e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KELAS X IIS.1 SMAN 1 MENDOYO
Ni Pt. Eka Puspita Dewi, Prof. Dr. I Md Sutama, M.Pd., Dra. Sang Ayu Pt Sriasih, M.Pd. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) penerapan metode pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo dan (2) respons siswa X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo terhadap penerapan metode pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Subjek penelitian ini adalah satu orang guru kelas 1 SMAN I Mendoyo dan siswa X IIS. 1 berjumlah 36 orang. Objek penelitian adalah penerapan dan respons terhadap metode problem based learning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Data dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) penerapan metode problem based learning pada siswa kelas X. IIS 1 SMAN 1 Mendoyo tergolong baik dan berhasil dilihat dari pemenuhan kriteria keterlaksanaan langkah pembelajaran dan skor yang dihasilkan siswa. Kunci keberhasilan keterlaksanaan metode problem based learning adalah guru mampu merangsang keingintahuan siswa dengan permasalahan di sekitar siswa, mampu dalam mengarahkan siswa untuk bertanya, memberikan semacam penugasan dengan penggunaan waktu yang efisien, pembentukan kelompok heterogen. (2) Respon siswa terhadap penerapan metode problem based learning dikatakan positif. Hal ini disebabkan oleh adanya situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar optimal, pembelajaran dibangun dengan suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus, pembelajaran dialog interaktif, metode pembelajaran tidak monoton serta pemilihan materi yang otentik. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih mendalam lagi tentang metode problem based learning dan guru disarankan mampu menerapkannya sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran. Kata kunci: problem based learning, menulis, teks, laporan hasil observasi
ABSTRACT This study was aimed at describing (1) the implementation of problem based learning instructional model in observation report text writing instruction in class X IIS.1 of SMAN 1 Mendoyo and (2) the response of the students in class X IIS.1 of SMAN 1 Mendoyo toward the implementation of problem based learning instructional model in observation report text writing instruction. The subjects of the study were a teacher of SMAN 1 Mendoyo teaching in class X and 36 students of SMAN 1 Mendoyo who were enrolled in class X IIS.1. Meanwhile, the objects of the study were the implementation of problem based learning instructional model in observation report text writing instruction and the students’ response toward it. The methods of data collection applied in this study were observation, documentation and interview. All the gathered data were then analyzed
1
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) using descriptive-qualitative analysis. The result of the study revealed that (1) the implementation of problem based learning instructional model in observation report text writing instruction in class X IIS.1 of SMAN 1 Mendoyo could be categorized “good”. Moreover, regarding the fulfillment of the success criteria for the application of the instruction steps and the students’ scores, the implementation of problem based learning instructional model in observation report text writing instruction in class X IIS.1 of SMAN 1 Mendoyo was successful. The key of the success of the implementation of problem based learning instructional model was the fact that the teacher could stimulate the students’ curiosity toward surrounding problems, guide the students to question, give assignments to the students within efficient time and form heterogeneous students groups. (2) The response of the students in class X IIS.1 of SMAN 1 Mendoyo toward the implementation of problem based learning instructional model in observation report text writing instruction was positive. It was due to the fact that there was a situation that enabled the optimum learning process to happen, a situation that enabled dialogue among the students to happen, an interactive situation and ongoing question-and-answer process during the instructional process. It was also due to the instruction was not monotonous and the materials used were authentic. Concerning the result of the present study, it is suggested to other researchers to conduct deeper studies on problem based learning instructional model. It is also suggested to teachers to implement this model in their instruction as one alternative. Keywords: problem based learning, writing, text, observation report
