BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG HINGGA SAAT

Download tambang. Kabupaten Morowali khususnya Kecamatan Bahodopi menjadi salah satu tujuan eksplorasi nikel perusahaan asing dan perusahaan lokal. ...

0 downloads 345 Views 451KB Size
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan di Indonesia masih terus terjadi, umumnya isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat menjadi penyebabnya. Demikian pula di area pertambangan blok Bahodopi, besarnya kandungan nikel telah memunculkan perdebatan tentang aturan pengelolaan SDA agar nantinya tidak hanya menguntungkan satu pihak saja. Pemerintah harus memikirkan dampak positif (peningkatan kesejahteraan masyarakat) dan negatif (kerusakan hutan, banjir, polusi udara, konflik pengalihan lahan) yang ditimbulkan aktivitas industri tambang. Kabupaten Morowali khususnya Kecamatan Bahodopi menjadi salah satu tujuan eksplorasi nikel perusahaan asing dan perusahaan lokal. Tercatat 144 izin usaha pertambangan (IUP) di blok Bahodopi, 80 IUP masih dalam tahap eksplorasi sementara 64 IUP sudah beroperasi produksi (Kompas, 19 Mei 2014). Namun di tahun 2013-2014 silam pemerintah setempat mencabut IUP terhadap perusahaan yang dianggap tidak bersikap koperatif terhadap pemerintah, mulai perizinan yang tumpang tindih, kelengkapan berkas, tidak membayar sewa tanah. Pencabutan IUP dilakukan secara bertahap, awal Mei tahun 2014 pemerintah mencabut 35 IUP, Juli 2014 pemerintah kembali mencabut 50 IUP, hingga akhir tahun 2014 PT Bintang Delapan Mineral (BDM) menjadi satu-satunya perusahaan yang tetap beroperasi di Blok Bahodopi. Selain tidak menunjukan sikap koperatif terhadap pemerintah, pencabutan IUP juga didasarkan pada tingginya tingkat konflik dengan masyarakat. Pencabutan tersebut sebagai upaya minimalisasi konflik. Konflik di area pertambangan memang hal lumrah, kesenjangan antara harapan dan kenyataan masyarakat terhadap perusahaan biasanya tidak berjalan searah akhirnya berujung pada protes melalui

1

demonstrasi, perusakan sarana dan prasarana perusahaan, serta boikot aktivitas perusahaan. PT BDM sebagai satu-satunya perusahaan yang beroperasi di blok Bahodopi juga tidak luput dari konflik. Misalnya pada tahun 2010 masyarakat berdemonstrasi di depan kantor PT BDM meminta pertanggung jawaban perusahaan atas kerusakan lahan pertanian kakao, palawija dan tanaman lainnya disebabkan aktivitas pertambangan. Selanjutnya tahun 2012 masyarakat merusak infrastruktur perusahaan, aksi tersebut dipicu oleh tuntutan masyarakat atas realisasi janji PT BDM untuk mencairkan dana sebesar RP 5.000,00 permetrik ton ore nikel. Selain menimbulkan dampak negatif misalnya polusi udara akibat aktivitas perusahaan, kerusakan hutan, konflik pengalihan lahan, sering terjadi bencana alam, kehadiran PT BDM di blok Bahodopi juga memberikan dampak positif antara lain terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, terlebih lagi dalam rekrutmen karyawan, PT BDM memprioritaskan penduduk asli Kecamatan Bahodopi. Hal ini secara tidak langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Terlepas dari dampak negatif dan positif PT BDM, saat ini kondisi di area pertambangan antara perusahaan dan masyarakat sudah mulai kondusif. Namun kondusifnya hubungan bukan merupakan jaminan bagi PT BDM untuk dapat bertahan di blok Bahodopi secara jangka panjang, sewaktu-waktu konflik dapat kembali terjadi jika masyarakat merasa bahwa keberadaan PT BDM tidak lagi memberikan dampak positif dan pencabutan IUP tidak dapat ditawar-tawar. Beberapa contoh perusahaan yang telah lama beroperasi di blok Bahodopi ditutup karena dinilai hanya menguntungkan sepihak saja Misalnya PT Vale, PT Rio Tinto dll. Bercermin dari kejadian-kejadian tersebut PT BDM sebagai perusahaan baru, seharusnya dapat mengambil pelajaran agar tidak mengalami kejadian serupa. Hubungan baik antara PT BDM dan masyarakat merupakan salah satu modal untuk keberlangsungan aktivitas perusahaan hubungan baik tercipta atas komitmen dari perusahaan, hubungan baik tetap dikelola sebagai upaya pertahanan jangka

