JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN - JURNAL UMP

Download MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 56. STIGMA DAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT ORANG DENG...

0 downloads 575 Views 526KB Size
ISSN 1693 - 7309

JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN VOL. XV NO. 1, APRIL 2017 

HAMBATAN YANG DIRASAKAN OLEH PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN PENCEGAHAN LUKA TEKAN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF Ristina Mirwanti, Hana Rizmadewi Agustina, Aan Nuraeni



HUBUNGAN CEMAS DAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) Aan Nuraeni, Ristina Mirwanti



HUBUNGAN TINGKAT MORNING SICKNESS PADA IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER I DENGAN TINGKAT KECEMASAN SUAMI DI KELURAHAN WONOLOPO KECAMATAN MIJEN SEMARANG Menik Kustriyani, Priharyanti Wulandari, Ade Chandra



PENGARUH SUBTYPE STROKE TERHADAP TERJADINYA DEMENSIA VASCULAR PADA PASIEN POST STROKE DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Refni Riyanto, Ageng Brahmadhi



PERBANDINGAN RESIKO TERJADINYA RETIOPATI DIABETIK ANTARA PASIEN HIPERTENSI DAN NON HIPERTENSI YANG MENGIDAP DIABETES MELLITUS DI RSUD MAJENANG Yunia Annisa, M. Fadhol Romdhoni



PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP TERJADINYA STROKE HEMORAGIK BERDASARKAN HASIL CT - SCAN KEPALA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO Soegimin Ardi Soewarno, Yunia Annisa



HUBUNGAN ANTARA USIA KEHAMILAN TERHADAP KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Mustika Ratnaningsih Purbowati, Setya Dian Kartika



STIGMA DAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) Ririn Nasriati

Penerbit : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ISSN 1693 - 7309

JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN VOL. XV NO. 1, APRIL 2017 Daftar Isi ARTIKEL PENELITIAN 1.

2. 3.

4.

5.

6.

7. 8.

HAMBATAN YANG DIRASAKAN OLEH PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN PENCEGAHAN LUKA TEKAN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF Ristina Mirwanti, Hana Rizmadewi Agustina, Aan Nuraeni HUBUNGAN CEMAS DAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) Aan Nuraeni, Ristina Mirwanti HUBUNGAN TINGKAT MORNING SICKNESS PADA IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER I DENGAN TINGKAT KECEMASAN SUAMI DI KELURAHAN WONOLOPO KECAMATAN MIJEN SEMARANG Menik Kustriyani, Priharyanti Wulandari, Ade Chandra PENGARUH SUBTYPE STROKE TERHADAP TERJADINYA DEMENSIA VASCULAR PADA PASIEN POST STROKE DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Refni Riyanto, Ageng Brahmadhi PERBANDINGAN RESIKO TERJADINYA RETIOPATI DIABETIK ANTARA PASIEN HIPERTENSI DAN NON HIPERTENSI YANG MENGIDAP DIABETES MELLITUS DI RSUD MAJENANG Yunia Annisa, M. Fadhol Romdhoni PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP TERJADINYA STROKE HEMORAGIK BERDASARKAN HASIL CT - SCAN KEPALA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO Soegimin Ardi Soewarno, Yunia Annisa HUBUNGAN ANTARA USIA KEHAMILAN TERHADAP KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Mustika Ratnaningsih Purbowati, Setya Dian Kartika STIGMA DAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) Ririn Nasriati

1–9

10 – 16 17 – 22

23 – 30

31 – 38

39 – 46

47 – 55 56 – 65

MEDISAINS JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN ISSN : 1693-7309 Pelindung: Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Penasehat: Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Pemimpin Umum: Dedy Purwito Pemimpin Redaksi: Ragil Setiyabudi

Editorial Alhamdulillah dengan mengucap syukur kepada Allah SWT Jurnal Medisains Vol 15, No 1, April 2017 dapat terbit. Pada terbitan ini kami mempublikasikan judul dan penulis sebagai berikut; Hambatan yang dirasakan oleh Perawat dalam Melaksanakan Pencegahan Luka Tekan Di Ruang

Perawatan

Intensif

(Ristina

Mirwanti,

Hana

Rizmadewi Agustina, Aan Nuraeni), Hubungan Cemas dan Depresi pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner (Aan

Nuraeni,

Ristina

Mirwanti),

Morning Sickness pada Ibu

Hubungan Tingkat

Primigravida Trimester I

dengan Tingkat Kecemasan Suami di Kelurahan Wonolopo

Redaktur Pelaksana: Sodikin, Siti Nurjanah, Agus S, Jebul Suroso, Diyah YH, Endiyono, Wilis DP.