PENDAHULUAN Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum. Hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Salah satu perubahan mendasar dalam Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran. Model pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dengan lima langkah pembelajaran, yakni mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan/membuat jejaring. Adapun model-model pembelajaran yang dirumuskan dalam kurikulum baru meliputi
discovery/inquiry learning, project based learning, dan problem based learning. Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
2
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Model pembelajaran dengan problem based learning, menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Panen (2001: 85) mengatakan bahwa dalam pembelajaran dengan problem based learning, siswa diharapkan terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Sama halnya dengan mencari sumber untuk menulis teks hasil laporan observasi, dan menggunakan sumber tersebut menjadi suatu permasalahan, sehingga bisa jadi suatu teks hasil laporan observasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Terkait perbedaan antara satu jenis teks tertentu dan jenis teks lain, perbedaan dapat terjadi misalnya, pada struktur teks itu sendiri. Sebagai contoh, teks deskripsi dengan teks prosedural berbeda strukturnya meskipun kedua teks tersebut termasuk ke dalam kategori jenis teks faktual. Apabila teks deskripsi memiliki ciri tidak terstruktur dan tidak bersifat generalisasi, teks prosedural justru bersifat terstruktur dan dapat digeneralisasi. Dalam kurikukum 2013, terdapat banyak jenis teks. Secara garis besar dapat dipilah atas teks sastra dan teks nonsastra. Teks sastra dikelompokkan ke dalam teks naratif dan nonnaratif. Adapun teks nonsastra dikelompokkan ke dalam teks jenis faktual yang di dalamnya terdapat subkelompok teks laporan dan prosedural serta teks tanggapan yang dikelompokkan ke dalam subkelompok teks traksaksional dan ekspositori. Salah satu teks yang menjadi perhatian dalam kurikulum 2013 adalah teks laporan. Teks laporan adalah teks yang berisi penjabaran umum / melaporkan sesuatu berupa hasil dari pengamatan (observasi). Teks
laporan (report) ini juga disebut teks klasifikasi karena memuat klasifikasi mengenai jenis-jenis teks berdasarkan kriteria tertentu. Jenis teks ini mendeskripsikan atau menggambarkan bentuk, ciri, atau sifat umum (general) seperti benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau peristiwa yang terjadi di alam semesta kita. Teks ini menjadi perhatian dalam pembelajaran dalam kurikulum 2013 karena kemiripannya dengan teks deskriptif, yang berfungsi menggambarkan sebuah objek sehingga mampu dibayangkan oleh pembaca. Meski memiliki struktur yang berbeda, pemilihan topik untuk dikembangkan menjadi teks menjadi sangat urgen. Jika topik terlalu khusus, teks akan tergolong teks deskriftif, bukan teks laporan. Atas alasan itulah, teks laporan hasil observasi memiliki tingkat urgensi yang lebih tinggi dibandingkan beberapa jenis teks lainnya. Sebagai salah satu sekolah proyek, SMAN 1 Mendoyo telah terlebih dahulu menggunakan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Sekolah ini telah menggunakan Kurikulum 2013 pada tahun 2013 lalu. Dengan demikian, tahun ini SMAN 1 Mendoyo melaksanakan Kurikulum 2013 untuk tahun kedua. Mengingat kurikulum ini pernah digunakan sebelumnya, penyempurnaan seharusnya telah dilakukan guna meningkatkan hasil pembelajaran siswa, terutama dalam menulis teks laporan hasil observasi. Peneliti memperoleh gambaran dari hasil wawancara dari beberapa siswa kelas X IIS.1. Dalam hasil wawancara tersebut ditemukan kesulitan-kesulitan dalam keterampilan menulis teks hasil laporan observasi, yakni siswa kurang kreatif dalam menuangkan ide atau gagasannya serta mencari sumber data atau informasi, dalam penulisannya masih kurang baik dan siswa mendapatkan informasi yang
3
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Ajaran 2012/2013”. Dari penelitian Anik diperoleh kesimpulan model problem based learning dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa dalam memahami materi. