BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang
Minyak atau petroleum secara alami berasal dari proses alami di sedimen laut dengan senyawa pembentuknya adalah n-alkana. Selain dari proses alami tersebut, minyak dapat berasal dari insiden tumpahan minyak (oil spill). Tumpahan minyak antara lain disebabkan oleh kebocoran pipa minyak, tabrakan kapal tanker, kegiatan pencucian kapal (balasting), kegiatan eksplorasi minyak di lepas pantai, dan bongkar muat minyak. Senyawa n-alkana dari minyak dapat disintesa oleh tanaman laut dan bakteri, namun komponen lainnya seperti senyawa aromatik bersifat beracun jika hadir di dalam konsentrasi tinggi, seperti yang terjadi pada kasus-kasus tumpahan minyak.
Senyawa minyak, setelah berada di dalam sedimen, akan bersifat persisten dalam jangka waktu yang sangat panjang kecuali terdegradasi oleh organisme. Tingkat biodegradasi minyak akan dipengaruhi oleh jenis organisme yang ada, jenis pencemar, dan kondisi lingkungan yang sesuai. Pencemar minyak dengan rantai karbon panjang biasanya tidak terlarut dan sulit untuk terdegradasi. Sementara parameter-parameter lingkungan yang dapat mempengaruhi adalah pH, temperatur, nutrien, inhibitor, dan kandungan oksigen.
Tumpahan minyak juga tergolong ke dalam salah satu pencemar laut karena dapat membahayakan kondisi ekosistem pesisir. Ekosistem pesisir sensitif dengan polusi karena pada wilayah ini terjadi percampuran air tawar dan air laut dan menyebabkan perubahan kimia
yang
cenderung mengakibatkan
terjadinya
presipitasi
polutan sehingga
terperangkap di dalam sedimen. Dengan adanya aktivitas fisik dan biologi, terjadi siklus perpindahan polutan yang aktif di sedimen dan air. Proses kimia yang terjadi di estuari pun dapat meningkatkan toksisitas polutan, degradasi, dan immobilisasi polutan. Karena pesisir adalah tempat yang produktif, polutan pun akan masuk ke dalam jaring makanan. Oleh karenanya, polutan tersebut dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem di daerah pesisir.
Salah satu wilayah di Indonesia yang secara rutin terkena dampak tumpahan minyak adalah Kepulauan Seribu. Wilayah Kepulauan Seribu merupakan kawasan Taman
I-1
Nasional Laut. Wilayah ini sudah sejak puluhan tahun yang lalu secara reguler terkena dampak pencemaran akibat tumpahan minyak (oilspill) 2 (dua) kali setahun yaitu antara bulan Desember-Januari dan antara bulan April-Mei (Laporan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, 2004). Pencemaran minyak paling besar terjadi pada bulan Oktober 2004 dan mengakibatkan dampak negatif terhadap wilayah pesisir dan lautnya. Besaran pencemaran seperti hamparan lapangan seluas sekitar 1 (satu) km2 dan seperti alur sungai sepanjang sekitar 3 km dengan ketebalan sekitar 3-7 cm (Laporan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. 2004). Jenis minyak diperkirakan minyak mentah (crude oil). Sumber pencemaran minyak diduga berasal dari industri minyak yang berlokasi di Barat Laut Kepulauan Seribu. Riwayat tumpahan minyak di Kepulauan Seribu disajikan dalam Tabel I.1. Tabel I.1 Riwayat Tumpahan Minyak di Kepulauan Seribu Tahun 2003-2004 Kasus Tumpahan Minyak
Lokasi Pulau Tercemar
Desember 2003
78 pulau
April-Mei 2004
30 pulau
Oktober 2004
Sumber Pencemar
Kondisi Gelombang dan Angin
Arah Angin dan Arus
Industri migas di Barat Laut Industri migas di Barat Laut Kapal minyak (tanker) yang berlayar di ALKI
Kuat
Barat Laut dan Utara
Barat
Kuat
Timur Laut dan Timur Timur Laut dan Timur
Peralihan BaratTimur Peralihan TimurBarat
Terbesar di Tenang perairan dan Pulau Pramuka, Pulau Panggang dan Pulau Karya Sumber : Laporan Taman Nasional Laut Kep.Seribu, 2004 dalam Ali, 2003
Musim