2

panjang. Namun proses pengelolaan hubungan baik bukanlah hal mudah, perusahaan harus benar-benar menunjukan iktikad baik yang disertai dengan bukti-bukti autentik bahwa keberadaan perusahaan akan memberikan dampak positif bagi pemerintah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Hubungan baik dengan orang-orang yang mempunyai pengaruh dan dipengaruhi aktivitas perusahaan merupakan salah satu cara agar perusahaan dapat bertahan jangka panjang. Sebagai perwakilan masyarakat, stakeholder dianggap sebagai wujud representatif masyarakat sekitar, dengan kata lain suara masyarakat adalah suara stakeholder. Upaya menjalin hubungan dengan stakeholder untuk keberlangsungan aktivitas perusahaan juga telah mendapat dukungan dari dunia akademisi, seperti ungkapan Ken & Taylor (dalam Zhu, 2014) stabilitas aktivitas jangka panjang perusahaan dapat dipertahankan melalui upaya memaksimalkan kesempatan sebaik mungkin dalam membina ataupun memperluas hubungan dengan stakeholder. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa stakeholder adalah salah satu kunci terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholder sebagai pihak yang mempunyai pengaruh dan dipengaruhi memberikan kekuatan tersendiri bagi perusahaan, sehingga perusahaan khususnya PT BDM harus jeli mengidentifikasi siapa saja stakeholder yang berpotensi besar dalam proses pengaruh di masyarakat. Kesalahan dalam pemetaan stakeholder berdampak pada keberlangsungan perusahaan, sehingga salah satu tugas seorang public relations PT BDM yakni mengelola hubungan baik dengan stakeholder mulai dari proses pemetaan hingga langkah-langkah pengelolaan hubungan tersebut. Mengelola hubungan dimaknai sebagai manajemen hubungan sebagai bagian dari praktek PR dengan stakeholder yang diimplementasikan melalui model komunikasi. PR atau disebut Divisi Humas-Comdev PT BDM jika diamati lebih jauh sebenarnya telah menerapkan atau mengimplementasikan model komunikasi dalam proses prakteknya, melalui komunikasi dua arah antara pihak humas-comdev dan stakeholder dalam menyelesaikan masalah atau tuntutan stakeholder. Misalnya

3

pertemuan perwakilan perusahaan dengan mahasiswa asal Bahodopi untuk menjelaskan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan serta isu pengangkatan karyawan, seperti penuturan Kadiv Humas-Comdev PT BDM Bapak Maman Resman yang mengungkapkan bahwa (wawancara dengan Maman Resman 26 April-2015) dalam pertemuan tersebut pihak perusahaan yang diwakili oleh Humas perusahaan menjelaskan dengan rinci tentang isu-isu tersebut. Selain itu pemberitaan melalui media cetak juga menjadi pilihan bagi pihak perusahaan guna untuk mengantisipasi serangan-serangan minoritas yang dapat merusakan citra perusahaan karena tidak dapat dipungkiri isu tambang merupakan isu menarik sehingga memungkinkan banyak pihak terlibat atau ikut memantau aktivitas perusahaan. Umumnya stakeholder PT BDM dapat dipetakan melalui external (masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, media, pemerintah, Bank, konsumen) dan internal (pihak manajemen, investor, karyawan dan keluarganya). Namun untuk efektivitas pengelolaan hubungan baik pihak PT BDM atau PR lebih selektif melihat besarnya pengaruh stakeholder tersebut karena dari banyaknya pengakuan pihak-pihak yang merasa dipengaruhi atas aktivitas perusahaan karena upaya perusahaan akan sia-sia jika dalam porses identifkasi tidak dilakukan secara serius, selain itu penggunaan strategi untuk menghadapi tiap stakeholder juga akan berbeda tergantung dengan kekuatan ataupun besarnya pengaruh stakeholder tersebut. Mengacu pada penggambaran di atas, maka perusahaan dituntut untuk memanajemen hubungan dengan stakeholder yakni mengelola hubungan antara perusahaan dengan pemerintah sebagai pemegang kuasa untuk mencabut izin operasional perusahaan, selain itu pengelolaan komunikasi perusahaan dengan lingkungan sekitar (masyarakat dll). Maka untuk menganalisis bagaimana praktek Humas-Comdev PT BDM, kasus pencabutan izin besar-besar oleh pemerintah yang terjadi di blok Bahodopi merupakan pintu masuk peneliti untuk mengetahui praktek mereka karena PT BDM dianggap berhasil menjadi satu-satunya perusahaan yang bertahan dari pencabutan IUP oleh pemerintah daerah.

4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana praktek public relations PT Bintang Delapan Mineral dalam mengelola hubungan baik dengan stakeholder di tahun 2013-2014?

C. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalis praktek public relations PT Bintang Delapan Mineral dalam mengelola hubungan dengan stakeholder tahun 2013-2014. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Akademis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi Khususnya pada bidang public relations dalam mengelola hubungan dengan stakeholder. 2. Manfaat Praktis Sedangkan manfaat praktis diharapkan dapat mengembangkan model strategi dalam mengelola hubungan dengan stakeholder agar menciptakan hubungan yang harmonis dalam jangka waktu yang panjang bagi praktisi public relations khususnya perusahaan yang bergerak di industri pertambangan.

E. Kerangka pemikiran Kerangka pemikiran merupakan acuan peneliti untuk menjelaskan penggunaan teori-teori dalam menganalisis rumusan masalah, agar elemen-elemen dalam penelitian ini menjadi jelas dan terukur. Adapun kerangka pemikiran yang penulis gunakan adalah (1) public relations sebagai manajemen hubungan (2) teori stakeholder (3) praktek public relations dalam mengelola hubungan dengan stakeholder.

