BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kopi merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil,
W
Vietnam, dan Columbia. Kopi merupakan komoditas perkebunan yang telah menguasai dunia. Kopi telah dibudidayakan sejak abad ke-15, hingga saat ini kopi
U KD
merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi selain air putih dan teh, bahkan minum kopi pada zaman sekarang dianggap sebagai gaya hidup modern (ICO, 2012; Gardjito dan Dimas, 2011).
Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa antara lain kafein, asam klorogenat, trigonelin, karbohidrat, lemak, asam amino, asam organik,
©
aroma volatil, dan mineral. Kafein (C8H10N4O2) atau 1,3,7 trimetil 2,6 dioksipurin merupakan salah satu senyawa alkaloid yang sangat penting yang terdapat di dalam biji kopi. Kadar kafein yang terdapat dalam secangkir teh sebesar 40–50 mg, sedangkan dalam secangkir kopi kadar kafein yang terkandung dapat mencapai 80– 100 mg (Janzen, 2010; Hicks et al., 1996). Dua spesies dari kopi yang banyak dibudidayakan adalah robusta dan arabika. Kafein yang terkandung di dalam biji kopi kering Robusta dan Arabika masing-masing sebesar 1,16 – 3,27 % berat kering, dan 0,58 – 1,7 % berat kering,
1
sedangkan kafein yang terkandung di dalam biji kopi sangrai sebesar 2% berat kering untuk kopi Robusta, dan 1% berat kering untuk kopi Arabika (Spiller, 1999). Kualitas kopi robusta ada dibawah kopi arabika dalam hal rasa. Kopi robusta memiliki kandungan kafein dua kali lipat dibandingkan kopi robusta, sehingga efek stimulan dari kopi robusta akan lebih besar dibandingkan kopi arabika (Clifford, 1985).
W
Ensminger et al. (1995) melaporkan bahwa tingginya kadar kafein di dalam biji kopi diduga akan menyebabkan beberapa keluhan kesehatan, terutama bagi
U KD
penikmat kopi yang memiliki toleransi rendah terhadap kafein. Bagi penikmat kopi yang memiliki toleransi tinggi terhadap kafein, konsumsi kafein akan membuat tubuh menjadi lebih segar dan hangat, sedangkan bagi orang yang memiliki toleransi rendah terhadap kafein akan mengakibatkan insomnia, kecemasan, peningkatan tekanan darah, dan detak jantung yang terlalu cepat (Nehlig, 1999; Ramalakshmi dan
©
Bhagavan, 1999; Ogita dkk., 2003 dalam Farah et al. 2006a). . Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh konsumen kopi yang memiliki
toleransi rendah terhadap kafein adalah dengan mengkonsumsi kopi rendah kafein. Saat ini, kopi rendah kafein menguasai pasar kopi dunia sebesar 10%. Penelitian mengenai gaya hidup sehat terhadap beberapa orang dan efek dari kafein terhadap berbagai penyakit dapat menjelaskan meningkatnya permintaan pasar terhadap kopi rendah kafein di seluruh dunia (Silvarola et al., 2004; Slonsky et al., 2003) Dekafeinasi adalah suatu proses untuk mengurangi kadar kafein dalam kopi dan bahan-bahan lainnya yang mengandung kafein. Penggunaan pelarut organik 2
merupakan salah satu metode dalam proses dekafeinasi. Pelarut organik mampu menghilangkan senyawa kafein lebih spesifik namun akan memberikan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan serta masalah kesehatan dan keamanan. Selain itu, pelarut organik yang digunakan akan menempel pada biji kopi sehingga memerlukan proses tambahan untuk menghilangkan pelarut tersebut. Penggunaan klorida kloroform atau metilena dan etil asetat, telah dilakukan untuk menghilangkan kafein
W
dari bahan pangan. Namun, produk yang dihasilkan tidak diterima secara luas oleh konsumen karena toksisitas dari residu kimia yang digunakan (Sakanaka, 2003).
