BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan

Latar Belakang. Perdagangan Internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan ...

4 downloads 405 Views 132KB Size
BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk

meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang disampaikan Salvatore (2001) bahwa perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan. Adapula manfaat-manfaat dari perdagangan itu sendiri bagi sebuah negara, seperti yang disampaikan Sadono Sukirno (2006), di antaranya: (1) memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi oleh negara sendiri, (2) memperoleh keuntungan dari spesialisasi, (3) memperluas pasar dan menambah keuntungan, (4) Transfer teknologi modern. Pemerintah Indonesia pada pertengahan tahun 2013 ini mengeluarkan empat paket kebijakan stabilisasi ekonomi. Salah satu paket kebijakan tersebut adalah untuk memperbaiki neraca transaksi berjalan dengan cara mendorong ekspor. Pada paket kebijakan ini, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan tambahan pengurangan pajak untuk sektor padat karya yang memiliki ekspor minimal 30 persen dari total produksi (Vivanews, Agustus 2013). Chatib Basri, pada artikel di dalam surat kabar Bloomberg (24-02-2014) menyatakan bahwa neraca transaksi berjalan kita sampai sekarang ini masih sangat bergantung pada perdagangan, maka dari itu pemerintah perlu untuk menyusun strategi peningkatan ekspor, agar dapat mencapai target defisit hanya di angka 2 persen dari PDB saja. Tabel 1.1 ini menunjukkan 1

bahwa Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan selama dua tahun berturutturut, 2012 dan 2013. Tabel 1.1 Data Ekspor dan Impor Indonesia, 2003-2013 (dalam USD) TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

EKSPOR 61.058.246.995 71.584.608.796 85.659.952.615 100.798.624.280 114.100.890.751 137.020.424.402 116.510.026.081 157.779.103.470 203.496.620.060 190.031.845.244 182.551.794.701

IMPOR DEFISIT/SURPLUS 32.550.684.286 28.507.562.709 46.524.531.358 25.060.077.438 57.700.882.616 27.959.069.999 61.065.465.536 39.733.158.744 74.473.430.118 39.627.460.633 129.197.306.224 7.823.118.178 96.829.244.981 19.680.781.100 135.663.284.048 22.115.819.422 177.435.555.736 26.061.064.324 191.691.001.109 -1.659.155.865 -4.076.875.179 186.628.669.880

Sumber: BPS

Untuk meningkatkan kegiatan ekspor, tiap negara pasti memiliki strategi mengenai komoditas ekspor mana saja yang bisa dijadikan andalan sehingga mendatangkan devisa yang banyak. Untuk saat ini Indonesia sudah mengalami perubahan pada komoditas ekspor, yakni meningkatkan ekspor komoditas non-migas dibanding non migas karena terhitung sejak tahun 90-an ekspor migas terus mengalami penurunan. Bank Indonesia menyebutkan bahwa pada awal tahun 2014 ekspor migas menurun dan impor migas meningkat serta penurunan beberapa komoditas non migas, neraca defisit kita ditahan oleh pertumbuhan ekspor non migas terutama dari sumber daya alam dan komoditas manufaktur. 1 Pengamat ekonomi dari

1

Lihat lebih rinci di laporan Departemen Komunikasi, Bank Indonesia yang berjudul “Defisit Neraca Perdagangan Januari 2014 Sesuai Pola Musiman”

2

Center for Information and Development Studies (CIDES) Umar Juoro, mengatakan bahwa defisit neraca perdagangan bukan disebabkan oleh ekspor atau impor komoditas non migas, melainkan komoditas migas. 2 Menurut data dari Kementerian Perdagangan RI (September 2013) kedudukan sektor non-migas menyumbang sebesar 82 persen dari total ekspor sedangkan sektor migas hanya 18 persen (lihat gambar 1.1).

Gambar 1.1. Peran Sektor terhadap Ekspor Indonesia (2013) Sumber: Kementerian Perdagangan, 2013 (diolah)

Kemudian pada komoditas non-migas itu sendiri, yang paling berperan besar terhadap total ekspor adalah sektor industri/manufaktur kemudian diikuti oleh sektor pertambangan dan pertanian secara berurutan. Pada tabel 1.2 dapat dilihat besaran persentase dari masing-masing sektor: Industri (76 persen), Pertambangan (20 persen), Pertanian (4 persen), dan lainnya. Hal ini serupa dengan perubahan struktur ekonomi di Indonesia, yang pada awalnya berada di sektor pertanian, sekarang menuju sektor modern, seperti manufaktur/industri dan kemudian sektor jasa.

