ASRIL YUSUF PUTRA FAU-FKIK.pdf - Repository UIN Jakarta

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT. MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN. Skripsi, Juni 2015. Asril Yusuf putra Fau, NIM : 1111101000005 .... Direktur RSU Ha...

3 downloads 670 Views 3MB Size
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT METHYLPREDNISOLON INJ 125 MG/2 ML MELALUI METODE ANALISIS ABC, ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN REORDER POINT (ROP) DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH : ASRIL YUSUF PUTRA FAU 1111101000005

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN (MPK) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S-1) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Juni 2015

Asril Yusuf Putra Fau

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, Juni 2015 Asril Yusuf putra Fau, NIM : 1111101000005

Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Melalui Metode Analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015 xxiii + (119) halaman, (8) tabel, (6) gambar, (1) grafik, (5) bagan, (9) lampiran

ABSTRAK Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) bertanggung jawab dalam menyediakan perbekalan farmasi dengan jumlah yang cukup pada waktu yang dibutuhkan dan dengan biaya yang serendah-rendahnya, khususnya bagian Gudang Farmasi. Gudang Farmasi RSU Haji Medan belum optimal dalam melakukan penyediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml , yaitu belum adanya keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml sehingga terjadi stock out dan pembelian cito. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml di Gudang Farmasi RSU Haji Medan. Jenis penelitian adalah operational research untuk mengetahui nilai pemakaian dan investasi obat, mengetahui jumlah pemesanan optimum dan waktu pemesanan kembali masing-masing obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi sedangkan data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen terkait penelitian. Informan dari penelitian adalah Kepala Unit Farmasi, Kepala Bidang Penunjang Medis, Staf Gudang Farmasi, Kepala Bagian Keuangan dan Koordinator Logistik di RSU Haji Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder point (ROP) diketahui bahwa obat methylprednisolone inj 125 mg/2 ml mengalami stock out obat dan mengakibatkan kerugian sebesar Rp 65.790.000. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode ABC didapatkan hasil bahwa obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml merupakan obat kelompok A dengan nilai investasi tertinggi. Perhitungan dengan metode EOQ didapatkan Jumlah pemesanan optimum untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml adalah 49 item dan perhitungan ROP didapatkan waktu pemesanan kembali untuk obat Methylprednisolon inj

125 mg/2 ml adalah 116 item. Setelah dilakukan penerapan metode analisis ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi RSU Haji Medan permasalahan stock out obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml tidak terjadi lagi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada RSU Haji Medan untuk menerapkan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) ke seluruh jenis obat generik.

Kata Kunci: Pengendalian persediaan, obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml, analisis ABC, Economic Order Quantity, Reorder Point Daftar Bacaan: 36 (1987-2015)



STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY HEALTH CARE MANAGEMENT Skripsi, Juny 2015 Asril Yusuf Putra Fau, NIM : 1111101000005

Inventory Control Effectiveness of Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Drug using ABC Analysis Method, Economic Order Quantity (EOQ) and Reorder Point (ROP) in Pharmaceutical Warehouse of Haji Medan Public Hospital 2015 xxiii + (119) pages, (8) tables, (6) pictures, (1) graphic, (5) charts, (9) attachments

ABSTRACT The Hospital Pharmacy Installation is responsible in providing pharmaceutical supplies with a sufficient amount of time is needed and the cost of that perfect humility, especially the pharmaceutical warehouse. Pharmaceutical werehouse of Haji Medan Public Hospital is not optimal in doing the provision of Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml medicine, the demand and availability of the Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml drugs is not balance so the stock out and cito purchase is happened. So there need to be analyzed about inventory control of Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml drug in pharmaceutical warehouse at Haji Medan Public Hospital. The type of this research was operational research to determine the value of drug consumption and investment, determine the optimum order quantity and reorder time of Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml drug in the pharmaceutical warehouse at Haji Medan Public Hospital. The primary data was obtained from indepth interviews and observation then secondary data was obtained by reviewing the related document. The informan in this research was the Head of Pharmaceuticals Unit, Head of Medical Support, Pharmaceutical Warehouse Staff, Head of Finance and Coordinator of Logistics at Haji Medan Public Hospital. The result showed that prior to the application of the method ABC, Economic Order Quantity (EOQ) and Reorder point (ROP) is known that the drug methylprednisolone inj 125 mg/2 ml experiencing stock out of medicines and result in a loss of Rp 65.790.000. After calculation by the ABC, EOQ and ROP method showed that the drug is a drug Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml group A with the highest investment value. Calculation by the the method of EOQ obtained optimum number of booking for the drug Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml are 49 items and calculation by the the method of ROP 

obtained when booking a return to drug Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml are 116 items. After the application of the method ABC, Economic Order Quantity (EOQ) and Reorder Point (ROP) in pharmaceutical warehouse of Haji Medan Public Hospital the problem of Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml stock out can be solved. Based on these result, it is recommended to the hospital to implement the ABC method, Economic Order Quantity (EOQ) and Reorder Point (ROP) to apply the ABC, Economic Oreder Quantity (EOQ) and Reorder Point (ROP) method to all types of generics. Keywords : Inventory control, Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml medicine, ABC analysis, Economic Order Quantity, Reorder Point Bibliography: 36 (1987-2015)



RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama

: Asril Yusuf Putra Fau

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir

: Padangsidimpuan, 21 Juli 1992

Alamat

: Jl. Duta Darma VI Blok D7 No.18 Pondok Hijau, Ciputat, Tangerang Selatan

Agama

: Islam

No. Telp

: 081375687209

E-mail

: [email protected]

Riwayat Pendidikan

:

2011-sekarang

: Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK), Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2008-2011

: MAN 2 Model Padangsidimpuan

2005-2008

: SMPS Nurul Ilmi Padangsidimpuan

1999-2005

: SDN 200117 Padangsidimpuan

1998-1999

: TK Bhayangkari Padangsidimpuan

Riwayat Organisasi

:

2012-2013

: PSDMO BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013-sekarang

: HACAMSA Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015 dapat diselesaikan. Sholawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan pada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Skripsi ini merupakan syarat mahasiswa semester VIII (delapan) Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dengan pengetahuan, pengarahan dan bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan, penulis dapat menyusun proposal skripsi yang berjudul “Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Melalui Metode Analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015” Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

Kedua orang tua tercinta yang telah memberi semangat, memotivasi serta doanya.

2.

DR. Arif Sumantri. M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

3.

Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph. D sebagai Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat.

4.

dr. Yuli Prapancha Satar, MARS dan Febrianti, SP, M.Si selaku pembimbing

x

skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingannya. 5.

Riastuti Kusuma Wardhani, MKM, Yuli Amran, SKM, MKM dan Milza N Rosad, MARS selaku penguji sidangskripsi.

6.

Segenap bapak / ibu dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis dan mahasiswa pada umumnya.

7.

Direktur RSU Haji Medan yang telah memberikan izin penelitian skripsi di RSU Haji Medan

8.

Aziz, Fahri, Misbah yang selalu mendengarkan keluh kesah, memberi semangat dan masukan, terimakasih

9. 10.

dr. Patimah Fitriansyari Hasibuan terimakasih doa, semangat dan dukungannya. Untuk sahabat-sahabat Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK) 2011 dan seluruh teman-teman Kesmas lainnya.

11.

Segenap pihak yang belum disebutkan satu persatu atas bantuan, semangat dan doanya untuk penulis dalam menyelesaikan magang. Dengan mengirimkan doa kepada Allah SWT penulis berharap semua kebaikan

yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Terakhir, penulis berharap semoga Laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Jakarta, Juni 2015

Penulis

xi

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii ABSTRAK ............................................................................................................... iii ABSTRACT ............................................................................................................. v PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ vii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... viii RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvii DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. xviii DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xx DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xxi DAFTAR ISTILAH ................................................................................................ xxiii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5 xii

C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 6 D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6 1.

Tujuan Umum ................................................................................... 6

2.

Tujuan Khusus .................................................................................. 7

E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7 1. Bagi Peneliti ......................................................................................... 7 2. Bagi Rumah Sakit Umum Haji Medan ................................................ 8 3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta .................... 8 F. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10 A. Rumah Sakit .................................................................................................. 10 B. Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS) ......................................... 11 C. Manajemen Logistik Rumah Sakit................................................................ 13 1. Defenisi Manajemen Logistik .............................................................. 13 2. Tujuan dan Ciri Manajemen Logistik .................................................. 14 3. Fungsi Manajemen Logistik ................................................................ 16 a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan ........................ 17 b. Fungsi Penganggaran................................................................. 19 c. Fungsi Pengadaan ...................................................................... 19 d. Fungsi Penerimaan dan Penyimpanan ....................................... 20 e. Fungsi Penyaluran ..................................................................... 22 f. Fungsi Pemeliharaan ................................................................. 23 g. Fungsi Penghapusan .................................................................. 23 h. Pengendalian/Pengawasan ......................................................... 24 4. Peran Manajemen Logistik di Rumah Sakit ........................................ 25 D. Manajemen Persediaan Logistik Rumah Sakit ............................................. 28 1. Fungsi Persediaan ................................................................................ 29 2. Jenis Persediaan ................................................................................... 30 3. Biaya-Biaya Persediaan ....................................................................... 31 E. Pengendalian Persediaan Obat ...................................................................... 33

xiii

1.

Defenisi dan Tujuan Pengendalian Persediaan ................................. 33

2.

Metode Pengendalian Persediaan...................................................... 36 a. Analisis ABC ........................................................................... 36 b. Economic Order Quantity (EOQ) ............................................ 42 c. Reorder Point (ROP) ............................................................... 43

F. Kerangka Teori ............................................................................................. 45 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFENISI ISTILAH ........................ 47 A. Kerangka Berfikir ......................................................................................... 47 B. Defenisi Istilah .............................................................................................. 50 BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 52 A. Desain Penelitian .......................................................................................... 52 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 52 C. Informan Penelitian Kualitatif ...................................................................... 53 D. Pengumpulan Data ........................................................................................ 54 E. Keabsahan Data............................................................................................. 55 F. Pengolahan Data ........................................................................................... 55 G. Penyajian Data .............................................................................................. 59 BAB V HASIL ......................................................................................................... 60 A. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Sebelum Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan .................................................... 60 B. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml dengan Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan .................................................... 64 1. Sistem Pengelompokan Obat Generik dengan Metode ABC ............ 64 a. Input dari SDM dan Metode ....................................................... 64 b. Proses Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis ABC ................................................................. 69 c. Output Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis ABC ................................................................. 75

xiv

2. Perhitungan EOQ Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml............ 76 3. Perhitungan ROP Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml ............ 82 C. Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Pasca Penerapan Metode ABC, EOQ, dan ROP di Gudang Farmasi RSU Haji Medan ........................................................... 85 BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 87 A. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 87 B. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Sebelum Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan .................................................... 87 C. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml dengan Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan .................................................... 92 1. Sistem Pengelompokan Obat Generik dengan Metode ABC ........... 92 a. Input dari SDM dan Metode ....................................................... 92 b. Proses Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis ABC ................................................................. 95 c. Output Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis ABC ................................................................. 108 2. Perhitungan EOQ Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml ........... 109 3. Perhitungan ROP Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml ............ 111 D. Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Pasca Penerapan Metode ABC, EOQ, dan ROP di Gudang Farmasi RSU Haji Medan ........................................................... 114 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 118 A. Simpulan ....................................................................................................... 118 B. Saran ............................................................................................................. 119 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Persediaan .............................................................................. 40 Tabel 3.1 Defenisi Istilah ......................................................................................... 50 Tabel 5.1 Jumlah Tenaga RSU Haji Medan ............................................................ 64 Tabel 5.2 Jumlah Pemakaian dan Nilai Investasi Berdasarkan Kemasan Obat Generik di Gudang Farmasi Tahun 2014 ......................................... 65 Tabel 5.3 Analisis ABC Berdasarkan Jumlah Pemakaian Obat Generik Tahun 2014 ............................................................................................... 67 Tabel 5.4 Analisis ABC Berdasarkan Nilai Investasi Obat Generik Tahun 2014 ............................................................................................... 68 Tabel 5.5 Biaya ATK Dalam Pemesanan Setiap Bulan Gudang Farmasi RSU Haji Medan ....................................................................................... 77 Tabel 5.6 Total Biaya Perpemesanan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan .......... 82

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Klasifikasi Sediaan Pareto.................................................................... 54 Gambar 2.2 Jumlah Pemesanan Ekonomis .............................................................. 60 Gambar 2.3 Pengendalian Tingkat Pemesanan Kembali ......................................... 63 Gambar 2.4 Pengendalian Tingkat Pemesanan Kembali dengan Safety Stock ....... 64 Gambar 6.1 Pengelompokan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Pemakaian Tahun 2014............................................................... 100 Gambar 6.2 Pengelompokan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Investasi Tahun 2014 .................................................................. 104

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Grafik dari Analisis ABC ....................................................................... 55

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Siklus Manajemen Logistik .................................................................... 17 Bagan 2.2 Logistik di Rumah Sakit ......................................................................... 27 Bagan 2.3 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Persediaan ................................. 35 Bagan 2.4 Kerangka Teori ....................................................................................... 46 Bagan 3.1 Kerangka Berfikir ................................................................................... 49

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Pengajuan Skripsi ke RSU Haji Medan

Lampiran 2

Surat Izin Penelitian di RSU Haji Medan

Lampiran 3

Pedoman Wawancara

Lampiran 4

Pedoman Telaah Dokumen

Lampiran 5

Struktur Organisasi Bagian Pengadaan Logistik RSU Haji Medan

Lampiran 6

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSU Haji Medan

Lampiran 7

Matriks Transkrip Hasil Wawancara

Lampiran 8

Tabel Klasifikasi Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Pemakaian Tahun 2014

Lampiran 9

Tabel Klasifikasi Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Investasi Tahun 2014

xx

DAFTAR SINGKATAN ATK

= Alat Tulis Kantor

Dirjend

= Direktorat Jenderal

DPHO

= Daftar Palfon Harga Obat

EOQ

= Economic Order Quantity

FEFO

= First Expired First Out

FIFO

= First In First Out

IFRS

= Instalasi Farmasi Rumah Sakit

INN

= International Nonpropoetary Names

Jamkesmas

= Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jampersal

= Jaminan Persalinan

Kabid

= Kepala Bidang

KFT

= Komite Farmasi dan Terapi

PBF

= Perusahaan Besar Farmasi

Permenkes

= Peraturan Menteri Kesehatan

Kepmenkes

= Keputusan Menteri Kesehatan

ROP

= Reorder Point

RSU

= Rumah Sakit Umum

SDM

= Sumber Daya Manusia

SIRS

= Sistem Informasi Rumah Sakit

xxi

SOP

= Standard Operational Procedure

SP

= Surat Pemesanan

TT

= Tempat Tidur

xxii

DAFTAR ISTILAH Cito

= Pemesanan dilakukan insidental dan harus segera dikirim saat itu juga

Buffer Stock

= Stok penyangga, stok pengaman/safety stock untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan (stock out)

Defekta

mengenai permintaan = Pendokumentasian/pencatatan pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek

Formularium

= Dokumen yang berisi daftar obat yang digunakan oleh profesional kesehatan di rumah sakit

Lead Time

= Waktu tunggu pemesanan atau waktu yang diperlukan mulai pemesanan sampai obat diterima

Obat fast moving

= Obat yang perputaran/pergerakannya cepat

Obat moderate

= Obat yang perputaran/pergerakannya sedang

Obat slow moving

= Obat yang perputaran/pergerakannya lambat

Revenue center

= Pusat biaya produksi atau sumber pendapatan

Stock opname

= Kegiatan mencocokan kondisi fisik barang gudang dengan kartu stok

Stock out

= Kekosongan stok

User

= Pengguna obat (dokter)

xxiii

dan

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Menurut Depkes RI (2008) biaya yang diserap untuk penyediaan obat merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah sakit. Menurut Suciati (2006) pelayanan farmasi merupakan revenue center utama rumah sakit. Hal tersebut dikarenakan lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi, meliputi obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran, dan gas medik. Serta 50% dari seluruh pendapatan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Melihat besarnya kontribusi perbekalan farmasi sebagai sumber pelayanan penunjang di rumah sakit untuk menjamin kelancaran pelayanan kesehatan, maka dibutuhkan pengelolaan secara tepat dan penuh tanggung jawab. Pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (Depkes RI, 2008). Pengelolaan perbekalan farmasi tidak terlepas dari konsep umum manajemen logistik, yang

unsur-unsurnya

meliputi

perencanaan,

pengadaan,

penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian yang selamat dan aman, hingga pengendalian persediaan yang teliti (Aditama, 2000).

1

2

Salah satu permasalahan dalam manajemen logistik farmasi adalah stock out obat. Kejadian seperti ini diakibatkan karena tidak terkontrolnya persediaan obat dan sulit untuk menentukan waktu pemesanan kembali karena tidak mengetahui jumlah stok yang tersedia. Masalah stock out obat mengakibatkan sering dilakukannya pemesanan obat secara cito, artinya pemesanan dilakukan insidental dan harus segera dikirim saat itu juga. Hal ini tentu menjadi sebuah kerugian karena obat yang dipesan di apotek luar harganya lebih mahal dibandingkan membeli ke distributor. Hal ini misalnya yang dialami oleh RSU Haji Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian Mellen dan Pudjiraharjo (2013), RSU Haji Surabaya mengalami stock out pada tahun 2012. Selama Januari-April 2012 terdapat 116 jenis obat yang mengalami stock out yang mengakibatkan terjadinya kerugian yang dialami oleh RSU Haji Surabaya, yaitu sebesar Rp 244.023.752. Menurut John dan Harding (2001) untuk memastikan bahwa pengendalian persediaan efektif, maka tiga pertanyaan dasar yang harus dijawab adalah apa yang akan dikendalikan, berapa banyak yang hendak dipesan dan kapan memesan kembali. Metode Analisis ABC untuk menjawab pertanyaan apa yang akan dikendalikan dengan mengetahui prioritas obat generik yang dikelompokan berdasarkan nilai pemakaian obat dan nilai investasi. Selanjutnya obat generik yang tergolong kelompok A akan dihitung dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ untuk menjawab pertanyaan berapa banyak yang hendak dipesan dengan mengetahui

3

jumlah yang akan dipesan (jumlah optimum) agar dapat mengefisiensikan biaya persediaan obat. Kemudian dihitung dengan menggunakan metode Reorder Point (ROP) obat yang tergolong kelompok A. Metode ROP untuk mengetahui waktu pemesanan kembali dengan mengetahui titik pemesanan kembali sehingga dapat mengatasi kekurangan stok. Mulyardewi (2010), menyarankan dalam penelitiannya untuk menggunaan metode ABC Indeks Kritis dalam menetapkan perencanaan obat, serta mengendalikan persediaan obat yang termasuk kelompok A dengan menggunakan model EOQ dan ROP agar tidak lagi terjadi kekosongan persediaan, pembelian cito, dan resep yang dibeli pasien diluar apotek rumah sakit. Menurut Wahjuni dan Suryawati (1998), metode EOQ yang diterapkan terhadap klasifikasi obat pada analisis ABC di Instalasi Farmasi yang mereka teliti, dapat menurunkan total nilai persediaan obat dan memudahkan pengaturan frekuensi pengadaan obat. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pada bulan April-Mei 2015, didapatkan bahwa proses pengendalian persediaan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan tidak menggunakan metode khusus. Penentuan kebutuhan obat yang dilakukan selama ini hanya berdasarkan perkiraan apoteker saja, serta dengan melakukan stock opname, pencatatan pada kartu stok dan buku defekta. Kejadian seperti ini mengakibatkan tidak terkontrolnya persediaan obat dan sulit untuk menentukan waktu pemesanan karena tidak mengetahui

4

jumlah stok yang tersedia, sehingga nantinya akan terjadi kekosongan obat di Rumah Sakit Umum Haji Medan. Berdasarkan data yang diperoleh dari gudang farmasi RSU Haji Medan, terdapat 193 jenis obat yang pernah dibeli ke apotik luar pada tahun 2014. Artinya, 193 jenis obat tersebut belum dapat disediakan dalam jumlah yang diminta pada waktu dibutuhkan oleh unit sehingga harus dibeli secara cito ke apotik luar RS Umum Haji Medan. Paling sedikit ada 15 jenis obat dalam satu bulan yang dibeli cito ke apotik luar RS Umum Haji Medan pada tahun 2014. Terdapat beberapa jenis obat yang hampir setiap bulan dibeli cito di luar apotik karena stok obat tidak cukup untuk memenuhi permintaan pasien dan rata-rata adalah obat generik, salah satunya yaitu Methylprednisolon 125 mg/ 2 ml dibeli cito di apotik luar RS yaitu sebanyak 1.700 vial dengan rata-rata pembelian per bulan sebanyak 142 vial dengan nilai investasi sebesar Rp 65.790.000. Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml merupakan obat yang menempati

peringkat

menggunakan

metode

pertama

dalam

analisis

ABC

pengelompokkan obat investasi,

yang

dengan

artinya

obat

Methylprednisolon 125 mg/ ml merupakan obat dengan nilai pemakaian paling tinggi dan pemakaian anggaran paling besar, Sehingga obat tersebut harus memiliki kontrol persediaan yang lebih ketat. Diharapkan dengan penerapan metode pengendalian tersebut menjadi suatu solusi untuk meningkatkan pengendalian persediaan sehingga obat dapat

5

disediakan dengan jumlah dan waktu yang tepat, penggunaan anggaran yang rendah dan menghindari pemesanan cito dan pembelian ke apotik luar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan data yang diperoleh dari SIRS RS Umum Haji Medan, pemesanan obat sering dilakukan secara cito dan dibeli di apotik luar yang dapat merugikan rumah sakit karena pemesanan di apotek luar mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan memesan langsung ke distributor. Hal ini terjadi karena adanya kekosongan obat di gudang farmasi sehingga obat tersebut harus dipesan secara cito sebagai upaya pemenuhan kebutuhan obat pasien. Salah satu obat generik yang mengalami cito yaitu obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml. Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml menempati peringkat pertama dalam pengelompokkan obat berdasarkan analisis ABC investasi. Yang artinya obat Methylprednisolon 125 mg/ ml merupakan obat dengan nilai pemakaian paling tinggi dan pemakaian anggaran paling besar, Sehingga obat tersebut harus memiliki kontrol persediaan yang lebih ketat. Belum pernah dilakukan pengendalian persediaan obat di gudang farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan melalui metode analisis ABC, Economic Oreder uantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP). Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml Melalui Metode Analisis ABC, Economic Order Quantity

6

(EOQ), dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015”.

C. Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125

mg/ 2 ml sebelum penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015? b. Bagaimana pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml malalui metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015? c. Bagaimana

efektivitas

pengendalian

persediaan

obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml pasca penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ), dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015?

D. Tujuan Penelitian 1.

Tujuan Umum Mengetahui

efektivitas

pengendalian

persediaan

obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015.

7

2.

Tujuan Khusus a. Mengetahui pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml sebelum penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015. b. Mengetahui pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml malalui metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015. c. Mengetahui

efektivitas

pengendalian

persediaan

obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml pasca penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ), dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian 1.

Bagi Peneliti a. Mendapatkan

gambaran

nyata

logistik di RS Umum Haji Medan

pengendalian

persediaan

8

2.

Bagi Rumah Sakit Umum Haji Medan a. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan. b. Hasil

penelitian

masukan

ini

dapat

digunakan

sebagai

bahan

dalam penyusunan kebutuhan obat di Gudang

Farmasi RS Umum Haji Medan. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk kebijakan dalam pengendalian persediaan obat di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan.

3.

Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta a. Dapat dijadikan sebagai referensi terkait pengendalian persediaan obat di rumah sakit. b. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan pengendalian persediaan obat di rumah sakit.

F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai efektivitas pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml melalui metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan. Penelitian dilakukan

9

selama bulan April-Mei 2015. Penelitian merupakan penelitian operational research untuk mengetahui nilai pemakaian dan investasi obat, mengetahui jumlah

pemesanan

optimum

dan

titik

pemesanan

kembali

obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi dan data sekunder melalui telaah dokumen terkait penelitian. Subjek dari penelitian adalah Kepala Unit Farmasi, Kepala Bagian Penunjang Medis, Staf Gudang Farmasi dan Kepala Bagian Keuangan dan Koordinator Logistik di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (UU RS, 2009). Rumah

sakit

juga

salah

satu

dari

sarana

kesehatan

tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan menciptakan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar,2004). Menurut

keputusan Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No:

983/Menkes/SK/1992 tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.

10

11

Dalam melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi yaitu: menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medic nonmedik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta administrasi umum dan keuangan (Depkes RI, 1992).

B. Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita, sampai pada pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan, maupun untuk senua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar, 2004). IFRS juga bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian / unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayan penderita yang lebih baik. Pelayanan farmasi RS adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan kesehatan RS yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Kep menkes, 2004).

12

Tujuan pelayanan farmasi RS adalah pelayanan yang paripurna sehingga dapat memberikan obat tepat pasien, tepat dosis, tepat cara pemakaian, tepat kombinasi, tepat waktu dan tepat harga. Selain itu pasien diharapkan mendapat pelayanan yang dianggap perlu oleh farmasi sehingga pasien mendapat pengobatan efektif, efisien, aman, rasional dan terjangkau (Maimun, 2008). Pelaksanaan pelayanan farmasi terdiri dari 4 pelayanan yaitu (Purwanti, 2003) : 1.

Pelayanan Obat Non Resep Pelayanan obat non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi. Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotik (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB). Obat wajib apotik terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskuler, anti parasit dan obat kulit topikal.

2.

Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Apoteker hendaknya mampu menggalang komunikasi dengan tenaga kesehatan lain, termasuk kepada dokter, termasuk memberi informasi tentang obat baru atau obat yang sudah ditarik. Apoteker hendaknya aktif mencari masukan tentang keluhan pasien terhadap obat-obatan yang dikonsumsi. Selain itu apoteker juga mencatat reaksi atau

13

keluhan pasien untuk dilaporkan ke dokter, dengan demikian ikut berpartisipasi dalam pelaporan efek samping obat. 3.

Pelayanan Obat Resep Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab apoteker pengelola apotik. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat yang ditulis dalam resep dengan obat lain. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih terjangkau.

4.