5

1. Public Relations Sebagai Manajemen Hubungan Keberadaan sebuah perusahaan ataupun organisasi sangat dipengaruhi oleh interaksi pihak-pihak dalam satu lingkungan tersebut, agar hubungan terjalin dengan baik perusahaan harus menempatkan strategi membangun ataupun mempertahankan hubungan pada proritas utama. Untuk mengelola hubungan biasanya perusahaan menggunakan jasa public relations (PR). Seperti ungkapan Grunig (2001) nilai seorang PR bergantung pada hubungan yang dibangun dengan stakeholder dan bagaimana mempertahankannya, PR sebagai kepanjangan tangan dari perusahaan merupakan aktor utama dalam mengelola hubungan perusahaan dan stakeholder. Umumnya setiap perusahaan baik profit maupun tidak, telah menggunakan jasa PR sebagai jembatan antara perusahaan dan lingkungan. Hal ini juga berlaku pada PT BDM, pihak perusahaan menggunakan jasa PR yang tergabung dalam divisi administrasi dan external relations. Ungkapan PR yang disebutkan Grunig yakni membangun dan mempertahankan hubungan, dalam praktek Humas-Comdev PT BDM sudah sampai pada tahap mempertahankan hubungan dengan stakeholder baik itu hubungan dengan stakeholder internal maupun external. Seperti halnya Grunig, Cutlip dkk (2011:6) juga memberikan argumen yang sama terkait fungsi PR dalam perusahaan yakni merupakan fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan antara perusahaan dan lingkungan agar tetap harmonis dan bermanfaat untuk mencapai tujuan perusahaan. Memang banyak definisi tentang PR, seperti namanya PR mengimplikasikan usaha untuk membangun hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik-publiknya (Putra, 1999:2). Dapat ditarik satu kesimpulan bahwa eksistensi perusahaan dalam satu lingkungan sangat dipengaruhi oleh praktek PR dalam mengelola hubungan dengan pihak-pihak berkepentingan hingga menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan. Kesuksesan Humas-Comdev PT BDM dalam mengelola hubungan dengan lingkungan adalah lolosnya PT BDM dari pencabutan IUP semua perusahaan pertambangan di blok Bahadopi, hal ini menegaskan Humas-Comdev PT BDM mampu meyakinkan

6

masyarakat terlebih pemerintah bahwa kehadiran mereka dapat memberikan dampak positif bagi daerah tersebut. Jika ditilik dari perpesktif “Relational” merujuk pada ungkapan Center dan Jackson (Leddingham, 2003) PR sebagai organisasi public relationships (OPR) menjadi penyeimbang antara kepentingan organisasi dan kepentingan publik. Menjadi penyeimbang kepentingan menurut Ledingham dan Bruning (Ledingham, 2003) melihat keadaan yang terjadi antara organisasi perusahaan dan publik adalah kunci dalam mengambil tindakan yang berdampak pada kondisi ekonomi, sosial, budaya ataupun politik dari masing-masing pihak. Seorang PR harus dapat bersikap simetris antara perusahaan dan stakeholder tanpa mengabaikan nilai-nilai perusahaan. Dalam hal ini PR sebagai manajemen relasi tentunya didasarkan pada proses membangun dan mempertahankan hubungan dengan publiknya, seperti ungkapan Ledingham (Kriyantono, 2014) bahwasanya fokus utama dari PR adalah membangun hubungan jangka panjang, hal tersebut dapat terjadi jika upaya atau adanya tindakan yang saling menguntungkan antara pihak perusahaan dan publiknya, terlebih lagi dalam industri pertambangan. Hubungan baik merupakan kunci utama untuk keberlangsungan perusahaan, sehingga menjadi tugas bagi PR untuk mewujudkan hal tersebut. Sebagai contoh konflik perusahaan pertambangan di Blok Bahodopi merupakan jawaban atas buruknya hubungan perusahaan dan lingkungannya, misalnya pencabutan IUP beberapa perusahaan di area pertambangan blok Bahodopi. Kasus pencabutan IUP terebut menggambarkan bahwa PR perusahaan gagal menjembatani antara keinginan perusahaan dan stakeholder.

2.

Teori Stakeholder Sejak akhir tahun 1990-an penelitian public relations terhadap stakeholder

ataupun prioritas publik untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan semakin meningkat (Jahansoozi, 2007:398). Mengacu pada ungkapan Post dkk (Ni, 2006) hal ini dikarenakan bahwa efektivitas organisasi atau perusahaan didasarkan

7

pada pandangan stakeholder terhadap perusahaan ataupun besarnya hubungan dengan stakeholdernya. Smude & Coutright (2011) menyatakan bahwa dasar dari teori stakeholder adalah memfokuskan pada hubungan antara bisnis dan grup ataupun individual yang dipengaruhi atau mempengaruhi aktivitas perusahaan. Karena tidak dapat dipungkiri kelancaran aktivitas PT BDM sangat dipengaruhi atas jalinan hubungan baik, manifesto dari penerapan hubungan stakeholder yakni agar PT BDM dapat bertahan dari gangguan lingkungan sekitar. Stakeholder atau pihak berkepentingan pertama kali didefinisikan oleh Freeman (Rawlins, 2006: 2) “sebagai any group or individual who is affected by or can affect the achievement of an organization’s objectives” yang menjadi pihak berkepentingan dalam sebuah perusahaan adalah siapa saja, baik itu individu atau grup mempunyai potensi untuk dipengaruhi atau mempengaruhi dalam aktivitas perusahaan. Bagi PT BDM yang bergerak di Industri pertambangan, proses identifkasi atau pemetaan stakeholder merupakan persoalan kompleks. Hal ini disebabkan tingginya tingkat keterlibatan aktor-aktor yang merasa terlibat dalam aktivitas perusahaan, seperti yang telah dikemukan di latar belakang dan melihat dampak-dampak maka pihak-pihak terkait dengan PT BDM dapat diidentifikasikan menjadi Pemerintah, komunitas, Lembaga Swadaya Masyarakat, Media, investor, konsumen dll. Banyaknya Stakeholder PT BDM sehingga perlu memetakan stakeholder guna memudahkan perusahaan dalam prioritas stakeholder. Mitchell dkk (1997) mengelompokan berdasarkan power, legitimacy dan urgency.