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai posttest yang lebih tinggi dari pre-test. Pada hasil post-test nilai rata-rata yang diperoleh adalah 78,8 sedangkan pada hasil pre-test nilai rata-rata yang diperoleh adalah 65,5. Melalui metode problem based learning siswa dapat mengkonstruk dalam produk nyata, siswa lebih kreatif dan lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan. Pembelajaran yang mengkonstruk dengan produk nyata dapat merangsang siswa menjadi aktif untuk menulis sebuah karangan yang berupa cerpen. Hal ini yang menjadikan siswa lebih mudah dalam menulis cerpen. Selanjutnya penelitian tentang model problem based learning dalam penerapan menulis dilakukan oleh Neng Defi Setyorini berjudul “Keefektifan Metode Problem Based Learning dalam Pembelajaran Menulis Persuasif pada Siswa Kelas X MA Al-Wakhidiyah Karangawen Demak Tahun Ajaran 2012/2013”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Neng, dapat ditarik kesimpulan penggunaan model pembelajaran problem based learning efektif dalam pembelajaran menulis persuasif. Model pembelajaran sangat berperan penting terhadap proses kegiatan belajar-mengajar peserta didik. Oleh sebab itu, guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan oleh guru. Sehingga peserta didik lebih mudah menerima. Kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan sebagai penelitian kuantitatif dengan fokus penelitian adalah keefektifan problem based learning terhadap pembelajaran menulis. Hanya saja
sedikit karena kurang membaca serta penggunaan bahasa dalam teks hasil laporan observasi masih sederhana. Permasalahan tersebut menjadi sebuah tantangan bagi pengajar atau guru bahasa Indonesia untuk memberikan pengajaran yang lebih baik khusunya dalam pembelajaran menulis teks hasil laporan observasi yang mampu merangsang motivasi siswa dan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam menulis teks hasil laporan observasi. Dalam menulis teks hasil laporan observasi, tentunya harus dibutuhkan kesabaran, keuletan, dan kejelian. Dalam hal ini, guru harus mencari alternatif pembelajaran dalam memilih dan menentukan metode atau model yang sesuai sebagai salah satu cara untuk mengajar sekaligus sebagai cara untuk menarik perhatian siswa dalam pembelajaran menulis teks hasil laporan observasi. Pada pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi di kelas X saat ini, pendidik SMAN 1 Mendoyo menggunakan model problem based learning, sebagai penyempurnaan pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi sebelumnya. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui penerapan model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi kelas X IIS. 1 SMAN 1 Mendoyo dan respons siswa X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo terhadap penerapan metode pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Sebelumnya penelitian model problem based learning sudah pernah dilakukan oleh beberapa orang, di antaranya Anik Kurniawati dengan skripsi berjudul “Efektivitas Metode Problem Based Learning dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas X SMA NEGERI 1 BATANGAN Tahun
4
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) pada kedua penelitian tersebut terdapat beberapa kelemahan yakni tidak terdapat penjelasan secara mendalam keefektifan PBL dalam pembelajaran menulis dan hanya berdasarkan angka dari penelitian kuantitatif. Di samping itu, kurangnya penjelasan tentang keefektifan PBL secara deskriptif kualitatif. Penelitian yang dilaksanakan peneliti berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitipeneliti sejenis di atas. Dari segi permasalahan yang dimunculkan juga sudah terlihat berbeda. Penelitian yang peneliti lakukan difokuskan pada pembelajaran menulis teks hasil laporan observasi dengan model problem based learning. Selain itu, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Jadi, peneliti hanya melihat penerapan model problem based learning pada pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi baik dari segi penerapan dan kendala yang dihadapi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo”. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini membahas tentang (1)
learning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo, (2) untuk mengetahui respons siswa X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo terhadap penerapan model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Penelitian ini dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk menjadikan bahan
informasi bagi peneliti selanjutnya mengenai penerapan model pembelajaran problem based learning yang secara khusus dipergunakan dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan bagi peneliti. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang sesuai agar mampu menarik minat siswa dan dapat menjadi masukan dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang lebih bervariasi. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat, untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pembelajaran keterampilan menulis, serta model pembelajaran bahasa Indonesia yang menarik minat siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.
