural Education and Extension 7 (3): 167-178. Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Tarsito. Bandung. Sudono, A., F. Rosdiana, dan S. Budi. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung. Sugiyono, 2007. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung. Sulistyati, M., Hermawan, dan A. Fitriani. 2013. Potensi Usaha Peternakan Sapi Perah. Jurnal Ilmu Ternak. Vol.13 No.1 hal 17-23. Sunarto. 2006. Perilaku Konsumen. Amus dan Aditya Media. Yogyakarta. Suradisastra, K. 1984. Sikap dan Nilai: Implikasi Pengembangan Usaha Tani Ternak di Daerah Dataran Tinggi. Kasus Garut Jawa Barat. Balai Penelitian Ternak Bogor. Vol 1 No. 3 hal 25-37. Surahmanto, F. Trisakti Haryadi, Sumadi. 2014. Kinerja Penyuluhan Pertanian sebagai Penyebar Informasi, Fasilitator, dan Pendamping. Buletin Peternakan Vol. 38(2):116-124. Swastika, D.K.S. 2011. Membangun Kemandirian dan Kedaulatan Pangan untuk Mengentaskan Petani dari Kemiskinan. Pengembangan Inovasi Pertanian. 4(2): 103-107. Syarief, E dan Harianto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia Pustaka. Jakarta. Tarmidi, L.T. 1992. Ekonomi Pembangunan. Penelitian Antar Universitas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. Toeg, P. 2007. Milking Machine. http://www.madehow.com/ Volume2/Milking-Machine.html. Diakses tanggal 14 September 2016. Umar, H. 2003. Metode Riset Komunikasi Organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Utomo, S. 2004. Kinerja Reproduksi Domba Lokal di Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Jurnal Buletin Pertanian dan Perikanan. Universitas Wangsa Manggala. Yogyakarta.

55

Wibowo, S.A. dan F.T. Haryadi. 2006. Faktor Karakteristik Peternakan yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Program Kredit Sapi Potong di Kelompok Peternak Andiniharjo Kabupaten Sleman Yogyakarta. Media Peternakan. Vol. 29 No. 3 hal 176-186.

56

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Zat Yang Maha Indah dengan segala keindahan-Nya. Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Sikap Peternak Sapi Perah Anggota Koperasi Peternakan Sarono Makmur di Kecamatan Cangkringan Sleman Terhadap Portable Milking Machine”. Skripsi ini dapat tersusun dengan baik tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. 2. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., Wakil Dekan Bidang Akademik, dan Kemahasiswaan. 3. Ir. F. Trisakti Haryadi, M.Si., Ph.D., dan Dr. Ir. Adiarto, M.Sc., dosen pembimbing skripsi yang memberikan bantuan serta kritik dan saran yang membangun dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. 4. Prof. Dr. Ir. Sudi Nurtini, SU., dan R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D., dosen penguji skripsi yang memberikan kelulusan untuk mempertahankan penelitian dan penulisan skripsi ini. 5. Bapak, Ibu, dan kedua adik tercinta yang telah memberikan segala kasih sayang, semangat, dan doa.

57

6. Aulia Agni Nastiti calon istri tersayang yang telah menemani dikala susah, sedih, dan purtus asa. 7. Ganesah, Aji, David, Muslim, Ika, Dewi, Sutan sahabat Resimen Mahasiswa Yudha 36 yang terkece selalu mengajak kumpul dikala stress. 8. Doddy, Ridwan, Nana, Ester Dita, Mona, Adin teman perjuangan saat PKL di BPPTU-HPT Baturraden yang selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi. 9. Akbar, Dandy, Mario sahabat sejati untuk selamanya yang selalu membuat iri sehingga meningkatkan gejolak untuk jadi lebih baik. 10. Hasan, dan

Ridwan teman seperjuangan skripsi komunikasi yang

selalu temani tiap langkah demi langkah untuk mengejar mimpi. 11. Taufik Asisten Sosial Ekonomi Peternakan yang telah mengajarkan cara menggunakan Aplikasi SPSS. 12. Chatam si gitaris jenius yang telah mengajarkan formula Excel. 13. Pegawai Perpustakaan Fakultas Peternakan yang selalu melayani kebutuhan penulis dengan baik hati. 14. Staff perpustakaan Fakultas Peternakan dan Bagian Sosial Ekonomi Peternakan, terima kasih atas pelayanan yang diberikan. 15. Pegawai Koperasi Peternakan Sarono Makmur yang telah mengizinkan dan memberikan masukkan dalam penulisan skripsi. 16. Peternak sapi perah yang telah menjadi responden dalam penelitian.

58

17. Rekan-rekan

mahasiswa

Program

Sarjana

Ilmu

dan

Industri

Peternakan yang tidak bisa sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan selama menuntut ilmu bersama. 18. Berbagai pihak yang tidak dapa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuannya, dan mohon maaf jika ada kesalahan.

Yogyakarta, Maret 2017

Penulis

59

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner penelitian Kepada Yth. Responden di Tempat

Dengan hormat, Dengan segala kerendahan hati, perkenankan kami mohon bantuan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Sikap Peternak Sapi Perah Anggota Koperasi Peternakan Sarono Makmur di Kecamatan Cangkringan Sleman terhadap Portable Milking Machine”. Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan kondisi yang sebenarnya. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan adalah benar, tidak ada jawaban yang salah.