8

power

Dormant Dangerous

Dominant Devinitive

urgency

Demanding

Dependent

legitimacy

Distrectionary

Gambar.1 Atribut stakeholder (Mitchel dkk,. 1997) Gambar 1 dalam aktivitas pertambangan khsusunya PT BDM memberikan penjelasan bahwa semakin banyak atribut yang dimiliki oleh stakeholder maka semakin besar pula kemampuan untuk mempengaruhi. Sehingga jelas acuan bagi PT BDM untuk menempatkan siapa stakeholder pada posisi prioritas utama. Penjelasan mengenai tiga atribut tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Power, esensi Power adalah kemampuan stakeholder dalam pencapaian keinginan atau kepentingan mereka, mengacu ungkapan Weber (Mitchell dkk., 1997) bahwa probabilitas aktor dalam hubungan sosial mempunyai posisi untuk melaksanakan kehendaknya meskipun mengalami perlawanan dari berbagai pihak. Merujuk pada ungkapan Etzioni (dalam Mitchell dkk., 1997) bahwa kekuatan Untuk mempengaruhi berbagai pihak dalam membuat keputusan dapat dikategorikan berdasarkan coercive power (kekuatan Fisik) misalnya dalam bentuk pengancaman atau penekananan, kedua adalah power atas finansial (utilitarian Power), dan sumber simbolik (Normative power). b. Legitimacy menurut Clarkson (dalam Mitchel dkk., 1997) ini ditentukan pada pihak-pihak yang memiliki kewenangan dalam memberikan legalitas ataupun klaim yang dapat mempengaruhi perilaku organisasi, visi-misi organisasi, proses serta hasil yang didapatkan ataupun nilai dari organisasi.

9

c. Urgency merupakan stakeholder yang mempunyai klaim terhadap perusahaan, perusahaan akan menentukan tingkat urgensitas klaim yang harus dipenuhi terlebih dulu. Merujuk pada penjelasan tiga atribut diatas, maka prioritas stakeholder dapat digambarkan menjadi tiga tingkat model pengaruh stakeholder yaitu tinggi, sedang dan rendah seperti pada gambar dibawah ini: Level 3: stakeholder prioritas utama Definitive stakeholder Power Legitimacy Urgency

Level 2: stakeholder prioritas menengah Dominant stakeholder Legitimacy Power

Dependent stakeholder Legitimacy Urgency

Dangerous stakeholder Power Urgency

Leve1 3: stakeholder prioritas rendah Distrectionary stakeholder Legitimacy

Dormant stakeholder Power

Demanding stakeholder Urgency

Gambar 2 Model Prioritas stakeholder Mithcel dkk (Friedman & Milles, 2006)

Tiga atribut pada gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut (Mitchel dkk., 1997): 1. Latent Stakehoder Latent stakeholder merupakan stakeholder yang mempunyai kedudukan rendah atau lemahnya pengaruh terhadap perusahaan (Rawlins, 2006:6) umumnya stakeholder ini hanya memiliki satu atribut saja. Jika melihat pada gambar 2 latent stakeholder dikelompokan menjadi pertama dormant stakeholder. Adanya power namun tidak dibarengi oleh legitimasi serta urgensitas klaim, sehingga kelompok ini bukan merupakan ancaman bagi

10

keberlangsungan perusahaan. Selanjutnya adalah distrectionary stakeholder adanya legitimasi tapi tidak memiliki urgensi ataupun power menjadikan kelompok ini dalam memenuhi keinginan atau kepentingan mereka bergantung pada iktikad baik perusahaan. Ketiga adalah demanding stakeholder, tingginya tingkat urgensitas kelompok ini bukanlah ancaman serius bagi perusahaan, karena kelompok ini tidak mempunyai power serta legitimasi. Kelompok ini hanya dapat mengganggu namun tidak membahayakan. 2. Experctant Stakehoder Memiliki posisi ganda dalam atribut stakeholder memberikan nilai tawar tersendiri bagi kelompok ini. Dominant stakeholder kelompok ini mempunyai kekuatan dan legitimasi sehingga pengaruh mereka cukup diperhitungkan, umumnya kelompok ini membentuk koalisi dominan. Selanjutnya dependent stakeholder kelompok ini memiliki legitimasi dan urgensi namun tidak memiliki power. Untuk memenuhi kepentingannya kelompok ini membutuhkan advokasi ataupun pemerintah. Keenam dangerous stakeholder mempunyai power dan urgensi namun tidak adanya legitimasi, kelompok ini perlu diwaspadai karena kadang kala mereka menggunakan teror untuk mendapatkan legitimasi. 3. Definitive Stakehoder Kelompok terakhir adalah Definitive Stakehoder yaitu kelompok yang mempunyai tiga atribut yaitu power, legitimasi dan urgensi. Semua stakeholder berpotensi untuk menjadi definitif ketika mempunyai 3 atribut. Misalnya pemerintah akan menjadi stakeholder definitif pada saat meningkatnya urgensitas klaim mereka.