Pengelolaan Obat Kompetensi penting yang harus dimiliki apoteker dalam bidang pengelolaan

obat

meliputi

kemampuan

merancang,

membuat,

melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan melakukan seleksi, perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan persediaan, perancangan dan melakukan dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam rangka pelayanan kepada pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan jaminan mutu.

C. Manajemen Logistik Rumah Sakit 1. Definisi Manajemen Logistik Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,

14

penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. Logistik adalah bagian dari instansi

yang tugasnya

adalah menyediakan

bahan/barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasionalnya instansi tersebut dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin (Aditama, 2007). Menurut Bowersox (1995) manajemen logistik adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para suplier, di antara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para pelanggan. Menurut Wolper (1995) dalam Sabarguna (2009), Manajemen logistik adalah manajemen dan pengendalian barang-barang, layanan, dan perlengkapan mulai dari akuisisi sampai pada disposisi dan ada elemen penting yaitu: strategi terpadu untuk menjamin bahwa barang, jasa dan perlengkapan dibeli dengan biaya total yang terendah; strategi terkait untuk menjamin bahwa persediaan dan biaya disimpan dipantau dan dikendalikan secara agresif.

2. Tujuan dan Ciri Manajemen Logistik Tujuan

manajemen

logistik

menurut

Aditama

(2000)

adalah

menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah. Dalam bukunya yang berjudul Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Aditama

15

(2000) juga menjelaskan kegiatan logistik secara umum memiliki tiga tujuan, yaitu: 1. Tujuan Operasional Adalah agar tersedianya barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai. 2. Tujuan Keuangan Meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya. 3. Tujuan Pengamanan Bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan sesungguhnya dapat tercermin di dalam sistem akuntansi.

Ciri-ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan (movement) dan penyimpanan (storage) yang strategis (Bowersox, 1995). Logistik rumah sakit mempunyai ciri yang penting untuk dilihat dan diperhitungkan antara lain (Sabarguna, 2005): a. Spesifik, berarti terkait dengan pelanggan dan profesi tertentu, seperti obat, film rontgen, dan lain-lain.

16

b. Harga yang variatif dari yang sangat murah sampai sangat mahal, seperti lampu CT Scan, sampai kasa steril. c. Jumlah item yang sangat banyak, maka sering dikelola secara departemental sesuai pelayanan dan profesi.

3.

Fungsi Manajemen Logistik Di dalam pengelolaan logistik, fungsi-fungsi manajemen logistik menurut Aditama (2007) dan Subagya (1994) adalah perencanaan, penganggaran,

pengadaan,

penyimpanan

dan

pendistribusian,

pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian. Sedangkan menurut Seto (2004), fungsi-fungsi logistik terdiri dari perencanaan dan penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penerimaan dan penyimpananan, penyaluran, pemeliharaan, penghapusan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi tersebut merupakan suatu siklus kegiatan manajemen logistik. Berikut adalah siklus manajemen logistik yang dapat dijalankan sebagai berikut:

17

Bagan 2.1 Siklus Manajemen Logistik (Seto, 2004)

Berdasarkan gambar diatas dapat diuraikan manajemen logistic merpakan suatu proses yang terdiri dari: a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan Perencanaan merupakan dasar tindakan manajer untuk dapat menyelesaikan

tugas

pekerjaanya.

Penentuan

kebutuhan

merupakan perincian dari fungsi perencanaan menyangkut proses memilih jenis dan menetapkan dengan prediksi jumlah kebutuhan persediaan barang/obat perjenis di apotek ataupun di rumah sakit. Penentuan kebutuhan obat di rumah sakit harus berpedoman kepada daftar obat essensial, formularium rumah

18

sakit, standar terapi dan jenis penyakit di rumah sakit, dengan mengutamakan obat-obat generik (Seto, 2004). Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan mencakup aktivitas menetapkan sasaran-sasaran, pedoman, dan dasar ukuran penyelenggaraan pengelolaan perlengkapan. Sedangkan, penentuan kebutuhan merupakan perincian ( detailering) dari fungsi perencanaan, bilamana diperlukan semua faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan (Aditama, 2000). Dalam membuat perencanaan pengadaan, terdapat tiga metode yang dapat digunakan, yaitu: 1) Metode konsumsi, yaitu metode perencanaan yang didasarkan atas analisis data konsumsi atau pemakaian perbekalan farmasi periode sebelumnya. 2) Metode epidemiologi, yaitu metode perencanaan yang didasarkan pada data jumlah kunjungan, jumlah tindakan, Bed Occupation Rate (BOR), Length of Stay (LOS), frekuensi penyakit dan standar terapi. 3) Kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi.

19

b. Fungsi Penganggaran Menurut menyangkut

Seto

(2004)

Fungsi

kegiatan-kegiatan

dan

penganggaran

adalah

usaha-usaha

untuk

merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam satu skala standar yaitu dengan skala mata uang (dollar, rupiah, dan lainlain). Begitu juga menurut Aditama (2007) menambahkan dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku terhadapnya. Beberapa

hal

penting

dalam

proses

penganggaran

(Awaloeddin, 2001): 1) Penyesuaian rencana pembelian dengan dana yang tersedia 2) Mengetahui adanya kendala-kendala dan keterbatasan 3) Menentukan umpan balik dari fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan untuk penyesuaian dan penentuan rencana aternatif.

c. Fungsi Pengadaan Fungsi pengadaan adalah usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan (dengan

20

peramalan yang baik), maupun penganggaran. Dalam pengadaan dilakukan proses pelaksanaan rencana pengadaan tersebut. Pelaksanaan dari fungsi pengadaan dapat dilakukan dengan pembelian,

pembuatan,

penukaran

ataupun

penerimaan

sumbangan (Seto, 2004). Menurut Kepmenkes No 1197/MENKES/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi dan sumbangan/hibah. Pembelian dapat dilakukan secara tender oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi dan secara langsung dari pabrik/distribusi/pedagang besar farmasi/rekanan.

d. Fungsi Penerimaan dan Penyimpanan Menurut

keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alar Kesehatan Kemenkes RI (2010), tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik

21

spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu. Semua persedian farmasi yang sudah diterima dan sudah dilakukan pemeriksaan harus segera disimpan di dalam sebuah ruang penyimpanan yang baik dan sesuai dengan standar. Menurut Subagya (1994), penyimpanan adalah merupakan kegiatan dan usaha melakukan penyelenggaraan dan pengaturan obat serta persediaan di dalam ruang penyimpanan. Fungsi dari penyimpanan adalah menjamin kelangsungan penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang terjadi sebelumnya dengan pemenuhan yang setepat-tepatnya. Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan adalah: 1) Pemilihan lokasi 2) Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan) 3) Pengaturan ruang 4) Prosedur/sistem penyimpanan 5) Penggunaan alat bantu 6) Pengamanan dan keselamatan Menurut Dirjend Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010), metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO dan disertai sistem

22

informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

e. Fungsi Penyaluran Proses pemindahan dari satu tempat ke tempat lain atau suatu kegiatan

dan

usaha

untuk

melakukan

pengurusan,

penyelenggaraan dan pengaturan pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lain, yaitu dari tempat penyimpanan ke tempat pemakainya. Pendisitribusian adalah kegiatan menyalurkan barang sesuai permintaan, tepat waktu, tepat jumlah serta sesuai dengan spesifikasinya (Subagya, 1994) Menurut Subagya (1994), hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendistribusian barang yaitu: 1) Ketepatan jenis dan spesifikasi logistik yang disampaikan

2) Ketepatan nilai logistik yang disampaikan

3) Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan

4) Ketepatan waktu penyampaian

5) Ketepatan tempat penyampaian

6) Ketepatan kondisi logistik yang disampaikan

23

Menurut Seto (2004) khusus menyangkut fungsi penyaluran untuk farmasi Rumah Sakit, beberapa hal yang dijadikan pegangan adalah dengan prinsip: 1) Distribusi obat harus aman, efektif dan efisien.

2) Harus menjamin: obat benar bagi penderita tertentu, dosis yang tepat pada waktu yang ditentukan dan cara penggunaan yang benar.

f. Fungsi Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan merupakan usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang

inventaris

(Aditama,

2007).

Pemeliharaan

dapat

dilakukan untuk pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan kerusakan atau break down.

g. Fungsi Penghapusan Fungsi

Penghapusan

merupakan

kegiatan

dan

usaha

pembebasan barang dari pertanggungjawaban yang berlaku. Dengan kata lain, fungsi penghapusan adalah usaha untuk menghapus kekayaan (assets) karena kerusahakan yang tidak dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut dan karena hal-hal lain

24

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Aditama, 2007). Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antara lain (Subagya,

1994):

pemanfaatan

langsung

(merehabilitasi/merekondisi komponen-komponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai barang persediaan baru), pemanfaatan kembali (meningkatkan nilai ekonomis dari barang yang dihapus menjadi barang lain, peindahan atau mutasi, hibah, penjualan/pelelangan, dan pemusnahan.

h. Fungsi Pengendalian/Pengawasan Fungsi pengendalian merupakan fungsi inti dari seluruh fungsi manajemen logistik. Dimana kegiatannya meliputi pengawasan dan pengamanan keseluruhan pengelolaan logistik. Dalam fungsi ini terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi ( inventory control) dan expediting yang merupakan unsur-unsur utamanya (Aditama, 2000). Menurut

Subagya

(1994)

menjelaskan bahwa

fungsi

pengendalian mengandung kegiatan: 1) Inventarisasi, menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik.

25

2) Pengawasan, menyangkut kegiatan-kegiatan untuk menetapkan

ada

tidaknya

deviasi-deviasi

penyelenggaraan dari rencana-rencana logistik. 3) Evaluasi, menyangkut kegiatan-kegiatan memonitor, menilai dan membentuk data-data logistik yang diperlukan hingga merupakan informasi bagi fungsi logistik lainnya.

Semua kegiatan dalam siklus logistik harus selalu dilakukan pengawasan mulai dari fungsi perencanaan, penganggaran, pengadaan, pemeliharaan,

penerimaan dan

dan

penyimpanan,

penghapusan.

penyaluran,

Menurut

Dirjend

Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010) tujuan pengendalian adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan.

4.

Peran Manajemen Logistik di Rumah Sakit Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit didefinisikan sebagai

suatu

proses

pengolahan

strategis

terhadap

pengadaan,

penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan persediaan barang ( stock, material, supplies, inventory, dan lain-lain) yang diperlukan bagi produksi

26

jasa rumah sakit. Manajemen logistik harus dilaksanakan secara efisien dan efektif dimana seluruh barang, bahan, dan peralatan harus dapat disediakan tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, serta dengan mutu yang memadai (Aditama, 2000). Berdasarkan bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus disediakan di rumah sakit terdiri dari empat kelompok yaitu: persediaan farmasi, persediaan makanan, persediaan logistik umum dan persediaan teknik. Namun, biaya rutin terbesar di rumah sakit umumnya terdapat pada pengadaan persediaan farmasi, yang meliputi (Aditama, 2000): 1. Persediaan obat, mencakup: obat-obatan esensial, non esensial, obatobatan yang cepat dan lama terpakai. 2.

Persediaan bahan kimia, mencakup: persediaan untuk kegiatan operasional laboratorium dan produksi farmasi intern, serta kegiatan non medis.

3. Persediaan gas medik, terkait dengan kegiatan pelayanan bagi pasien di kamar bedah, ICU atau ICCU. 4. Peralatan kesehatan, yaitu berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan perawatan maupun kedokteran yang dapat dikelompokkan sebagai barang habis pakai dan barang tahan lama atau peralatan elektronik dan non elektronik. Sebagai ilustrasi, logistik di rumah sakit dapat dilihat pada bagan berikut.

27

Sebagai ilustrasi, logistik di rumah sakit dapat dilihat pada bagan berikut. Bagan 2.2 Logistik di Rumah Sakit (Aditama, 2000)

Obat Gizi

Alat Kesehatan

LOGISTIK DI RS

Teknik

Keseimbangan

Total

Komposisi

Seluruh Kegiatan di RS

Umum

Inventory control

Mutu

Mutu pelayanan logistik dapat dinilai dari dua hal, yaitu prestasi yang dicapai dan total biaya yang dikeluarkan. Pengukuran atas prestasi yang dicapai terkait dengan tersedianya ( availability) barang, kemampuan ( capability) waktu pengantaran dan konsistensi, serta mutu ( quality) usaha. Biaya logistik berhubungan langsung dengan kebijakan prestasi. Makin tinggi setiap prestasi tersebut, maka semakin tinggi juga total biaya yang dikeluarkan. Sehingga, kunci bagi prestasi logistik yang efektif adalah

28

mengembangakan usaha yang seimbang antara prestasi pelayanan yang diberikan dengan biaya yang dikeluarkan (Aditama, 2000).

D. Manajemen Persediaan Logistik Rumah Sakit Menurut Rangkuti (1996) persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan konsumen atau langganan setiap waktu. Persediaan ini merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah kemudian dijual kembali. Hidayati (2006) menjelaskan persediaan merupakan sumber daya yang menganggur ( idle resource) karena belum digunakan dan menunggu proses lebih lanjut. Persediaan berguna mengantisipasi fluktuasi permintaan, langkanya pasokan, dan waktu tunggu barang yang dipesan ( lead time). Selain itu, persediaan mempermudah dan memperlancar jalannya operasional perusahaan/rumah sakit. Dengan adanya persediaan, gangguan pelayanan akibat adanya kekurangan barang dapat dihindari. Manajemen persediaan berusaha mencapai keseimbangan diantara kekurangan dan kelebihan persediaan dalam suatu periode perencanaan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Konsep yang ideal dari persediaan

29

terdiri dari pengadaan suatu produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Sistem yang demikian tidak akan membutuhkan penumpukan bahan mentah atau bahan jadi untuk mengantisipasi penjualan di masa depan. Walaupun sistem ini tidak praktis, namun penting diingat bahwa setiap dollar yang diinvestasikan dalam persediaan harus ditujukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Bowersox. D, 1995). 1. Fungsi Persediaan Menurut Heizer dan Render (2010), Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang menambah fleksibilitas bagi operasi perusahaan. Keempat fungsi persediaan adalah sebagai berikut: a. Decouple, memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Jika persediaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok. b. Melakukan decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. c. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah yang besar dan mengurangi biaya pengiriman barang. d. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga.

30

2. Jenis Persediaan Menurut Heizer dan Render (2010), untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan: a. Persediaan bahan mentah (raw material invetory) telah dibeli tapi belum diproses. Persediaan ini digunakan untuk melakukan decouple pemasok dari proses produksi. b. Persediaan baran setengah jadi (work in process) adalah komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. c. Persediaan

pasokan

pemeliharaan/perbaikan/operasi

(Maintenance, Repair, Operating - MRO) unutk menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. MRO adalah karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak diketahui. d. Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan masih di masa mendatang tidak diketahui.

Sedangkan menurut Johns dan Harding (2001), jenis pokok sediaan dalam operasi adalah: a. Barang jadi

31

1) Memberikan pelayanan yang cepat bagi pelanggan 2) Mengurangi gejolak fluktuasi keluaran 3) Membantu mengatasi permintaan musiman 4) Memberikan pengaman terhadap kemungkinan kerusakan dan pemogokan. b. Barang dalam proses 1) Memisahkan tahapan produksi 2) Memberikan fleksibilitas dalam penjadwalan 3) Memberikan pemingkatan utilisasi mesin c. Bahan mentah 1) Memisahkan perusahaan dari para pemasoknya 2) Memungkinkan perusahaan untuk meraih manfaat dari potongan harga karena jumlah pesanan 3) Memberikan perlindungan terhadap inflasi 4) Menyiapkan sediaan strategis bagi barang yang vital

3.

Biaya-Biaya persediaan Menurut Rangkuti (1996), terdapat beberapa variabel biaya yang harus menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan. Biaya-biaya tersebut meliputi: a. Biaya penyimpanan ( Holding costs atau Carrying costs)

32

Merupakan biaya yang bersifat variabel terhadap kuantitas persediaan. Artinya, biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas barang yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan, dan sebagainya), Biaya modal, Biaya keusangan, Biaya penghitungan fisik, Biaya asuransi persediaan, Biaya pajak persediaan, Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan, Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya. Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Heizer dan Render (2005) mengungkapkan bahwa biaya penyimpanan persediaan tahunan adalah 26% dari nilai persediaan per unit per tahun. b. Biaya pemesanan atau pembelian ( Ordering costs atau Procurement costs) Berbeda dengan biaya penyimpanan, biaya pemesanan tidak naik (konstan) apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Namun, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total pun akan turun. Hal ini berarti, biaya pemesanan total tahunan adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

33

Komponen biaya pemesanan meliputi: Biaya pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi, Upah, Biaya telepon, Pengeluaran surat menyurat,

Biaya

pengepakan

dan

penimbangan,

Biaya

pemeriksaan penerimaan, Biaya pengiriman, Biaya utang lancar, dan sebagainya. c. Biaya penyiapan ( Set-up cost) Biaya ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, namun diproduksi

sendiri

oleh

perusahaan.

Biasanya

perusahaan

manufacture akan menghadapi biaya ini yang meliputi Biaya mesin menganggur, Biaya penyiapan tenaga kerja langsung, Biaya penjadwalan, Biaya ekspedisi, dan sebagainya. d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan ( Shortage costs) Biaya ini timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya tersebut meliputi: Kehilangan penjualan, Kehilangan langganan, Biaya pemesanan khusus, Biaya ekspedisi, Selisih harga, Terganggunya operasi, Tambahan pengeluaran manajerial, dan sebagainya.

E. Pengendalian persediaan Obat 1.

Defenisi dan Tujuan Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan atau kata asingnya adalah Inventory Control, adalah fungsi managerial yang sangat penting karena persediaan/stok obat

34

akan memakan biaya yang melibatkan investasi yang besar dalam pos aktiva lancar. Karena itu perlu dikendalikan dengan efektif dan efisien (Seto, 2004). Pengendalian persediaan ( inventory control) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi dan mengatur tingkat persediaan yang optimum agar dapat memenuhi kebutuhan bahan dalam jumlah, mutu, dan waktu yang tepat serta dengan jumlah biaya yang rendah (Aditama, 2000). Menurut Depkes RI (2008), pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat di unit-unit pelayanan. Pengendalian persediaan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Oleh karena itu, hasil stock opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan atau kurang dari satu tahun (Aditama, 2000). Rangkuti (1996) menyebutkan bahwa sistem persediaan bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam jumlah dan waktu yang tepat serta dapat meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal. Tujuan lain dari pengendalian persediaan adalah:

35

a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan b. Agar pembentukan persediaan stabil c. Menghindari pembelian kecil-kecilan d. Pemesanan yang ekonomis Menurut Render dan Stair (2000), sistem pengendalian persediaan berhubungan erat dengan perencanaan persediaan. Sistem perencanaan dan pengendalian persediaan terdiri dari komponen-komponen dasar sebagai berikut.

Bagan 2.3 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Persediaan (render dan Stair, 2000) Perencanaan Persediaan dan Cara Mempeoleh Persediaan

Peramalan terhadap Permintaan Persediaan

Pengendalian Tingkat Persediaan

Umpan Balik terhadap Perencanaan dan Peramalan

Tahap perencanaan (planning) memfokuskan kepada jenis persediaan yang akan diadakan serta cara memperoleh persediaan tersebut (apakah membuat atau membeli). Informasi ini kemudian digunakan untuk tahap selanjutnya, yaitu peramalan (forecasting) permintaan persediaan dan

36

pengendalian (controlling) tingkat persediaan. Hasil dari pengendalian tersebut kemudian menjadi umpan balik (feedback) terhadap perencanaan dan peramalan berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang dilakukan.

2.

Metode Pengendalian Persediaan a. Analisis ABC Penentuan kebijaksanaan pengawasan persediaan yang ketat dan agak longgar terhadap jenis-jenis bahan yang ada dalam persediaan, maka dapat digunakan metode analisis ABC. Metode ini menggambarkan Pareto Analisis, yang menekankan bahwa sebagian kecil dari jenis-jenis bahan yang terdapat dalam persediaan mempunyai nilai penggunaan yang cukup besar yang mencakup lebih daripada 60% dari seluruh bahan yang terdapat dalam persediaan (Assauri, 2004). Metode ini adalah suatu analisa yang digunakan semata-mata untuk mengurutkan jumlah pemakaian, kemudian mengelompokkan jenis barang dalam suatu upaya mengetahui jenis pergerakan obat yang meliputi berbagai jenis, banyak jumlah serta pola kebutuhan yang berbeda-beda (Assauri, 2004).

Cara yang dilakukan untuk mengendalikan persediaan dilakukan dengan klasifikasi ABC atau klasifikasi Pareto. Cara membagi sediaan ke dalam tiga kelas didasarkan pada nilai penggunaan tahunan. Analisis ABC

37

menyoroti perbedaan antara efektivitas dan upaya. Penggunaan analisis ini memungkinkan teridentifikasinya barang yang benar-benar berpengaruh pada

kinerja

sediaan,

sehingga

manajemen

yang

efektif

dapat

berkonsentrasi pada barang yang itemnya sedikit tersebut tanpa mengabaikan yang lain (Johns dan Harding, 2001). Menurut Seto (2004), sistem ABC, semua obat dalam persediaan digolongkan menjadi salah satu dari kategori: a. Kelompok A mewakili 20% obat dalam persediaan dan 70% total penjualan. b. Kelompok B mewakili 30% obat dalam persediaan dan 20% total penjualan. c. Kelompok C mewakili 50% obat tapi hanya kira-kira 10% total penjualan. Kelompok A merupakan obat yang cepat laku dan dalam beberapa kasus obat merupakan obat yang sangat mahal. Hanya ada sedikit kelompok A dalam persediaan apotik. Tetapi karena kelompok tersebut sangat tinggi permintaannya, merupakan obat yang berputar dengan cepat (atau karena obat itu sangat mahal), kelompok A merupakan mayoritas penjualan apotik. Kelompok A seharusnya dimonitor dengan hati-hati, angka pemesanan ulang dan EOQ-nya seharunya dihitung (Seto, 2004). Kelompok B dan C merupakan agak lambat lakunya. Kelompok B mempunyai penjualan rata-rata dan perputaran inventaris. Kelompok C

38

adalah obat yang paling lambat lakunya, obat produk yang paling kurang diminta. Karena kelompok B dan C merupakan jumlah yang jauh lebih besar dan merupakan proporsi penjualan yang lebih kecil, tidak perlu dan tidak efisien untuk memonitor obat-obat tersebut seketat kelompok A. Kelompok B dan C biasanya dapat cukup dikendalikan dengan menggunakan kartu stok gudang dan kartu stok di ruang peracikan dan penjualan eceran (Seto, 2004). Pengelola secara periodik seharusnya memonitor kelompok C untuk menentukan apakah obat tersebut semestinya disingkirkan dari persediaan. Menyingkirkan kelompok C yang lambat lakunya merupakan metode praktis mengurangi jumlah obat dan investasi dalam persediaan, tapi memberikan pengaruh yang kecil pada penjualan dan biaya kehabisan persediaan (Seto, 2004). Menurut Heizer dan Render (2010) barang kelas A adalah barang dengan volume dolar tahunan tinggi yaitu 70%-80% penggunaan uang secara keseluruhan

namun

hanya

merepresentasikan

15%

dari

persediaan total. Barang kelas B barang dengan volume dolar tahunan yang sedang yaitu 15%-25% penggunaan uang keseluruhan dan 30% penggunaan persediaan total. Barang dengan volume dolar tahunan yang kecil adalah kelas C yang hanya merepresentasikan 5% volume tahunan namun mewakili 55% barang persediaan total.

39

Menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan (2010), prinsip utama adalah dengan menempatkan jenis-jenis perbekalan farmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang memakan anggaran/rupiah terbanyak. Urutan langkah adalah sebagai berikut (Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010) : a. Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah satu metode perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya yang diperlukan untuk tiap nama dagang. Kelompokkan kedalam jenisjenis/kategori, dan jumlahkan biaya per jenis kategori perbekalan farmasi. b. Jumlahkan anggaran total, hitung masing-masing prosentase jenis perbekalan farmasi terhadap anggaran total. c. Urutkan kembali jenis- jenis perbekalan farmasi diatas, mulai dengan jenis yang memakan prosentase biaya terbanyak. d. Hitung prosentase kumulatif, dimulai dengan urutan 1 dan seterusnya. e. Identifikasi jenis perbekalan farmasi apa yang menyerap ±70% anggaran total (biasanya didominasi oleh beberapa jenis perbekalan farmasi saja). 1) Perbekalan Farmasi kategori A menyerap anggaran 70% 2) Perbekalan Farmasi kategori B menyerap anggaran 20%

40

3) Perbekalan Farmasi kategori C menyerap anggaran 10%

Tabel 2.1 Klasifikasi Persediaan Ahli Johns dan Harding (2001) Heizer dan Render (2010) Dirjend Binfar dan Alkes (2010)

Kelas A Item Nilai

Kelas B Item Nilai

Kelas C Item Nilai

15%

75%

25%

15%

60%

10%

15%

70%80%

30%

15%25%

55%

5%

70%

20%

10%

Berikut kebijakan-kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC (Heizer dan Render, 2010): a. Membeli sumber daya harus lebih tinggi pada barang-barang A dibandingkan dengan barang-barang C. b. Barang-barang A harus memiliki kontrol persediaan fisik yang lebih ketat, barang tersebut mungkin ditempatkan dibagian yang lebih aman akurasi catatan persediaannya untuk barang A harus lebih sering di verivikasi. c. Meramalkan

barang

A

memerlukan

perhatian

yang

lebih

dibandingkan barang lainnya.