bagaimanakah penerapan model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo, (2) bagaimanakah respons siswa X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo terhadap penerapan model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Sejalan dengan
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif, yaitu yang mengungkapkan gambaran masalah yang terjadi pada saat penelitian ini berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk menganalisis penerapan model pembelajaran problem based leraning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi di SMAN 1 Mendoyo. Penggunaan rancangan penelitian deskriptif kualitatif adalah memberikan suatu
masalah itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) untuk
mengetahui pembelajaran
penerapan problem
model based
5
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) gambaran secara sistematis, akurat, dan lebih menekankan pada data faktual. Jadi, peneliti memutuskan untuk menggunakan rancangan deskriptif kualitatif untuk menganalisa tentang kualitas yang akan dihasilkan dalam penelitian ini. Subyek penelitian dalam tulisan ini, adalah guru Bahasa Indonesia kelas X dan siswa kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo dan objek penelitian yang penulis teliti adalah analisis penerapan model pembelajaran problem based leraning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo. Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Jenis metode observasi yang peneliti gunakan adalah observasi tanpa partisipasi atau nonpartisipan. Metode observasi tanpa partisipasi atau nonpartisipasi artinya peneliti memang hadir dalam kegiatan, tetapi peneliti tidak aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian. Singkatnya, peneliti hanya mengamati dan menganalisis penerapan model pembelajaran problem based leraning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi di SMAN 1 Mendoyo pada kelas X IIS. 1. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data dari RPP. Dari RPP tersebut, peneliti dapat mengetahui perencanaan guru dalam mengajar. Perlu peneliti pertegas bahwa metode dokumentasi ini tidak peneliti gunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan. Akan tetapi metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data berupa RPP yang digunakan oleh guru di dalam melakukan pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi.
Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak berstruktur, karena dengan jenis wawancara ini peneliti bebas menanyakan apa saja namun tetap berpedoman pada data yang akan dikumpulkan. Penggunaan jenis wawancara ini, dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih akurat dan mendalam dari subjek penelitian sehingga subjek tidak terikat dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Kebaikan wawancara tidak berstruktur adalah responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai (Riduwan, 2007: 30).Wawancara ini akan peneliti lakukan terhadap guru Bahasa Indonesia kelas X IIS. 1, guru tersebut yang akan diwawancarai oleh peneliti terkait rumusan masalah yang telah diuraikan. Sesuai dengan metode yang digunakan, dalam penelitian ini akan digunakan instrumen lembar observasi dan alat perekam (handycam atau HP) untuk metode observasi. Guna mendapatkan data yang relevan, peneliti mengamati teknik guru dalam pembelajaran menulis dari awal sampai dengan akhir pembelajaran dan merekamnya. Perekaman dilakukan dengan merekam kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan alat perekam (handycam dan HP). Untuk metode dokumentasi, peneliti mengumpulkan RPP yang digunakan oleh guru pada saat mengajarkan pembelajaran menulis guna mengetahui perencanaan yang telah disusun guru. Pada penelitian ini, selain metode observasi dan dokumentasi dipergunakan pula metode wawancara. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pemerosesan ini, yakni, reduksi data (data reduction), penyajian data (data
6