3.

Praktek Public Relations dalam Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder Toth (dalam Yilmaz & Gunel, 2009) mengungkapkan bahwa konsep sentral PR

dalam menjalin hubungan masih terfokus pada komunikasi. Artinya bahwa komunikasi

11

masih menjadi pendekatan utama dalam membangun atau mempertahankan hubungan dengan pihak-pihak berkepentingan. Hal ini semakin diperkuat oleh ungkapan beberapa akademisi bahwa cara untuk mempertahankan hubungan stakeholder adalah dengan berkomunikasi. Misalnya melakukan lobby, dialog ataupun negosiasi dapat mempengaruhi dan merubah persepsi seseorang terhadap satu keadaan (Berg, 2009; Smude & Coutright, 2011). Komunikasi merupakan langkah tepat untuk menumbuhkan kepercayaan antara PT BDM dengan lingkungan yang dibuktikan dengan komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi-kontribusi bagi masyarakat. Artinya dalam penelitian ini manajemen hubungan merupakan proses pengelolaan relasi antara stakeholder dan perusahaan melalui model komunikasi yang diimplementasikan pada praktek PR sebuah perusahaan. Grunig dkk (dalam Shen & Kim, 2012) mengemukan empat dimensi komunikasi yang mempengaruhi praktek PR. Dimensi tersebut pertama adalah arah komunikasi one-way VS two way yaitu menjelaskan proses penyebaran informasi bersifat satu arah atau dua arah. Satu arah atau dua arah ditandai dari feed back perusahaan terhadap opini masyarakatnya, umumnya satu arah digunakan untuk penyebaran informasi perusahaan terhadap stakeholder sedangkan dua arah diwujudkan melalui dialog dalam pertukaran informasi Dimensi kedua asymmetrical dan symmetrical melihat keseimbangan organisasi terhadap publiknya yang ditandai dengan perilaku advokasi atau kolaborasi. Menurut Grunig & Hunt (dalam Fawkes, 2004:11) bersifat a symmetrical jika komunikasi yang dilakukan masih ditentukan oleh pihak perusahaan walaupun komunikasi ini sudah menerapkan proses dua arah, lebih jauh Dickerson (2012) menyatakan dalam proses asymmetrical perusahaan melakukan komunikasi persuasif, manipulasi serta dominasi sebagai tindakan untuk menguasai publiknya. Selanjutnya symmetrical merupakan model yang lebih menekankan pada proses komunikasi dua arah serta win-win solution, keterbukaan lebih mengedapankan dialog untuk mencapai saling pengertian antara organisasi dan stakeholder.

12

Dimensi ketiga adalah interpersonal & mediated dimensi menggambarkan penggunaan saluran praktisi PR baik saluran secara langsung ataupun tidak langsung, misalnya komunikasi satu arah melalui media massa (koran, televisi, radio, majalah khusus perusahaan) atau komunikasi dua arah melalui tatap muka anggota atau PR perusahaan dengan masyarakatnya (Huang: 2004). Keempat adalah ethical yaitu menjelaskan faktor keetisan dari aktivitas PR. Selain itu terdapat dua faktor untuk menunjang proses komunikasi perusahaan yakni aktivitas sosial dan budaya masyarakatnya. Aktivitas sosial dikonseptualiasasikan sebagai hal-hal sosial yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjalin relasi dengan stakeholder (Huang; 2004), sama halnya dengan komunikasi yang dilakukan secara interpersonal yakni secara tatap muka namun lebih berorientasi pada aksi yang dilakukan oleh perusahaan, yakni misalnya melakukan gathering, memenuhi undangan serta pemberian hadiah. Kegiatan-kegiatan sosial tersebut ditujukan untuk mengeratkan relasi dengan stakeholder. Selanjutnya faktor yang tidak kalah pentingnya adalah budaya masyarakat setempat, dalam prakteknya seorang PR dituntut untuk memahami kebudayaan atau tipologi masyarakat daerah operasional perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan Yudarwati (2008) bahwa dimensi budaya yang mempengaruhi masyarakat Indonesia yakni dimensi power distance (Jarak kekuasaan) dan budaya kolektif masyarakatnya. Jarak kekuasaan yang dimiliki baik dari dilihat dari sistem sosial, politik dll, model ini disebut dengan personal influence, bahwa perusahaan menggunakan satu individu yang mempunyai kredibilitas yang baik dimasyarakat dengan tujuan untuk untuk mengelola hubungan baik agar tercapainya tujuan perusahaan. Implementasi model PR yang merujuk pada dimensi komunikasi jika benarbenar diterapkan oleh perusahaan akan menghasilkan hubungan baik jangka panjang. Sebenarnya secara sadar atau tidak sadar mungkin saja dalam praktek PR menggunakan beberepa elemen dari dimensi komunikasi diatas tergantung pada situasi, kondisi serta individu-individu yang dihadapi perusahaan di lapangan.