Kecamatan Mijen Semarang (Menik Kustriyani, Priharyanti

Sekretariat: Meida Laely Ramdani Inggar Ratna Kusuma

Stroke Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (Refni

Keuangan: Alfi Noviyana

Wulandari, Ade Chandra), Pengaruh Subtype Stroke terhadap terjadinya Demensia Vascular pada Pasien Post Riyanto,

Ageng

Brahmadhi),

Perbandingan

Resiko

Terjadinya Retiopati Diabetik antara Pasien Hipertensi dan Non Hipertensi yang mengidap Diabetes Mellitus di RSUD

Periklanan dan Promosi: Bunyamin Muchtasjar

Majenang (Yunia Annisa, M. Fadhol Romdhoni), Pengaruh

Distribusi dan Pemasaran: Devita Elsanti Rr. Dewi Rahmawati AP

berdasarkan Hasil CT - Scan Kepala di Instalasi Radiologi

Alamat Redaksi: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Let. Jend. Suparjo Rustam KM. 7 Sokaraja 53181 Telp. 0281-6844052, 6844053 Fax.(0281) 6844052 Web & E-mail: http://jurnalnasional.ump.ac.id/ index.php/medisains [email protected]

Hipertensi RSUD

terhadap

Prof.

Dr.

terjadinya Margono

Stroke

Hemoragik

Soekarjo(Soegimin

Soewarno, Yunia Annisa), Hubungan

Ardi

antara Usia

Kehamilan terhadap Kejadian Plasenta Previa di RSUD Prof.

Dr.

Margono

Soekarjo

(Mustika

Ratnaningsih

Purbowati, Setya Dian Kartika), Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (Ririn Nasriati) Redaksi

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan diterbitkan tiga kali dalam setahun (April, Agustus dan Desember) oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jurnal ini merupakan sarana penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, riset dan pengabdian masyarakat serta pemikiran ilmiah dalam bidang kedokteran, keperawatan, kebidanan, analis kesehatan dan kesehatan masyarakat.

STIGMA DAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) Ririn Nasriati1 1

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email: [email protected]

ABSTRAK Latar belakang: Gangguan jiwa adalah penyakit kronis yang membutuhkan proses panjang dalam penyembuhannya. Proses pemulihan dan penyembuhan pada orang dengan gangguan jiwa membutuhkan dukungan keluarga untuk menentukan keberhasilan pemulihan tersebut. Adanya stigma yang negatif terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dan keluarganya menyebabkan ODGJ dan keluarganya akan terkucilkan. Pada keluarga, stigma akan menyebabkan beban psikologis yang berat bagi keluarga penderita gangguan jiwa sehingga berdampak pada kurang adekuatnya dukungan yang diberikan oleh keluarga pada proses pemulihan ODGJ. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan stigma dengan dukungan keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa. Metode: Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang merawat orang dengan gangguan jiwa di desa Nambangrejo sejumlah 25 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang merawat orang dengan gangguan jiwa dengan jumlah 25 orang. Hasil : Hasil penelitian didapatkan stigma tinggi sejumlah 13 responden (52%) dan stigma rendah sejumlah 12 responden (47%). Sedangkan dukungan baik sejumlah 10 responden (40%) dan dukungan buruk sejumlah 15 responden (60%). Uji statistik dengan Fisher Exact didapatkan ada hubungan antara stigma dengan dukungan keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa dengan (p value=0,0082). Kesimpulan : stigma pada keluarga berhubungan dengan dukungan keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa sehingga perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi gangguan jiwa di masyarakat untuk meminimalkan stigma keluarga yang tinggi. Kata Kunci : stigma keluarga, dukungan keluarga, orang dengan gangguan jiwa PENDAHULUAN

(pemulihan).

Gangguan jiwa merupakan salah satu

Proses pemulihan dan penyembuhan

dari masalah kesehatan terbesar selain

pada

penyakit

degeneratif,

kecelakaan.

orang

dengan

gangguan

jiwa

kanker

dan

membutuhkan dukungan keluarga untuk

jiwa

juga

menentukan

Gangguan

keberhasilan

merupakan masalah kesehatan yang serius

tersebut.

karena jumlahnya yang terus mengalami

terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan

peningkatan. Selain itu gangguan jiwa

Jiwa)

adalah penyakit kronis yang membutuhkan

ODGJ dan keluarganya akan terkucilkan.

proses panjang dalam penyembuhannya.