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) display), dan kesimpulan (conclusion drawing/verification). Dalam penelitian ini, aspekaspek yang direduksi adalah hasil observasi maupun wawancara menyangkut penerapan model pembelajaran problem bades learning dan pembelajaran menulis teks hasil observasi pada kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo. Pemenuhan aspek-apek dimaksud memudahkan peneliti dalam melakukan penyajian data dan berujung pada penarikan kesimpulan dari hasil penelitin ini. Sebagaimana dengan proses reduksi data, penyajian data dalam penelitian ini tidaklah terpisah dari analisis data. Hal yang penulis lakukan dalam proses penyajian data pada penelitian ini adalah peneliti menggambar secara umum hasil penelitian dimulai dari lokasi penelitian yaitu SMAN 1 Mendoyo baik dari aspek siswa, guru maupun berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana guna menunjang proses pembelajaran di kelas terutama dalam penerapan analisis model PBL. Kesimpulan-kesimpulan yang ada, kemudian diverifikasi selama penelitian ini berlangsung. Verifikasi ini berupa pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran peneliti selama masa penulisan (penyusunan dan pengolahan data), tinjauan ulang pada catatan-catatan selama masa penelitian (di lapangan), tinjauan kembali dengan seksama berupa tukar pikiran dengan para ahli (pembimbing) untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif, serta membandingkan dengan temuan-temuan data lain yang berkaitan dengan penerapan model PBL dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X IIS 1 SMAN 1 Mendoyo. Siswa kelas X. IIS 1 sebanyak 36 orang dengan siswa laki-laki 12 orang dan siswa perempuan 24 orang. Seluruh siswa terlibat dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil observasi di atas, langkah utama pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran problem based learning yang dilakukan guru secara berurutan dimulai dari menyampaikan salam dan mengecek kehadiran siswa, memberikan apersepsi terkait dengan pengalaman nyata yang dialami guru, menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran, memberikan konsep dasar yang diperlukan dalam pembelajaran, memancing siswa untuk menggunakan buku pelajaran atau sumber lain, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang belum dipahami, membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, menyampaikan skenario atau permasalahan, membimbing siswa dalam mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan, membimbing siswa dalam menuliskan laporan sesuai dengan permasalahan dan data pendukung yang ada, membimbing siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya, melakukan penilaian terhadap aktivitas pembelajaran berbicara dalam diskusi siswa, memberikan umpan balik terhadap kegiatan pembelajaran, menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan serta mengevaluasi pembelajaran, memberikan penghargaan terhadap usaha yang dilakukan siswa dalam belajar berbicara, mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dikomentari sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti telah mengamati pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana yang sudah disiapkan oleh guru sebelumnya.
7
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) berikut.Yang pertama, pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning yang telah diterapkan guru telah memenuhi standard pelaksanaan. Sintak untuk penerapan model problem based learning telah terpenuhi, seperti langkah-langkah penerapannya. Dalam problem basedl, standard pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan sintak sebagaimana tabel di atas. Standardnya, model problem based learning terdiri atas empat fase, yang dimulai dari fase orientasi dan organisasi, investigasi, pengembangan dan presentasi, sampai dengan analisis dan evaluasi. Keseluruhan sintak standard ini memiliki langkahlangkahnya tersendiri. Jika dikaitkan dengan penerapan problem based learning oleh guru dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi terhadap siswa kelas X. IIS 1 SMAN 1 Mendoyo, seluruh sintak pembelajaran telah terpenuhi. Pemenuhan sintak standard tersebut tercermin dalam seluruh langkah pembelajaran yang dilakukan guru selama pembelajaran berlangsung. Dalam 17 langkah pembelajaran tersebut, guru telah memeuhi fasefase pembelajaran dengan metode Problem Based Learning, yakni dengan memulai pembelajaran dengan fase orientasi dan organisasi, dilanjutkan dengan investigasi, disusul dengan fase pengembangan dan presentasi, dan diakhiri dengan fase analisis dan evaluasi. Bertolak dari fase-fase standard tersebut, bisa disimpulkan bahwa guru telah mampu menerapkan model problem based learning sesuai dengan sintaknya serta mampu menerapkan langkahlangkah pembelajarannya secara tepat dan efisien. Penerapan model problem based learning pada siswa kelas X. IIS 1 SMAN 1 Mendoyo tergolong baik dan berhasil jika dilihat dari pemenuhan kriteria keterlaksanaan