13

4.

Konsep Penelitian dan Operasionalisasi Manajemen hubungan stakeholder adalah upaya perusahaan untuk mengelola

hubungan baik dengan stakeholder, sebagai perwakilan masyarakat stakeholder dianggap wujud representatif masyarakat sekitar perusahaan. Hubungan baik mutlak dimiliki tiap perusahaan, terlebih lagi pada industri pertambangan yang sangat rawan atas aksi protes dari berbagai pihak. Tingginya tuntutan masyarakat atas aktivitas perusahaan di area pertambangan sebenarnya merupakan tekanan bagi pihak perusahaan, hal ini disebabkan jika perusahaan tidak memenuhi kebutuhan masyarakat maka perusahaan dianggap tidak bertanggung jawab terhadap lingkungannya, namun di sisi lain besarnya kontribusi yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat tidak menjamin perusahaan tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga satu-satunya upaya adalah mengelola hubungan baik dengan stakeholder. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk mengetahui besarnya pengaruh stakeholder di masyarakat, perusahaan dapat memetakan mereka atas atribut power, legitimacy dan urgency, dari tiga atribut akan teridentifikasi stakeholder yang memiliki satu atau lebih atribut. Umumnya stakeholder perusahaan tambang meliputi stakeholder internal dan external. Internal meliputi karyawan, keluarga karyawan, pihak manajemen (CEO, direksi, manajer dan stockholders) sedangkan pihak external yaitu komunitas, pemerintah, media, lembaga swadaya masyarakat (LSM). Namun, jika mengacu pada identifikasi stakeholder berdasrkan atribut, maka yang harus di waspadai adalah stakeholder yang memiliki tiga atribut. Penggunaan dimensi komunikasi dalam penelitian ini sebagai acuan untuk menganalisis praktek PR PT BDM dalam mengelola hubungan baik agar bertahan jangka panjang yang kemudian di kolaborasikan dengan teori stakeholder yakni fokus pada beberapa individu-individu yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan sekitar. Esensi dari dimensi komunikasi dan teori stakeholder saling berhubungan, jika teori stakeholder menekankan pada faktor satu pengaruh individu dimasyarakat maka

14

dimensi komunikasi sebagai sebagai panduan komunikasi serta upaya yang dilakukan perusahaan dengan individu tersebut. Tahap awal dalam penelitian ini adalah memetakan stakeholder berdasarkan atribut kekuatan (Power), legitimasi dan kepentingan. Selanjutnya menganalisis implemtasi praktek PR PT BDM dalam mengelola hubungan baik melalui model komunikasi, baik arah komunikasi, keseimbangan komunikasi, media komunikasi (media massa dll) dan media interpersonal disamping itu tetap melakukan pengamatan faktor-gaktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan tujuan yakni aktivitas sosial dan budaya masyarakat. Untuk lebih jelasnya, arah penelitian dijelaskan melalui operasionalisasi konsep.

Tabel: 1.1. Operasionalisasi Konsep Penelitian Konsep

Penjelasan

Konsep stakeholder

Konsep stakeholder merupakan proses identifikasi aktor-aktor yang mempunyai pengaruh dan dipengaruhi atas aktivitas perusahaan, dalam hal ini identifikasi stakeholder berdasarkan atribut yang mereka miliki. Atribut pertama adalah power, perusahaan akan mengidentifikasi siapa saja aktor-aktor yang mempunyai kekuatan (Power) baik power simbolik, fisik dan coercive. Kedua identifikasi stakeholder menurut legitimasi hubungan dengan perusahaan, legitimasi tersebut baik legal maupun moral, ketiga kepentingan (urgency) yang dimiliki oleh masyarakat. Semakin banyak atribut yang dimiliki oleh stakeholder maka semakin tinggi pula pengaruh mereka terhadap perusahaan

Arah komunikasi

Keseimbangan komunikasi

Konsep ini menjelaskan perilaku komunikasi perusahaan terhadap stakeholder, melalui arah komunikasi ini secara tidak langsung akan mengetahui perilaku PT BDM dalam berkomunikasi apakah masih bersifat satu arah atau dua arah dalam penyebaran informasi Konsep ini meliputi seimbang atau tidak nya perusahaan dan stakeholdernya. Posisi seimbang disebut symmetrical, posisi ini bertujuan untuk memberikan saling pengertian. Misalnya PT BDM melakukan dialog, lobby kepada stakeholder, memberikan

15

kemudahan akses informasi, menyeimbangakan antar kepentingan dan keinginan perusahaan dan stakeholder, menerapkan win-win solution. sedangkan posisi tidak seimbang disebut asyymentrical, posisi ini merupakan komunikasi strategis yang bersifat persuasif atau dominasi perusahaan terhadap stakeholder, PT BDM menerapkan strategi win lose, tertutupnya akses infromasi perusahaan.