Segala

informasi

yang

Bapak/Ibu

berikan

akan

dijamin

kerahasiaannya dan penelitian ini bertujuan untuk tujuan ilmiah, dimana informasi yang telah Bapak/Ibu berikan akan saya tuangkan dalam bentuk karya ilmiah yaitu skripsi. Demikian saya sampaikan, mohon maaf bila ada sesuatu yang kurang berkenan dalam proses pengumpulan data ini. Atas perhatian dan ketersediaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih. Hormat saya,

Asmaul Fauzi Latif F. R

60

DAFTAR KUISIONER I. Identitas Responden 1. Nama

:…………………………………………………

2. Alamat

:…………………………………………………

3. Kelompok ternak

:.…………………………………………………

4. Umur

:……tahun

5. Jenis kelamin

: Laki-laki

Perempuan

6. Status

: Menikah

Belum Menikah

7. Pekerjaan utama

:

8. Pekerjaan tambahan: (1)…………..2)………………(3)………………. 9. Pendidikan terakhir : Tidak sekolah/buta huruf Tidak tamat SD Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Akademi/D1/D2/D3 Perguruan tinggi/S1/D4/S2/S3 10. Jumlah anggota keluarga

:…….orang

11. Jumlah anak

:……orang

12. Asal usul ternak

: Warisan orang tua/milik sendiri Gaduhan Bantuan Pemerintah

13. Lamanya beternak :……tahun 14. Jumlah ternak sapi perah yang dipelihara a. Sapi Laktasi

:……ekor

b. Sapi Kering

:……ekor

e. Sapi Jantan Dewasa :……ekor

c. Sapi Dara :……ekor Umur 1)…………..,2)…………..,3)………….., 4)………….. d. Pedet :……ekor Umur 1)…………..,2)…………..,3)………….., 4)…………..

61

Sikap Kognitif adalah pengetahuan peternak terhadap Mesin Pemerah Susu Portable (SY=sangat yakin, Y=yakin, R=ragu-ragu, TY=tidak yakin, STY=sangat tidak yakin)

No

1

2 3 4 5

6

7 8 9 10 11 12

Pernyataan-pernyataan Mesin Pemerah Susu Portable adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindahpindah penggunaannya dari sapi satu ke sapi yang lain Mesin Pemerah Susu Portable dapat mengurangi kandungan kuman dalam susu Pemerahan susu menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable hasil pemerahan lebih optimal/baik/ampuh Pemerahan susu menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable lebih cepat Susu hasil pemerahan menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable akan tertampung di milk can Hasil pemerahan setiap ekor sapi yang terdapat di milk can harus ditakar terlebih dahulu sebelum dituang ke tangki pendingin Untuk menghidupkan Mesin Pemerah Susu Portable menggunakan daya listrik yang besar Mesin Pemerah Susu Portable yang kotor dapat menyebabkan mastitis pada ternak Mesin Pemerah Susu Portable terbuat dari stainless steel untuk menjaga susu tetap higienis dan bersih Jumlah bagian alat pemerah pada Mesin Pemerah Susu Portable terdapat 4 buah Pemerahan susu menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable ternak menjadi lebih tenang Mesin Pemerah Susu Portable dapat melakukan pemerahan susu sapi sebanyak 10 ekor sapi/jam

Benar

62

Salah

STY TY

R

Y

SY

13 14 15

16

17

Pemerahan menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable tidak akan ada susu yang tercecer Harga jual susu hasil pemerahan menggunakan Mesin Pemerahan Susu Portable menjadi lebih mahal Sapi perah yang sakit tidak boleh diperah menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable Sebelum pemerahan menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable kandang harus dibersihkan terlebih dahulu Ambing sapi sebelum diperah menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable harus dicuci terlebih dahulu Sikap Afektif adalah pengukuran emosi atau perasaan peternak terhadap Mesin Pemerah Susu Portable (SS=sangat setuju, S=setuju, R=ragu-ragu, TS=tidak setuju, STS=sangat tidak setuju)

No 1 2 3 4 5 6 7

Pernyataan-pernyataan STS TS Mesin Pemerah Susu Portable dapat meningkatkan produksi susu sapi peternak Mesin Pemerah Susu Portable dapat meningkatkan pendapatan saya sebagai peternak Mesin Pemerah Susu Portable dapat meningkatkan kualitas susu Mesin Pemerah Susu Portable lebih mudah dalam proses pemerahan susu Mesin Pemerah Susu Portable lebih cepat dalam proses pemerahan susu Mesin Pemerah Susu Portable memiliki resiko yang rendah Mesin Pemerah Susu Portable yang bersih tidak akan menyebabkan ternak terkena mastitis

63

R

S

SS

Sikap Konatif adalah kecenderungan peternak berperilaku terhadap Mesin Pemerah Susu Portable (ST=sangat tertarik, T=tertarik, R=ragu-ragu, TT=tidak tertarik, STT=sangat tidak tertarik)

No 1 2 3 4

5

6 7 8

Pernyataan-pernyataan STT TT Saya tertarik menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable dalam pekerjaan pemerahan susu sapi perah saya Saya tertarik menggunakan Mesin Pemerah Susu Portable untuk mempercepat pekerjaan pemerahan susu sapi perah saya Saya tertarik menggunakan Mesin Pemerahan Susu Portable untuk meningkatkan harga susu sapi perah saya Saya tertarik menggunakan Mesin Pemerahan Susu Portable untuk meningkatkan kualitas susu sapi perah saya Saya tertarik menggunakan Mesin Pemerahan Susu Portable untuk memperoleh hasil maksimal dalam pemerahan susu sapi perah saya Saya tertarik menggunakan Mesin Pemerahan Susu Portable supaya susu hasil pemerahan tidak tercecer Saya tertarik menggunakan Mesin Pemerahan Susu Portable untuk mengindari penyakit mastitis pada sapi perah saya Saya tertarik menggunakan Mesin Pemerahan Susu Portable supaya dalam pemerahan sapi perah saya menjadi tenang

64

R

T

ST