BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN STROKE ADALAH

Download parenkim otak yang dapat meluas kedalam ventrikel, dan pada kasus yang jarang dapat meluas ke ruang subarachnoid. PIS sebagai subtipe strok...

0 downloads 567 Views 126KB Size
BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang penelitian

Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular. Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke non hemorragik (SNH) dan stroke hemorragik (SH); (Perdarahan intraserebral dan perdarahan subarahcnoid) (White et al. 2009). Perdarahan intraserebral (PIS) didefinisikan

sebagai perdarahan

di

parenkim otak yang dapat meluas kedalam ventrikel, dan pada kasus yang jarang dapat meluas ke ruang subarachnoid. PIS sebagai subtipe stroke, terkait dengan hasil neurologis yang buruk serta kematian yang tinggi sekitar 40% (Besla et al 2012). Perdarahan intra serebral terjadi karena adanya ekstravasasi darah ke dalam jaringan parenkim yang disebabkan ruptur arteri perforantes. Stroke jenis ini berjumlah sekitar 10% dari seluruh stroke tetapi memiliki persentase kematian lebih tinggi dari yang disebabkan stroke lainnya. Perdarahan intraserebral lebih sering terjadi dibandingkan perdarahan subarakhnoid. Perdarahan intraserebral sering terjadi di area vaskularis dalam pada lapisan hemisfer serebral. Perdarahan yang terjadi kebanyakan pada pembuluh darah berkaliber kecil dan terdapat lapisan dalam (deep arteries). Perdarahan intraserebral sangat sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis (hipertensi) melemahkan arteri kecil, menyebabkannya menjadi pecah. Korelasi hipertensi

1

sebagai kausatif perdarahan ini dikuatkan dengan pembesaran vertikel jantung sebelah kiri pada kebanyakan pasien. Hipertensi yang menahun memberikan resiko terjadinya PIS akibat pecahnya pembuluh darah otak diakibatkan karena adanya proses degeneratif pada dinding pembuluh darah. (Qureshi et al. 2001) Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa 15 juta pasien di seluruh dunia menderita stroke setiap tahunnya. Sekitar sepertiga dari kasus ini meninggal, sepertiga yang tersisa cacat dan sepertiga memiliki hasil yang baik. PIS menyumbang 10% dari semua stroke dan berhubungan dengan 50% kasus kematian di Amerika sedangkan 7% dari seluruh kematian di Canada (Magistris et al. 2013). Menurut data epidemiologi di Indonesia 50% pasien yang di rawat di bangsal saraf adalah pasien stroke dan kurang lebih 5% nya meninggal karena stroke. Kejadian stroke non hemoragik di RSUP Dr. Sardjito dilaporkan 70% sedangkan stroke hemoragik 30%. Angka kematian pada SNH sebesar 9,3% dan SH 14,4% (Riskesdas, 2013) Beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis pada stroke hemoragik antara lain ; umur pasien, faktor resiko penyakit kardiovaskuler, lokasi perdarahan, volume perdarahan dan kesadaran pasien pada saat masuk rumah sakit yang biasa dipakai untuk memperediksi kematian dalam 30 hari setelah kejadian (Tshikwela & Longo-mbenza 2012). Volume perdarahan dapat mempengaruhi gejala klinis ringan sampai berat. Mengumpulnya darah akibat perdarahan intracranial atau perdarahan otak dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

Suatu perdarahan dengan cepat dapat

menyebabkan kerusakan otak dan saraf dan dapat mengancam jiwa, karena otak

2

tidak dapat menyimpan oksigen sehingga bergantung pada pembuluh darah lainnya untuk menyuplai oksigen dan nutrisi (Broderick et al. 1988) Perdarahan intracerebral bisa terjadi di salah satu lobus cerebral atau cerebellar, ganglia basalis, thalamus, putamen, pons dan medulla oblongata (Siddiqui et al. 2011). Gejala-gejala perdarahan intracerebral meningkat selama beberapa menit atau jam. Pada perdarahan intraserebral terjadi langsung ke dalam parenkim otak. Otak terluka karena perdarahan, daerah sekitar otak rusak karena tekanan yang dihasilkan efek massa hematoma, sehingga terjadi kenaikan intracranial (Broderick et al. 1988). Diagnosis stroke dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan imejing. Pemeriksaan imejing yang sangat penting dalam tata laksana stroke adalah pemeriksaan CT scan kepala. Pemeriksaan CT Scan adalah pemeriksaan minimal yang diperlukan untuk menyingkirkan penyebab selain stroke, menentukan jenis patologi stroke, menentukan lokasi, ukuran/volume , ada tidaknya efek pendesakan akibat stroke. Di Indonesia CT Scan mulai dipakai secara rutin pada kasus-kasus yang dicurigai stroke. Pertimbangan memilih CT scan adalah dari segi ketersediaan alat, jumlahnya lebih banyak dibandingkan MRI. Waktu pemeriksaan lebih cepat dan harga yang relative lebih murah. B. Perumusan Masalah. 1. Insiden stroke yang cukup tinggi menuntut perhatian yang serius, karena stroke merupakan salah satu penyebab kecacatan dan kematian yang utama. Perdarahan intraserebral (stroke hemoragik) penyebab kematian lebih tinggi

3

dibandingkan dengan stroke non hemoragik (perdarahan intraserebral spontan non trauma). 2. Lokasi dan volume perdarahan dapat menentukan prognosis mortalitas pada pasien perdarahan intraserebral spontan non trauma. 3. Pemeriksaan CT scan kepala secara rutin dikerjakan pada pasien dengan kecurigaan stroke. MSCT dapat menentukan lokasi dan volume perdarahan pada pasien perdarahan intraserebral. C. Pertanyaan Penelitian Apakah ada korelasi antara volume dan lokasi perdarahan dengan mortalitas pada pasien perdarahan intraserebral spontan non trauma (Hemorragik stroke). D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara volume dan lokasi perdarahan berdasarkan CT scan kepala dengan mortalitas pada pasien perdarahan intraserebral spontan non trauma E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan: 1.