langkah pembelajaran dan juga skor yang dihasilkan siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada pembelajaran di kelas X. IIS 1 SMAN 1 Mendoyo, ada beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan keterlaksanaan model problem based learning dalam rangka menulis teks laporan hasil observasi sehingga metode problem based learning bisa diterapkan dengan baik. Hal-hal yang dimaksud akan dirinci sebagai berikut. Yang pertama, guru mampu merangsang rasa ingin tahu siswa dengan permasalahan yang dekat dan ada di sekitar siswa. Dalam model problem based learning, rangsangan awal terhadap fenomena yang akan dibahas sangatlah penting. Tanpa adanya rangsangan yang menarik, model problem based learning akan menjadi model pembelajaran yang membosankan bagi siswa, bahkan cenderung menimbulkan ketakutan akan materi yang dipelajari. Menurut Gino, dkk. (2000: 36-39) faktor yang memengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran salah satunya adalah pemberian ransangan dan motivasi belajar. Menggunakan fenomena yang sering dilihat atau umum diketahui akan memudahkan siswa untuk menuliskannya dalam bentuk laporan hasil observasi. Mulyasa (2013: 1) mengatakan teks adalah ungkapan pikiran manusia yang di dalamnya ada situasi dan konteks yang dapat ditemukan oleh siswa di sekitar mereka terlebih ketika guru mampu mengarahkan dengan tepat. Dalam penerapannya, ketika memberikan apersepsi, misalnya, guru mampu memancing siswa dengan menggunakan alam sekitar siswa sebagai ilustrasinya. Faktor keberhasilan yang kedua adalah kemampuan guru dalam mengarahkan perserta didik untuk bertanya. Sebagian besar siswa yang sebelumnya terdiam karena
8
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) tidak mengetahui materi, berani bertanya bahkan memberikan pernyataan mengenai permasalahan yang diberikan. Selain itu, guru juga mampu mengarahkan siswa untuk membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka. Jika ada perbedaan pendapat, guru melemparkan kembali kesempatan kepada siswa. Kunci keberhasilan penerapan model problem based learning selanjutnya oleh guru adalah keputusan untuk memberikan semacam penugasan kepada siswa dengan penggunaan alokasi waktu selama dua kali pertemuan. Dengan demikian, siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar seluasluasnya dengan pemahaman materi yang lebih dalam dengan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar di luar kelas. Peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Dengan demikian, model problem based learning terpenuhi bukan hanya hasilnya laporannya, namun juga tujuannya, yakni membuat siswa belajar. Kunci keberhasilan penerapan model problem based learning oleh guru yang terakhir dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi adalah pembentukan kelompok yang heterogen. Dalam penerapan model problem based learning, kelompok yang heterogen memegang peranan yang signifikan. Dengan kelompok belajar yang heterogen, peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Proses inilah inti dari pendefinisian masalah atau defining the problem dalam model problem based learning. Guru membuat
keputusan yang baik dengan membentukkan kelompok-kelompok kerja. Kelompok terdiri atas beragam gender dengan kemampuan yang bervariasi. Dengan demikian, setiap kelompok memiliki situasi belajar yang sama dengan kemampuan beradaptasi yang baik dalam setiap situasi sosial. Model problem based learning memang memiliki kelebihan tersendiri bila dibandingkan dengan model pembelajaran selama dilaksanakan. Kelebihan yang pertama adalah ketertarikan dan motivasi siswa yang lebih tinggi ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan yang dianggap menantang. Siswa menjadi lebih giat berusaha dalam mencari penyelesaian terbaik. Kelebihan kedua adalah model problem based learning memaksa setiap siswa untuk bisa menjelaskan pendapatnya dalam menyelesaikan masalah di depan kelas. Kelebihan yang ketiga adalah siswa bisa mengeksplorasi pengetahuan yang telah didapatnya dalam menyelesaikan masalah yang didapat. Kelebihan yang keempat adalah siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Namun, dalam pelaksanaan dan penerapannya secara langsung kepada siswa kelas X. IIS 1 SMAN 1 Mendoyo, ternyata problem based learning masih memiliki kekurangan, terlebih dalam penerapannya pada materi penulisan teks laporan hasil observasi. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain pembelajaran dengan model problem based learning membutuhkan waktu yang cukup lama. Waktu yang tersedia dalam satu kali tatap muka adalah 2 x 45 menit dan 180 menit per minggu dalam dua kali pertemuan. Dengan waktu yang demikian singkat, proses pemecahan masalah yang dilakukan siswa menjadi kurang efektif dengan hasil yang kurang maksimal. Belum lagi siswa