Adapun perlakuan untuk masing-masing kelas bahan baku yang dipergunakan di dalam suatu perusahaan tersebut adalah sebagai berikut (Ahyari, 1987):

41

a. Kelas A 1) Kuantitas pembelian bahan serta titik pemesanan kembali harus dilaksanakan dengan perhitungan yang cermat 2) Biaya penyelenggaraan persediaan di dalam perusahaan tersebut akan diawasi sangat ketat 3) Tingkat persediaan yang diselenggarakan untuk kelas ini disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan untuk pelaksanaan produksi 4) Umumnya, persediaan kelas A mendapat perhatian yang cukup, mengingat kerusakan atau kehilangan bahan jenis ini dalam jumlah unit yang kecil akan mengakibatkan terjadinya kerugian perusahaan di dalam jumlah yang cukup besar.

b. Kelas B 1) Pencatatan yang baik serta pengawasan normal dari penyelenggaraan persediaan ini akan dapat membuahkan persediaan bahan baku yang optimal di dalam perusahaan yang bersangkutan. 2) Pengendalian juga tetap diperlukan sehingga perusahaan tidak menderita kerugian karena penyelenggaraan persediaan yang tidak sesuai situasi dan kondisi dari perusahaan yang bersangkutan.

c. Kelas C 1) Pada umumnya persediaan kelas C diselenggarakan dengan system pengendalian sederhana di dalam perusahaan yang bersangkutan

42

2) Pengawasan tidak akan dilaksanakan seperti kelas B atau A, melainkan akan diselenggarakan dengan cara yang relatif mudah dan sederhana.

b. Economic Order Quantity (EOQ) Teknik pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan,serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali (Rangkuti, 1996). Menurut Render dan Stair (2000), terdapat dua keputusan fundamental yang harus dibuat ketika melakukan pengendalian persediaan, yaitu mengenai jumlah persediaan yang harus dipesan dan kapan melakukan pemesanan. (EOQ) adalah salah satu teknik kontrol persediaan tertua dan paling dikenal/teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi berdasarkan beberapa asumsi (Heizer dan Render, 2010) : a. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen b. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu c. Tidak tersedia diskon kuantitas d. Biaya variabel hanya biaya untuk penyetelan/pemesanan dan biaya

menyimpan persediaan dalam waktu tertentu

43

e. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan

dilakukan pada waktu yang tepat

Berikut adalah rumus untuk menentukan jumlah pemesanan optimum menurut Heizer dan Render (2010), Bowersox (2010) dan Buffa (1997) Rumus:

Keterangan: Q = Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ) D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

c. Reorder Point (ROP) Render dan Stair (2000) mengungkapkan bahwa setelah menentukan jumlah pemesanan, masalah kedua yang harus dijawab dalam pengendalian persediaan adalah kapan diadakan pemesanan kembali. Ketika terdapat jenis persediaan yang telah mencapai 0, perusahaan akan melakukan pemesanan kembali untuk mengisi persediaan tersebut. Namun, lead time atau delivery time yaitu waktu yang dibutuhkan dari saat memesan hingga

44

pesanan datang, biasanya mencapai beberapa hari atau beberapa minggu. Sehingga, perlu ditentukan batas minimal tingkat persediaan agar tidak terjadi kekurangan persediaan melalui perhitungan titik pemesanan kembali ( reoder point). Reoder point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah batas/titik dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus dilakukan kembali (Rangkuti, 1996). Jadi, ketika pesanan dilakukan ketika persediaan mencapai ROP, pesanan akan tiba saat persediaan sudah mencapai 0. Dalam menentukan titik ini harus diperhatikan besarnya penggunaan selama persediaan yang dipesan belum datang yang ditentukan oleh dua faktor, yaitu lead time dan tingkat penggunaan rata-rata. Besarnya penggunaan tersebut dihitung selama waktu lead time, mungkin dapat juga ditambahkan dengan safety stock (persediaan pengaman) yang biasanya mengacu kepada kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama lead time. Jadi, besaran ROP adalah hasil perkalian antara jumlah penggunaan rata-rata dan waktu tunggu pemesanan sebagai berikut (Rangkuti, 1996): ROP = d x L Sedangkan apabila terdapat besaran safety stock menjadi: ROP = (d x L) + Safety Stock

Keterangan: D (Demand)

= jumlah permintaan per hari

45

L (Lead Time)

= waktu tunggu antara pemesanan hingga barang diterima (hari)

Dimana d dan L adalah konstan

F. Kerangka Teori Menurut John dan Harding (2001), pengendalian persediaan yang efektif harus dapat menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan menjadi prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali. Berbagai jenis barang yang ada dalam persediaan tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama. Sehingga, untuk mengetahui jenis-jenis barang yang perlu mendapat prioritas dapat digunakan analisis ABC, karena analisis ini dapat mengklasifikasi seluruh jenis barang berdasarkan tingkat kepentingannya. Analisis Always-Better Control (ABC) adalah salah satu cara pengendalian dengan mengurutkan dan mengelompokkan jenis barang. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan prioritas perhatian pada barang-barang dengan nilai investasi tinggi dan jumlah pemakaian besar (Rangkuty, 1996). Menurut Heizer dan Render (2010) metode analisis ABC sangat berguna di dalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting dan perlu diprioritaskan dalam persediaan, yaitu dengan mengelompokkan persediaan menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A, B, dan C. Economic Order Quantity (EOQ) adalah sejumlah

46

persediaan barang yang dapat dipesan pada suatu periode untuk tujuan meminimalkan biaya dari persediaan barang tersebut. Selain menentukan jumlah barang yang dipesan, waktu pemesanan kembali juga perlu diketahui. Menurut John dan Harding (2001), Reorder Point adalah metode untuk memutuskan kapan mengajukan pemesanan kembali. Perhitungan ROP juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah buffer stock (Heizer dan Reider, 2010). Bagan 2.4 Kerangka Teori

Persediaan

Analisis ABC  

Kelompok A:

Analisis ABC Pemakaian Analisis ABC Investasi

Kelompok B

Kelompok C

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

Economic Order Quantity Reorder Point Sumber : Rangkuty (1996), John dan Harding (2001), Heizer dan Reider (2010).

47

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Berpikir Berdasarkan kerangka teori tersebut, obat merupakan salah satu barang logistik/persediaan di rumah sakit. Untuk dapat menyediakan obat dengan jumlah dan waktu yang tepat serta dengan total biaya terendah dibutuhkan pengelolaan yang efektif dan efisien terhadap obat tersebut. Pengendalian persediaan bertujuan untuk menyeimbangkan antara permintaan dan persediaan demi kelancaran proses pelayanan. Menurut Johns dan Harding (2001), pengendalian persediaan dapat dikatakan efektif apabila dapat menjawab pertanyaan apa saja obat yang akan dikendalikan dan memerlukan pengawasan yang lebih ketat serta hati-hati, berapa banyak suatu item obat tersebut dipesan dan kapan harus dilakukan pemesanan. Pengendalian persediaan obat menggunakan metode analisis ABC pemakaian dan analisis ABC investasi dengan pengolahan data pemakaian jumlah obat generik tahun 2014 dan data harga obat RSU Haji Medan. Metode ABC digunakan untuk menentukan persediaan obat berdasarkan kelompok A, B dan C, sehingga didapatkan obat dengan nilai investasi terbesar yaitu obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml yang harus diawasi secara ketat dan hati-hati.

47

48

Selanjutnya menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) untuk menjawab pertanyaan berapa banyak yang harus dipesan dan waktu pemesanan kembali obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml. Sehingga diketahuinya keefektifan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) dalam pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di RSU Haji Medan.

49

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir

Input





Jumlah Pemakaian Obat Generik Data Harga Obat Generik

ABC

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

 SDM  Metode

Proses

Output

 EOQ  ROP

Efektivitas Pengendalian Persediaan

Proses perhitungan jumlah optimum dan waktu pemesanan kembali

Sitem Pengelompokkan Obat

Sistem Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

50

3.1. Defenisi Istilah Tabel 3.1 Defenisi Istilah No Substansi 1 Jumlah Pemakaian Obat Generik 2 Data Harga Obat Generik

Defenisi Istilah Cara Pengambilan Data Jumlah penggunaan obat generik di gudang Telaah Dokumen farmasi RSU Haji Medan tahun 2014 Data biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh satu item obat generik

Telaah Dokumen

Klasifikasi persediaan obat generik berdasarkan nilai pemakaian dan investasi selama satu tahun terakhir, yang terbagi menjadi kelompok A, B, dan C berdasarkan data pemakaian obat generik tahun 2014

Jumlah pemakaian obat generik dikalikan dengan harga satuan per item obat, kemudian diurutkan dari nilai terbesar hingga terkecil

Instrumen Pedoman Telaah Dokumen Pedoman Telaah Dokumen Software komputer

3

Analisis ABC Pemakaian

4

Methylpredni Obat kelompok A dengan nilai investasi solon inj 125 tertinggi berdasarkan perhitungan ABC mg/2 ml

Metode Analisis ABC

Software komputer

5

Economis Order Quantity EOQ) Obat

Perhitungan menggunakan rumus: (Heizer dan Render, 2010), (Bowersox, 2010), Buffa, 1997):

Software komputer

Jumlah pemesanan optimum setiap melakukan pemesanan untuk mengendalikan persediaan berdasarkan data pemakaian obat Methylprednisolon inj

Hasil Ukur Informasi mengenai jumlah pemakaian per item obat generik tahun 2014 Informasi harga obat generik per satuan jenis di RSU Haji Medan tahun 2014 Klasifikasi persediaan obat generik berdasarkan nilai investasi. A: 70% dari total nilai investasi B: 20% dari total nilai investasi C: 10% dari total nilai investasi Informasi mengenai nilai investasi obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Jumlah pemesanan ekonomis per item obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml untuk setiap kali

51

Methylpredni 125 mg/ 2 ml tahun 2014 solon inj 125 mg/ 2 ml

6

7

Q =Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ) D = Permintaan tahunan obat S = Biaya pemesanan obat untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpanan obat per unit per tahun Reorder Batas minimal stok persediaan sehingga Perhitungan menggunakan Point (ROP) harus dilakukan pemesanan rumus (Heizer dan Render Obat kembali/pemesanan ulang berdasarkan data (2010) dan (John dan Methylpredni pemakaian obat Methylprednisolon inj 125 Harding, 2001): solon inj 125 mg/ 2 ml tahun 2014 ROP = (LT x d) + SS mg/ 2 ml LT = lead time d = pemakaian rata- rata SS = Safety Stock/Buffer Stock Efektivitas Pengendalian Stock Out Obat Methylpredni solon inj 125 mg/ 2 ml

Tidak terjadinya stock out obat Wawancara mendalam dan Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml observasi dengan penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP)

melakukan pemesanan

Software komputer

Waktu dilakukannya pemesanan kembali berdasarkan jumlah persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

Pedoman wawancara mendalam

Efektivitas penerapan metode ABC, ROP dan EOQ dalam mengatasi stock out obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

52

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian operational research yang bertujuan untuk memberikan suatu landasan ilmiah dalam menyelesaikan persoalan yang menyangkut interaksi dari unsur-unsur guna kepentingan yang terbaik bagi organisasi secara keseluruhan. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dari wawancara mendalam kepada beberapa informan dan observasi. Selain itu penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Sistem Informasi Rumah Sakit Umum Haji Medan dan telaah dokumen. Data tersebut untuk menentukan pengelompokan obat berdasarkan pemakaian dan nilai investasi obat generik. Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut selanjutnya dibuat perhitungan dengan Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) agar dapat menghasilkan persediaan yang optimal. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berlokasi di Jalan Rumah Sakit Haji Medan, Sumatera Utara, selama bulan Mei sampai Juni 2015. 52

53

C. Informan Penelitian Kualitatif Informan dalam penelitian ditentukan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan penelitian dan pengaruh informan serta keterlibatan informan dalam persediaan obat di RS Umum Haji Medan, yaitu : 1.

Kepala Instalasi Farmasi sebagai penanggung jawab pengelolaan perbekalan farmasi di RS Umum Haji Medan.

2.

Kepala Bidang Penunjang Medis yang bertanggung jawab atas instalasi farmasi sebagai salah satu penunjang medis di RS Umum Haji Medan.

3.

Staf Gudang Farmasi sebagai pelaksana harian kegiatan di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan.

4.

Kepala Bagian Keuangan untuk mengetahui penganggaran obat di RS Umum Haji Medan.

5.

Koordinator Logistik untuk mengetahui penggunaan ATK (Alat Tulis Kantor) oleh gudang farmasi untuk menghitung biaya dalam setiap kali melakukan pemesanan obat di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan.

Dilakukan

wawancara

mendalam

terhadap

informan

tersebut

untuk

mengetahui gambaran proses pengendalian obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan.

54

D. Pengumpulan Data 1.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui: a. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam kepada Kepala Instalasi Farmasi, Kepala Bidang Penunjang Medis, Staf Gudang Farmasi, Kepala Bagian Keuangan dan Koordinator Logistik RS Umum Haji Medan mengenai pengendalian persediaan obat generik di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan dengan menggunakan pedoman wawancara b. Observasi Merupakan

pengamatan

secara

langsung proses

pengendalian

persediaan obat di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan . 2.

Data sekunder Data sekunder penelitian ini adalah daftar nama obat generik APBD, jumlah pemakaian obat generik APBD dan harga obat generik selama satu periode terakhir mulai bulan Januari-Desember 2014 yang diperoleh dari Unit Gudang Farmasi dan Sistem Informasi Rumah Sakit. Data jumlah pemakaian ATK selama tahun 2014 dan harga ATK diperoleh dari Koordinator Logistik RS untuk menghitung biaya pemesanan obat di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan. Selain itu data-data lain yang dibutuhkan diperoleh melalui telaah dokumen (lampiran 2).

55

E. Keabsahan Data Untuk menjaga validitas data dan menguji hasil penelitian kualitatif, peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan triangulasi, yang terdiri dari (Hadi, dkk, 2000): 1. Triangulasi Sumber Melakukan pemeriksaan (cross-check) hasil wawancara mendalam dengan informan yang berbeda, yaitu: Kepala Instalasi Farmasi, Kepala Bidang Penunjang Medis, Staf Gudang Farmasi, Kepala Bagian Keuangan dan Koordinator Logistik RS Umum Haji Medan. 2. Triangulasi Metode Membandingkan data hasil wawancara mendalam dengan observasi maupun telaah dokumen dengan struktur organisasi, uraian tugas dan Standard Operational Procedure (SOP). F. Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pengolahan data untuk kualitatif dan pengolahan data untuk penelitian operasional. 1.

Pengendalian obat generik di RSU Haji Medan Pengolahan data primer berupa hasil wawancara mendalam diolah secara manual sebagai berikut:

56

a. Hasil

wawancara

mendalam

dalam

bentuk

rekaman

suara

dipindahkan ke dalam bentuk transkrip wawancara lengkap untuk setiap informan. b. Transkrip dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. c. Data yang terdapat dalam transkrip tidak semuanya digunakan dalam penelitian, untuk itu dilakukan reduksi untuk menghilangkan datadata yang tidak berhubungan dengan variabel penelitian. d. Transkrip yang telah direduksi, dituangkan ke dalam matriks wawancara

berdasarkan

variabel

penelitian,

untuk

kemudian

ditriangulasi. e. Transkrip dan matriks wawancara merupakan pedoman untuk menyajikan hasil penelitian dan dengan menambahkan data-data hasil observasi dan telaah dokumen.

2.

Metode Analisis ABC Data jumlah pemakaian obat generik APBD dari Bulan Januari hingga Desember 2014 dilengkapi dengan data harga pembelian per satuan barang. Kemudian, dicari nilai investasi setiap obat dengan cara mengalikan jumlah pemakaian dengan harga satuannya. Nilai investasi tersebut kemudian diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah. Selanjutnya, dihitung persentase dari total nilai investasi keseluruhan dan dicari persen kumulatifnya berdasarkan persentase nilai investasi tersebut. Sehingga dapat dikelompokan berdasarkan nilai investasinya:

57

3.

-

Obat Kelompok A dengan persen kumulatif (0-70%)

-

Obat Kelompok B dengan persen kumulatif (71-90%)

-

Obat Kelompok C dengan persen kumulatif (90-100%).

Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity) Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml a. Dihitung EOQ dan ROP untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml. b. Dihitung pemakaian tahunan setiap jenis obat. c. Dihitung biaya pemesanan obat d. Dihitung biaya penyimpanan berdasarkan perhitungan Heizer dan Render (2010), biaya penyimpanan adalah 26% dari harga barang. e. Angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus:

Keterangan: Q = Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ) D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan S = Biaya penyetelan atau pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

58

f. Dari perhitungan tersebut dihasilkan jumlah pemesanan yang optimum untuk setiap kali pemesanan

4.

ROP (Reorder Point) Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml a. Dihitung

Reorder

Point

(ROP)

setiap

jenis

obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml dengan menentukan permintaan harian, lead time dan safety stock. b. Dihitung Safety stock dengan mengalikan tingkat pencapaian kinerja yang diinginkan dengan permintaan obat harian dan lead time. c. Angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus: ROP = (d x L) + SS Keterangan: ROP = Reorder Point d = permintaan harian L = lead time (waktu tunggu) SS

= persediaan pengaman (safety stock)/buffer stock

d. Dari perhitungan tersebut dihasilkan waktu untuk memesan kembali ketika persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml sudah mencapai titik tertentu.

59

G. Penyajian Data Hasil penelitian disusun dan disajikan dalam bentuk kutipan hasil wawancara yang dibandingankan dengan teori dan hasil perhitungan analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) yang akan disajikan dalam bentuk tabel.

60

BAB V HASIL

A. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Sebelum Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan

Pengendalian yang dilaksanakan Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah: 1. Stock Opname Stock opname dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengecek jumlah barang (fisik) dengan pendataan di komputer, menjamin kualitas, kuantitas dan terhindar dari kerusakan dan kadaluarsa. Obat yang mendekati kadaluarsa akan mendapat perhatian khusus untuk digunakan segera oleh user (dokter) atau obat dikembalikan kepada PBF (Perusahaan Besar Farmasi) tiga bulan sebelum expired. Sebagaimana hasil wawancara dengan informan: “Stock opname itu utk melihat berapa jumlah yang masih ada, apakah yang di komputer sesuai dengan kondisi kenyataannya. Itu yang dilakukan 2 kali dalam setahun” (I1) “Ya setiap 6 bulan, kita hitung jumlah stok yang ada semua masing-masing obat sisanya berapa, yang di apotik juga di hitung. Kalau ada yang mendekati kadaluarsa kita lancarkan dulu, makanya kan kita sistemnya ini FIFO dan FEFO yang baru datang disimpan di belakang, yang kita beli pertama harus lebih dulu kita jual” (I3) Berdasarkan hasil telaah dokumen, hal ini sesuai dengan SOP unit farmasi. Dalam SOP, Stock opname merupakan kegiatan yang 60

61

dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mencocokan kondisi fisik barang yang ada di gudang dengan kartu barang di komputer dan dengan bukti pembukuan

atau

dokumen

sumber

(penerimaan,

permintaan,

pengeluaran dan pemeriksaan barang) sehingga bisa diketahui kualitas, kuantitas dan waktu kadaluarsa dari barang tersebut. 2. Kartu Stok Kartu stok sebagai pendataan keluar masuknya obat di gudang farmasi dan buku defekta sebagai pencatatan permintaan, pengiriman dan sisa stok di gudang farmasi. Dari pencatatan kartu stok dan buku defekta tersebut maka dapat terlihat berapa jumlah sisa stok yang tersedia. Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan: “Kalo pengendalian yang kita lakukan biasanya lihat di kartu stok, obat yang sudah kita pake, kita tandai di kartu stoknya, biar keliatan mana pemakaiannya” (I1) “Pengendalian disini ada kartu stock, biasanya obat yang sudah dipakai dilakukan pemotongan stock di kartunya agar terlihat obat mana yang sudah mau habis atau yang belum” (I5) Salah satu bentuk upaya pengendalian persediaan di gudang farmasi adalah melalui sistem pencatatan. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan adalah melalui kartu stok. Penggunaan kartu stok manual masih dibutuhkan untuk alasan kemudahan penelusuran barang secara langsung apabila terjadi kesalahan. Hal ini sesuai pernyataan informan: “Kita tandai di kartu stoknya, biar kelihatan mana pemakaiannya. Biar kita juga tahu obatnya mau habis atau masih banyak” (I1) “Orang gudang ngecek kartu stok tiap hari” (I5)

62

Berdasarkan keterangan dari Gudang Farmasi RSU Haji Medan, diperoleh informasi bahwa selisih atau perbedaan jumlah barang antara kartu stok dengan fisik, pasti ada. Namun, biasanya petugas gudang diminta untuk menelusuri data selisih selama 1 x 24 jam, agar data selisih tidak terus berlanjut. Biasanya data selisih disebabkan oleh kesalahan dalam penjumlahan serta kesalahan dalam pemberian jumlah obat. Untuk itulah pentingnya dilakukan pengecekan fisik setiap hari untuk menghitung dan mencocokkan jumlah persediaan antara kartu agar selisih barang bisa segera ditelusuri. 3. Buku Defekta Buku defekta merupakan pencatatan mengenai permintaan dan pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek. Selain itu buku ini juga digunakan sebagai dasar pemesanan obat. Setiap petugas apotek yang meminta obat ke gudang farmasi terlebih dahulu mengisi buku defekta. Setelah itu staf gudang mengambilkan stok yang dibutuhkan dan mencatat jumlah pengiriman dan sisa stok gudang di buku tersebut. Melalui wawancara dengan informan, diperoleh informasi sebagai berikut: “Kita itu ada data manual juga namanya buku defekta, buku defekta itu buku pencatatan permintaan barang dari apotik ke gudang farmasi“ (I1) “Buku defekta itu permintaan apotik ke gudang, yang diminta berapa yang dikirim berapa, sisa berapa dicatat disitu” (I5) Berdasarkan observasi oleh peneliti, dari buku defekta dapat diketahui sisa stok yang ada di gudang farmasi. Kolom dalam buku

63

defekta terdiri dari nama obat yang diminta, jumlah permintaan, jumlah pengiriman dan sisa stok di gudang farmasi. 4. Laporan Laporan yang dilaporkan oleh Kepala Unit Farmasi kepada Kepala Bidang Penunjang Medis adalah pembelian obat kepada distributor, jenis persediaan obat, pemakaian obat dan jatuh tempo pembayaran perbekalan farmasi kepada distributor. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut: “Laporan pembelian, obatnya apa saja, pemakaian, jatuh tempo, obat narkotika, psikotropika” (I1) “Laporannya itu, terutama pemakaian, jenis-jenis obat, pembelian, laporan ke dinas, kaya narkotika, kemudian ada pembelian apa saja, jatuh tempo pembayarannya, itu sebulan sekali. Jadi dari Kepala Unit Farmasi ke Kabid Penunjang Medis dulu, saya ke keuangan, itu untuk pembayarannya....” (I5) Sedangkan yang dilaporkan kepada Kepala Bagian Keuangan oleh Kepala Unit Farmasi dan Kepala Bidang Penunjang Medis adalah mengenai pembelian obat kepada distributor, jatuh tempo pembayaran dan penggunaan obat oleh pasien. Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan: “Kita laporan jatuh tempo, sama obat yang dipesan” (I1) “Ya itu saja laporan pemesanan obat, sama laporan jatuh temponya kapan harus dibayar perdistributor dan pembelian obat oleh pasien. Kalau kita jatuh temponya rata-rata sebulan” (I5)

64

B. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml dengan Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan 1. Sistem Pengelompokan Obat Generik dengan Metode ABC a. Input (masukan) dari SDM dan Metode Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan (Azwar, 1996). Input (masukan) dalam penelitian ini terdiri dari sumber daya manusia (man) dan metode (method). 1) Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia (SDM) salah satu input yang sangat penting dalam organisasi. Sukses tidaknya suatu organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang memberikan bakat, kerja, kreatifitas dan semangatnya pada organisasi. a) Kecukupan dan Kesesuaian tentang pengetahuan dan pengalaman Penilaian terhadap kecukupan dan kesesuaian meliputi kecukupan dalam jumlah, yang pengetahuan dan keterampilan serta kesesuiaan antara posisi dan tugas

yang

didapatkan

dengan

pendidikan

dan

pengalaman. Tenaga yang dibutuhkan untuk menjalankan manajemen di Gudang Farmasi adalah : Apoteker,

65

Asisten Apoteker, Tenaga SMU/Sarjana lainnya. Menurut Depkes (2005), jumlah tenaga yang tersedia dalam jumlah yang memadai akan memudahkan organisasi mencapai tujuan. Berikut ini adalah tabel yang berisi jenis dan jumlah tenaga yang sebaiknya tersedia di Gudang Farmasi. Tabel 5.1 Jumlah dan Jenis Tenaga yang Sebaiknya Tersedia di Gudang Farmasi

No

Jabatan

Jenjang Pendidikan Unit  Apoteker

Jumlah

1 orang

Sediaan SDM Gudang Farmasi RSU Haji Medan 1 orang

1

Penanggung jawab Pengelola Obat

2

Pelaksana Pendistribusian dan Penyimpanan

 Apoteker / sarjana farmasi / D3 farmasi / Ass. Apoteker  Dibantu oleh lulusan SMU

Minimal 1 orang

2 orang

3

Pelaksana Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi

Minimal 1 orang

1 orang

4

Pelaksana penyedia informasi obat, pelatihan dan monitoring penggunaan obat rasional

Minimal 1 orang

1 orang

5

Pelaksana Administrasi Umum  Adm. Umum  Bendahara

 Apoteker / sarjana farmasi / D3 farmasi / Ass. Apoteker  Dibantu oleh lulusan SMU  Apoteker / sarjana farmasi / D3 farmasi / Ass. Apoteker  Dibantu oleh lulusan SMU  D3 atau SMU

Minimal 1 orang

1 orang

66

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan memiliki 31 karyawan yang terdiri 4 orang apoteker, 9 orang asisten apoteker dari tenaga medis dan non medis (Lampiran 6). Berdasarkan Depkes RI (2005) tentang jumlah dan jenis tenaga yang sebaiknya tersedia di gudang farmasi maka di gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan telah memenuhi syarat. Dengan jumlah tenaga yang sudah cukup banyak dan pembagian tugas dan shif yang sesuai dengan jam kerja dirasakan kebutuhan tenaga di unit farmasi sudah cukup.