Pada keluarga, stigma akan menyebabkan

Pengobatan

beban psikologis yang berat bagi keluarga

di

penyembuhan

rumah

sakit

sementara,

adalah

selanjutnya

Adanya

dan

penderita

stigma

pemulihan

keluarganya

gangguan

negatif

menyebabkan

jiwa

berdampak

komunitas dan komunitas yang bersifat

dukungan yang diberikan oleh keluarga

terapeutik

pada proses pemulihan ODGJ.

penderitanya

mampu

mencapai

tahap

membantu recovery

Hasil

Riset

kurang

sehingga

penderita gangguan jiwa harus kembali ke

akan

pada

yang

adekuatnya

Kesehatan

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 56

Dasar

Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) (Riskesdas) tahun 2007 terdapat 0,46

menyebabkan perilaku pencarian bantuan

persen dari total populasi Indonesia atau

menjadi tertunda (Lefley, 1996). Keluarga

setara dengan 1. 093. 150 jiwa penduduk

yang memiliki anggota yang mengalami

Indonesia

gangguan

berisiko

tinggi

mengalami

kejiwaan

akan

selalu

skizofrenia (Susanto,2013). Berdasarkan

mendapatkan perhatian yang lebih dari

Riskesdas tahun 2007 dan 2013 dinyatakan

tetangga sekitar. Stigma yang seperti inilah

bahwa prevalensi gangguan jiwa berat di

yang yang dapat memperparah gangguan

Indonesia masing-masing sebesar 4,6 per

tersebut karena Orang Dengan Gangguan

mil dan 1,7 per mil. Pada tahun 2007

Jiwa

Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI

dukungan dari keluarga untuk membantu

Jakarta (20,3‰) dan terendah terdapat di

proses penyembuhan penyakitnya.

(ODGJ)

sangat

membutuhkan

Provinsi Maluku (0,9‰). Sedangkan pada

Stigma yang negative akan berdampak

tahun 2013 prevalensi tertinggi di Provinsi

pada kurangnya dukungan yang diberikan

DI

oleh

Aceh,

dan

terendah

di

Provinsi

Kalimantan Barat.

keluarga

sehingga

keluarga

melakukan tindakan pemasungan pada

Data dari dinas kesehatan kabupaten

ODGJ. Pemasungan terhadap penderita

Ponorogo jumlah penderita gangguan jiwa

gangguan jiwa masih banyak terjadi, di

pada tahun 2010 sebanyak 2.301 orang,

mana sekitar 20. 000 hingga 30. 000

sedangkan pada tahun 2014, penderita

penderita

gangguan

skizofrenia mencapai 2561 jiwa. Pada data

Indonesia

mendapat

tersebut menyebutkan bahwa daerah yang

manusiawi

dengan

yang

skizofrenia

(Purwoko,

2010).

kecamatan

menunjukkan bahwa ada 14,3 persen RT

Sukorejo hingga mencapai 202 jiwa, diikuti

atau sekitar 237 RT dari 1. 655 RT yang

oleh Jambon yang berjumlah 177 jiwa, dan

memiliki

tangga

yang

Balong 164 jiwa.

mengalami gangguan jiwa berat

yang

memiliki

terbanyak

Finzen

penderita

terdapat

(dikutip

pada

oleh

Schultz

anggota

dan

dipasung.

Angermeyer, 2003) menyebut stigmatisasi

METODE

sebagai ’penyakit kedua,’ yaitu sebuah

jiwa

di

seluruh

perlakuan cara

dipasung

Riskesdas

rumah

tidak

2013

Desain penelitian ini adalah korelasi.

penderitaan tambahan yang tidak hanya

Pada

dirasakan oleh penderita, namun juga

mengidentifikasi hubungan antara stigma

dirasakan oleh anggota keluarga. Stigma

dengan dukungan keluarga dalam merawat

sendiri diartikan sebagai “label” yang pada

orang dengan gangguan jiwa. Sampel

banyak hal mengarah untuk merendahkan

dalam penelitian ini keluarga yang merawat

orang lain (Johnstone, 2001). Dampak

orang

merugikan

termasuk

berjumlah 25 orang selama Bulan Juni

esteem, perpecahan

tahun 2016 dengan teknik sampling dalam

kehilangan dalam

dari self

hubungan

sosial,rasa

malu;

stigmatisasi

kekeluargaan, yang

penelitian

dengan

ini

bertujuan

gangguan

jiwa

untuk

yang

isolasi

penelitian ini menggunakan total sampling.

akhirnya

Variabel penelitian meliputi stigma keluarga

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 57

Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) dan dukungan keluarga.

sosial dan resisten stigma. Dukungan

Instrumen penelitian untuk mengukur

keluarga diukur menggunakan kuesioner.

stigma menggunakan alat ukur Internalized

Analisis

Stigma of Mental Illness (ISMI) scale, yang

untuk

karakteristik

responden

menggunakan

prosentase

dirancang untuk mengukur pengalaman

sedangkan

analisis

bivariat

untuk

subyektif dari stigma. Skala ISMI terdiri dari

mengetahui

hubungan

stigma

dengan

5

dukungan

item

yaitu

keterasingan,

dukungan

stereotype, persepsi diskriminasi, penarikan

univariat

keluarga

menggunakan

uji

statistik fisher exact.