U KD
Metode dekafeinasi lain menggunakan karbon dioksida superkritis. Metode ini merupakan metode yang aman (Chang et al., 2000), tetapi biaya produksinya mahal. Sebuah metode murah dan aman untuk dekafeinasi adalah dengan menggunakan
air
sebagai
pelarut.
Penggunaan
air
sebagai
pelarut
akan
mengakibatkan biji kopi kehilangan kafein dan beberapa komponen pembentuk cita
©
rasa kopi. Karbon aktif dapat digunakan sebagai penjerat kafein dan membiarkan komponen lain tetap larut dalam air sehingga menghasilkan ekstrak kopi yang memiliki kandungan kafein yang rendah. Ekstrak kopi ini kemudian akan digunakan untuk proses dekafeinasi. Metode dekafeinasi menggunakan pelarut air merupakan metode yang murah, aman, serta penggunaan alat yang sederhana sehingga dapat diterapkan oleh masyarakat sebagai teknologi tepat guna untuk memproduksi kopi rendah kafein. Ekstraksi kafein pada biji kopi mungkin akan menghilangkan komponen lain dalam biji kopi selain kafein, salah satunya adalah komponen fenolik. Komponen 3
fenolik merupakan metabolisme sekunder yang diperlukan oleh tanaman sebagai bentuk adapatasi terhadapi kondisi lingkungan yang buruk. Asam klorogenat dan komponen terkait lainya merupakan komponen fenolik utama yang terdapat pada biji kopi. Kandungan asam klorogenat pada biji kopi mencapai 14 % (berat kering). Komponen ini memiliki potensi yang bermanfaat bagi kesehatan berhubungan dengan aktivitas antioksidan sebagai hepatoprotektor, hipoglikemik dan antivirus (Farah et
W
al., 2006a; 2006b). Asam klorogenat merupakan salah satu komponen yang penting untuk mengukur cita rasa kopi. Asam klorogenat memberikan kontribusi terhadap
U KD
final acidity and astringency dan bitterness pada minuman kopi (Farah et al., 2006b). Pada proses dekafeinasi, kelarutan kafein dalam air dapat dipengaruhi oleh waktu dekafeinasi dan rasio antara biji kopi dan pelarut yang digunakan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang proses pengolahan kopi rendah kafein dengan judul penelitian “Pengaruh Proses
©
Dekafeinasi Biji Kopi Robusta (Coffea canephora) dengan Pelarut Ekstrak Biji Kopi terhadap Kandungan Kafein dan Total Fenolik pada Biji Kopi Terdekafeinasi”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : a.
Apakah karbon aktif mampu menghilangkan kafein secara selektif pada ekstrak biji kopi? 4
b.
Bagaimanakah pengaruh waktu dekafeinasi terhadap kandungan kafein dan total fenolik pada biji kopi terdekafeinasi?
c.
Bagaimanakah pengaruh rasio biji kopi dan ektrak biji kopi terhadap kandungan kafein dan total fenolik pada biji kopi terdekafeinasi?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : a.
Mengetahui potensi karbon aktif dalam menghilangkan kafein secara selektif
U KD
pada ekstrak biji kopi. b.
W
1.3
Mengetahui pengaruh waktu dekafeinasi terhadap kandungan kafein dan total fenolik pada biji kopi terdekafeinasi.
c.
Mengetahui pengaruh rasio biji kopi dan ekstrak biji kopi terhadap kandungan
©
kafein dan total fenolik pada biji kopi terdekafeinasi.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Kalangan Akademik 1)
Memberikan
pengetahuan
mengenai
proses
dekafeinasi
biji
kopi
menggunakan ektrak biji kopi serta penggunaan karbon aktif sebagai adsorben yang mampu mengurangi kandungan kafein dalam suatu larutan. 2)
Penelitian ini dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2
Bagi Masyarakat
1)
Penelitian ini dapat diterapkan oleh masyarakat karena mudah dan aman. 5
1.4.2
Bagi Industri
1)
Memberikan informasi mengenai dekafeinasi biji kopi menggunakan ektrak
©
U KD
W
biji kopi serta pemanfaatan karbon aktif dalam menghilangkan kafein.
6