Berikut

kutipan

pernyataan

dari

hasil

wawancara mendalam dari petugas struktural farmasi sebagai berikut : “Untuk SDM di unit farmasi sampai saat ini untuk pengaturan rawat jalan dan rawat inap cukup…”(I1) “Cukup -cukup aja,,,,” (I3) Rata-rata lama kerja dan pengalaman mereka sudah cukup lama dan berpengalaman lebih dari 5 tahun. Seperti pernyataan dari informan sebagai-berikut: “Variatif…..Jadi ada yang masa kerjanya udah hampir 10 tahun lebih ya,,, tapi ada juga yang barubaru lulus jadi variatif ya..makanya kita benar benar ngatur jadwalnya…”(I1) “Pengalaman, ya kalau pengalaman sudah berpengalaman semuanya, sejauh ini mereka bisa dan sanggup melakukan pekerjaan perbekalan farmasi, ..” (I3)

67

Petugas dibagian pengelolaan obat memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Pekerjaan yang mereka geluti sesuai dengan latar belakang dan pendidikan mereka dimana hampir semua berasal dari pendidikan farmasi. Latar belakang beberapa orang di bagian penunjang yang tidak sesuai tetapi tidak menghambat jalannya kegiatan kefarmasian, karena mereka diawasi oleh karyawan lain yang sesuai dan sudah senior. Seperti

pernyataan dari

informan

penelitian sebagai berikut : “Untuk SDM farmasi sendiri itu ada Asisten apoteker, apoteker yang pasti dan ada beberapa pegawai penunjang dimana pegawai penunjang ini dengan latar belakang beraneka ragam ya dalam artian ada yang bagroun IT,ada yang akuntansi,ada yang ekonomi, itu hanya sebagai penunjang tapi mereka hanya sbagai penunjang, tapi mereka tetap mendapat pelatihan tentang barang barang yang ada difarmasi” (I1) “Sesuai, sesuai dengan pengalaman dan pendidikan mereka” (I3) Khusus bagian gudang farmasi terdapat 4 orang yang

bertanggung

jawab

atas

pemesanan

dan

persediaan obat (lampiran 5).

b) Kesesuaian uraian tugas di bagian SDM Petugas pengelolaan obat sudah melaksnakan tugas sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Hal ini sesuai pernyataan dari informan sebagai berikut :

68

“Ya..Sudah ,sudah berjalan Semua sudah dibagi sesuai dengan apa namanya, jabatan masingmasing lah ya…”(I1) “Oh ya pasti, oh ya kalau kerja sesuai dengan jobdesk mereka masing -masing, sebelumya masuk farmasikan mereka udah dikasih tau dulu tentang jobdesk mereka apa, pekerjaan sesuai dengan jobdesk yang diberikan”(I3) Berdasarkan hasil wawancara di atas tentang uraian tugas dan pelaksanaan tugas kerja maka setiap karyawan sudah mengerti dan memahami uraian tugas mereka masing-masing serta bertanggung jawab atas pekerjaan mereka.

2) Metode Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Unit Farmasi RSU Haji Medan, penentuan kebutuhan didasarkan kepada data kebutuhan, data prediksi penyakit, jumlah persediaan barang di gudang, usulan masing-masing unit, perhitungan pareto (fast moving, moderate dan slow moving) dan obat essensial. Namun dalam menentukan fast moving, moderate dan slow

moving

belum

pernah

dilakukan

perhitungan

berdasarkan data riil obat baik dari jumlah pemakaian maupun

nilai

investasi.

Selama

ini

pengelompokan

persediaan hanya berdasarkan pengalaman saja. Obat yang sering diminta oleh apotek disebut fast moving dan obat

69

yang jarang diminta disebut slow moving. Hal ini sesuai dengan penyataan informan berikut: “Kita ga ada membuat pengelompokan obat, kita ga menggunakan analisis ABC. Jadi kita ga ada mengelompokkan fast moving dan slow moving. Pengelompokkannya berdasarkan pengalaman aja, obat yang banyak dan sering keluar berarti fast moving kalau obat yang jarang dan sedikit dipakai masukin slow moving” (I1) “Kita ga ngitung mana yang fast moving dan slow moving, nah itu tadi berdasarkan pengalaman kita aja dan juga udah pada tahu kok obat yang paling banyak dibutuhkan pasien dan yang sering kita pake, Jadi kita belum menggunakan metode untuk pengelompokkan obat” (I3)

b. Proses Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis ABC Perbekalan farmasi di RSU Haji Medan terdiri dari obat-obatan, alat kesehatan dan reagen. Dalam penelitian ini, jenis persediaan yang diteliti

adalah obat-obatan khususnya

obat

generik.

Berdasarkan pengumpulan data mengenai nama obat generik di RSU Haji Medan, dari 777 nama obat dalam E-Catalogue Obat Pemerintah Indonesia Provinsi Sumatera Utara tentang Obat Generik, terdapat 166 jenis obat generik yang digunakan di RSU Haji Medan. Obat-obatan tersebut dibedakan menurut kemasan yaitu: tablet, botol, ampul, vial, kapsul, tube,bungkus, supp, FLS, tbg, dan pot. Di Gudang Farmasi RSU Haji Medan, penggunaan obat generik yang paling banyak adalah obat generik dengan kemasan tablet,

70

yaitu 73 jenis obat dengan jumlah pemakaian sebanyak 665.297 tablet. Sedangkan obat generik yang memiliki nilai investasi tertinggi adalah dengan kemasan vial sebesar Rp. 357.535.538,00 Berikut adalah jumlah pemakaian dan nilai investasi obat generik berdasarkan kemasan obat tahun 2014: Tabel 5.2 Jumlah Pemakaian dan Nilai Investasi Berdasarkan Kemasan Obat Generik di Gudang Farmasi Tahun 2014 No Satuan/Kemasan

Jumlah

Pemakaian

Jenis Obat

Nilai Investasi (Rp)

1

Tablet

73

665.297

306.641.173

2

Botol

28

44.201

293.916.694

3

Ampul

16

96.133

202.069.605

4

Vial

16

23.621

357.535.538

5

Kapsul

10

233.030

88.463.602

6

Tube

10

5.217

20.42.425

7

Tbg

6

185

20.697.260

8

FLS

3

2.747

16.439.745

9

Supp

2

1.115

4.203.050

10

Bungkus

1

90

1.035.000

11

Pot

1

3.200

17.440.000

166

1.074.836

1.329.384.092

Jumlah

Sumber : Pengolahan data sekunder

Jenis obat yang disediakan di gudang farmasi RSU Haji Medan ditentukan berdasarkan formularium yang sudah ada. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan: “Penentuan jenis obat kita berdasarkan formularium rumah sakit. Jadi obat yang kita pakai berdasarkan formularium

71

disini, biar kita terkontrol pemakaiannya” (I1) “Kita nyetock obat berdasarkan formularium rumah sakit juga” (I5)

Penentuan kebutuhan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi. Metode konsumsi didasarkan kepada penggunaan obat periode sebelumnya. Konsumsi obat/kecepatan perputaran obat yaitu fast moving, moderate dan slow moving. Obat yang tergolong fast moving harus disediakan lebih banyak. Selain itu yang perlu dipertimbangkan adalah obat tersebut tergolong essensial atau non-essensial. Obat yang tergolong essensial harus tersedia di gudang farmasi. Berdasarkan wawancara dengan informan diperoleh informasi sebagai berikut: “Perencanaan obat kita berdasarkan pemakaian sebelumnya dan perkembangan penyakit yaitu metode konsumsi dan epidemiologi” (I1) “Perencanaan kita tentukan berdasarkan pemakaian unit-unit tahun sebelumnya. Kebutuhan masing-masing unit tergantung kebutuhan unit tersebut. Kita mengutamakan yang essensial dulu. Baru yang non essensial. Yang essensial kita harus utamakan harus tetap ada. Jadi pertimbangan kita dalam membuat pengusulan obat berdasarkan obat essensial dan obat fast moving, nah baru kita nentuin untuk obat yang non essensial” (I3).

Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Unit Farmasi RSU Haji Medan, penentuan kebutuhan didasarkan kepada data kebutuhan, data prediksi penyakit, jumlah persediaan barang di

72

gudang, usulan masing-masing unit, perhitungan pareto (fast moving, moderate dan slow moving) dan obat essensial. Namun dalam menentukan fast moving, moderate dan slow moving belum pernah dilakukan perhitungan berdasarkan data riil obat baik dari jumlah pemakaian maupun nilai investasi. Selama ini pengelompokan persediaan hanya berdasarkan pengalaman saja. Obat yang sering diminta oleh apotek disebut fast moving dan obat yang jarang diminta disebut slow moving. Hal ini sesuai dengan penyataan informan berikut: “Kita ga ada membuat pengelompokan obat, kita ga menggunakan analisis ABC. Jadi kita ga ada mengelompokkan fast moving dan slow moving. Pengelompokkannya berdasarkan pengalaman aja, obat yang banyak dan sering keluar berarti fast moving kalau obat yang jarang dan sedikit dipakai masukin slow moving” (I1) “Kita ga ngitung mana yang fast moving dan slow moving, nah itu tadi berdasarkan pengalaman kita aja dan juga udah pada tahu kok obat yang paling banyak dibutuhkan pasien dan yang sering kita pake, Jadi kita belum menggunakan metode untuk pengelompokkan obat” (I5) Oleh karena itu, untuk menentukan pengelompokan obat, peneliti melakukan studi analisis ABC. Untuk itu, peneliti mengumpulkan data mengenai nama obat generik, harga obat generik dan jumlah pemakaian obat generik selama periode tahun sebelumnya yaitu tahun 2014. Harga obat generik diambil berdasarkan e-Catalogue Obat Pemerintah Indonesia dan jumlah pemakaian berdasarkan permintaan obat generik dari Apotek ke Gudang Farmasi RSU Haji Medan selama tahun 2014.

73

Berikut adalah hasil analisis ABC obat generik berdasarkan jumlah pemakaian tahun 2014: Tabel 5.3 Analisis ABC Berdasarkan Jumlah Pemakaian Obat Generik Tahun 2014

Kelompok Obat

Jumlah Jenis Obat

Kelompok A

22

Persentase Jumlah Jenis Obat (%) 13,25

745.999

Persentase Jumlah Pemakaian (%) 69,41

Kelompok B

29

17,47

220.873

20,55

Kelompok C

115

69,28

107.964

10,04

Total

166

100

1.074.836

100

Jumlah Pemakaian

Sumber: Hasil pengolahan data sekunder Tabel di atas menunjukan kelompok obat generik berdasarkan jumlah pemakaian (lampiran 9). Obat generik yang termasuk kelompok A adalah sebanyak 22 jenis obat atau 13,25% dari seluruh jenis persediaan obat generik dengan jumlah pemakaian sebanyak 745.999 item atau 69,41% dari total pemakaian obat generik di RSU Haji Medan tahun 2014. Obat yang termasuk ke dalam kelompok A adalah dengan pemakaian yang tinggi (fast moving). Obat generik yang termasuk kelompok B adalah 29 jenis obat atau 17,47% dari seluruh jenis persediaan obat generik dengan jumlah pemakaian sebanyak 220.873 item atau 20,55% dari total pemakaian obat generik di RSU Haji Medan tahun 2014. Obat yang termasuk ke dalam kelompok B adalah dengan pemakaian yang sedang (moderate).

74

Sedangkan obat generik yang termasuk kelompok C adalah sebanyak 115 jenis obat atau 6,28% dari seluruh jenis persediaan obat generik dengan jumlah pemakaian sebanyak 107.964 item atau 10,04% dari total pemakaian obat generik di RSU Haji Medan tahun 2014. Obat yang termasuk ke dalam kelompok C ini adalah dengan pemakaian yang rendah (slow moving). Berikut adalah hasil analisis ABC obat generik berdasarkan nilai investasi tahun 2014: Tabel 5.4 Analisis ABC berdasarkan Nilai Investasi Obat Generik Tahun 2014

26

Persentase Jumlah Jenis Obat (%) 15,66

931.385.322

Persentase Nilai Investasi (%) 69,57

Kelompok B

33

19,88

269.557.806

20,14

Kelompok C

107

64,46

137.800.964

10,29

Total

166

100

1.338.744.092

100

Kelompok Obat

Jumlah Jenis Obat

Kelompok A

Nilai Investasi

Sumber: Hasil pengolahan data sekunder Tabel di atas menunjukan kelompok obat generik berdasarkan nilai investasi (lampiran 10). Obat generik yang tergolong kelompok A adalah sebanyak 26 jenis obat atau 15,66% dari seluruh obat

generik dengan nilai investasi

sebesar Rp.

931.385.322,00 atau 69,57% dari total investasi obat generik di Gudang Farmasi RSU Haji Medan.

75

Obat generik yang tergolong kelompok B adalah sebanyak 33 jenis obat atau 19,88% dari seluruh obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp. 269.557.806,00 atau 20,14% dari total investasi obat generik di Gudang Farmasi RSU Haji Medan. Sedangkan obat generik yang tergolong kelompok C adalah sebanyak 107 jenis obat atau 64,46% dari seluruh obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp. 137.800.964,00 atau 10,29% dari total investasi obat generik di Gudang Farmasi RSU Haji Medan.

c. Output Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis ABC Berdasarkan perhitungan metode analisis ABC diketahui bahwa obat generik yang tergolong kelompok A adalah sebanyak 26 jenis obat atau 15,66% dari seluruh obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp. 931.385.322,00 atau 69,57% dari total investasi obat generik di Gudang Farmasi RSU Haji Medan. Berdasarkan perhitungan metode analis ABC yang termasuk kelompok A, didapatkan hasil yaitu obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml menempati peringkat pertama dalam pengelompokkan obat berdasarkan analisis ABC investasi. Yang artinya obat Methylprednisolon 125 mg/ ml merupakan obat dengan nilai pemakaian paling tinggi dan pemakaian anggaran paling besar, Sehingga obat tersebut harus memiliki kontrol persediaan yang lebih ketat dengan melakukan perhitungan jumlah pemesanan

76

optimum melalui Economic Order Quantity (EOQ) dan waktu pemesanan kembali melalui Reorder Point (ROP).

2.

Perhitungan EOQ Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml Menurut Rangkuti (1996), masing-masing jenis barang membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui order size dan order point. Oleh karena itu, penghitungan economic order quantity dilakukan untuk barangbarang dalam kelompok A. Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml merupakan kategori kelompok A dengan nilai investasi tertinggi berdasarkan metode ABC. Dalam pelaksanaan pemesanan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di RSU Haji Medan tidak ada perhitungan khusus mengenai jumlah pemesanan. Jumlah pemesanan tergantung pada pemakaian bulan-bulan sebelumnya. Sebagaimana hasil wawancara dengan informan berikut ini: “Kita biasanya mesan Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml dengan memperkirakan berdasarkan pemakaian tahun sebelumnya diperkirakan untuk memesan tahun berikutnya dilihat pemakaian tahun sebelumnya, biasanya tidak beda jauh kok” (I1) “Kita tidak menggunakan metode untuk menghitung pemesanan Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml, kita biasanya berdasarkan pemakaian sebelumnya, kalo pada obat tertentu permintaanya banyak maka akan kita pesan banyak begitu juga kalau pemakaian sedikit maka akan kita pesan sedikit. Juga kita lihat kalau ada penyakit yang lagi banyak maka akan kita pesan banyak” (I5) Hal ini dapat mengakibatkan pemborosan karena akan berisiko meningkatnya biaya pemesanan jika pemesanan dilakukan dalam jumlah yang sedikit atau meningkatkan biaya penyimpanan jika jumlah pemesanan terlalu banyak.

77

Untuk mengetahui jumlah pemesanan yang optimum dalam setiap kali melakukan pemesanan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di RSU Haji Medan, dapat diterapkan metode Economic Order Quantity (EOQ). Rumus untuk menentukan jumlah pemesanan optimum menurut Heizer dan Render (2010), Bowersox (2010) dan Buffa (1997) adalah sebagai berikut:

Keterangan: Q = Jumlah optimum unit per pesan (EOQ) D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang

persediaan

S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpanan perunit per tahun

Dalam menghitung besaran jumah pemesanan ekonomis atau Economic Order Quantity (EOQ) pada setiap kali pesan, dibutuhkan data mengenai jumlah permintaan per tahun, biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost). Jumlah permintaan per tahun dapat diketahui berdasarkan hasil telaah dokumen. Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diperoleh melalui wawancara dengan Bagian Logistik. Untuk perhitungan komponen-komponen biaya pemesanan, peneliti mengacu pada (Heizer dan Render (2010).Berikut adalah perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan:

78

a. Biaya Pemesanan Biaya pemesanan mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan pembelian, dukungan administrasi 1) Biaya Telepon: Biaya

telepon

=

lama

pemesanan

(menit)

x

biaya

telepon/menit Berdasarkan wawancara dengan informan berikut ini, ratarata waktu yang dibutuhkan dalam setiap kali melakukan pemesanan adalah 5 menit: “Pesannya dari telpon, kalau waktunya paling 5 menitan lah udah cukup itu” (I1) “Paling kira-kira mesannya 5 menit dari telpon, kurang lebih segitu” (I3) Distributor tempat pemesanan obat berada di kota Medan sehingga untuk tarif telepon mengikuti telkom lokal. Tarif telepon

lokal

adalah

Rp.

250,00

per

2

menit

(www.telkom.co.id). Sehingga tarif telepon per menit adalah Rp. 125,00. Maka perhitungannya adalah: Biaya telepon = lama pemesanan (menit) x biaya telepon/menit Biaya telepon = 5 menit x Rp.125,00/menit = Rp. 625,00

79

Jadi biaya telepon dalam setiap melakukan pemesanan adalah Rp. 625,00 2) Biaya ATK/Administrasi ATK yang digunakan oleh bagian gudang farmasi adalah, Surat Pemesanan (SP) obat, buku tukar faktur, dan pita printer. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan informan berikut ini: “Paling yang dibutuhkan untuk biaya ATK yaitu: kwitansi, kertas pelaporan, buku tukar faktur, pita printer, selotip, strappler. Paling itu aja yang dibutuhkan untuk administrasi” (I1) “kwitansi rawat jalan, kertas pelaporan, buku tukar faktur, pita printer, solatip, strappler, udah kita paling butuh itu aja” (I5) Berikut adalah perhitungan biaya ATK dalam pemesanan setiap bulan Gudang Farmasi RSU Haji Medan. Tabel 5.5 Biaya ATK Dalam Pemesanan Setiap Bulan Gudang Farmasi RSU Haji Medan No 1

Barang Surat Pemesanan (SP)

Banyak 2 box

Harga @ 9.000

Jumlah 18.000

2

Buku tukar faktur

2 buku

7.000

14.000

3

Pita printer

1 pita

30.000

30.000

Total Biaya

62.000

Sumber : Hasil pengolahan data sekunder Berdasarkan perhitungan tersebut, biaya ATK/administrasi dalam melakukan pemesanan di gudang farmasi dalam sebulan adalah Rp. 62.000,00 sehingga biaya pemesanan dalam setahun (12 bulan) adalah Rp 744.000,00. Selanjutnya untuk

80

menentukan

biaya

ATK/administrasi

per

pemesanan

dibutuhkan jumlah transaksi pemesanan dalam setahun yaitu tahun 2014. Berdasarkan data yang diperoleh dari sistem informasi RS di unit gudang farmasi, dalam setahun gudang farmasi melakukan pemesanan sebanyak 1984 kali pada tahun 2014. Maka biaya ATK/administrasi per pemesanan adalah biaya pemesanan setahun dibagi dengan jumlah transaksi pemesanan setahun, yaitu Rp.375,00. Berdasarkan rincian biaya pemesanan tersebut, maka biaya pemesanan adalah: Tabel 5.6 Total Biaya Perpemesanan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan No

Komponen Biaya Pemesanan

Biaya/pemesanan (Rp)

1

Biaya telepon

625,00

2

Biaya ATK/Administrasi

375,00

Total biaya per pemesanan

1.000,00

Sumber: Hasil pengolahan data sekunder

b. Biaya penyimpanan Biaya penyimpanan mencakup biaya terkait menyimpan atau membawa persediaan selama waktu tertentu. Biaya penyimpanan menurut Heizer dan Render (2010) adalah 26% dari unit cost barang. Setelah diketahui jumlah pemakaian obat tahunan, biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan, kemudian dilakukan

81

perhitungan mengenai jumlah pemesanan optimum dalam setiap kali pemesanan, angka untuk masing-masing obat tersebut dimasukan ke dalam rumus seperti pada lampiran 10. Perhitungan EOQ pada obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml: Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml, berdasarkan pengumpulan data dan telaah dokumen diperoleh angka sebagai berikut: Jumlah pemakaian tahunan

= 8.076

Biaya Pemesanan

= Rp. 1.000,00

Biaya Penyimpanan

= Rp. 6.760,00

Maka Economic Order Quantity (EOQ) adalah:

Q2

= 2 x 8.076 x 1.000 6.760

Q

= 49 vial

Jadi, jumlah pemesanan yang optimal dalam setiap kali memesan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml adalah 49 vial. Kendala yang dirasakan oleh bagian gudang farmasi dalam menghitung jumlah pemesanan adalah tidak didukung oleh

82

Sistem Informasi yang memadai, sehingga masih kesulitan untuk mengetahui dan menghitung jumlah pemakaian obat setiap bulan atau tahunan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan: “Kendalanya tidak didukung oleh sistem informasi, masih serba manual. Jadi agak susah untuk menghitung jumlah pemakaian obat yang begitu banyak, juga ga ada patokan untuk menghitungnya karena masih berdasarkan pengalaman apotekernya” (I1) “Kita ga bisa prediksi kunjungan pasien kadang ramai kadang sepi, jadi kondisi ini yang membuat kita kada kewalahan menghadapinya tidak sesuai perkiraan kita”. (I5)

3.

Perhitungan ROP Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml Waktu dilakukan pemesanan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di RSU Haji Medan dilakukan setiap bulan, tidak ada jadwal pasti kapan akan dilakukan pemesanan. Pemesanan akan dilakukan berdasarkan kebutuhan saja, yaitu dilihat dari jumlah stok yang masih tersedia di gudang farmasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan: “Kita melakukan pemesanan Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml tergantung kebutuhan, bisa awal bulan, pertengahan bulan ataupun akhir bulan. Kita mesan berdasarkan pemakaian obat sebelumnya”.(I1) “Jadwalnya ga pasti tergantung kebutuhan aja, kalau obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml udah kosong kita melakukan pemesanan dan yang mau habis juga kita order, tapi kalau obat yang cito hari itu juga akan kita pesan” (I3) “Ga ada jadwal, yang penting sebulan sekali aja. Pokonya kalau diliat stock udah kosong atau hampir kosong baru kita order lagi” (I5) Untuk menentukan waktu pemesanan yang ideal untuk setiap obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml dapat digunakan perhitungan Reorder Point (ROP). Cara menghitung Reorder Point (ROP) menurut Heizer dan Render (2010), Johns dan Harding (2001) adalah:

83

ROP = (d x L) +SS Keterangan: ROP

= Reorder Point

d

= permintaan harian

L

= lead time (waktu tunggu)

SS

= persediaan pengaman (safety stock)/buffer stock

Sedangkan untuk menentukan safety stock, perlu mempertimbangkan target pencapaian kinerja (service level). Menurut Assauri (2004), jika buffer stock/safety stock dengan service level dan standar lead time diketahui dan bersifat konstan, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: SS = Z x d x L Keterangan : SS = Safety Stock/Buffer stock Z = Service level D = Rata-rata pemakaian L = Lead Time Menurut informan lead time/waktu tunggu obat paling lama adalah 2 hari. Berikut merupakan kutipan hasil wawancara dengan informan:

84

“Dua hari paling lama udah nyampe” (I1) “Kita mesan hari ini, besok udah diantar sama abangnya. Paling lama 2 hari sudah nyampe” (I3) “2 hari udah kita terima barangnya” (I5) Berikut ini perhitungan Reorder Point (ROP) untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml: Jumlah pemakaian tahun 2014 (D)

= 8.076 Vial

Lead time (l)

= 2 hari

Service level

= 95%

Jumlah hari dalam setahun

= 365

Maka : Jumlah pemakaian rata-rata (d) = 8.076 vial/365 hari = 22 vial Z (95%)

= 1,65

Safety Stock (SS)

=zxdxl = 1,65 x 22 x 2 = 72,6 vial atau 72 vial

Jadi safety stock/stokpengaman untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml adalah 72 vial. ROP = (d x l) + SS = (22 x 2) + 72 = 116 vial Jadi, Reorder Point (ROP) untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml adalah 116 vial.

85

Berdasarkan perhitungan tersebut, artinya pada leadtime/waktu tunggu selama 2 hari dengan pemakaian rata-rata perhari adalah 22, obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml dapat dilakukan pemesanan kembali ketika stok obat sudah mencapai 116 vial. Kendala yang dirasakan oleh gudang farmasi dalam menentukan kapan waktu pemesanan kembali dilakukan adalah tidak adanya perhitungan, belum adanya sistem informasi yang memadai. Berikut merupakan hasil wawancara dengan informan: “Semua masih manual, jadi harus sering ngecek kartu stok. Terkadang lupa nge cek, eh… ternyata sudah kosong. Yaudah langsung di pesan karena ga ada buffer stocknya, jadi harus mesan karena stoknya udah kosong” (I1) “Terkadang lupa ngecek kartu stok ternyata uda habis, jadi harus mesan” (I5)

C. Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml Pasca Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi RSU Haji Medan Setelah dilakukan penerepan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di gudang farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan pada bulan Juni 2015 didapatkan hasil bahwasanya dengan menggunakan metode tersebut dapat mengatasi permasalahan stock out obat sehingga tidak terjadi pembelian secara cito terhadap obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml. Hal ini berdasarkan hasil wawancara terhadap informan: “Kita sudah menerapkan hasil perhitungan dengan metode ABC, EOQ dan ROP tersebut, ternyatata hasilnya jauh lebih baik. Jadi persediaan obat kita ga kosong lagi. Penerapannya baru kita coba untuk obat

86

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml. Untuk bulan ini, kita ga ada cito untuk obat tersebut” (I1) “Bulan kemaren kita udah coba pake perhitungan ABC, EOQ dan ROP ternyata jauh lebih baik kalau dibandingkan dengan metode kita selama ini yang hanya berdasarkan pengalaman. Untuk bulan kemaren persediaan kita ada, kita ga ada cito untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml. Bisa jadi masukan untuk kita terapkan untuk semua jenis obat” (I3) “Perhitungan ABC, EOQ dan ROP udah kita coba untuk perencanaan bulan kemaren, tapi Cuma untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml, hasilnya lebih baik kalau dibandingkan dengan perkiraan apoteker. Untuk bulan kemaren kita tidak cito obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2ml” (I5) Dengan penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) efektif dalam mengatasi permasalahan stock out obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml pada bulan Juni 2015 di gudang farmasi RSU Haji Medan. Hal ini sesuai pernyataan informan: “Setelah kita coba metode ABC, EOQ dan ROP nya ternyata lebih efektif dibanding dengan metode yang kita pakai sebelumnya, kita ga ada cito untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml bulan kemaren” (I1) “Lebih efektif make metode ABC dibanding berdasarkan perkiraan kita, jadi kita ga rugi keuangannya karena bayar mahal untuk beli cito” (I3) “Metode ABC efektif untuk pengendalian persediaan jadi ada perhitungan yang riil bukan hanya perkiraan saja, jadi dapat mengatasi stock out obat jadi kita ga cito lagi” (I5)

87

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian Penelitian dilakukan melalui efektivitas pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml menggunakan data terkait persediaan obat generik selama periode tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Haji Medan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: penerapan metode ABC, EOQ dan ROP belum terimplementasikan secara keseluruhan dikarenakan keterbatasan waktu dan faktor SDM tidak dibahas secara mendalam serta komponen biaya penyimpanan (biaya gedung, biaya penanganan bahan, biaya pekerja dan biaya investasi) tidak dihitung secara rinci karena data tidak tersedia sehingga perhitungan biaya penyimpanan menggunakan teori Heizer dan Render (2010), yaitu 26% dari harga barang.

B. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Sebelum Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan RSU Haji Medan didukung oleh instalasi farmasi khususnya gudang farmasi yang bertanggung jawab mengelola dan menyelenggarakan kegiatan yang mendukung ketersediaan obat dan alat kesehatan di RSU Haji Medan. Agar ketersediaan obat dapat berjalan dengan baik, yaitu dengan jumlah yang tepat, disediakan pada waktu yang dibutuhkan dan dengan biaya yang 87

88

terendah-rendahnya maka unit gudang farmasi RSU Haji Medan berupaya melakukan pengendalian persediaan. Menurut Aditama (2000), pengendalian merupakan fungsi inti dalam manajemen logistik yang kegiatannya meliputi pengawasan dan pengamanan keseluruhan pengelolaan logistik. Dalam fungsi ini terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi

(inventory control) dan expediting yang

merupakan unsur-unsur utamanya. Pengendalian persediaan (inventory control) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi dan mengatur tingkat persediaan yang optimum agar dapat memenuhi kebutuhan bahan dalam jumlah, mutu, dan waktu yang tepat serta dengan jumlah biaya yang rendah.

Subagya

(1994)

menjelaskan

bahwa

fungsi

pengendalian

mengandung kegiatan: 1. Inventarisasi, menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik. 2. Pengawasan, menyangkut kegiatan-kegiatan untuk menetapkan ada tidaknya

deviasi-deviasi

penyelenggaraan

dari

rencana-rencana

logistik. 3. Evaluasi, menyangkut kegiatan-kegiatan memonitor, menilai dan membentuk data-data logistik yang diperlukan hingga merupakan informasi bagi fungsi logistik lainnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan, diketahui bahwa dalam melakukan pengendalian persediaan obat, dilakukan berbagai bentuk upaya sebagai berikut:

89

1. Stock Opname Menurut Aditama (2000), inventory control bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Sehingga, hasil stock opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan waktu tertentu, misalnya satu bulan, dua bulan atau kurang dari satu tahun. Stock opname di gudang farmasi RSU Haji Medan dilaksanakan setiap 6 bulan sekali untuk mengecek dan mencocokan kondisi fisik barang dengan kartu stok, yang bertujuan untuk menilai dan mengetahui jumlah aset/kekayaan rumah sakit saat akhir tahun. Hal yang sama juga dilakukan pada obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml. Pada saat stock opname, dilakukan pengecekan seluruh persediaan yang ada di gudang dengan memeriksa fisik barang, menyeleksi atau mencatat expired date obat yang akan segera kadaluarsa, dan mencocokkan jumlah persediaan antara fisik dengan kartu stok, Obat yang mendekati kadaluarsa akan diinformasikan kepada dokter agar digunakan terlebih dahulu atau dikembalikan kepada distributor. Hal ini sudah sesuai menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010), yaitu stock opname diperlukan untuk kebutuhan audit dan perencanaan yang wajib dilakukan.

2. Kartu Stock Pencatatan merupakan salah satu bentuk pengendalian yang dapat dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subagya (1994) dimana salah satu

kegiatan dalam fungsi pengendalian adalah inventarisasi yang

menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik.

90

Sistem pencatatan persediaan yang dilakukan oleh gudang farmasi RSU Haji Medan adalah melalui kartu stok. Barang yang diterima dari rekanan dilakukan pemeriksaan atas kesesuaiannya dengan permintaan dan dibuatkan Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB) kemudian barang disimpan ke dalam rak-rak penyimpanan dan dilakukan pencatatan ke dalam kartu stok manual.

pengecekan harus dilakukan secara rutin setiap hari untuk

menghitung dan mencocokkan jumlah persediaan antara kartu stok manual maupun sistem dengan fisik obat, agar tidak terjadi selisih barang. Penggunaan kartu stok tersebut sesuai dengan teori Rangkuti (1996) yang menyebutkan bahwa untuk mengendalikan pengeluaran barang dari gudang diperlukan sistem pengendalian dengan menggunakan kartu-kartu dan surat pengeluaran barang. Kartu yang dimaksud ialah Kartu Bahan (Material Ledger Card) atau Lembaran Stok (Stock Ledger Sheets). Kartu ini juga biasa disebut dengan Kartu Persediaan yang merupakan kartu tambahan untuk persediaan yang berisi informasi mengenai berapa jumlah barang, kapan diterimanya suatu barang, kapan dan berapa jumlah yang dikeluarkan, serta berapa sisa yang tersedia. Pengisian kartu tersebut dilakukan berdasarkan faktur yang telah disetujui dan dokumen-dokumen pendukung, seperti surat pesanan, laporan penerimaan barang, dan surat permintaan barang. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan fisik di gudang secara periodik untuk mencocokkan saldo barang yang tersedia di gudang dengan saldo pencatatan.

91

3. Buku Defekta Menurut Seto (2004), pencatatan dalam persediaan adalah untuk menjamin obat-obat yang ada dalam persediaan dipergunakan secara efisien. Pencatatan tersebut meliputi penerimaan, persediaan di gudang dan penerimaan barang (dagangan), barang pembantu, inventaris dan lain-lain. Begitu juga di Gudang Farmasi RSU Haji Medan, terdapat buku defekta yang berfungsi pencatatan mengenai permintaan dan pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek. Obat yang diminta oleh apotek dicatat dalam buku tersebut, selanjutnya staf gudang farmasi memeriksa stok yang ada apakah cukup untuk memenuhi permintaan, setelah itu jumlah obat yang dikirim dan sisa stok yang ada di gudang farmasi dicatat dalam buku tersebut. Hal ini sesuai dengan Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan RI (2010) yang menjelaskan bahwa pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS.

4. Laporan Kepala Unit Farmasi setiap bulan melaporkan pembelian obat dan jatuh tempo pembayaran kepada Kepala Bidang Penunjang Medis, yang selanjutnya akan diteruskan kepada Kepala Bagian Keuangan. Selain itu Kepala Unit Farmasi melaporkan jenis persediaan perbekalan farmasi dan pemakaian perbekalan farmasi.

92

C. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml dengan Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan 1.

Sistem Pengelompokan Obat Generik dengan Metode ABC a. Input (masukan) dari SDM dan Metode Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan (Azwar, 1996). Input (masukan) dalam penelitian ini terdiri dari sumber daya manusia (man) dan metode (method). 1) Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia (SDM) salah satu input yang sangat penting dalam organisasi. Sukses tidaknya suatu organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang memberikan bakat, kerja, kreatifitas dan semangatnya pada organisasi. a) Kecukupan dan Kesesuaian tentang pengetahuan dan pengalaman Penilaian terhadap kecukupan dan kesesuaian meliputi

kecukupan

dalam

jumlah,

yang

pengetahuan dan keterampilan serta kesesuiaan antara posisi dan tugas yang didapatkan dengan pendidikan dan pengalaman. Jumlah SDM di unit farmasi ini saat ini 31 orang, yang terdiri dari 4 orang apoteker, 9 orang

93

asisten apoteker. Dengan jumlah tenaga yang sudah cukup banyak dan pembagian tugas dan shif yang sesuai dengan jam kerja dirasakan kebutuhan tenaga di unit farmasi sudah cukup. Petugas dibagian pengelolaan obat memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Pekerjaan yang mereka geluti sesuai dengan latar belakang dan pendidikan mereka dimana hampir semua berasal dari pendidikan farmasi. Latar belakang beberapa orang di bagian penunjang yang tidak sesuai tetapi tidak menghambat jalannya kegiatan kefarmasian, karena mereka diawasi oleh karyawan lain yang sesuai dan sudah senior. Cukup tidaknya jumlah karyawan ini didasarkan pada analisa jabatan dan struktur organisasi yang ada. Meskipun dalam analisis jabatan tersebut hanya ditetapkan syarat kualitas bukan kuantitas namun dengan analisis jabatan tersebut kita dapat menetapkan jumlah karyawan secara tepat dari segi kuantitas (Handoko, 1996). Sesuai dengan analisis jabatan dan struktur organisasi yang ada di unit farmasi RSU Haji Medan maka satu orang sebagai kepala Unit Farmasi, 2 orang wakil , 4 orang koordinator,

94

supervisor dan selebihnya pelaksana. Khusus bagian gudang / logistik obat terdapat 4 orang yang bertanggung jawab atas pemesanan dan persediaan obat. Dengan analisis jabatan dan uraian tugas maka jumlah yang ada sekarang udah cukup. b) Kesesuaian uraian tugas di bagian SDM Petugas pengelolaan obat sudah melaksnakan tugas sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang uraian tugas dan pelaksanaan tugas kerja maka setiap karyawan sudah mengerti dan memahami uraian tugas mereka masing-masing serta bertanggung jawab atas pekerjaan mereka. 2) Metode Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Unit Farmasi

RSU

Haji

Medan,

penentuan

kebutuhan

didasarkan kepada data kebutuhan, data prediksi penyakit, jumlah persediaan barang di gudang, usulan masingmasing unit, perhitungan pareto (fast moving, moderate dan slow moving) dan obat essensial. Namun dalam menentukan fast moving, moderate dan slow

moving

belum

pernah

dilakukan

perhitungan

berdasarkan data riil obat baik dari jumlah pemakaian maupun nilai investasi. Selama ini pengelompokan

95

persediaan hanya berdasarkan pengalaman saja. Obat yang sering diminta oleh apotek disebut fast moving dan obat yang jarang diminta disebut slow moving. Metode pengendalian persediaan yang dilakukan RSU Haji Medan belum sesuai dengan John dan Harding (2001), pengendalian persediaan dikatakan efektif harus dapat menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan menjadi prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali. b. Proses Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis ABC Menurut Sabarguna (2005), ciri logistik/persediaan rumah sakit yaitu: spesifik (obat alkes, film, rontgen, dan lain-lain); harga yang variatif; dan jumlah item yang sangat banyak. Begitu juga dengan perbekalan farmasi di RSU Haji Medan memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, baik dari jenis obatobatan, alat kesehatan dan reagen. Setiap perbekalan farmasi tersebut berbeda dari segi jumlah kebutuhan per item maupun harga per item. RSU Haji Medan fokus pada pelayanan kepada masyarakat menengah ke bawah dengan program khusus Jamkesmas dan Jampersal, sehingga obat-obat yang sering digunakan adalah obat generik yang penggunaannya disarankan oleh pemerintah.

96

Sebagaimana

diatur

dalam

Permenkes

RI

Nomor

HK.02/02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, obat generik merupakan obat dengan nama resmi International Nonpropoetary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Selain jauh lebih murah, kualitas dan khasiatnya sama seperti obat bernama dagang (bermerek). Berdasarkan daftar obat generik yang terdapat E-Catalogue Obat Pemerintah Indonesia Provinsi Sumatera Utara, obat generik yang digunakan di RSU Haji Medan adalah sebanyak 166 jenis obat dari 777 jenis obat yang terdaftar dalam e-katalog tersebut. Setiap jenis obat tersebut memiliki karakteristik yang berbeda baik dari jumlah pemakaian maupun harga, yang keduanya menentukan nilai investasi obat. Menurut Ahyari (1987), dalam kenyataannnnya akan terdapat bahan baku yang dipergunakan dalam jumlah unit yang besar namun nilai rupiah yang kecil, sebaliknya akan terdapat sejumlah bahan baku dalam nilai rupiah yang tinggi walaupun jumlah unit fisiknya tidak berapa besar. Berdasarkan hasil perhitungan mengenai jumlah pemakaian dan nilai investasi berdasarkan kemasan obat generik di gudang farmasi tahun 2014, terlihat bahwa obat generik dengan kemasan tablet adalah yang paling banyak digunakan baik dari jenis obat maupun jumlah pemakaian,

97

yaitu sebanyak 73 jenis obat dengan jumlah pemakaian sebanyak 665.297 tablet. Namun bukan berarti obat dengan satuan/kemasan tersebut memiliki nilai investasi yang paling tinggi. Nilai investasi tertinggi adalah obat dengan satuan/kemasan vial. Obat tersebut bernilai Rp. 357.535.538,00 walaupun hanya 16 jenis obat dengan jumlah pemakaian sebanyak 23.621 vial. Sehingga diperlukan perlakuan yang berbeda terhadap setiap jenis obat terutama pada obat dengan nilai investasi tinggi. Hal ini sesuai menurut Heizer dan Reider (2010), apabila bahan diperlakukan sama rata, maka tindakan tersebut terkadang akan merugikan perusahaan karena terdapat perbedaan nilai mata uang dari bahan yang dipergunakan. Oleh sebab itu diperlukan pengelompokkan obat berdasarkan nilai investasinya agar dapat menentukkan prioritas persediaan. Untuk menentukkan prioritas persediaan cara yang paling umum digunakan adalah dengan analisis ABC. Penentuan persediaan obat yang dilakukan oleh unit gudang farmasi RSU Haji Medan berpedoman pada formularium rumah sakit sebagai dasar penyusunan kebutuhan obat. Namun permintaan obat di luar formularium masih terjadi. Hal ini disebabkan adanya kasus penyakit baru yang diderita pasien, sehingga obatnya belum terdapat pada daftar formularium rumah sakit. Menurut Seto (2004), penentuan kebutuhan obat di rumah sakit harus berpedoman kepada daftar obat essensial, formularium

98

rumah sakit, standar terapi dan jenis penyakit di rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa RSU Haji Medan dalam melakukan penentuan kebutuhan dilakukan sesuai dengan teori menurut Seto (2004), yaitu dengan menggunakan formularium rumah sakit, namun belum sepenuhnya dapat terlaksanan dengan baik, karena masih adanya kasus permintaan obat di luar formularium rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 informan yang telah dilakukan, dalam penentuan kebutuhan di RSU Haji Medan dilakukan berdasarkan banyaknya jumlah pemakaian pada periode sebelumnya. Kelompok obat yang tergolong fast moving akan disediakan dengan jumlah yang lebih banyak, begitupun sebaliknya, obat yang tergolong slow moving akan disediakan lebih sedikit. Namun dalam pelaksanaannya untuk menentukan obat yang fast moving atau slow moving dan obat dengan nilai investasi tinggi atau nilai investasi rendah tidak ditentukan menggunakan analisis ABC. Berikut adalah pengelompokan obat generik menggunakan analisis ABC pemakaian dan investasi:

1) Analisis ABC Pemakaian

Pada umumnya persediaan terdiri dari berbagai jenis barang yang sangat banyak jumlahnya. Masing-masing jenis barang membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan order point. Namun, berbagai jenis

99

barang yang ada dalam persediaan tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama. Sehingga, untuk mengetahui jenis-jenis barang yang perlu mendapat prioritas, dapat digunakan analisis ABC, karena analisis ini dapat mengklasifikasi seluruh jenis barang berdasarkan tingkat kepentingannya (Rangkuti, 1996). Berdasarkan hasil telaah dokumen berupa data pemakaian obat generik selama tahun 2014, diperoleh hasil analisis ABC pemakaian terhadap 166 item obat generik yang tersedia di gudang yaitu terdapat 22 item atau 13,25% dari total item obat generik termasuk ke dalam kelompok A dengan pemakaian tinggi yaitu sebesar 745.999 atau 69,41% dari total pemakaian obat generik keseluruhan. Kelompok B terdiri dari 29 item atau 17,47% dari total item obat generik dengan jumlah pemakaian sedang yaitu sebesar 220.873 atau 20,55% dari total pemakaian obat generik keseluruhan. Sedangkan, kelompok C terdiri dari 115 item atau 69,28% dari total item obat generik dengan jumlah pemakaian rendah, yaitu sebesar 107.964 atau 10,04% dari total pemakaian obat generik keseluruhan. Hasil analisis ABC pemakaian dapat digambarkan sebagai berikut.

100

69.41

69.28 70

60 50 40 30 20

20.55

17.47 13.25

10.04

10 0 %Jumlah item (166 item)

% Jumlah Pemakaian (1.074.836) A

B

C

Gambar 6.1. Pengelompokan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Pemakaian Tahun 2014

Hasil analisis ABC pemakaian yang disajikan pada gambar diatas, diketahui bahwa obat generik yang termasuk kelompok A (fast moving) hanya 13,25% dari seluruh jenis obat generik yang diminta oleh apotek, namun obat ini paling banyak diminta oleh apotek untuk memenuhi kebutuhan obat pasien yaitu sebesar 69,41% dari total pemakaian. Sebagaimana menurut Seto (2004) Kelompok A merupakan obat yang cepat laku. Meskipun hanya ada sedikit kelompok A dalam persediaan apotek, tetapi karena kelompok tersebut sangat tinggi permintaannya, merupakan obat yang berputar dengan cepat. Merurut Seto (2004), kelompok B mempunyai penjualan rata-rata dan perputaran inventaris. Di Gudang Farmasi RSU Haji Medan, obat yang termasuk kelompok B (moderate) merupakan jenis obat yang sedang/agak lambat perputarannya, yaitu 17,47%

101

dari seluruh jenis obat generik yang diminta apotek dan pemakaian yang sedang juga yaitu sebesar 20,55% dari total pemakaian. Sedangkan obat yang termasuk kelompok C (slow moving) merupakan obat generik yang paling banyak jenisnya, yaitu 69,28% dari seluruh jenis obat generik yang diminta oleh apotek namun dengan pemakaian yang paling sedikit/jarang digunakan yaitu hanya 10,04% dari total pemakaian. Sebagaimana menurut Seto (2004), Kelompok C adalah obat yang paling lambat lakunya, obat produk yang paling kurang diminta. Oleh karena itu pengendalian yang dapat dilakukan untuk masing-masing kelompok adalah: a) Kelompok A Dengan memperhatikan persediaan 22 jenis obat yang tergolong kelompok A, gudang farmasi akan dapat memenuhi ketersediaan obat sebanyak 69,41%. Artinya, ketersediaan obat tersebut sangat penting diperhatikan dan harus selalu tersedia di gudang farmasi karena memiliki nilai pemakaian yang paling tinggi/sering diminta oleh apotek. Selain itu pengawasan dan pemantauan fisik persediaan harus lebih teliti dan ketat. b) Kelompok B Dengan memperhatikan 29 jenis obat yang tergolong kelompok B, gudang farmasi akan dapat memenuhi ketersediaan obat atau permintaan apotek sebanyak

102

20,55%. Ketersediaan obat ini cukup penting diperhatikan setelah obat kelompok A. Menurut Seto (2004), karena kelompok B merupakan jumlah yang jauh lebih besar dan merupakan proporsi penjualan yang lebih kecil, tidak perlu dan tidak efisien untuk memonitor obat-obat tersebut seketat kelompok A. Biasanya dapat cukup dikendalikan dengan menggunakan kartu stok gudang dan kartu stok di ruang peracikan dan penjualan eceran. c) Kelompok C Dengan memperhatikan 115 jenis obat yang tergolong kelompok C dapat memenuhi ketersediaan obat atau permintaan

obat

oleh

apotek

sebanyak

10,04%.

Penggunaan/permintaan obat ini sedikit namun dengan jenis yang paling banyak yaitu 69,28% dari seluruh obat generik yang ada. Sama seperti kelompok B, menurut Seto (2004), karena kelompok C merupakan jumlah yang jauh lebih besar dan merupakan proporsi penjualan yang lebih kecil, tidak perlu dan tidak efisien untuk memonitor obat-obat tersebut seketat kelompok A. Biasanya dapat cukup dikendalikan dengan menggunakan kartu stok gudang dan kartu stok di ruang peracikan dan penjualan eceran. Menurut Seto (2004), bahwa pengelola secara periodik seharusnya memonitor kelompok C untuk menentukan

103

apakah

obat

tersebut

semestinya

disingkirkan

dari

persediaan. Menyingkirkan kelompok C yang lambat lakunya merupakan metode praktis mengurangi jumlah obat dan investasi dalam persediaan, tapi memberikan pengaruh yang kecil pada penjualan dan biaya kehabisan persediaan. Oleh karena itu, selain menggunakan kartu stok, diperlukan perhatian khusus terhadap obat yang tidak berjalan. Perlu diperhatikan jenis persediaan dengan mengurangi variasi merk obat yang berbeda namun memiliki kandungan yang sama.

2) Nilai Investasi Obat Generik

Berdasarkan hasil analisis ABC investasi terhadap 166 item obat generik di gudang, diperoleh informasi bahwa kelompok A terdiri dari 26 item atau 15,66% dari total item obat generik dengan nilai investasi tinggi sebesar Rp 931.385.322,00 atau mengambil porsi sebesar 69,57% dari total nilai investasi obat generik keseluruhan. Kelompok B terdiri dari 33 item atau 19,88% dari total item obat generik dengan nilai investasi sedang sebesar Rp 269.557.806,00 atau mengambil porsi sebesar 20,14% dari total nilai investasi obat generik keseluruhan. Kelompok C terdiri dari 107 item obat generik atau 64,46% dari total item obat generik dengan nilai investasi rendah sebesar Rp 137.800.964,00 atau

104

mengambil porsi 10,29% dari total nilai investasi obat generik keseluruhan. Hasil analisis ABC investasi dapat digambarkan sebagai berikut:

69.57 70

64.46

60 50 40 30 20

20.14

19.88 15.66

10.29

10 0

% Jumlah item (166)

% Investasi (1.338.744.092) A

B

C

Gambar 6.2. Pengelompokan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Investasi Tahun 2014

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa hasil analisis ABC investasi bahwa obat generik yang termasuk kelompok A hanya 15,66% dari seluruh jenis obat generik yang diminta oleh apotek

dengannilai

investasi

tertinggi

adalah

obat

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml, namun obat ini menyerap anggaran rumah sakit paling banyak dibandingkan obat generik lainnya, yaitu sebesar 69,57% dari total penggunaan anggaran obat generik. Kelompok B 19,88% dari seluruh jenis obat generik dan menyerap anggaran rumah sakit sebesar 20,14% dari total nilai investasi. Sedangkan obat yang termasuk kelompok C merupakan jenis obat yang paling banyak, yaitu

105

64,46% dari seluruh jenis obat generik yang diminta oleh apotek, namun menyerap anggaran paling sedikit, yaitu hanya 10,29% dari total penggunaan anggaran untuk obat generik. Gagasan analisis ABC adalah untuk membuat kebijkankebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan pada bagian-bagian persediaan yang kritis namun sedikit bukan pada yang banyak namun spele. Tidaklah realistis jika memantau barang yang tidak mahal dengan intensitas yang sama dengan barang yang sangat mahal (Heizer dan Render, 2010). Penggunaan analisis ini memungkinkan teridentifikasinya barang yang benar-benar berpengaruh pada kinerja sediaan, sehingga manajemen yang efektif dapat berkonsentrasi pada barang yang itemnya sedikit tersebut tanpa mengabaikan yang lain (Johns dan Harding, 2001). Oleh karena itu pengendalian yang dapat dilakukan untuk masing-masing kelompok adalah: a) Kelompok A Kelompok A merupakan barang dengan jumlah unit fisik kecil atau rendah namun jumlah rupiahnya tinggi (Ahyari, 1987). Pada persediaan obat generik di RSU Haji Medan, dengan memperhatikan ketersediaan 26 jenis obat generik yang tergolong A dapat mengoptimalkan persediaan dan pemakaian anggaran sebesar 69,57%. Sehingga menurut Heizer dan Render (2010), obat tersebut harus memiliki kontrol persediaan yang lebih

106

ketat, akurasi pencatatan yang lebih sering diverifikasi. Pengawasan fisik dapat dilakukan lebih ketat dan secara periodik setiap bulan. Menurut Seto (2004), kelompok A seharusnya dimonitor dengan hati-hati, angka pemesanan ulang dan EOQ-nya seharunya dihitung. Sehingga dalam penelitian ini obat yang termasuk kelompok A dihitung EOQ (Economic Order Quantity) untuk menentukan jumlah pemesanan yang ideal dan ROP (Reorder Point) untuk menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan pemesanan kembali. b) Kelompok B Kelompok B merupakan barang dengan jumlah fisik dan jumlah rupiah yang sedang (Ahyari, 1987). Pada persediaan obat generik di RSU Haji Medan, dengan memperhatikan 33 jenis obat yang tergolong kelompok B dapat

mengoptimalkan

persediaan

dan

pemakaian

anggaran sebesar 20,14%. Sehingga obat yang tergolong kelompok B memerlukan perhatian yang cukup penting setelah kelompok A. Perlu adanya pengawasan fisik yang dilakukan secara periodik. Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan yang tergolong kelompok B dapat dihitung setiap 3 bulan sekali.

107

c) Kelompok C Kelompok C merupakan barang dengan jumlah fisik yang besar atau tinggi namun nilai rupiah yang rendah/kecil (Ahyari, 1987). Pada persediaan obat generik di RSU Haji Medan, dengan memperhatikan 107 jenis obat yang tergolong kelompok C, dapat mengoptimalkan persediaan dan pemakaian anggaran sebesar 10,29%. Perlu memperhatikan obat yang tidak berjalan untuk dikurangi

variasi

obatnya.

Karena

obat

tersebut

memberikan pengaruh kecil terhadap penjualan dan biaya kehabisan persediaan. Sejalan dengan pendapat Seto (2004), bahwa pengelola secara periodik seharusnya memonitor kelompok C untuk menentukan apakah obat tersebut

semestinya

disingkirkan

dari

persediaan.