Masyarakat yang berada di sekitar Pulau Seribu pada awalnya berinisiatif untuk membersihkan genangan dengan alat sederhana atau bahkan dengan tangan kosong. Namun setelah insiden tersebut terjadi, tetap tidak ada pengelolaan apapun dari pengelola rig terhadap minyak yang menggenang ataupun yang telah menempel dan mengering di sedimen, batu karang, bahan-bahan konstruksi yang berada di sekitar lokasi tumpahan.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka tumpahan minyak tersebut akan mengalami proses degradasi ataupun transformasi. Proses degradasi dan transformasi yang terjadi dapat berupa proses fisika, kimia, maupun biologi. Tanpa adanya campur tangan dari
I-2
manusia, maka proses-proses tersebut akan berjalan lebih kompleks serta memakan waktu yang lebih lama. Kompleksitas proses degradasi dan transformasi minyak akan dipengaruhi oleh jenis hidrokarbon yang terkandung dan kondisi lingkungan, seperti iklim, kondisi
geologi,
temperatur,
gelombang,
aktivitas
manusia,
serta
kandungan
mikroorganisme di dalam tanah. Residu minyak yang dapat berada di dalam sedimen pesisir selama bertahun-tahun dapat berdampak negatif pada keberlangsungan ekosistem di Pulau Pramuka, dan oleh karena itu keberadaannya perlu diketahui.
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah melakukan analisis keberadaan petroleum hidrokarbon (fate of petroleum hydrocarbon) di dalam sedimen pesisir Pulau Pramuka akibat dari insiden tumpahan minyak dengan adanya pengaruh parameter lingkungan pulau tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengumpulkan data-data konsentrasi residu tumpahan minyak serta parameterparameter lingkungan wilayah studi,
Menganalisis hubungan pengaruh kondisi lingkungan terhadap penyebaran tumpahan minyak secara kuantitatif dan kualitatif,
1.3
Ruang Lingkup
Subjek penelitian dalam tugas akhir ini adalah sedimen yang berada di sepanjang pesisir Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Lokasi penelitian adalah Laboratorium Penelitian Kualitas Air Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung, serta Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.
Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan adalah:
Survei lapangan berupa pemantauan kondisi aktivitas dan lingkungan,
Pengambilan sampling dilakukan pada beberapa titik-titik sampling sepanjang jalur pesisir pulau sesuai hasil survei lapangan,
Analisa parameter TPH di dalam sampel,
Validasi sisa TPH sampel terhadap model spasial yang telah dibuat telah ada
Penambahan parameter-parameter lingkungan lain yang mempengaruhi proses tumpahan minyak, dan
I-3
Analisis kerentanan lingkungan terhadap tumpahan minyak berdasarkan parameterparameter yang ada
1.4
Sistematika Penulisan
Bab I
Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II
Tinjauan Pustaka Bab ini berisi teori yang mendukung dan memberi informasi yang berhubungan dengan penelitian yaitu informasi tentang karakteristik petroleum hidrokarbon, sumber dan proses penyebarannya di lingkungan pesisir.
Bab III
Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini, meliputi jenis penelitian yang dilakukan, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, cara pengambilan data, pengukuran laboratorium, penyusunan model spasial, analisis data hingga pengambilan kesimpulan dan saran.
Bab IV
Gambaran Wilayah Studi Bab ini menguraikan gambaran umum wilayah studi serta klasifikasi wilayah berdasarkan indeks kerentanan lingkungan menggunakan parameter klasifikasi garis pantai.
Bab V
Pengolahan Dan Analisis Data Bab ini berisi pengolahan data mengenai tingkat penurunan dan perubahan tumpahan minyak, serta hubungannya dengan faktor lingkungan penelitian.
Bab VI
Kesimpulan Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran dari penulis
I-4