Saluran Komunikasi

Konsep ini mencangkup saluran-saluran yang digunakan perusahaan untuk berkomunikasi dengan stakeholder, baik saluran melalui media atau interpersonal yakni mengutus salah satu individu yang mempunyai kompetensi komunikasi yang mumpuni melakukan pendekatan antar pribadi serta didukung oleh upaya pengamatan aktivitas sosial dan budaya

Mengacu pada penjelasan serta gambaran operasionalisasi konsep di atas dapat dimaknai bahwa penelitian ini melihat manajemen hubungan sebagai bagian dari praktek PR dalam mengelola hubungan baik dengan stakeholder internal dan external yang di wujudkan melalui model komunikasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa model komunikasi telah melahirkan praktek-prakter PR yang banyak diimplementasikan oleh PR di seluruh dunia. Terkait praktek PR melalui model komunikasi idealnya komunikasi yang dilakukan oleh PR dalam mengelola hubungan tersebut bersifat two way symmetrical karena didasarkan pada keinginan untuk saling menguntungkan, namun tidak dapat dipungkiri praktek PR belum sepenuhnya mengarah pada komunikasi dua arah yang bersifat simetris, terlebih lagi menghadapi beragam stakeholder dengan posisi atau pengaruh yang berbeda terhadap perusahaan, perbedaan tersebut yang akhirnya melahirkan penanganan yang berbeda terhadap masing-masing stakeholder. Dalam penelitian ini penulis menggambarkan satu pola yang didasarkan pada teori yang digunakan dan nantinya penulis akan mencocokan dengan hasil penelitian, yakni satu pola untuk menjelaskan praktek Humas-Comdev PT BDM untuk mengelola hubungan dengan stakeholder berdasarkan atribut kepemilikan stakeholder dan model

16

komunikasi. Pada pola ini dijelaskan perbedaan dalam menangani stakeholder berdasarkan pada jumlah kepemilikan atribut kepemilikan stakeholder. Tabel.1.2. Pola Praktek Humas-Comdev PT BDM terhadap Stakeholder

Model Atribut Stakeholder

17

F. Metodologi Penelitian Metodologi merupakan cara atau teknik yang digunakan peneliti untuk membedah penelitian atau membantu menjawab masalah yang ada. Melalui metodologi akan dijelaskan prosedur dalam melakukan penelitian ini. Diawali dengan menjelaskan jenis penelitian, kemudian metode yang digunakan, pemaparan lokasi penelitian, hingga tata cara pengumpulan data dan berakhir pada analisis data. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, yakni melalui praktek Humas-Comdev PT BDM peneliti dapat mengetahui penyebab lolosnya PT BDM dari pencabutan IUP tersebut.

1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, Penggunaan metode ini didasarkan pada pemikiran induktif (Bungin, 2012) yang mencangkup pada pendekatan naturalistik terhadap subjek kajian untuk menginterpetasikan fenomena yang ada (Denzien & Linclon, 2009).

Terkait pada fokus penelitian ini yakni

menganalisis praktek Humas-Comdev PT DBM, kualitatif akan sangat membantu peneliti menafsirkan fenomena yang terjadi di wilayah operasi PT BDM khususnya pada praktek PR melalui identifikasi stakeholder dan penerapan model komunikasi dalam mengelola hubungan baik perusahaan dengan stakeholdernya.

2. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Mengacu pada ungkapan Stake (dalam Denzin & Linclon, 2009: 300) bahwa studi kasus berarti mengkaji kasus sekaligus hasil dari proses kajian tersebut, sehingga melalui studi kasus penelitian ini diharapkan mendapatkan daya yang lebih dalam dan spesifik dalam mengkaji praktik public relations di industri pertambangan untuk mengelola hubungan baik perusahaan dan stakeholdernya. Merujuk pada ungkapan Yin (2003) bahwa studi

18

kasus tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana dan mengapa, selain itu Rianto (dalam Narendra, 2003) mengungkapkan bahwa esensi dari studi kasus sendiri yakni terdapat kasus yang dibatasi oleh waktu atau aktivitas yang mempunyai keunikan untuk diteliti, maka selama peneliti membahas satu kasus berarti selama itu pula peneliti melakukan studi kasus (Denzin & Linclon, 2009). Beberapa pemaparan di ataslah yang menjadi dasar peneliti untuk menggunakan studi kasus dalam peneltian ini, terlihat jelas di rumusan masalah berkenaan dengan “bagaimana”. Selain itu fokus masalah pada penelitian ini adalah mencoba untuk mengeskplorasi upaya-upaya PT BDM mengelola hubungan baik dengan stakeholder, melalui kasus pencabutan izin usaha pertambangan (IUP) besarbesaran tahun 2014 silam. Kasus tersebut menjadi pintu masuk untuk melihat bagaimana praktek PR atau Humas-Comdev PT BDM dalam mengelola hubungan dengan stakeholder sehingga lolos dari pencabutan IUP. Karena penulis menganggap PT BDM berhasil menjalin hubungan dengan berbagai stakeholder di area pertambangan yang dibuktikan sebagai-satunya perusahaan yang hingga saat ini masih beraktivitas, hal tersebut tentunya menarik untuk dieksplor lebih dalam agar menemukan praktek PR yang ideal pada industri tambang ditengah tingginya tekanan dari berbagai pihak.

3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada divisi Humas-Comdev PT Bintang Delapan Mineral blok Bahodopi Kecamatan Bahodopi Kab. Morowali Sulawesi Tengah.

4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada peneltian ini menggunakan tiga teknik yaitu wawancara mendalam, dokumentasi dan validitas data.