Bermanfaat bagi pasien maupun masyarakat untuk mengetahui seberapa besar volume perdarahan dan lokasi perdarahan dengan mortalitas sehingga pasien selalu mengontrol penyakit faktor resiko terjadinya stroke.

2.

Bermanfaat bagi klinisi untuk memprediksi mortalitas pada pasien stroke hemoragik dengan mengetahui lokasi dan volume perdarahan dan penanganan optimal pada pasien stroke haemoragik.

4

3.

Penelitian ini merupakan proses pendidikan, dengan melakukan penelitian ini, peserta didik diharapkan bisa melihat lokasi

dan

menghitung volume

perdarahan pada pasien stroke hemoragik. 4.

Bermanfaat untuk penelitian selanjutnya, sebagai dasar teori atau sumber pustaka. F. Keaslian Penelitian Dari penelusuran Peneliti belum ada penelitian yang sama persis

dengan penelitian ini di RSUP Dr.Sardjito, yaitu hubungan antara volume perdarahan dan lokasi perdarahan terhadap terhadap mortalitas pasien stroke hemoragik. Penelitian sebelumnya menghubungkan antara volume perdarahan dengan outcome pasien berdasarkan National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) dan skor orgogozo. Di RSUP Dr. Sardjito penelitian sebelumnya menghubungkan perdarahan intraserebral dan GCS pada stroke dengan pemeriksaan MSCT, korelasi antara volume infark dan aktifitas kehidupan seharihari pada pasien stroke infark, hubungan antara volume perdarahan dengan outcome pada pasien stroke haemoragik dan Tekanan darah pada saat masuk di UGD.

5

Tabel. 1 Penelitian volume perdarahan intraserebral. Peneliti, Thn Anggiamur ni, 2010

Subyek

Topik

Hasil

Perbedaan

Observasiona l Prospektif, 49 Subyek

Hubungan volume dan letak lesi hematom dengan kecepatan pemulihan fungsi motorik penderita stroke hemoragik berdasarkan kategori skala orgogozo

Volume hematom dan letak lesi hematom tidak berpengaruh terhadap kecepatan pemulihan fungsi motorik penderita stroke hemoragik

Volume dan letak lesi terhadap fungsi motorik pada stroke hemoragik.

Al mousawi et al, 2012

Prospektif, 70 Subyek

Prediktor outcome perdarahan intraserebral spontan pada pasien stroke di Irak

Mortalitas dan morbiditas yang tinggi tampak pada ukuran hematom yang luas, kolesterol serum yang rendah, dan vital sign yang tinggi

Prediktor outcome stroke hemoragik pada luas stroke, kolesterol serum dan vital sign

Alawiyah AB,2015

Cross sectional, retrospektif, 65 Subyek

Hubungan antara volume perdarahan intracerebral spontan berdasarkan MSCT kepala dengan tekanan darah yang diukur saat masuk RS di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Tidak ada hubungan antara volume perdarahan dengan tekanan darah pada saat masuk rumah sakit.

Volume perdarahan dengan hipertensi

Wihartantie , 2011

Retrospektif, 55 Subyek

Hubungan perdarahan intraserebral dan glascow coma scale pada stroke dengan pemeriksaan MSCT

Terdapat hubungan antara volume perdarahan intraserebral, pergeseran linea mediana, dan lokasi perdarahan intraserebral dengan nilai GCS pada stroke pada pemeriksaan MSCT scan kepala

Hubungan volume , pergeseran midline dan lokasi perdarahan dengan GCS

Data 2012

Obsevasinal analitik , cross sectional

Perbandingan volume perdarahan intracranial perhitungan digital dan manual pada MSCT

Perbandingan pengukuran rumus manual Tada s formula, ABC/2 dan 2/3 dengan pengukuran digital terpadu volumetric menunjukkan tidak terdapat perbedaan.

Pengukuran volume perdarahan intracranial baik manual maupun digital

Cohort Obsevasional non eksprimental, 54 subyek.

Lokasi infark berdasarkan vaskularisasi sebagai faktor prognosis outcome fungsional stroke infark

Lokasi infark berdasarkan vaskularisasi berperan dalam menentukan outcome stroke infark.

Outcome stroke infark berdasarkan lokasi vaskularisasi

TM,

Khasanah N, 2012

6

Peneliti, Thn Kuramatsu et al, 2010

Tuhrim, 1991

Subyek

Topik

Hasil

Perbedaan

Retrospektif, 188 subyek

Hubungan umur dan volume hematom pada pasien perdarahan intraserebral lobaris

Volume hematom meningkat pada pasien perdarahan lobar usia > 70 th HbA1c berhubungan signifikan dg perdarahan otak bagian dalam

Volume perdarahan dengan usia pada pasien stroke hemragik

Retrospektif, 82 subyek

Prediksi perdarahan intraserebral

Tekanan darah merupakan salah satu faktor yang secara statistik berhubungan dengan outcome, diukur pada fatalitas 30 hari

Tekanan darah terhadap outcome pada perdarahan intrakranial

survival

7