Menyingkirkan kelompok C yang lambat lakunya merupakan metode praktis mengurangi jumlah obat dan investasi dalam persediaan, tapi memberikan pengaruh yang kecil pada

penjualan dan biaya

kehabisan

persediaan. Sehingga obat yang tergolong kelompok C tidak memerlukan pengendalian ketat seperti kelompok A dan B. Pengendalian dan pemantauan tidak ketat, cukup sederhana di dalam RS tersebut. Namun RS belum mempunyai perhitungan, sehingga cukup menentukan safety stock/buffer stock sebagai jumlah minimum stok di

108

gudang farmasi. Pengawasan juga tidak seperti kelompok A dan B cukup mengikuti pengawasan yang sudah dilaksanakan di gudang farmasi selama ini yaitu setiap 6 bulan sekali. Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan yang tergolong kelompok C dapat dihitung setiap 6 bulan sekali.

c. Output Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis ABC Berdasarkan perhitungan metode analis ABC yang termasuk kelompok A, didapatkan hasil yaitu obat Methylprednisolon inj 125

mg/

2

ml

menempati

peringkat

pertama

dalam

pengelompokkan obat berdasarkan analisis ABC investasi. Yang artinya obat Methylprednisolon 125 mg/ ml merupakan obat dengan nilai pemakaian paling tinggi dan pemakaian anggaran paling besar, sehingga menurut Heizer dan Render (2010), obat tersebut harus memiliki kontrol persediaan yang lebih ketat, akurasi pencatatan yang lebih sering diverifikasi. Pengawasan fisik dapat dilakukan lebih ketat dan secara periodik setiap bulan. Menurut Seto (2004), kelompok A seharusnya dimonitor dengan hati-hati, angka pemesanan ulang dan EOQ-nya seharunya dihitung. Sehingga dalam penelitian ini obat yang termasuk kelompok A dihitung EOQ (Economic Order Quantity) untuk menentukan jumlah pemesanan yang ideal dan ROP (Reorder

109

Point) untuk menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan pemesanan kembali.

2.

Perhitungan EOQ Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Dalam persediaan,

biaya

yang mempengaruhinya

adalah biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan. Pemesanan dengan jumlah yang banyak akan mengurangi biaya pemesanan karena dengan pemesanan dengan jumlah yang banyak tentunya frekuensi pemesanan akan lebih sedikit. Namun hal ini akan meningkatkan biaya penyimpanan karena pemesanan dengan jumlah yang banyak persediaan yang akan disimpan juga lebih banyak. Sebaliknya, pemesanan dengan jumlah yang sedikit akan mengurangi biaya penyimpanan karena persediaan yang disimpan di gudang lebih sedikit, namun akan meningkatkan biaya pemesanan karena frekuensi pemesanan akan meningkat. Untuk itu jumlah pemesanan harus dapat meminimalkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Sebagaimana menurut Heizer dan Render (2010), Bowersox (2010), Sabarguna (2004) dan Johns dan Harding (2001), bahwa seiring dengan meningkatnya kuantitas yang dipesan, jumlah pemesanan pertahunnya akan menurun namun biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah persediaan yang harus diurus lebih banyak. Sehingga menurut Seto (2004) untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis, harus diusahakan untuk memperkecil biaya-biaya pemesanan dan biaya-biaya penyimpanan. Dalam pelaksanaan pemesanan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di Instalasi Farmasi RSU Haji Medan, tidak ada perhitungan khusus

110

mengenai jumlah pemesanan. Jumlah pemesanan tergantung pada jumlah permintaan dari apotek. Hal ini berisiko meningkatnya biaya pemesanan jika pemesanan dilakukan dalam jumlah yang sedikit atau meningkatnya biaya penyimpanan jika jumlah pemesanan terlalu banyak.

Oleh sebab itu diperlukan perhitungan yang tepat untuk mengetahui jumlah pemesanan optimum obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml yaitu dengan metode Economic Order Quantity (EOQ). Economic Order Quantity (EOQ) adalah sejumlah persediaan barang yang dipesan pada suatu periode untuk tujuan meminimalkan biaya dari persediaan barang tersebut (Sabarguna, 2004). Dua macam biaya yang dipertimbangkan dalam model EOQ adalah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan (Mardiyanto, 2009). Model persediaan umumnya meminimalkan biaya total, untuk meminimalkan biaya total persediaan maka dapat dilakukan dengan cara meminimalkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perhitungan EOQ dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung jumlah pemesanan optimum obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml yang tergolong kelompok A karena obat ini adalah obat yang paling berpengaruh terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan obat di RSU Haji Medan. Dengan menerapkan metode EOQ untuk menghitung jumlah pemesanan yang optimum akan membantu manajemen untuk mengambil keputusan jumlah pemesanan agar tidak terjadi investasi berlebihan yang tertanam dalam persediaan dan tidak mengalami kekurangan persediaan yang menyebabkan pelayanan terhenti.

111

Jumlah pemesanan optimum untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml, berdasarkan perhitungan, jumlah pemesanan yang paling ekonomis untuk obat ini adalah sebanyak 49 vial setiap kali pemesanan. Jumlah ini akan menggunakan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang paling sedikit. Jika jumlah pemesanan ditingkatkan, maka akan meningkatkan biaya penyimpanan karena jumlah persediaan yang banyak. Jika jumlah pemesanan diturunkan, maka akan meningkatkan biaya pemesanan karena pemesanan dengan jumlah yang sedikit frekuensi pemesanan akan lebih meningkat sehingga meningkatkan biaya pemesanan. Oleh karena itu pemesanan 49 vial untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml adalah jumlah yang paling ekonomis dalam setiap kali melakukan pemesanan.

Dalam menjalankan metode EOQ ini yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah pemesanan yang optimum tentunya harus didukung oleh sistem informasi yang dapat mengetahui jumlah pemakaian setiap obat setiap periode. Sistem informasi di RSU Haji Medan belum berjalan secara maksimal sehingga belum bisa memberikan informasi mengenai jumlah pemakaian setiap obat tersebut. Hal ini menjadi kendala yang dirasakan oleh gudang farmasi RSU Haji Medan, sehingga jumlah pemesanan hanya berdasarkan perkiraan.

3.

Perhitungan ROP Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Dalam menentukan waktu pemesanan kembali setiap obat di RSU Haji Medan tidak menggunakan perhitungan khusus. Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml akan dipesan ketika obat tersebut mendekati jumlah stok 0.

112

Jika stok obatnya sudah mencapai 0, maka pemesanan dilakukan secara cito. Sehingga tidak jarang permintaan apotek tidak dapat terpenuhi dalam jumlah yang tepat karena persediaan yang tidak cukup untuk memenuhi permintaan. Obat harus selalu tersedia setiap saat dibutuhkan. Terputusnya kemampuan pelayanan terjadi karena persediaan sudah habis. Oleh karena itu sebelum persediaan habis maka pemesanan barang harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan Anief (2001) yaitu keseimbangan antara persediaan dan

permintaan perlu diciptakan agar kemampuan pelayanan pada pasien dapat berlanjut. Untuk itu perlu dicari waktu yang tepat, pada saat dimana pembeliaan harus dilakukan sehingga terjadi keseimbangan antara beban pekerjaan dan kemampuan memenuhi permintaan sehingga pelayanan tidak terputus, tetapi persediaan masih dalam batas-batas yang ekonomis. Untuk mencari waktu yang tepat tersebut dapat dilakukan dengan perhitungan Reorder Point (ROP). Apabila terjadi lead time (masa tenggang) maka kita harus menentukan tingkat persediaan minimal sehingga apabila tingkat ini sudah dicapai, kita harus mengajukan pesanan baru untuk menjaga jangan sampai terjadi kekosongan dalam stok (Siagian, 1987). Waktu pemesanan kembali ditetapkan agar persediaan dapat menutupi kebutuhan persediaan selama masa tenggang/menunggu pesanan tiba. Menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010), lead time adalah waktu tunggu yang diperlukan mulai pemesanan sampai obat diterima.

Menurut John dan Harding (2010), keputusan mengenai kapan mengajukan pemesanan kembali terletak pada dua faktor, yaitu yang pertama pertimbangan tingkat pemesanan kembali secara langsung

113

berdasarkan pada pemakaian normal dan yang kedua pertimbangan sediaan pengaman berdasarkan derajat ketidakpastian dan tingkat pelayanan yang diminta. Oleh sebab itu perlu dilakukan perhitungan mengenai buffer stock/safety stock terlebih dahulu agar dapat menentukan kapan mengajukan pemesanan kembali. Persediaan pengaman itu merupakan proteksi terhadap 2 jenis ketidakpastian. Pertama, ketidakpastian mengenai penjualan yang melebihi ramalan selama periode pengisian kembali. Kedua, adalah ketidakpastian mengenai keterlambatan (delays) dalam penerimaan pesanan, pengolahan pesanan, atau keterlambatan transportasi selama pengisian kembali (Bowersox, 1995).

Selama ini buffer stock yang tersedia di RSU Haji Medan hanya berdasarkan perkiraan, tidak ada perhitungan khusus. Menurut Rangkuty (1996), buffer stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi dan menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Oleh karena itu waktu pemesanan kembali yang ideal adalah ketika stok obat mencapai kebutuhan selama waktu tunggu atau permintaan harian ratarata dikalikan dengan waktu tunggu. Namun permintaan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan berfluktuatif setiap harinya. Sehingga apabila perhitungan ROP tidak mempertimbangkan safety stock yang berfungsi sebagai proteksi terhadap kemungkinan peningkatan kebutuhan/permintaan obat, berisiko terjadinya kekurangan stok (stock out). Perhitungan safety stock obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml adalah 72 vial dan Reorder Point-nya adalah 116 vial. Artinya, pemesanan obat

114

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml akan dilakukakan jika stok obat tersebut mencapai 116 vial. Jumlah tersebut merupakan titik/jumlah ideal dilakukannya pemesanan ulang agar terhidar dari kekurangan stok karena stock out dan terhindar dari kekurangan stok karena permintaan yang meningkat.

Kendala yang dirasakan oleh gudang farmasi dalam menentukan waktu pemesanan kembali adalah tidak adanya perhitungan buffer stock karena belum adanya sistem informasi yang memadai sehingga waktu pemesanan tergantung dengan kondisi stok yang tersedia di gudang.

D. Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Pasca Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP Dengan berbagai bentuk pengendalian yang dilakukan RSU Hai Medan selama ini, nyatanya Gudang Farmasi RSU Haji Medan masih mengalami kekosongan barang (stockout). Penyebab kekosongan tersebut biasanya disebabkan oleh adanya peningkatan demand (permintaan) dari bagian farmasi dari biasanya, dikarenakan terdapat kasus atau kondisi khusus di lapangan. Sehingga, stok yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan tersebut. Selain itu, kekosongan juga disebabkan oleh adanya perubahan perilaku obat, dimana obat yang sebelumnya slow moving atau tidak laku tiba-tiba menjadi fast moving. Berbagai penyebab kekosongan tersebut tentunya mengakibatkan gudang farmasi tidak dapat melayani permintaan dan terjadi penolakan permintaan. Kondisi ini dapat mengakibatkan pemborosan, karena obat yang dibeli ke

115

apotek luar atau RS lain tentunya mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan membeli ke distributor. Seharusnya menurut Aditama (2002), barang/bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi harus tersedia dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai dengan kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Pembelian cito atau pembelian kecil-kecilan ini tidak sejalan dengan tujuan pengawasan persediaan yang diungkapkan Rangkuti (1996), yaitu salah satunya menghindari pembelian kecil-kecilan. Pembelian cito ini juga akan merugikan karena proses pembelian dilakukan berulang, serta tidak adanya diskon karena harga yang kita beli sudah merupakan harga jual. Dalam SOP Unit Farmasi RSU Haji Medan, penentuan kebutuhan didasarkan kepada data kebutuhan 3 bulan, data prediksi penyakit, jumlah persediaan barang di gudang, usulan masing-masing unit, perhitungan pareto (fast moving, moderate dan slow moving) dan obat essensial. Artinya penentuan kebutuhan menggunakan metode kombinasi, yaitu metode konsumsi berdasarkan data kebutuhan 3 bulan dan perhitungan pareto (fast moving, moderate dan slow moving), metode epidemiologi (prediksi penyakit) dengan memperhatikan sisa stok di gudang farmasi. Dalam menentukan obat yang tergolong fast moving atau slow moving pun petugas gudang farmasi tidak melakukan menggunakan perhitungan, melainkan berdasarkan pengalaman pemesanan/penggunaan obat oleh apotek. Obat yang sering/banyak diminta tergolong fast moving dan yang tidak sering/banyak diminta tergolong slow moving.

116

Metode pengendalian persediaan yang dilakukan RSU Haji Medan selama ini belum efektif. Berdsarkan hasil telaah dokumen, diperoleh informasi bahwa pembelian cito obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml yang dilakukan selama periode tahun 2014 adalah sebanyak 1.700 obat dengan nilai investasi sebesar Rp. 65.790.000. Terlihat bahwa kerugian biaya yang ditimbulkan oleh pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml yang dilakukan RSU Haji Medan selama tahun 2014. Hasil dari perhitungan ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml, didapatkan jumlah pemesanan yang optimum dan waktu pemesanan kembali. Setelah dilakukan penerepan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di gudang farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan pada bulan Juni 2015 didapatkan hasil bahwasanya dengan menggunakan metode tersebut dapat mengatasi permasalahan stock out obat sehingga tidak terjadi pembelian secara cito terhadap obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml. Penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) efektif dalam mengatasi permasalahan stock out obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml pada bulan Juni 2015 di gudang farmasi RSU Haji Medan.

Hal ini sesuai dengan John dan Harding (2001),

pengendalian persediaan dikatakan efektif harus dapat menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan menjadi prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali.

117

Menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010), dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi secara terpadu diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan. Berdasarkan hasil perhitungan ABC, EOQ dan ROP yang telah diterapkan di gudang farmasi RSU Haji Medan ternyata lebih efektif jika dibandingkan dengan metode yang digunakan sebelumnya. Untuk itu perlu penerapan metode ABC, EOQ dan ROP untuk seluruh obat generik agar pengendalian persediaan di gudang farmasi RSU Haji Medan efektif yaitu obat apa yang akan menjadi prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali.

118

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 1.

Pengendalian/pengawasan persediaan yang dilakukan di gudang farmasi RSU Haji Medan yaitu melalui stock opname, kartu stok dan buku defekta. Pengendalian persediaan obat generik belum menggunakan metode pengendalian khusus, seperti analisis ABC untuk prioritas persediaan, Economic Order Quantity (EOQ) untuk menentukan jumlah pemesanan optimum, Reorder Point (ROP) untuk menentukan waktu pemesanan yang ideal.

2.

Hasil perhitungan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point ROP) menunjukkan bahwa terdapat 26 jenis (15,66%) obat generik yang tergolong kelompok A, yaitu dengan penggunaan anggaran sebesar 69,57% dari total penggunaan anggaran obat generik, Dengan nilai investasi tertinggi adalah obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml. Jumlah pemesanan optimum untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml adalah 49 item. Waktu pemesanan kembali untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml adalah 116 item.

3.

Penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) efektif dalam mengatasi permasalahan stock out obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di gudang farmasi RSU Haji Medan. 118

119

B. Saran 1.

Perlu adanya sistem informasi untuk dapat menghasilkan informasi mengenai jumlah pemakaian setiap obat, baik perbulan, triwulan atau tahunan, agar memudahkan dalam menyusun kebutuhan persediaan obat. Seperti penggunaan sistem informasi manajemen rumah

sakit

yang

terintegrasi

ke

setiap

unit

sehingga

mempermudah pengawasan/pengendalian obat-obatan. 2.

Perlu diterapkan metode analisis ABC secara keseluruhan terhadap obat seluruh obat generik untuk memberikan prioritas yang berbeda terhadap setiap kelompok obat karena obat dengan nilai investasi tinggi memerlukan sistem pengendalian yang lebih ketat dibandingkan obat dengan nilai investasi rendah.

3.

Perlu diterapkan metode EOQ dan ROP secara keseluruhan obat generic untuk menghindari terjadinya kekosongan obat karena selama ini RSU Haji Medan sering mengalami kekosongan obat.

4.

Disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti tentang faktorfaktor yang mempengaruhi efektivitas pengendalian persediaan obat, karena metode ABC, EOQ dan ROP hanya sebagaian kecil faktor yang mempengaruhi efektifitas obat generic di RSU Haji Medan

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UIPress Aditama, Tjandra Yoga. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: UI-Press Aditama, Tjandra Yoga. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UIPress Ahyari, Agus. 1987. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE American Hospotal Association. 2011. AHA Survey on Drug Shortages. America Anief, Moh. 2001. Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Awaloeddin, Arfan. (2001). Penggunaan Analisis ABC untuk Pengendalian Persediaan Obat Antibiotika di Instalasi Farmasi Studi Kasus di Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru. Tesis. Depok: Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Bowersox, Donald. J. 1995. Manajemen Logistik 1. Jakarta: PT. Bumi Aksara Buffa, E. S. 1997. Manajemen Produksi/Operasi 2. Jakarta: Erlangga Departemen Kesehatan RI (2008) Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta: Menteri Kesehatan Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kememkes RI. 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit Fadhila, Rahmi. 2013. Studi Pengendalian Persediaan Obat Generik Melalui Metode Analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di

Gudang Farmasi Rumah Sakit Islam Asshobirin Tahun 2013. Skripsi. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hadi, Ella N., dkk. 2000. Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan. Depok: FKM-UI dengan CIMU-Health The British Council. Hidayati, Suci & Henmaidi. (2006). Analisis Kinerja Manajemen Persediaan pada PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang. Jurnal Ilmiah Teknik Industri Heizer, Jay dan Render, Barry. 2010. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat

Johns, D.T dan Harding, H.A. 2001. Manajemen Operasi untuk Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta: PPM Kepmenkes RI Nomor 983/MENKES/SK/1992 tentang Tugas Rumah Sakit Kepmenkes RI Nomor 021/Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kemenkes Tahun 2010-2014 Kepmenkes RI Nomor 092/Menkes /SKII/2012 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik Tahun 2012 Kepmenkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Mardiyanto, Handono. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: Grasindo Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK. 02/02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah Profil RS Umum Haji Medan Tahun 2014 Rangkutty, F. 1996, Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sabarguna, Boy. S. 2004. Quality Assurance pelayanan Rumah Sakit .Cetakan kedua. Jakarta. Sabarguna, Boy. S. 2005. Logistik Rumah Sakit dan Teknik Efisiensi. Yogyakarta: Konsorsium RSI Jateng – DIY Sabarguna, Boy. S. 2009. Buku Pegangan Mahasiswa Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto Seto, Soerjono., Nita. Yunita., Triana, Lily. 2004. Manajemen Farmasi. Surabaya: Airlangga University Press Siagian, P. 1987. Penelitian Operasional Teori dan Praktek. Jakarta : UI-Press Siregar, Charles. J.P. & Lia Amalia.. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta: ECG Subagya, M,S. 1994, Manajemen Logistik. Jakarta: CV Haji Masagung Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Valerie, Carien. S. 2011. Perbandingan Metode EOQ (Economic Order Quantity) dan JIT (Just In Time) terhadap Efisiensi Biaya Persediaan dan Kinerja NonKeuangan (Studi Kasus Pada PT Indoto Tirta Mulia). Jurnal Akuntansi. Universitas Kristen Maranatha PT.Telkom. 2015. Telkom Lokal. Diakses dari situs www.telkom.co.id

Lampiran 3 PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden Jabatan

: Kepala Instaasi Farmasi (Informan 1)

Pertanyaan 1. Bagaimana perencanaan persediaan obat yang diterapkan di RS Umum Haji Medan? 2. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan/penentuan kebutuhan obat di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 3. Metode apa yang digunakan dalam perencanaan/penentuan kebutuhan obat di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 4. Apa saja yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan dalam membuat kebutuhan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 5. Bagaimana pengendalian persediaan obat yang diterapkan di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 6. Siapa saja yang terlibat dalam pengendalian persediaan obat di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 7. Apakah ada metode khusus yang digunakan dalam melakukan pengendalian persediaan di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 8. Bagaimana sistem pencatatan persediaan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 9. Apakah dilakukan stock opname? Bagaimana pelaksanaannya? 10. Dalam pengendalian persediaan apakah ada kebijakan mengenai besar stok minimum, maksimum dan safety stock? 11. Apakah pernah mengalami stock out/over stock di gudang farmasi RS Umum Haji Medan?

12. Solusi apa yang dilakukan jika terjadi stock out/over stock di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 13. Siapa saja yang terlibat dalam penganggaran obat di Instalasi Farmasi? 14. Laporan apa saja yang dilaporkan oleh Instalasi Farmasi kepada Kabid Penunjang Medis? 15. Bagaimana kendala yang ditemui dalam pengendalian persediaan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 16. Bagaimana menentukan jenis obat yang harus disediakan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 17. Apakah ada kelompok jenis obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Pernahkan dilakukan analisis ABC? 18. Bagaimana kendala dalam menentukan jenis persediaan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan? 19. Bagaimana menentukan jumlah pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 20. Apa saja yang mempengaruhi jumlah pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 21. Pemesanan dilakuakan lewat apa? Berapa waktu yang dibutuhkan dalam pemesanan? 22. Untuk administrasi, apa saja yang digunakan oleh bagian gudang dalam melakukan pemesanan? 23. Bagaimana kendala dalam menentukan jumlah pemesanan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan selama ini? 24. Kapan jadwal pembelian atau pemesanan dilakukan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Bagaimana menentukan waktu pemesanan untuk setiap jenis obat? 25. Berapa lead time pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 26. Bagaimana kendala dalam menentukan waktu pemesanan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan selama ini?

27.

Apakah jumlah SDM instalasi farmasi sudah cukup? Dan bagaimana pembagian tugasnya dan lama kerjanya?

28.

Apakah metode ABC, EOQ dan ROP efektif dalam mengatasi masalah stock out obat?

29.

Apakah metode ABC, EOQ dan ROP lebih efektif dibandingkan dengan metode sebelumnya?

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden Jabatan

: Kepala Bidang Penunjang Medis (Informan 2)

Pertanyaan 1. Laporan apa saja yang dilaporkan oleh Ka. Instalasi Farmasi kepada Ka. Penunjang Medik? 2. Bagaimana kendala yang ditemui dalam pengendalian persediaan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 3. Bagaimana kendala yang ditemui dalam melakukan pengendalian persediaan obat di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan ?

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden Jabatan

: Staf Gudang Farmasi (Informan 3)

Pertanyaan 1. Bagaimana perencanaan persediaan obat yang diterapkan di RS Umum Haji Medan? 2. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan/penentuan kebutuhan obat di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 3. Metode apa yang digunakan dalam perencanaan/penentuan kebutuhan obat di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 4. Apa saja yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan dalam membuat kebutuhan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 5. Bagaimana pengendalian persediaan obat yang diterapkan di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 6. Siapa saja yang terlibat dalam pengendalian persediaan obat di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 7. Apakah ada metode khusus yang digunakan dalam melakukan pengendalian persediaan di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 8. Bagaimana sistem pencatatan persediaan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 9. Apakah dilakukan stock opname? Bagaimana pelaksanaannya? 10. Dalam pengendalian persediaan apakah ada kebijakan mengenai besar stok minimum, maksimum dan safety stock? 11. Apakah pernah mengalami stock out/over stock di gudang farmasi RS Umum Haji Medan?

12. Solusi apa yang dilakukan jika terjadi stock out/over stock di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 13. Bagaimana kendala yang ditemui dalam pengendalian persediaan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 14. Bagaimana menentukan jenis obat yang harus disediakan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 15. Apakah ada kelompok jenis obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Pernahkan dilakukan analisis ABC? 16. Bagaimana kendala dalam menentukan jenis persediaan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan? 17. Bagaimana menentukan jumlah pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 18. Apa saja yang mempengaruhi jumlah pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 19. Pemesanan dilakuakan lewat apa? Berapa waktu yang dibutuhkan dalam pemesanan? 20. Untuk administrasi, apa saja yang digunakan oleh bagian gudang dalam melakukan pemesanan? 21. Bagaimana kendala dalam menentukan jumlah pemesanan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan selama ini? 22. Kapan jadwal pembelian atau pemesanan dilakukan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Bagaimana menentukan waktu pemesanan untuk setiap jenis obat? 23. Berapa lead time pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 24. Bagaimana kendala dalam menentukan waktu pemesanan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan selama ini?

25. Apakah jumlah SDM instalasi farmasi sudah cukup? Dan bagaimana pembagian tugasnya dan lama kerjanya? 26. Apakah metode ABC, EOQ dan ROP efektif dalam mengatasi masalah stock out obat? 27. Apakah metode ABC, EOQ dan ROP lebih efektif dibandingkan dengan metode sebelumnya?

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden Jabatan

: Kepala Bagian Kuangan (Informan 4)

Pertanyaan 1.

Apakah pernah mengalami stockout/over stock di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Apa penyebabnya?

2. Siapa saja yang terlibat dalam penganggaran obat di Instalasi Farmasi? 3.

Bagaimana Anggaran dari RS untuk instalasi farmasi dan bagaimana penggunaannya?

4.

Siapa saja yang terlibat dalam penganggaran obat di Instalasi Farmasi?

5.

Laporan apa saja yang dilaporkan kepada Bagian Keuangan?

6.

Bagaimana kendala yang ditemui dalam melakukan pengendalian persediaan obat di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan ?

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden Jabatan

: Koordinator Logistik (Informan 5)

Pertanyaan 1. Bagaimana perencanaan persediaan obat yang diterapkan di RS Umum Haji Medan? 2. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan/penentuan kebutuhan obat di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 3. Apakah pernah mengalami stockout/over stock di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Apa penyebabnya? 4. Solusi apa yang dilakukan jika terjadi stock out/over stock di gudang farmasi RS Umum Haji Medan? 5. Laporan apa saja yang dilaporkan oleh Instalasi Farmasi kepada Kabid Penunjang Medis? 6. Pemesanan dilakuakan lewat apa? Berapa waktu yang dibutuhkan dalam pemesanan? 7. Kapan jadwal pembelian atau pemesanan dilakukan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Bagaimana menentukan waktu pemesanan untuk setiap jenis obat? 8. Berapa lead time pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 9. Bagaimana kendala dalam menentukan waktu pemesanan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan selama ini? 10. Apakah metode ABC, EOQ dan ROP efektif dalam mengatasi masalah stock out obat? 11. Apakah metode ABC, EOQ dan ROP lebih efektif dibandingkan dengan metode sebelumnya?

