BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi nirlaba merupakan organisasi yang bertujuan untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik konstituen atau memberikan pelayanan kepada konstituen tanpa mengharapkan laba. Beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut organisasi nirlaba di Indonesia, seperti organisasi non-pemerintah (ORNOP), organisasi massa (ORMAS), organisasi sosial (ORSOS), organisasi kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan atau lembaga swadaya masyarakat (LSM). Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pengumpulan laba atau kekayaan semata (Nainggolan, 2005). Lembaga nirlaba atau organisasi non profit merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa organisasi nirlaba adalah organisasi yang tidak bertujuan mendapatkan laba dalam menjalankan usaha atau operasional kegiatannya. Dalam organisasi nirlaba pada umumnya sumber daya atau dana yang digunakan dalam menjalankan segala kegiatan yang dilakukan berasal dari donatur
atau sumbangan dari orang-orang yang ingin membantu sesamanya. Menurut PSAK No.45 (revisi 2011), organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut (IAI, 2011). Sumber pendanaan organisasi nirlaba antara lain: sumbangan masyarakat, APBN/APBD, lembaga donor lokal, lembaga donor internasional melalui kerjasama program/proyek dengan lembaga lain, atau melalui unit usaha organisasi itu sendiri (fundraising). Sifat pekerjaan dan sumber pendanaan yang unik, sehingga menuntut pekerja yang bekerja di sektor nirlaba bertanggung jawab untuk memastikan bahwa dana yang diperoleh telah digunakan secara efektif. Organisasi nirlaba pada prinsipnya merupakan sarana aktualisasi filosofi untuk mencapai tujuan tertentu dari sekelompok orang. Filosofi yang dimiliki organisasi nirlaba sangat tergantung dari sejarah yang pernah dilaluinya dan lingkungan poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan budaya) tempat organisasi nirlaba itu ada. Oleh karena itu bukan tidak mungkin diantara lembaga yang satu dengan yang lain memiliki filosofi yang berbeda, sehingga operasionalisasi dari filosofi tersebut kemungkinan juga akan berbeda. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) merupakan LSM tertua yang memelopori gerakan Keluarga Berencana di Indonesia yang berdiri sejak 23 Desember 1957. Lahirnya PKBI dilatarbelakangi oleh keprihatinan para pendiri PKBI, yang terdiri dari sekelompok tokoh masyarakat dan ahli kesehatan, terhadap berbagai masalah kependudukan dan tingginya angka kematian ibu di Indonesia. PKBI merupakan organisasi nirlaba yang berbentuk perkumpulan kini berada di 26
propinsi di Indonesia. Indonesia merupakan satu diantara 184 negara yang menjadi anggota IPPF (International Planned Parenhood Federation), yaitu federasi keluarga berencana untuk lingkup internasional. Aktivitas yang dijalani oleh PKBI berskala nasional dan mengalami perkembangan dalam program-program serta kegiatan yang bersifat sosial. Dalam menjalankan operasionalnya PKBI membutuhkan pengawasan dan pemeriksaan yang bersifat internal sebagai alat untuk mengetahui apakah dalam pelaksanaan kegiatannya telah mematuhi kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan melalui aktivitas pengendalian yaitu internal audit. Dalam struktur organisasi yang berdasarkan SK PHN: SK PN No. 1391/AK1.01/2014, PKBI telah menjalankan fungsi internal audit. Namun demikian, hingga saat ini evaluasi terhadap pelaksanaan fungsi internal audit di PKBI belum pernah dilakukan. Hal ini memotivasi penulis untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan fungsi internal audit di PKBI. Internal audit merupakan suatu proses yang dilakukan oleh bagian dari organisasi yang bersifat independen untuk menilai dan mengevaluasi setiap aktivitas yang berlangsung di organisasi. Aktivitas ini membantu organisasi untuk mencapai tujuannya me1alui pendekatan yang sistematik dan disiplin, guna mengevaluasi dan meningkatkan tingkat efektivitas dari proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola. Berdasarkan definisi tersebut, maka internal audit dapat dinyatakan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam penyediaan informasi, dengan tujuan akhir menambah nilai perusahaan. Internal audit membantu organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuannya dengan pendekatan
sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian dan proses tata kelola organisasi. Tujuan internal audit adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban yang efektif.
Internal audit bertujuan membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata kelola organisasi. Internal audit adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan (Tugiman, 1997). Internal audit tidak hanya dilaksanakan pada organisasi yang berorientasi laba saja, tetapi juga dilaksanakan pada organisasi nirlaba seperti pada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan dari pihak-pihak yang berkepentingan mulai dari pembina (board of trustee), pengurus (board of directors), pengawas (supervisory board), eksekutif dan karyawan, donatur (donor), penyandang dana program (grantors), pemberi kontribusi (contributors), konstituen atau penerima pelayanan (service beneficiaries), dan instansi pemerintahan lain. Tuntutan masyarakat pengguna atas pengelolaan dana yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis semakin meningkat. Tuntutan tersebut berkaitan dengan masalah transparansi terhadap pengelolaan dan penggunaan dana, kepatuhan terhadap prosedur yang berlaku, dan keefektifan dalam menjalankan kegiatan operasional organisasi nirlaba. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: "Persepsi Auditee Terhadap Pelaksanaan Fungsi Internal Audit Pada Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia". Dalam penelitian atau riset
ini pelaksanaan fungsi internal audit difokuskan pada independensi, kompetensi, kinerja audit, dan nilai tambah.