Tiga penggunaan teknik

tersebut dapat saling melengkapi informasi atau kebutuhan data peneliti dalam proses

19

analisa praktek PR dalam mengelola hubungan baik dengan stakeholder. Adapun penjelasan dari ke tiga teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara Wawancara mendalam dilakukan sebagai sumber utama data penelitian untuk dapat menjawab pertanyaan. Informan dari penelitian ini adalah Divisi Humas-Comdev PT Bintang Delapan Mineral yakni Bapak Maman Resman dan segenap satf Humas-Comdev PT BDM. Selain itu peneliti juga mewawancarai beberapa stakeholder untuk melengkapi data penelitian atau menggunakan triangulasi sumber untuk mendaptkan kebenaran tingkat tinggi atau untuk memperoleh kevaliditasan data. Memotret fenomena dari berbagai tunggal dari sudut yang berbeda akan diperoleh kebernaran yang handal. Teknik triangulasi sumber dapat menggunakan satu jenis sumber data misalnya informan, tetapi beberapa nasarasumber atau informan perlu di usahakan dari kelompok yang berbeda jenisnya atau tingkatan yang berbeda. Misalnya dari nara sumber tertentu dari kondisi tertentu, dari aktivitas yang menggambarkan perilaku orang atau sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen. Selain PR PT BDM yang menjadi informan, beberapa stakeholder juga menjadi informan dalam penelitian ini. Informan stakeholder belum dapat ditentukan secara pasti merujuk pada hasil observasi dan wawancara terhadap PR PT BDM, namun berdasarkan atribut yang dimiliki dapat diperkiran bahwa stakeholder yang menjadi informan utama adalah mereka yang memiliki tiga atribut yakni power, legitimacy & urgency, sedangkan stakeholder yang mempunyai dua atribut dan satu atribut tidak luput juga dari proses wawancara untuk menambah kevaliditasan data. Informan-informan tersebut adalah:

20

Atribut

Informan

Posisi

Prioritas Menengah

Firdasari Mahesang

Mahasiswa

Prioritas Rendah

Ahyar Lani

Wartawan Metro Sulawesi

Suriadi

Ketua Serikat Pekerja

Tabel. 1.3 Daftar Informan Triangulasi Sumber

b. Dokumentasi Selain kedua teknik di atas, dekomentasi tidak luput dari teknik pengumpulan data, hal ini disebabkan data berupa foto, berita ataupun artikel, berita online (Harian Mercusuar & Berita Satu Sulteng) akan sangat membantu dalam proses analisis penelitian ini. Sehingga dapat memberikan gambaran hasil penelitian yang lebih jelas karena disertai dengan bukti-bukti lainnya.

c. Validitas Data Agar menyajikan data yang valid, penulis menggunakan teknik triangulasi, menurut Denzin (Bungin: 2012) triangulasi terdiri dari: (1) triangulasi peneliti, yakni proses verifikasi hasil penelitian melaui bantuan peneliti lain, (2) triangulasi sumber data yaitu membandingkan dan mengecek dengan baik suatu informasi melaui waktu dan cara yang berbeda dalam metode yang sama (kualitatif), (3) triangulasi dengan metode, seperti ungkapan Moleong (Bungin, 2012) peneliti melakukan pengecekan terhadap sumber data dengan metode yang sama, (4) triangulasi dengan teori yakni menguraikan pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul untuk mencari penjesan pembanding. Dalam peneltian ini, peneliti menggunakan validitas data triangulasi sumber data. Seperti yang dinyatakan oleh Paton (Bungin: 2012) bahwa peneliti harus melakukan : 1. Membandingkan hasil daya pengamatan dengan hasil wawancara

21

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatatan secara pribadi 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu 4. Membandingkan pendapat seseorang dengan berbagai pendapat yang berbeda, yakni pendapat public relations dan pendapat stakeholder 5. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan

5. Analisis Data Analisis data penelitian ini menggunakan penjodohan pola. Penjodohan pola dilakukan dengan cara membandingkan pola yang didasarkan atas pengamatan empiris dengan pola yang telah diprediksikan, jika hasilnya sesuai maka akan semakin menguatkan validitas internal (Yin, 2003). Sedangkan penulisan hasil pada penelitian ini peneliti akan menggunakan struktur komparatif. Yin (2003) mengemukakan bahwa struktur ini merupakan bentuk pengulangan dari studi kasus, sangat mengilustrasikan penjodohan pola, struktur ini menunjukan tingkat fakta-fakta yang sesuai dengan model penjodohan pola tersebut. Prediksi peneliti saat ini adalah bahwa bertahannya PT BDM di Blok Bahodopi karena hubungan baik yang dibangun dengan stakeholder melalui model komunikasi yang telah dipaparkan sebelumnya. Melalui penjodohan pola akan disimpulkan antara pegamatan empiris dan prediksi peneliti sesuai, selain itu struktur komparatif dapat mengungkapkan fakta –fakta lain dibalik lolosnya PT BDM dari pencabutan izin operasi beberapa bulan silam.

6. Limitasi Penelitian Penelitian ini terbatas pada ranah public relations untuk mengetahui upaya perusahaan yang bergerak di industri pertambangan khusunya PT BDM dalam mengelola hubungan baik dengan stakeholder lingkar tambang. Sehingga penelitian ini tidak memfokuskan pada hasil hubungan yang telah di capai PT BDM.

22