2

Fauzan, dkk. “Neraca Perdagangan Indonesia Defisit”. Diakses dari (http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/10/21/neraca-perdagangan-indonesia-defisit598066.html) pada 20 April 2014.

3

Gambar 1.2. Peran Sektor Non-Migas terhadap Ekspor Indonesia (2013) Sumber: Kementerian Perdagangan, 2013 (diolah)

Berdasarkan negara tujuan ekspor, sepuluh komoditas utama ini yang menjadi andalan Indonesia dalam kegiatan ekspor hingga tahun 2013, komoditas tersebut antara lain: Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), elektronik, Karet dan Produk Karet, Sawit, Produk Hasil Hutan, Alas Kaki (footwear), Otomotif, Udang, Kakao, dan Kopi, selain itu berdasarkan perkembangan ekspor seluruh komoditas non migas, alas kaki menempati peringkat ke-15. Salah satu komoditas dalam daftar produk utama ekspor RI adalah alas kaki, komoditas ini memiliki peluang untuk berkembang di masa depan. Melihat dari perkembangan ekspor alas kaki dunia, Indonesia menduduki peringkat 7 dari 10 eksportir alas kaki terbaik di dunia (lihat tabel 1.1). China, Vietnam, dan Indonesia merupakan negara produsen alas kaki yang sama-sama berasal dari Asia, di mana produk yang diciptakan memiliki kesamaan karakteristik alas kaki. Indonesia menduduki peringkat ke-7 dalam menguasai pasar footwear dunia dengan presentase sebesar 3,09 persen, sedangkan peringkat Vietnam dan China berada di atas Indonesia dengan penguasaan pasar masing-masing sebesar 6,59 persen dan 41,1 persen. Berdasarkan data tersebut alas kaki masih memiliki peluang untuk 4

terus berkembang mengingat industri alas kaki adalah industri padat karya dan sesuai dengan karakteristik Indonesia karena jumlah sumber daya manusia yang tersedia besar. Di samping itu, Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa masih setia menjadi importir terbesar untuk produk alas kaki Indonesia Tabel 1.2. Top 10 Eksportir Alas Kaki (Footwear) di Dunia, 2012 Peringkat

Negara

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

China Italy Viet Nam China, Hong Kong SAR Germany Belgium Indonesia Netherlands Spain France

Nilai Ekspor (USD) 46.811.268.181 10.835.142.363 7.515.320.994 5.182.028.638 4.625.539.242 4.306.439.742 3.524.592.216 3.046.148.310 2.771.944.064 2.636.232.626

Pangsa Pasar (%) 41,1 9,51 6,59 4,55 4,06 3,78 3,09 2,67 2,43 2,31

Sumber: UN COMTRADE, 2013 (diolah)

Berdasarkan data-data di atas, alas kaki diharapkan dapat menjadi andalan ekspor Indonesia untuk mengatasi persoalan defisit neraca perdagangan, namun demikian peran alas kaki dalam ekspor Indonesia tidak sesuai dengan kedudukan Indonesia sebagai eksportir di pasar dunia, karena ketatnya persaingan dengan negara lain, seperti yang dilihat pada tabel 1.2. untuk pasar uni Eropa yang sekarang menjadi pasar tujuan ekspor alas kaki Indonesia, Indonesia menduduki peringkat 3 di bawah China dan Vietnam. (lihat tabel 1.2).

5

Tabel 1.3. Daftar Negara yang Mengimpor ke Eropa Peringkat

Negara

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

China Vietnam Indonesia India Tunisia Cambodia Morocco Switzerland Brazil Bosnia and Herz

Share of 2012 imports (%) 51,2 13,2 8,2 7,3 2,7 2,0 1,8 1,7 1,6 1,3

Sumber: Eurostat

Berikutnya pada gambar 1.3 dapat dilihat perkembangan ekspor alas kaki Indonesia dan China sejak tahun 2008 hingga tahun 2012. Data tersebut menunjukkan bahwa ekspor alas kaki Indonesia berada jauh di bawah China.