Lampiran 4 PEDOMAN TELAAH DOKUMEN

1. Data pemakaian obat generik APBD di Gudang Farmasi RSU Haji Medan selama tahun 2014 2. Data harga obat generik APBD per satuan jenis tahun 2014 3. Laporan harian pengeluaran obat APBD tahun 2014 4. Pembelian obat ke apotik luar RS Umum Haji Medan (cito) 5. Pembelian obat tahun 2014 6. Pengeluaran/pengiriman obat ke apotik tahun 2014 7. Stock Opname obat 8. Surat Pemesanan obat

Lampiran 5 STRUKTUR ORGANISASI BAGIAN PENGADAAN LOGISTIK RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

Kepala Bagian Pengadaan Logistik

Tim Pembelian

Kepala Sub Bagian Pengadaan Logistik Obat dan Alkes

Staf Pengadaan Logistik Umum

Staf Pengadaan Logistik Investasi

Kepala Sub Bagian Pengadaan Logistik Obat dan Alkes

Staf Pengadaan Logistik Obat

Staf Pengadaan Logistik Obat

Lampiran 6 STRIKUTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN Ka. Inst Farmasi Dra. Rahmawaty, Apth Administrasi Syaiful Lubis Sub. Gudang Farmasi

Sub. Racikan

Dra. Hj. Meyni Daulay, Apth

Dra. Hj. Yulizar, Apth

Klaim BPJS Hj Nurdantini

Sri Susilawati

Depo Rawat Inap

Gusniati Tarihoran Nurharita

Madayan Sukri

Reni Utami

Rusgianti Zulaiha Nur

Siti Khalijah

Ertika Dewi

Faisal Masri

Siti Khalijah

Warida Hrp

Anggi Melindasari Parida Pulungan

M. Syafi’i Safrida

Syafrizal

Depo Rawat Jalan

Feri Bambang H

Nindya Utami

Lampiran 7 Matriks Transkrip Wawancara

No

Pertanyaan

Jawaban Informan 1

1

Informan 3 obat

kita

cek, kan

Informan 5

Bagaimana

Penentuan kebutuhan obat disini kita Pertama

bakalan Perencanaan yang kita lakukan

perencanaan

berdasarkan kartu stok, kita ngecek ketahuan dari kartu stok. Biasanya juga berdasarkan stok opname dan

persediaan obat yang kartu stoknya berapa sisanya, kalo udah ketahuan ko dari obat yang sering keluar, kartu stok. Kalo kita mau mesan diterapkan

di

RS mau habis kita pesan lagi. Juga kadang ada juga yang udah kosong. Obat kita liatny dari kartu stok. Di cek

Umum Haji Medan?

berdasarkan pemakaian sebelumnya, di yang diminta ranap, rajal atau apotik yang sama orang gudang obat sisanya kira-kira

aja

pemakaiannya. kosong kita catat, terus kita cek juga obat berapa. Terus kalo udah kosong

Berdasarkan pengalaman kita. Kita yang udah mau habis dari kartu stoknya, dan hampir kosong kita catat juga udah tau ko biasanya obat keluar terus abang buat pengusulan obat apa aja obat apa aja yang mau di pesan. berapa, terus yang mau dibutuhkan yang dibutuhkan. Kalo jumlahnya dikira- Terus kita buat pengusulan obat. berapa.

Satu

pemakaian dokter.

lagi

berdasarkan kira aja, apotekernya juga prediksi obat Kita ajuin ke kepala instalasi yang sering keluar dan berapa yang mau kalo setuju di bawa ke bagian kita pake, kita ajuin dan dipesan sama orang penunjang medis baru di pesan logistic, karena kita masih manual jadi sama orang logistic dan di bayar mesti sering liat kartu stok.

bagian keuangan. Jadi kita masih manual mesti sering liat kartu

stoknya.

2

Siapa saja yang terlibat Apoteker, dalam

penentuan melakukan

kebutuhan

obat

bagian

logistic

pembelian,

yang Kalo yang terlibat itu, kita yang buat Pastinya orang gudang yang manajer pengusulan obat kemudian kasih ke Ka. ditanggung

di penunjang medis dan bagian keuangan.

Gudang Farmasi RSU

sebagai

apotekernya,

orang

logistic, melakukan

Haji Medan?

manajer

penunjang

medis,

bagian pembelian,

Metode

apa

digunakan

yang dalam Perencanaan

kita

berdasarkan

pemesanan bagian

keuangan

yang bayar, penunjang medis.

Informan 1 obat

sama

Instalasi, kan ibu itu penanggungjawabnya apoteker, bagian logistic yang

keuangan.

3

jawab

Informan 3 pemakaian Kalo metodenya yang ini.. yang konsumsi berdasarkan

perencanaan/penentuan sebelumnya dan perkembangan penyakit yaitu metode pemakaian sebelumnya dan penyakit yang banyak disini itu kebutuhan gudang

obat

farmasi

di konsumsi dan epidemiologi.

apa.

RS

Umum Haji Medan?

4

Apa saja yang perlu Obat yang paling banyak dibutuhkan kita stok buat jaga- Obat fast moving sama essensial menjadi prioritas kita. diperhatikan

atau jaga, obat yang essensial juga kita dahulukan.

Perencanaan kita tentukan berdasarkan pemakaian unit-unit

dipertimbangkan

tahun sebelumnya. Kebutuhan masing-masing unit tergantung

dalam

membuat

kebutuhan unit tersebut. Kita mengutamakan yang essensial

kebutuhan

obat

dulu. Baru yang non essensial. Yang essensial kita harus

di

Gudang Farmasi RSU

utamakan harus tetap ada. Jadi pertimbangan kita dalam

Haji Medan?

membuat pengusulan obat berdasarkan obat essensial dan obat fast moving, nah baru kita nentuin untuk obat yang non essensial.

5

Bagaimana

Kalo pengendalian yang kita lakukan biasaanya lihat di Orang gudang ngecek kartu stok tiap hari, kalo ada obat yang

pengendalian

kartu stok, obat yang sudah kita pake, kita tandai di kartu keluar masuk pasti di catatat sama abang, dan kita ada juga

persediaan obat yang stoknya, biar keliatan mana pemakaiannya. Biar kita juga namanya stok opname. Yang megang bapak itu, stok opname diterapkan di Gudang tau obatnya mau habis atau masih banyak, kita biasanya itu untuk mendata keseluruhan obat, kita nge ceknya 3 bulan Farmasi Medan?

RSU

Haji ngelihatinnya dari kartu stok, orang gudang biasanya sekali, untuk ngecek obat yang mau kadaluarsa, kalo udah yang ngecek kartu stok. Terus kita juga ada stok opname dekat ininya, kita pake dulu yang udah dekat, biar ga sayang namanya, itu fungsinya untuk memantau obat yang udah obatnya. Ngikutin yang FIFO FEFO itu lho.. Kalo ini dekat kadaluarsanya. Dari situ kita kan tau obat-obat namanya buku defekta, fungsinya untuk orang apotik kalo yang udah kadaluarsa dan bentar lagi kayanya mau mau minta obat ke kita, jadi kita tau obat aja yang diminta, kadaluarsa. Kalo kek kita biasanya 6 bulan sekali kita jumlahnya berapa, dan kalo kosong kita catat di kartu stok cek stok opname. Oh iya, buku defekta juga untuk ini, terus di pesan, gitulah kerjaan abg disini ngecek obat keluar untuk orang apotek kalo mau minta obat ke gudang, obat masuk. misalnya kek gini, kita mau ngamprah minggu ini, kita catat butuh obat apa aja jumlahnya berapa, nah kita nulisnya di buku itu, biar orang gudang tau kita minta apa aja.

6

Siapa saja yang terlibat Kepala instalasi selaku apotekernya, kepala gudang dan Apoteker sama orang gudang.

dalam

pengendalian orang gudang.

persediaan

obat

di

Gudang Farmasi RSU Haji Medan? 7

Apakah ada metode Kita ga make metode khusus gitu, kita gunain yang kek khusus

yang

digunakan

Oh.. kalo masalah metode, kita ga ada, kita patokannya stock

gini, liat dari stock opname. 6 bulan sekali kita cek sama

opname sama kartu stok aja. Jadi kita belum pernah make

liat kartu stok.

metode gituan.

dalam

melakukan pengendalian persediaan di Gudang Farmasi

RSU

Haji

Medan? 8

Bagaimana

sistem Stock opname itu utk melihat berapa jumlah yang masih Ya setiap 6 bulan, kita hitung jumlah stok yang ada semua

pencatatan persediaan ada, apakah yang di komputer sesuai dengan kondisi masing-masing obat sisanya berapa, yang di apotik juga di obat Farmasi Medan?

di

Gudang kenyataannya. Itu yang dilakukan 2 kali dalam setahun. RSU

hitung. Kalau ada yang mendekati kadaluarsa kita lancarkan

Haji Kalo pengendalian yang kita lakukan biasanya lihat di dulu, makanya kan kita sistemnya ini FIFO dan FEFO yang kartu stok, obat yang sudah kita pake, kita tandai di kartu baru datang disimpan di belakang, yang kita beli pertama stoknya, biar keliatan mana pemakaiannya. Kita itu ada harus lebih dulu kita jual. Pengendalian disini ada kartu data manual juga namanya buku defekta, buku defekta stock,

biasanya

obat

yang sudah

dipakai

dilakukan

itu buku pencatatan permintaan barang dari apotik ke pemotongan stock di kartunya agar terlihat obat mana yang gudang farmasi. Laporan pembelian, obatnya apa saja, sudah mau habis atau yang belum. Buku defekta itu

pemakaian, jatuh tempo, obat narkotika, psikotropika.

permintaan apotik ke gudang, yang diminta berapa yang dikirim berapa, sisa berapa dicatat disitu. Laporannya itu, terutama pemakaian, jenis-jenis obat, pembelian, laporan ke dinas, kaya narkotika, kemudian ada pembelian apa saja, jatuh tempo pembayarannya, itu sebulan sekali. Jadi dari Kepala Unit Farmasi ke Kabid Penunjang Medis dulu, saya ke keuangan, itu untuk pembayarannya.

9

Apakah

dilakukan Stock opname itu utk melihat berapa jumlah yang masih Ya setiap 6 bulan, kita hitung jumlah stok yang ada semua

stock

opname? ada, apakah yang di komputer sesuai dengan kondisi masing-masing obat sisanya berapa, yang di apotik juga di

Bagaimana

kenyataannya. Itu yang dilakukan 2 kali dalam setahun.

pelaksanaannya?

hitung. Kalau ada yang mendekati kadaluarsa kita lancarkan dulu, makanya kan kita sistemnya ini FIFO dan FEFO yang baru datang disimpan di belakang, yang kita beli pertama harus lebih dulu kita jual.

10

Dalam

pengendalian Disini sih kita nyediain buffer stock tapi ya berdasarkan Jadi kita hanya melihat fast moving dan slow moving nya

persediaan apakah ada pengalaman aja, jumlahnya kira-kira aja, ga ada hitung- saja. Yang sering dipake kita sediakan banyak yang tidak ya kebijakan buffer

mengenai hitungan yang pakai rumus khusus. Kalau stock yang penting ada saja stoknya. Perkiraan saja, kira-kira yang stock,

minimum

dan

stok minimum dan maksimum kita ga ada tapi ya kalau di sering diresepkan stoknya lebih banyak stok dalam kartu stock sudah terlihat obat mau habis yaa itu

maksimum?

11

Apakah

yang dijadiin patokan untuk melakukan pemesanan.

pernah

Informan 1

Informan 3

Informan 4

Informan 5

Obat kadang ga ada di Obat disini sering kosong, karena

mengalami stockout/over stock di

gudang pas orang apotik kita

ga

tau

salahnya

Gudang Farmasi RSU Haji

Medan?

penyebabnya?

Apa

distributor

kosong. Kekosongan obat biasanya

Kita minta obat ke gudang, distributornya kosong jadi tapi sering obat nya kosong kita mesti cari yang lain,

minta obat buat ngamprah, dimana, diperencanaannya

atau tidak sesuai yang kita Belum

kita ga bisa memenuhi ato dimana kurang tau juga. minta, jumlah

yang

diminta, Biasanya obat APBD yang

jadi

apotik. Kekosonngan obat obat sering terjadi di sini, pernah kadang sering juga, biasanya sih karena dari penyebabnya

biasanya distributornya

memang

obat didistributor ga ada, kosong obat juga, mulai Bisa juga karena pasien dari bahan bakunya yang yang melonjak, kita ga susah atau ada pergantian bisa

prediksi

pasien distributor, nah itu yang

kadang udah rame kadang kadang-kadang infonya kita sepi. Karena kita buat belum dapat perencanaan

berdasarkan

gudang pengupdatean obat juga jadi

ngasih seadanya aja yang ada masalah, obat di gudang.

seadanya aja kita kasih ke sering kosong. Kekosongan

orang

optimalnya

moving

yang fast

tiba-tiba

berubah

kita ga tau, begitu juga sebaliknya.

perkiraan kita aja dari pemakaian

sebelumnya,

jadi

pasien

kalo

lagi

melonjak kita yang susah nyari obat, mau ga mau ya paksa harus cito lah. 12

Upaya/solusi apa yang

Informan 1

dilakukan jika kedua Kepala hal tersebut terjadi?

gudang

Informan 3

Informan 5

menghubungi Sebisa mungkin harus cari. Misalnya kek kita Kalo obat nya kosong kita

dokternya dulu, dijelasin kalo kita cari ke distributor yang lain atau kalau benar- jelasin dulu ke pasien kalo obat nya lagi kosong, tapi kita ganti benar butuh kali beli langsung cito.. obat nya obatnya kosong,kalo ibunya mau sama yang obat mirip kandungannya. harus ada kalo ga pasien bisa marah-marah dia beli diluar aja. Tapi kalo Kalo dia tetap ngotot paksa kita harus walaupun harganya tinggi, mau gimana lagi pasien ga mau beli diluar, yah.. cari ke Kimia Farma atau K-24. resiko. Kita telpon distributor, kalo ga ada kita harus cari hari itu juga. Kalo Pembelian dengan cito mesti kita beli juga kita cari ke apotik lain

ga

pasien marah-marah.

hari itu juga kalo ga susah urusannya,

kalau memang kita sedang tidak

kita langsung ngusahain nyari obat di

ada persamaannya juga, ya kita

apotik lain. Obatnya langsung ada

pesan cito ke apotik atau ke PBF

hari itu juga.

juga

bisa.

Seperti

Ya

biasanya

mesannya tapi cito biasanya

cepat

nyampenya

karena

harganya lebih mahal

13

Siapa saja yang terlibat

Informan 1

Informan 4

dalam

penganggaran Kepala instalasi dan penunjang medis.

Kepala instalasi farmasi yang tahu kebutuhan obat sama

obat

di

bagian penunjang medis.

Instalasi

Farmasi?

14

Laporan apa saja yang dilaporkan Instalasi kepada

Informan 1

Informan 5

oleh Pembelian obat, jumlah dan harganya berapa, kapan Laporannya itu, terutama pemakaian, jenis-jenis obat, Farmasi kadaluarsanya, obat narkotika dan psikotropika.

pembelian, laporan ke dinas, seperti narkotika, kemudian ada

Kabid

pembelian apa saja, jatuh tempo pembayarannya, itu sebulan

Penunjang Medis?

sekali. Jadi dari kepala unit farmasi ke Kabid Penunjang Medis dulu, saya ke keuangan, itu untuk pembayarannya.

15

Bagaimana

kendala

Informan 1

Informan 2

Informan 3

yang ditemui dalam Kendalanya sih karena obat disini Obat disini banyak kali jadi agak susah dan Kadang-kadang pengendalian persediaan

banyak sekali jadi agak susah dan obat

di butuh waktu yang lama buat

orang

depo

butuh waktu yang lama buat melakukan ranap butuh obat malam hari, pengendalian

atau

pengawasan.

Kaya tapi kan kita ga 24 jam jadi

Gudang Farmasi RSU melakukan pengendalian atau

misalnya

Haji Medan?

pengawasan. Kaya misalnya

melakukannya selama seminggu lebih karena obatnya tapi lupa motong stock

stock opname, kita biasanya

banyaknya obat itu.

stock

opname,

kita

biasanya orang

jadi

apotik

stock

ngambil

otomatis

aja

ngga

melakukannya selama seminggu

kepotong,

lebih karena banyaknya obat itu.

besoknya yang mau dipakai lagi eeh

tiba-tiba

barangnya

pas

kosong

lagi

tapi

stocknya masih ada

16

Bagaimana

Informan 1

Informan 3

menentukan jenis obat Kita ngikutin formularium rumah sakit, kita kasih tau ke Kita berdasarkan formularium obat sendiri, jadi nanti angketyang harus disediakan dokternya kita make obat apa aja di sini.

angket obat diserahkan sama dokter nanti dokter maunya

di

make mana dan dokternya juga harus konsisten untuk make

Gudang

Farmasi

RSU Haji Medan?

obat itu terus jadi kita ngorder pun sesuai dengan yang dokter pakai.

17

Apakah ada kelompok Kalau yang fast moving, slow moving kita belum Tidak ada, kita ga pernah hitung, tapi kita sudah tau kira-kira jenis obat di Gudang pisahkan cuma ya anak apotek dan orang gudang mana yang sering dipake dan habis. sesuai pengalaman saja, Farmasi Medan? dilakukan ABC?

RSU

Haji memang sudah tau mana yang kira-kira slow moving atau yang lancar, yang sering habis berati fast moving. Kita ga

Pernahkan fast moving. Kita ga ada membuat pengelompokan obat, ngitung mana yang fast moving dan slow moving, nah itu tadi analisis kita ga menggunakan analisis ABC. Jadi kita ga ada berdasarkan pengalaman kita aja dan juga udah pada tau kok mengelompokkan

fast

moving

dan

slow

moving. obat yang paling banyak dibutuhkan pasien dan yang sering

Pengelompokkannya berdasarkan pengalaman aja, obat kita pake, Jadi kita belum menggunakan metode untuk yang banyak dan sering keluar berarti fast moving kalo pengelompokkan obat.

obat yang jarang dan sedikit dipakai masukin slow moving. 18

Bagaimana dalam jenis

kendala Kurang koordinasi antara gudang dan orang logistic, jadi Kadang ada juga masih make obat yang sudah habis padahal

menentukan kadang orang logistic kaget obat yang awalnya fast kita udah ngasih tau kalau obat nya udah habis. persediaan

di moving tiba-tiba jadi slow moving. Distributor juga

Gudang Farmasi RSU kadang kosong, jadi kita bingung mau beli kemana, jadi Haji

Medan?

Apa kita usahain walaupun harganya mahal.

solusi yang dilakukan?

19

Bagaimana menentukan pemesanan

Kita lihat rata-rata dari bulan-bulan sebelumnya, nanti Jumlah

pesanan

diliat

dari

pemakaian

bulan-bulan

jumlah kan ketahuan itu hasilnya berapa, yaudah kita pesan sebelumnya, dari situ kita perkirakan jumlah pesanan untuk obat

di segitu, kecuali kalau pasien lagi banyak ya kita tambahin bulan berikutnya, biasanya antara bulan sebelumnya tidak

Gudang Farmasi RSU jumlah pesanannya. Kalau perhitungan khusus ga ada, jauh berbeda jumlahnya. Kita ga make perhitungan, kita kiraHaji Medan?

20

Apa

kita cuma liat dari bulan sebelumnya aja.

saja

kira aja disini bang.

yang Jumlah permintaan apotik, kalau banyak dibutuhkan atau Permintaan depo kalo banyak kita pesan banyak, terus kalo

mempengaruhi jumlah ada penyakit yang sedang banyak butuh obat kita pesan pasien banyak, sama kalo ada penyakit yang lagi musim itu pemesanan

obat

di banyak. Resep dokter juga kita perhatikan, kadang ada kita mesti hati-hati nyiapin obatnya, sama resep dokter juga

Gudang Farmasi RSU dokter yang suka make obat tertentu. Haji Medan?

kita pelajari, ada dokter yang make obat tertentu.

21

Pemesanan dilakukan lewat

apa?

Informan 1

Informan 3

Berapa Kalau masalah pemesanan itu bagian Kalau masalah pemesanan itu bukan bagian Kita pesan lewat telpon, surat

waktu

yang orang logistic, pesannya dari telpon. kita, kerjaan orang logistic itu, dari tlpon pemesanannya nanti dibawa pas

dibutuhkan

dalam Kalau waktunya paling 5 menitan lah dipesan sama orang itu, ga nyampe lah 10 barangnya datang, Paling kira-

pemesanan?

udah cukup itu.

menit paling 4-5 menit, baru nanti barang kira mesannya 5 menit dari datang dikasih surat pemesanannya.

22

Untuk apa

Informan 5

administrasi, saja

Informan 1

telpon, kurang lebih segitu.

Informan 3

yang Paling yang dibutuhkan untuk biaya ATK yaitu: kwitansi rawat jalan, kertas pelaporan, buku tukar faktur, pita

digunakan oleh bagian kwitansi, kertas pelaporan, buku tukar faktur, pita printer, solatip, strappler, udah kita paling butuh itu aja. gudang

dalam printer, selotip, strappler. Paling itu aja yang dibutuhkan

melakukan

untuk administrasi.

pemesanan?

23

Bagaimana dalam

kendala Kendalanya tidak didukung oleh sistem informasi, masih Kendalanya kita pas hitung, banyak kali obatnya,sementara

menentukan serba manual. Jadi agak susah untuk menghitung jumlah kita masih manual jadi lama waktunya. Kita ga bisa prediksi

jumlah pemesanan di pemakaian obat yang begitu banyak, juga ga ada patokan kunjungan pasien kadang ramai kadang sepi, jadi kondisi ini Gudang Farmasi RSU untuk Haji

Medan?

Apa pengalaman apotekernya.

solusi yang dilakukan selama ini?

menghitungnya

karena

masih

berdasarkan yang membuat kita kadang kewalahan menghadapinya tidak sesuai perkiraan kita.

24

Kapan

jadwal

pembelian

Informan 1

Informan 3

Informan 5

atau Sebenarnya jadwal pesan itu awal Ga ada jadwal, yang penting sebulan sekali Sebenarnya awal bulan atau

pemesanan dilakukan bulan sama akhir atau bisa juga aja. Pokonya kalau dilihat stock udah kosong akhir bulan. Jadwalnya ga pasti di

Gudang

RSU

Farmasi pertengahan

Haji

Medan? butuhnya

Bagaimana

bulan,

kapan. Kita

tergantung atau hampir kosong baru kita order lagi.

tergantung kebutuhan aja, kalo

lihat dari

obat

udah

kosong

kita

pengeluaran sebelumnya, kalau obat

melakukan pemesanan dan yang

menentukan

waktu tersebut banyak keluar kita lakukan

mau habis juga kita order, tapi

pemesanan

untuk lagi pemesanan tapi kalau tidak ada

kalo obat yang cito hari itu juga

setiap jenis obat?

yang keluar ya kita ga usah pesan

akan kita pesan.

lagi.

25

Berapa

lead

pemesanan

time Dua hari paling lama udah nyampe

obat

2 hari udah kita terima barangnya.

di

Gudang Farmasi RSU

Kita mesan hari ini, besok udah diantar sama abangnya. Paling lama 2 hari sudah nyampe.

Haji Medan?

26

Bagaimana dalam

kendala Semua masih manual, jadi harus Terkadang lupa ngecek kartu stok ternyata Kita mesan kapan butuhnya aja,

menentukan sering ngecek kartu stok. Terkadang uda habis, jadi harus mesan. karena masih kadang pas kita butuh distributor

waktu pemesanan di lupa nge cek, eh… ternyata sudah manual kita jadi kita harus sering-sering cek kosong. Gudang Farmasi RSU kosong. Yaudah langsung di pesan kartu stock, diliat obatnya sudah limit atau

Haji

Medan?

Apa karena ga ada buffer stocknya, jadi belum, kalau limit ya berarti kita harus pesan.

solusi yang dilakukan harus mesan karena stoknya udah selama ini?

27

kosong.

Apakah jumlah SDM

Informan 1

Informan 3

instalasi farmasi sudah Untuk SDM di unit farmasi sampai saat ini untuk Cukup-cukup aja, pembagiannya tugas udah ada kok, cukup?

Dan pengaturan rawat jalan dan rawat inap cukup. Variatif,Jadi sesuai bidang masing-masing. Pengalaman, ya kalau

bagaimana pembagian ada yang masa kerjanya udah hampir 10 tahun lebih ya, pengalaman sudah berpengalaman semuanya, sejauh ini tugasnya

dan

lama tapi ada juga yang baru-baru lulus jadi variatif ya. Makanya mereka bisa dan sanggup melakukan pekerjaan perbekalan

kerjanya?

kita benar benar ngatur jadwalnya. Untuk SDM farmasi farmasi. Sesuai, sesuai dengan pengalaman dan pendidikan sendiri itu ada Asisten apoteker, apoteker yang pasti dan mereka. Oh ya pasti, oh ya kalau kerja sesuai dengan ada

beberapa

pegawai

penunjang

dimana

pegawai jobdesk mereka masing -masing, sebelumya masuk

penunjang ini dengan bagroun beraneka ragam ya dalam farmasikan mereka udah dikasih tau dulu tentang jobdesk artian ada yang bagroun IT,ada yang akuntansi,ada yang mereka apa, pekerjaan sesuai dengan jobdesk yang ekonomi, itu hanya sebagai penunjang tapi mereka hanya diberikan. sbagai penunjang, tapi mereka tetap mendapat pelatihan tentang barang barang yang ada difarmasi. Ya..Sudah ,sudah berjalan Semua sudah dibagi sesuai dengan apa namanya, jabatan masing-masing lah ya. 28

Apakah metode ABC, EOQ dan ROP efektif Kita

Informan 1 sudah

menerapkan

Informan 3

Informan 5

hasil Bulan kemaren kita udah coba pake Perhitungan ABC, EOQ dan ROP

dalam masalah

mengatasi perhitungan dengan metode ABC, perhitungan ABC, EOQ dan ROP udah kita coba untuk perencanaan stock

obat?

out EOQ dan ROP tersebut, ternyatata ternyata hasilnya

jauh

lebih

baik.

jauh

lebih

baik

kalau bulan kemaren, tapi Cuma untuk obat

Jadi dibandingkan dengan metode kita Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml,

persediaan obat kita ga kosong lagi. selama ini yang hanya berdasarkan hasilnya lebih baik kalau dibandingkan Penerapannya baru kita coba untuk pengalaman. Untuk bulan kemaren dengan perkiraan apoteker. Untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 persediaan kita ada, kita ga ada cito bulan kemaren kita tidak cito obat ml. Untuk bulan ini, kita ga ada cito untuk obat Methylprednisolon inj 125 Methylprednisolon inj 125 mg/ 2ml. untuk obat tersebut.

mg/ 2 ml. Bisa jadi masukan untuk kita terapkan untuk semua jenis obat

29

Apakah metode ABC, Setelah kita coba metode ABC, EOQ Lebih efektif make metode ABC Metode

ABC

EOQ dan ROP lebih dan ROP nya ternyata lebih efektif disbanding berdasarkan perkiraan kita, pengendalian efektif

efektif

persediaan

untuk jadi

ada

dibandingkan dibanding dengan metode yang kita jadi kita ga rugi keuangannya karena perhitungan yang riil bukan hanya

dengan sebelumnya?

metode pakai sebelumnya, kita ga ada cito bayar mahal untuk beli cito. untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml bulan kemaren.

perkiraan saja, jadi dapat mengatasi stock out obat jadi kita ga cito lagi.