1.2. Rumusan Masalah PKBI sebagai organisasi nirlaba diharapkan mempunyai aktivitas yang positif sehingga dapat memberikan dampak yang baik untuk masyarakat melalui kinerja operasionalnya. PKBI memerlukan upaya peningkatan produktivitas, efisiensi, dan efektifitas dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut perlu penerapan kebijakan dan strategi oleh manajemen organisasi dengan cara meningkatkan pengawasan dalam organisasi nirlaba. Salah satu pengawasan yang baik adalah melalui sistem pengendalian internal (internal control) melalui pelaksanaan internal audit atau pemeriksaan intern. Berdasarkan wawancara dengan Hadi Prayitno selaku Kepala Bidang Keuangan PKBI Pusat diperoleh informasi bahwa selama ini fungsi internal audit di PKBI baru sebatas pemenuhan bahwa lembaga yang berskala nasional itu mempunyai kepanjangan tangan Direktur PKBI Pusat yang bertugas mengawasi. Saat ini fungsi internal audit PKBI belum optimal karena sumber daya manusia yang menjabat internal auditor di PKBI masih kurang. Di sisi lain, internal audit memiliki peran penting bagi PKBI dalam upaya mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Pelaksanaan internal audit yang baik perlu mendapat dukungan dari auditee, namun demikian persepsi auditee khususnya di PKBI hingga saat ini belum pernah diteliti, apakah auditee mempunyai persepsi yang baik atau buruk terhadap pelaksanaan internal audit selama ini. Untuk itu,
dalam penelitian ini akan meneliti dengan fokus pada persepsi auditee terhadap pelaksanaan internal audit ditinjau dari independensi, kompetensi, kinerja audit, dan nilai tambah.
1.3. Pertanyaan Penelitian Mengacu pada latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka pertanyaan penelitian adalah: "Bagaimana persepsi Auditee dalam pelaksanaan fungsi internal audit di PKBI ditinjau dari independensi, kompetensi, kinerja audit, dan nilai tambah?".
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini yaitu untuk mengkaji secara mendalam persepsi auditee terhadap pelaksanaan fungsi internal audit di PKBI. Hal ini untuk memberikan masukan kepada manajemen PKBI atas evaluasi terhadap pelaksanaan internal audit selama ini di PKBI dari persepsi auditee.
1.5. Motivasi Penelitian Internal audit memiliki peran penting bagi PKBI dalam upaya mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Pelaksanaan internal audit yang baik perlu mendapat dukungan dari auditee, namun demikian persepsi auditee khususnya di PKBI hingga saat ini belum pernah diteliti, apakah auditee mempunyai persepsi yang baik atau buruk terhadap pelaksanaan pengendalian internal. Hal ini
memotivasi penulis untuk melakukan penelitian mengenai persepsi auditee terhadap pelaksanaan fungsi internal audit pada Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
1.6. Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada beberapa pihak, antara lain: 1. Kontribusi bagi PKBI Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan pada PKBI. Hasil dari penelitian ini berupa kesimpulan yang mengacu pada analisis data, yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian, yang merupakan representasi dari keadaan nyata pada internal audit PKBI. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, masukan, saran, serta sumbangsih pikiran untuk mengevaluasi tentang pelaksanaan fungsi internal audit yang sudah ada dilihat dari persepsi Auditee sehingga manajemen PKBI dapat mengambil keputusan-keputusan untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan fungsi internal audit di PKBI secara nasional. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi dan dapat menjadi bahan pertimbangan organisasi dalam mencapai tujuan. 2. Kontribusi bagi Akademisi Hasil penelitian ini ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang sifatnya empirik kepada akademisi mengenai persepsi auditee terhadap pelaksananaan internal audit di dalam organisasi nirlaba.
3. Kontribusi bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi penulis untuk mengimplementasi
pengetahuan
teoritis
tentang
internal
audit,
serta
membandingkannya dengan fakta atau kondisi empiris yang terjadi di lapangan. 4. Kontribusi bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi empiris bagi peneliti lain atau peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengkaji pelaksanaan fungsi internal audit 1.7. Proses Penelitian Proses penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Pedoman Umum Penulisan Tesis (Program MAKSI UGM, 2015). Gambar 1.1. Tahapan Penelitian
1.8. Sistematika Penulisan Penulisan tesis yang berupa laporan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut: BAB I
:
Pendahuluan Bagian ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, proses penelitian, dan kontribusi penelitian.
BAB II
:
Tinjauan Pustaka Bagian ini membahas teori yang melandasi penelitian ini dan penelitian terdahulu yang telah dilakukan.
BAB III
:
Latar Belakang Kontekstual Penelitian Bagian ini menguraikan mengenai gambaran umum objek yang diteliti.
BAB IV
:
Rancangan Penelitian Bagian ini menguraikan metode penelitian yang yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB V
:
Pemaparan Temuan Investigasi Kasus Bagian ini memaparkan temuan-temuan yang diperoleh selama pengumpulan data.
BAB VI
:
Analisis dan Diskusi Hasil Investigasi Kasus Bab ini menguraikan mengenai analisis data dan diskusi hasil temuan penelitian studi kasus.
BAB VII
:
Simpulan,
Keterbatasan,
dan
Rekomendasi.
Bagian
ini
memaparkan mengenai simpulan, keterbatasan dan rekomendasi penelitian.