Gambar 1.3. Ekspor Alas Kaki Indonesia dan China: 2008-2012 (juta US$) Sumber: UN COMTRADE, 2013 (diolah)

Keterlibatan China sebagai negara pesaing Indonesia dalam ekspor komoditas alas kaki di penelitian ini karena dianggap bahwa keberhasilan Indonesia sebagai eksportir komoditas alas kaki Indonesia dipengaruhi juga oleh perilaku ekspor dari negara pesaing, utamanya China sebagai market leader di pasar alas kaki dunia dan 6

kompetitor Indonesia. Sehingga peneliti juga melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi penerimaan ekspor China. Adapun faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi penerimaan ekspor adalah sebagai berikut: 1. Harga komoditas alas kaki dua negara tesebut 2. Pendapatan nominal per kapita negara-negara importir, dan 3. Selera konsumen untuk komoditas alas kaki milik Indonesia dan China di negara pengimpor. 4. Harga barang lain 5. Nilai mata uang bilateral negara pengekspor terhadap negara pengimpor 6. Jarak antara negara yang mengekspor dan yang mengimpor 7. Upah buruh dalam industri alas kaki 8. Teknologi yang dibutuhkan, karena tiap negara produsen alas kaki memiliki kemampuan yang berbeda. Namun dalam penelitian ini, yang akan digunakan adalah faktor-faktor nomor 1 hingga 5 karena yang sesuai dengan teori permintaan ekspor. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin melihat adanya perbandingan secara statistik ekspor alas kaki Indonesia dan China serta faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan ekspornya. Penelitian ini diberi judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Alas Kaki Indonesia dan China ke 28 Negara: Regresi Data Panel (2008-2012)”.

7

1.2.

Rumusan Masalah Alas kaki dijadikan salah satu andalan komoditas ekspor Indonesia dan

sebagai solusi pengurangan defisit neraca perdagangan. Namun pada saat yang bersamaan, Indonesia hanya berhasil menduduki peringkat 7 dari 10 produsen terbesar alas kaki di pasar dunia dan peringkat ke-3 di pasar Uni Eropa yang dibawah China dan Vietnam. Hal ini menimbulkan pertanyaan untuk kinerja ekspor alas kaki Indonesia, apakah mampu menjadi komoditas andalas ekspor Indonesia untuk dijadikan solusi upaya mengurangi defisit neraca perdagangan namun di saat yang bersamaan mengalami persaingan yang kuat oleh para pesaingnya. Pelibatan negara pesaing, utamanya China, dalam penelitian ini dirasa perlu untuk melihat perbedaan ekspor alas kaki Indonesia dan China serta faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan ekspor alas kaki dua negara tersebut. Ini menunjukkan adanya dugaan bahwa keberhasilan ekspor alas kaki Indonesia juga dipengaruhi oleh perilaku ekspor alas kaki pesaing. Dari hasil ini diharapkan dapat mengetahui letak kelemahan dan kelebihan Indonesia untuk membantu dalam perumusan kebijakan upaya mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia melalui ekspor alas kaki.

1.3.

Model Penelitian Untuk melakukan penelitian ini, penulis membangun model sebagai berikut: Y = f(X1, X2, X3, X4, X5)

(1.1)

Di mana: 8

-

Y adalah nilai total penerimaan ekspor alas kaki ke 28 negara

-

X1 adalah harga alas kaki, yang datanya diproksi menggunakan data import unit value.

-

X2 adalah pendapatan negara pengimpor

-

X3 adalah adalah selera konsumen

-

X4 adalah nilai kurs rupiah berhadapan dengan valas negara pengimpor

-

X5 adalah harga alas kaki negara pesaing Model penelitian di atas berlaku untuk Indonesia dan China.

1.4.

Hipotesis Penelitian Sebagai pedoman proses penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah

sebagai berikut: 1. Bahwa harga alas kaki berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan ekspor alas kaki. Pengaruhnya positif jika permintaan ekspor alas kaki inelastik, pengaruhnya negatif, jika permintaan ekspor alas kaki elastik. 2. Bahwa pendapatan negara pengimpor berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan ekspor alas kaki. Pengaruhnya bisa positif jika alas kaki adalah komoditas superior, pengaruhnnya bisa negatif jika alas kaki adalah komoditas inferior bagi konsumen di negara pengimpor. 3. Bahwa selera konsumen di negara pengimpor memiliki pengaruh terhadap penerimaan ekspor alas kaki secara signifikan dan positif.