Lampiran 8 Tabel Kelompok Obat Generik berdasarkan Analisis ABC Pemakaian Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Nama Obat Generik Paracetamol 500 mg tab Asam Mefenamat kap 500 mg Ranitidine tab 150 mg ISDN tab 5 mg Cefadroxil kap 500 mg Ranitidine inj 25 mg/ml Metformin kap 850 mg Amlodipin tab 10 mg Alprazolam tab 0,5 mg Furosemide tab 40 mg Bisoprolol tab 5 mg Ciprofloxacin tab 500 mg Lansoprazol kap 30 mg Antasida tab Ringer laktat Isoniazid tab 100 mg Amlodipin 5 mg tab Methylprednisolon tab 4 mg Cetirizine kap 10 mg Amoxicillin 500 mg Captopril tab 25 mg Telmisartan tab 80 mg Asam Traneksamat inj Furosemide inj 10 mg/ml

Satuan Tablet Kapsul Tablet Tablet Kapsul Ampul Kapsul Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Kapsul Tablet Botol Tablet Tablet Tablet Kapsul Kapsul Tablet Tablet Ampul Ampul

Jumlah Pemakaian 91681 79403 67874 55351 47003 46411 38300 36123 30400 27000 25620 25500 22131 21300 20112 18753 16865 16478 15860 15460 14210 14164 13919 13114

Persentase (%) 8.53 7.39 6.31 5.15 4.37 4.32 3.56 3.36 2.83 2.51 2.38 2.37 2.06 1.98 1.87 1.74 1.57 1.53 1.48 1.44 1.32 1.32 1.29 1.22

Persentase Kumulatif (%) 8.53 15.92 22.23 27.38 31.75 36.07 39.64 43.00 45.83 48.34 50.72 53.09 55.15 57.13 59.01 60.75 62.32 63.85 65.33 66.77 68.09 69.41 70.70 71.92

Kelompok Obat A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B

25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55

Amitriptylin tab 25 mg Glimepiride tab 1 mg Metronidazol tab 500 mg Ketorolac 10 mg tab Salbutamol tab 2 mg Asam Traneksamat 500 mg tab Glimepiride tab 2 mg Antasida 60 ml syrup Ketorolac inj 10 mg/ml Dexamethasone inj 5 mg/ml Allopurinol tab 300 mg Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Omeprazole kap 20 mg Cotrimoxazol tab 480 mg Tramadol kap 50 mg Carbamazepine tab 200 mg Diltiazem tab 30 mg Rifampicin tab 300 mg Cefotaxime inj 1000 mg Gentamycin inj 40 mg/ml Ethambutol tab 500 mg Prednison tab 5 mg Farsorbid 10 mg Ondansentron tab 8 mg Propylthiouracyl 100 mg tab Salbutamol tab 4 mg Pyrazinamide tab 500 mg Metoclopramid tab 10 mg Ceftriaxon inj 1 gr Rifampicin tab 450 mg Propranold tab 10 mg

Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Botol Ampul Ampul Tablet vial Tablet Tablet Kapsul Tablet Tablet Tablet Vial Ampul Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Vial Kapsul Tablet

12550 11610 9955 9458 9200 9002 8998 8852 8460 8320 8265 8076 8075 6750 6405 5905 5902 5703 5324 4970 4802 4800 4700 4655 4600 4300 4203 4100 3935 3900 3800

1.17 1.08 0.93 0.88 0.86 0.84 0.84 0.82 0.79 0.77 0.77 0.75 0.75 0.63 0.60 0.55 0.55 0.53 0.50 0.46 0.45 0.45 0.44 0.43 0.43 0.40 0.39 0.38 0.37 0.36 0.35

73.09 74.17 75.09 75.97 76.83 77.67 78.51 79.33 80.12 80.89 81.66 82.41 83.16 83.79 84.39 84.94 85.48 86.01 86.51 86.97 87.42 87.87 88.30 88.74 89.16 89.56 89.96 90.34 90.70 91.07 91.42

B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B C C C C

56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86

Diazepam 2 mg tab Allopurinol tab 100 mg Candesartan 16 mg Captopril tab 50 mg Natrium diclofenac tab 25 mg Glimepiride tab 3 mg Valproat tab SR 500 mg Metronidazol inf 500 mg/ 100 ml Eritromisin kapsul 500 mg Valsartan tab 80 mg Cefadroxil 125 mg/5 ml syrup Timolol TM 0,25% Ondansentron inj 4 mg/2 ml KSR tab Irbesartan tab 300 mg Spironolacton 25 mg tab Chloramphenicol 1% SM Ramipril tab 5 mg Salbutamol cairan ih 0,1% Clopidogrel 75 mg tab Azitromycin 500 mg Candesartan 8 mg Tiotropium 18 mcg reffil Irbesartan tab 150 mg Dexamethasone tab 05 mg Paracetamol syrup 120 mg/ 5 ml Tamsulosin tab SR 0,4 mg NaCl 0,9% 500 ml Rifampicin tab 600 mg Haloperidol tab 1,5 mg Glibenklamide tab 5 mg

Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Pot Botol Kapsul Tablet Botol Botol Vial Tablet Tablet Tablet Tube Tablet Vial Tablet Tablet Tablet Kapsul Tablet Tablet Botol Tablet Fls Tablet Tablet Tablet

3700 3603 3424 3305 3250 3205 3200 3090 3008 2870 2799 2606 2452 2308 2255 2200 2048 2000 1858 1625 1600 1578 1560 1500 1500 1410 1380 1340 1300 1300 1300

0.34 0.34 0.32 0.31 0.30 0.30 0.30 0.29 0.28 0.27 0.26 0.24 0.23 0.21 0.21 0.20 0.19 0.19 0.17 0.15 0.15 0.15 0.15 0.14 0.14 0.13 0.13 0.12 0.12 0.12 0.12

91.76 92.10 92.42 92.72 93.03 93.33 93.62 93.91 94.19 94.46 94.72 94.96 95.19 95.40 95.61 95.82 96.01 96.19 96.37 96.52 96.67 96.81 96.96 97.10 97.24 97.37 97.50 97.62 97.74 97.86 97.99

C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C

87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117

Ciprofloxacin inf 2% Levofloxacin tab 500 mg Loratadine tab 10 mg Desoksimetason salep 0,25% Ketoconazole tab 200 mg Nifedipine 10 mg Ceftazidime inj 1000 mg WIDA D5-1/4 NS/TM Gemfibrozil 600 mg tab Ketoprofen tab 100 mg Glucosa inf 5% 500 ml Timolol TM 0,5% Miconazole 2% cream Hidrokortison cream 1% Bisakodil suppositoria 5 mg Domperidone tab 10 mg Meropenem inj 0,5 g Ulsicral 100 ml Laxadine syrup Aminofillin tab 200 mg Spiramycin tab 500 mg Valproat syr 250 mg/ 5 ml Tracium 2,5 ml Stesolid inj 10 mg/ 2 ml Fenobarbital inj 50 mg/ ml Valproat tab salut 250 mg Haloperidol tab 5 mg Meropenem inj 1 g Cefixime dry syr 100 mg/5 ml Gentarmycin 0,3% OTM Hydrokortison cream 2,5%

Vial Tablet Tablet Tube Tablet Tablet Vial Fls Tablet Supp Fls Botol Tube Tube Supp Tablet Vial Botol Botol Tablet Tablet Botol Ampul Vial Ampul Tablet Tablet Vial Botol Tube Tube

1286 1176 1150 1135 1053 1000 942 817 800 600 590 574 556 540 515 503 478 441 440 400 380 362 350 335 300 300 300 298 296 290 264

0.12 0.11 0.11 0.11 0.10 0.09 0.09 0.08 0.07 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.02

98.10 98.21 98.32 98.43 98.52 98.62 98.71 98.78 98.86 98.91 98.97 99.02 99.07 99.12 99.17 99.22 99.26 99.30 99.34 99.38 99.42 99.45 99.48 99.51 99.54 99.57 99.60 99.62 99.65 99.68 99.70

C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C

118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148

Aminofusin L-600 Cendo lyters T. Mata Betametason 0,1% cream Pulmicord respoles Eritromicin syr 200 mg/ 5 ml Amoxicillin syrup 125/ 5 ml Beractant inj 25 mg/ml Triamsinolon asetonid nassal spray 55 mcg Ibuprofen syr Valproat tab SR 250 mg Lorazepam tab 2 mg Ofloxacin 200 mg tab Aminofluid 1000 ml Tutofusin OPS 500 ml Calcii Gluconas inj 100mg/ml WIDA D5-1/2 NS/TM Ketoconazole cream 2% Gentarmycin 0,3% cream Humulin 30/70 100 UI Seretide discus 100 mcg Streptomisin serbuk inj 1000 mg/ml Budesonid formoterol inhaler 160/4,5 EAS Pfimmer Dopamin inj 40 mg/ml MgSO4 40 ml Cotrimoxazol DOEN II suspense Seretide discus 250 mcg Epinefhrine inj 1 mg Comafusin Hepar Enoksaparin sodium inj 60 mg/ 0,6 ml Stesolid rectal 5mg/2,5 ml

Botol Botol Tube Vial Botol Botol Vial Botol Botol Tablet Tablet Tablet Bag Botol Ampul Botol Tube Tube Vial Tbg Vial Tbg Botol Ampul Ampul Tablet Tbg Ampul Botol Vial Tube

260 250 212 200 160 160 105 100 100 100 100 100 90 85 84 80 72 70 60 60 56 55 50 50 50 50 45 45 40 36 30

0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

99.73 99.75 99.77 99.79 99.80 99.82 99.83 99.84 99.85 99.86 99.87 99.88 99.88 99.89 99.90 99.91 99.91 99.92 99.93 99.93 99.94 99.94 99.95 99.95 99.96 99.96 99.96 99.97 99.97 99.98 99.98

C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C

149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166

Amiodaron inj 150 mg/ 3 ml Humulin R 100 UI/ml Paracetamol drops 100 mg/ml MgSO4 20 ml Salbutamol inhalasi 100 mcg/dosis Atracurium hameln inj 10 mg/ml Dobutamin inj 50 mg/ml Budesonid formoterol inhaler 80/4,5 Seretide inhaler 50 mcg Kalbamin 500 ml Amikasin inj 250 mg/ml Zincpro drops 10 mg/ ml Albumin 20% 50 cc Budesonid inhaler 200 mcg/puff Asering 500 ml Fentanyl 2 ml Morfin HCL tab SR 10 mg Morfin HCL tab SR 15 mg

Tablet Vial Botol Ampul Botol Ampul Ampul Tbg Tbg Botol Vial Botol Botol Tbg Botol Ampul Tablet Tablet

30 28 26 25 24 20 15 10 10 10 10 10 6 5 0 0 0 0

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

99.98 99.98 99.99 99.99 99.99 99.99 99.99 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

C C C C C C C C C C C C C C C C C C

Lampiran 9 TABEL KELOMPOK OBAT GENERIK BERDASARKAN ANALISIS ABC INVESTASI TAHUN 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Nama Obat Generik Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Ringer laktat Telmisartan tab 80 mg Ranitidine inj 25 mg/ml Asam Traneksamat inj Ketorolac inj 10 mg/ml Metronidazol inf 500 mg/ 100 ml Furosemide inj 10 mg/ml Timolol TM 0,25% Cefadroxil kap 500 mg Meropenem inj 0,5 g Tiotropium 18 mcg reffil Antasida 60 ml syrup Ciprofloxacin inf 2% Ketorolac 10 mg tab Gentamycin inj 40 mg/ml Candesartan 16 mg Valproat tab SR 500 mg Bisoprolol tab 5 mg Meropenem inj 1 g Ceftazidime inj 1000 mg Cefotaxime inj 1000 mg Valproat syr 250 mg/ 5 ml Cefadroxil 125 mg/5 ml syrup

Satuan Vial Botol Tablet Ampul Ampul Ampul Botol Ampul Botol Kapsul Vial Kapsul Botol Vial Tablet Ampul Tablet Pot Tablet Vial Vial Vial Botol Botol

Jumlah Pemakaian 8076 20112 14164 46411 13919 8460 3090 13114 2606 47003 478 1560 8852 1286 9458 4970 3424 3200 25620 298 942 5324 362 2799

Harga Obat (Rp) 26,000 5,460 6,500 1,190 3,100 4,250 10,250 1,920 9,397 519 47,500 13,867 2,200 15,000 2,000 3,569 5,145 5,450 669 57,000 17,913 3,150 41,800 5,064

Nilai Investasi (Rp) 209,976,000 109,811,520 92,066,000 55,229,090 43,148,900 35,955,000 31,672,500 25,178,880 24,488,582 24,394,557 22,705,000 21,632,941 19,474,400 19,290,000 18,916,000 17,737,930 17,616,480 17,440,000 17,139,780 16,986,000 16,874,046 16,770,600 15,131,600 14,174,136

Persentase % 15.68 8.20 6.88 4.13 3.22 2.69 2.37 1.88 1.83 1.82 1.70 1.62 1.45 1.44 1.41 1.32 1.32 1.30 1.28 1.27 1.26 1.25 1.13 1.06

Persentase Kumulatif % 15.68 23.89 30.76 34.89 38.11 40.80 43.16 45.05 46.87 48.70 50.39 52.01 53.46 54.90 56.32 57.64 58.96 60.26 61.54 62.81 64.07 65.32 66.45 67.51

Kelompok Obat A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55

Dexamethasone inj 5 mg/ml Ceftriaxon inj 1 gr Salbutamol cairan ih 0,1% Humulin 30/70 100 UI Amlodipin tab 10 mg Desoksimetason salep 0,25% Valsartan tab 80 mg Aminofusin L-600 Ulsicral 100 ml Lansoprazol kap 30 mg Aminofluid 1000 ml Tamsulosin tab SR 0,4 mg Asam Mefenamat kap 500 mg Triamsinolon asetonid nassal spray 55 mcg Ranitidine tab 150 mg Beractant inj 25 mg/ml Metformin kap 850 mg Paracetamol 500 mg tab Tracium 2,5 ml Azitromycin 500 mg Asam Traneksamat 500 mg tab Ciprofloxacin tab 500 mg NaCl 0,9% 500 ml WIDA D5-1/4 NS/TM Budesonid formoterol inhaler 160/4,5 Seretide discus 100 mcg Humulin R 100 UI/ml Ondansentron inj 4 mg/2 ml Ondansentron tab 8 mg Irbesartan tab 300 mg Timolol TM 0,5%

Ampul Vial Botol Vial Tablet Tube Tablet Botol Botol Kapsul Bag Tablet Kapsul Botol Tablet Vial Kapsul Tablet Ampul Tablet Tablet Tablet Fls Fls Tbg Tbg Vial Vial Tablet Tablet Botol

8320 3935 1858 60 36123 1135 2870 260 441 22131 90 1380 79403 100 67874 105 38300 91681 350 1600 9002 25500 1340 817 55 60 28 2452 4655 2255 574

1,659 3,500 6,930 214,000 341 10,309 3,900 42,000 24,500 473 115,500 6,800 116 90,000 126 81,000 214,5 84 21,000 4,500 770 260 4,935 8,085 117,600 105,871 214,000 2,400 1,261 2,593 9,996

13,802,880 13,772,500 12,875,940 12,840,000 12,317,943 11,700,715 11,193,000 10,920,000 10,804,500 10,467,963 10,395,000 9,384,000 9,210,748 9,000,000 8,552,124 8,505,000 8,215,350 7,701,204 7,350,000 7,200,000 6,931,540 6,630,000 6,612,900 6,605,445 6,468,000 6,352,260 5,992,000 5,884,800 5,869,955 5,847,215 5,737,704

1.03 1.03 0.96 0.96 0.92 0.87 0.84 0.82 0.81 0.78 0.78 0.70 0.69 0.67 0.64 0.64 0.61 0.58 0.55 0.54 0.52 0.50 0.49 0.49 0.48 0.47 0.45 0.44 0.44 0.44 0.43

68.54 69.57 70.53 71.49 72.41 73.29 74.12 74.94 75.75 76.53 77.30 78.00 78.69 79.37 80.00 80.64 81.25 81.83 82.38 82.91 83.43 83.93 84.42 84.92 85.40 85.87 86.32 86.76 87.20 87.64 88.06

A A B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B

56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86

Clopidogrel 75 mg tab Laxadine syrup Alprazolam tab 0,5 mg Seretide discus 250 mcg Candesartan 8 mg ISDN tab 5 mg KSR tab Amoxicillin 500 mg Cendo lyters T. Mata Glimepiride tab 2 mg Enoksaparin sodium inj 60 mg/ 0,6 ml Rifampicin tab 300 mg Methylprednisolon tab 4 mg Chloramphenicol 1% SM Amlodipin 5 mg tab Rifampicin tab 450 mg Glucosa inf 5% 500 ml Tutofusin OPS 500 ml Glimepiride tab 1 mg Cetirizine kap 10 mg Eritromisin kapsul 500 mg Cefixime dry syr 100 mg/5 ml Comafusin Hepar Bisakodil suppositoria 5 mg EAS Pfimmer Furosemide tab 40 mg Irbesartan tab 150 mg Ethambutol tab 500 mg Albumin 20% 50 cc Paracetamol syrup 120 mg/ 5 ml Pulmicord respoles

Tablet Botol Tablet Tbg Tablet Tablet Tablet Kapsul Botol Tablet Vial Tablet Tablet Tube Tablet Kapsul Fls Botol Tablet Kapsul Kapsul Botol Botol Supp Botol Tablet Tablet Tablet Botol Botol Vial

1625 440 30400 45 1578 55351 2308 15460 250 8998 36 5703 16478 2048 16865 3900 590 85 11610 15860 3008 296 40 515 50 27000 1500 4802 6 1410 200

3,500 12,450 180 119,000 3,255 80 1,850 270 15,750 436 105,000 640 210 1,600 192 829 5,460 37,500 265 186 976 9,000 64,900 4,990 51,260 94 1,496 455 362,250 1,496 10,500

5,687,500 5,478,000 5,472,000 5,355,000 5,136,390 4,428,080 4,269,800 4,174,200 3,937,500 3,923,128 3,780,000 3,649,920 3,460,380 3,276,800 3,238,080 3,233,100 3,221,400 3,187,500 3,076,650 2,949,960 2,935,808 2,664,000 2,596,000 2,569,850 2,563,000 2,538,000 2,244,000 2,184,910 2,173,500 2,109,360 2,100,000

0.42 0.41 0.41 0.40 0.38 0.33 0.32 0.31 0.29 0.29 0.28 0.27 0.26 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.23 0.22 0.22 0.20 0.19 0.19 0.19 0.19 0.17 0.16 0.16 0.16 0.16

88.49 88.90 89.31 89.71 90.09 90.42 90.74 91.05 91.35 91.64 91.92 92.19 92.45 92.70 92.94 93.18 93.42 93.66 93.89 94.11 94.33 94.53 94.72 94.91 95.11 95.29 95.46 95.63 95.79 95.95 96.10

B B B B C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C

87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117

Allopurinol tab 300 mg Omeprazole kap 20 mg Miconazole 2% cream Ketoprofen tab 100 mg Metronidazol tab 500 mg Salbutamol inhalasi 100 mcg/dosis Antasida tab Propylthiouracyl 100 mg tab Carbamazepine tab 200 mg Rifampicin tab 600 mg Amitriptylin tab 25 mg Hidrokortison cream 1% Stesolid inj 10 mg/ 2 ml Glimepiride tab 3 mg Isoniazid tab 100 mg Captopril tab 25 mg Eritromicin syr 200 mg/ 5 ml Tramadol kap 50 mg Ramipril tab 5 mg Budesonid formoterol inhaler 80/4,5 Cotrimoxazol tab 480 mg Gentarmycin 0,3% OTM Seretide inhaler 50 mcg Pyrazinamide tab 500 mg Farsorbid 10 mg Diltiazem tab 30 mg Atracurium hameln inj 10 mg/ml Hydrokortison cream 2,5% Spironolacton 25 mg tab Calcii Gluconas inj 100mg/ml Levofloxacin tab 500 mg

Tablet Tablet Tube Supp Tablet Botol Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tube Vial Tablet Tablet Tablet Botol Kapsul Tablet Tbg Tablet Tube Tbg Tablet Tablet Tablet Ampul Tube Tablet Ampul Tablet

8265 8075 556 600 9955 24 21300 4600 5905 1300 12550 540 335 3205 18753 14210 160 6405 2000 10 6750 290 10 4203 4700 5902 20 264 2200 84 1176

220 216 3,000 2,722 164 66,938 74 335 257 1,154 117 2,699 4,000 404 68 89 7,893 195 600 110,500 145 3,353 95,200 220 190 134 39,500 2,798 320 8,300 575

1,814,168 1,744,200 1,668,000 1,633,200 1,632,620 1,606,512 1,576,200 1,541,000 1,517,585 1,500,200 1,468,350 1,457,460 1,340,000 1,294,820 1,275,204 1,264,690 1,262,880 1,248,975 1,200,000 1,105,000 978,750 972,370 952,000 924,660 893,000 790,868 790,000 738,672 704,000 697,200 676,200

0.14 0.13 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.11 0.11 0.11 0.11 0.10 0.10 0.10 0.09 0.09 0.09 0.09 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.06 0.06 0.06 0.05 0.05 0.05

96.24 96.37 96.49 96.61 96.74 96.86 96.97 97.09 97.20 97.31 97.42 97.53 97.63 97.73 97.83 97.92 98.01 98.11 98.20 98.28 98.35 98.43 98.50 98.57 98.63 98.69 98.75 98.81 98.86 98.91 98.96

C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C

118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148

WIDA D5-1/2 NS/TM Spiramycin tab 500 mg Prednison tab 5 mg Salbutamol tab 2 mg Gemfibrozil 600 mg tab Fenobarbital inj 50 mg/ ml Kalbamin 500 ml Amikasin inj 250 mg/ml Valproat tab salut 250 mg Doburan inj 250 mg Dopamin inj 40 mg/ml Captopril tab 50 mg Budesonid inhaler 200 mcg/puff Natrium diclofenac tab 25 mg Stesolid rectal 5mg/2,5 ml Amoxicillin syrup 125/ 5 ml Metoclopramid tab 10 mg Epinefhrine inj 1 mg Salbutamol tab 4 mg Amiodaron inj 150 mg/ 3 ml Ibuprofen syr Ketoconazole tab 200 mg Betametason 0,1% cream Allopurinol tab 100 mg Propranold tab 10 mg Valproat tab SR 250 mg Streptomisin serbuk inj 1000 mg/ml Loratadine tab 10 mg Gentarmycin 0,3% cream Ketoconazole cream 2% MgSO4 40 ml

Botol Tablet Tablet Tablet Tablet Ampul Botol Vial Tablet Vial Ampul Tablet Tbg Tablet Tube Botol Tablet Ampul Tablet Tablet Botol Tablet Tube Tablet Tablet Tablet Vial Tablet Tube Tube Ampul

80 380 4800 9200 800 300 10 10 300 15 50 3305 5 3250 30 160 4100 45 4300 30 100 1053 212 3603 3800 100 56 1150 70 72 50

8,085 1,574 119 62 713 1,890 56,300 50,500 1,680 33,000 9,800 141 93,000 140 14,500 2,500 96 8,505 89 12,480 3,674 310 1,520 88 79 2,793 3,832 164 2,660 2,569 3,500

646,800 598,120 571,200 570,400 570,400 567,000 563,000 505,000 504,000 495,000 490,000 466,005 465,000 455,000 435,000 400,000 393,600 382,725 382,700 374,400 367,400 326,430 322,240 317,064 300,200 279,300 214,592 188,600 186,200 184,968 175,000

0.05 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01

99.01 99.05 99.10 99.14 99.18 99.22 99.27 99.30 99.34 99.38 99.42 99.45 99.48 99.52 99.55 99.58 99.61 99.64 99.67 99.70 99.72 99.75 99.77 99.80 99.82 99.84 99.85 99.87 99.88 99.90 99.91

C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C

149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166

Diazepam 2 mg tab Paracetamol drops 100 mg/ml Lorazepam tab 2 mg Zincpro drops 10 mg/ ml Nifedipine 10 mg Dexamethasone tab 05 mg Haloperidol tab 1,5 mg Domperidone tab 10 mg Glibenklamide tab 5 mg MgSO4 20 ml Ofloxacin 200 mg tab Aminofillin tab 200 mg Haloperidol tab 5 mg Cotrimoxazol DOEN II suspense Asering 500 ml Fentanyl 2 ml Morfin HCL tab SR 10 mg Morfin HCL tab SR 15 mg

Tablet Botol Tablet Botol Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Ampul Tablet Tablet Tablet Tablet Botol Ampul Tablet Tablet

3700 26 100 10 1000 1500 1300 503 1300 25 100 400 300 50 0 0 0 0

45 5,460 1,381 12,840 110 64 72 170 58 2,800 420 82 100 65 9,000 35,610 15,620 22,990

166,500 141,960 138,100 128,400 110,000 96,000 93,600 85,510 75,400 70,000 42,000 32,800 30,000 3,250 -

0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

99.92 99.93 99.94 99.95 99.96 99.97 99.97 99.98 99.99 99.99 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

C C C C C C C C C C C C C C C C C C