9
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) harus mempelajari materi lainnya yang juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam satu semester. Dengan demikian, efisiensi pemanfaatan dan pengaturan waktu dalam penerapan problem based learning sangatlah rentan dan perlu diperhatikan. Selain kekurangan waktu untuk pembahasan materi secara maksimal, kekurangan lainnya adalah kurangnya buku penunjang yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar. Dalam mempelajari materi laporan hasil observasi dengan model problem based learning, bahkan dengan model lainpun, buku penunjang masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan munculnya kendala dalam mengumpulkan informasi sebanyak mungkin untuk memecahkan masalah. Hal ini jugalah yang sedikit tidaknya memengaruhi kualitas pemecahan masalah yang dilakukan siswa. Kekurangan lain yang dihadapi dalam penerapan model problem based learning di kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Beberapa siswa masih menunjukkan kekurangpahaman terhadap materi yang dibahas dan masalah yang harus dipecahkan sehingga sebagian besar lebih banyak bergantung kepada rekan kelompoknya. Sebagian besar lainnya lebih memilih melakukan hal lain yang bisa mereka lakukan dibandingkan berusaha menyelesaikan masalah yang tidak mereka pahami pangkal ujungnya. Berdasarkan kuesioner respons siswa, dapat diperhatikan bahwa dari pertanyaan butir satu hingga sepuluh, siswa yang memberikan respon setuju (sangat setuju (ss) dan setuju (s)) lebih besar daripada siswa yang memberikan respon tidak (kurang setuju (ks), tidak setuju (ts), dan sangat tidak setuju (sts)).
Didasarkan pada kuesioner yang disebarkan kepada siswa kelas X.IIS 1 SMAN 1 Mendoyo, dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah positif dan mendukung pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi Sikap positif yang diutarakan siswa melalui kuesioner tersebut didasarkan oleh beberapa faktor. Pertama, adanya situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal, situasi yang memberi kesempatan pada siswa untuk dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahan pengajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Kedua, pembelajaran dibangun dengan suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Suasana dialogis itu juga mampu memunculkan berbagai alternative pemecahan masalah yang dihadapi untuk kemudian dibahas bersama guna mendapatkan suatu kesimpulan utuh. Ketiga, proses pembelajaran yang dilakukan dan diterapkan adalah proses pembelajaran dialog interaktif. Pembelajaran yang telah dilakukan guru dan siswa dipenuhi interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan mendapatkan respon yang tepat yang melibatkan media dan metode untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran yang terjalin memungkinkan untuk menumbulkan rasa nyaman dan aman bagi siswa untuk mempelajari materi secara lebih baik dan fokus. Selanjutnya, respons positif siswa juga timbul karena metode
10
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) pembelajaran yang tidak monoton. Guru melibatkan penyodoran berbagai situasi dimana anak bisa bereksprimen, yang dalam artinya, yang paling luas-menguji cobakan berbagai hal untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi benda, memanipulasi simbol-simbol, melontarkan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, merekonsiliasikan apa yang ditemukannya pada suatu waktu dengan apa yang ditemukannya pada waktu yang lain, membandingkan temuannya dengan temuaan anak-anak lain. Siswa memiliki rasa kepercayaan diri dan rasa bertanggung jawab atas segala hal yang dikerjakan dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Kepercayaan diri tumbuh dalam proses diskusi, baik antaranggota kelompok maupun antarkelompok. Di samping itu, rasa tanggung jawab bisa dipupuk dari proses mencari jawaban atas permasalahan dan