9

4. Bahwa kurs dihadapkan dengan valas negara pengimpor berpengaruh signifikan. Pengaruhnya bisa positif jika permintaan ekspor alas kaki elastik, pengaruhnya bisa negatif jika permintaan ekspor alas kaki inelastik. 5.

Bahwa harga alas kaki pesaing berpengaruh secara signfikan terhadap penerimaan ekspor alas kaki domestik. Pengarunya bisa positif apabila alas kaki pesaing merupakan substitusi terhadap alas kaki domestik, pengaruh bisa negatif apabila alas kaki pesaing merupakan komplementer dari alas kaki domestik.

Hipotesis-hipotesis di atas akan diberlakukan sama baik pada model Indonesia maupun model China.

1.5.

Alat analisis Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 alat analisis, yaitu:

1.

Uji beda dua rata-rata yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan secara statistik antara 2 negara eksportir.

2.

Uji MWD yang untuk menentukan model persamaan yang tepat, antara linier dan non-linier.

3.

Uji data panel, yang bertujuaan unutk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menggunakan model data panel cross section, karena jumlah cross section lebih banyak daripada jumlah time series. Adapun model-model dalam regresi data panel adalah common effect, fixed effect, dan random effect. Untuk pemilihannya menggunakan 3 uji berikut: 1.

Uji Chow 10

2.

Uji LM

3.

Uji Hausman.

1.6. -

Batasan Masalah Penelitian ini akan melibatkan 28 negara pengimpor komoditas alas kaki dari Indonesia dan China. Pemilihan negara pengimpor tersebut melalui pencocokan semua negara yang mengimpor alas kaki dari Indonesia dan China serta menyesuaikan dengan ketersediaan data, sehingga 28 negara tersebut adalah negara yang sama-sama mengimpor alas kaki dari indonesia dan China.

-

Penelitian ini menggunakan data panel cross section, karena jumlah negara (cross section) lebih banyak dibanding jumlah tahun (time series).

-

Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan uji beda dua rata-rata, uji MWD, dan uji data panel.

-

Model ekonomi dalam penelitian ini mengikuti model teori permintaan ekspor.

1.7.

Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pertanyaan penelitian yang telah disampaikan di atas,

dapat disampaikan tujuan penelitian sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui apakah secara statistik layak dibandingkan antara ekspor alas kaki Indonesia dan alas kaki China ke 28 negara tujuan ekspor yang sama.

11

2) Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi total penerimaan ekspor alas kaki Indonesia dan China: (a) harga alas kaki domestik (Indonesia dan China) (b) pendapatan per kapita 28 negara pengimpor (c) Selera konsumen untuk komoditas alas kaki (footwear) Indonesia dan China di 28 negara pengimpor. (d) nilai tukar bilateral Rupiah dan Reminbi dihadapkan dengan valas 28 negara pengimpor (e) harga alas kaki pesaing.

1.8.

Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi

pihak yang berkepentingan, antara lain: 1) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja ekspor alas kaki Indonesia dan China. 2) Bagi pemerintah, dapat menjadi tambahan informasi penting untuk membuat strategi ekspor alas kaki untuk dijadikan andalan ekspor dan pada akhirnya dapat menjadi solusi untuk mengatasi defisit neraca perdagagan. 3) Bagi pembaca atau umum, dapat menjadi pengetahuan baru dan menjadi literatur untuk penelitian selanjutnya.

1.9.

Sistematika Penulisan Penelitian ini akan terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 12

Bab II: Tinjauan Literatur dan Teoritis yang terdiri dari: tinjauan literatur, landasan teori, landasan teori pendukung hipotesa dan metodologi penelitian (model penelitian dan alat uji). Bab III: Ekspor Alas Kaki: Indonesia vs China yang berisi tentang sejarah, perkembangan, dan industri di Indonesia dan China. Bab IV: Hasil dan Pembahasan Hasil Regresi yang berisi: model penelitian, alat analisis, hasil analisis, serta pembahasan. Bab V: Kesimpulan dan Implikasi, berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan implikasi/saran yang diberikan.

13