tanggung jawab dalam segala yang telah dilontarkan dalam proses pembelajaran. Respons positif siswa tidak terlepas dari pemilihan materi yang otentik. Pembelajaran berdasarkan permasalahan yang otentik mampu membantu dan mengarahkan siswa mengerjakan dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri. Pengalaman belajar secara langsung di lapangan tempat fenomena terjadi akan membantu siswa untuk mempelajari segala materi secara nyata, bukan sekadar mengkhayalkan sesuatu yang tidak ada di depan mata. Meski menghabiskan waktu yang relatif lama, pangalaman yang dihasilkan dipastikan dapat membantu tahapan belajar siswa selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, guru telah melaksanakan 17 langkah pembelajaran yang terbagi ke dalam 4 fase sesuai dengan sintak model problem based learning. Penerapan metode problem based learning pada siswa kelas X. IIS 1 SMAN 1 Mendoyo tergolong baik dan berhasil jika dilihat dari pemenuhan kriteria keterlaksanaan langkah pembelajaran dan juga skor yang dihasilkan siswa selama pembelajaran berlangsung. Beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan keterlaksanaan model problem based learning adalah guru mampu merangsang rasa ingin tahu siswa dengan permasalahan yang dekat dan ada di sekitar siswa, kemampuan guru dalam mengarahkan perserta didik untuk bertanya, keputusan untuk memberikan semacam penugasan kepada siswa dengan penggunaan alokasi waktu selama dua kali pertemuan, pembentukan kelompok yang heterogen. Kedua, respon siswa terhadap penerapan model problem based learning dikatakan positif. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan atau faktor. Pertama, adanya situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal, situasi yang memberi kesempatan pada siswa untuk dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahan pengajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Kedua, pembelajaran dibangun dengan suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus Ketiga, proses pembelajaran yang dilakukan dan diterapkan adalah proses Pembelajaran dialog interaktif.
SIMPULAN DAN SARAN
11
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) DAFTAR PUSTAKA Gino, Suwarni dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaUniversitas Sebelas Maret.
Respons positif siswa juga timbul karena model pembelajaran yang tidak monoton. Respons positif siswa tidak terlepas dari pemilihan materi yang otentik. Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, dapat disarankan beberapa hal, yakni pertama, model problem based learning dapat mengembangkan aktivitas berkarakter dan meningkatkan pemahaman konsep siswa, maka sebaiknya guru dapat menerapkannya sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran. Guru juga harus mengetahui pengetahuan siswa tentang materi pembelajaran yang akan digunakan sebagai bekal siswa dalam memecahkan masalah sebelum proses pembelajaran agar masalah yang akan dipecahkan tidak terlalu membebani siswa atau terlalu sukar untuk dipecahkan. Ketiga, bagi guru yang akan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) ini sebaiknya memperhatikan dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Guru juga hendaknya benar-benar mempersiapkan waktu dengan baik, menguasai materi, bisa mengelola kelas dengan baik, dan mampu bertindak cepat untuk bisa menyiasati kondisi di luar kegiatan yang sudah direncanakan. Terakhir, kepada peneliti lain, paparan yang terdapat dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam meneliti masalah lain yang sejenis dengan penelitian ini lebih lanjut. Peneliti meyakini bahwa dalam penelitian ini masih ada hal yang belum dibahas dan belum diselesaikan. Oleh sebab itu, peneliti lain bisa menemukan tindakan lebih lanjut untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Kurniawati Anik. 2013. Efektivitas Model Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Batangan Tahun Ajaran 2012/2013. Semarang: IKIP PGRI Semarang. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdikarya. Pannen, Paulina, dkk. 2001. Cakrawala Pendidikan. Jakarta. Universitas Terbuka. Riduwan. 2007 . Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Cetakan ke- 4. Bandung: Alfabeta. Setyorini, Neng Dafi. 2013. Keefektifan Metode Problem Based Learning dalam Pembelajaran Menulis Persuasif pada Siswa Kelas X MA AlWakhidiyah Karangawen Demak Tahun Ajaran 2012/2013. Semarang: IKIP PGRI Semarang.
12