HASIL Tabel 1. Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden berdasarkan, jenis kelamin,usia pendidikan, pekerjaan, lama merawat, pendapatan keluarga, gangguan jiwa yang menonjol, tempat mencari bantuan, informasi gangguan jiwa (n=25) Variabel Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 Pendidikan SD SMP Pekerjaan Petani Swasta Lama menderita Gangguan jiwa <1 tahun 1-3 tahun >3 tahun Pendapatan <1.200.000 >1. 200.000 Gangguan Jiwa yang menonjol Ngamuk Menyendiri Mendengar suara Mondar-mandir Tempat Mencari bantuan Medis Non Medis Informasi tentang gangguan jiwa Pernah Tidak pernah

Hasil

penelitian

menunjukkan

Persentase (%) 68 32 4 24 28 24 12 8 72 28 68 32 4 96 96 4 16 36 12 36 48 52 60 40

jenis

kelamin responden sebagian besar (68%)

lak-laki, Usia rata-rata 41-50 tahun (28%) tahun, Pendidikan hampir seluruhnya (72%)

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 58

Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) SD, pekerjaan sebagian besar(68%) petani,

mandir, temapt mencari bantuan medis

Lama menderita gangguan jiwa hampir

sebagian besar (52%) non medis, dan

seluruhnya

gejala

informasi tentang gangguan jiwa sebagian

hampir

besar (60%) pernah mendapat informasi

gangguan

(96%) jiwa

>

yang

3

tahun,

menonjol

setengahnya (36%) Menyendiri dan monda-

tentang

gangguan

jiwa

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stigma pada keluarga penderita gangguan Jiwa di Desa Nambangrejo Stigma Tinggi Rendah Jumlah

Frekuensi 13 12 25

Persentase 52 48 100

Berdasarkan tabel 12 di atas menunjukkan bahwa dari 25 responden, sebagian besar ( 52%) atau 13 responden keluarga penderita gangguan jiwa mengalami stigma tinggi.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan keluarga penderita gangguan Jiwa di Desa Nambangrejo Dukungan Baik Buruk Jumlah

Frekuensi 10 15 25

Persentase 40 60 100

Berdasarkan tabel 13 di atas menunjukkan bahwa dari 25 responden, sebagian besar (60%) atau 15 responden memberikan dukungan yang buruk pada penderita gangguan jiwa. Tabel 4. Crosstabulation stigma dengan dukungan keluarga penderita gangguan Jiwa di Desa Nambangrejo Dukungan Stigma Tinggi Rendah Total

Buruk f(%) 10(76,9) 5(41,7) 15(60)

Baik f(%) 3(23,1) 7(58,3) 10(40)

Total

p value

13(100) 12(100) 25(100)

0,0082

Berdasarkan tabel diatas menunjukkkan

statistik menggunakan uji Fisher Exact

bahwa dari 25 responden, 10 responden

didapatkan nilai p = 0,0082dimana α= 0,05

(76,9%)

sehingga p value < dari α maka Ho ditolak,

mengalami stigma tinggi dengan dukungan

artinya

buruk, 3 (23,1%) responden

dengan dukungan pada keluarga penderita

mengalami

stigma tinggi dengan dukungan baik, 5 responden

(41,7%)

mengalami

(58,3%)

mengalami

hubungan

antara

stigma

gangguan jiwa.

stigma

rendah dengan dukungan buruk dan 7 responden

ada

stigma

PEMBAHASAN a. Stigma pada keluarga orang dengan gangguan jiwa

rendah dengan dukungan buruk. Hasil uji

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 59

Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

oleh

keluarga.

Orang

dengan

tingkat

data bahwa sebagian besar (52 %) atau 13

dukungan sosial tinggi mengalami stigma

responden mengalami stigma tinggi. Stigma

lebih rendah. (Yiyin etal, 2014). Magana et

yang dirasakan oleh keluarga merupakan

al,

beban

terbentuknya stigma pada keluarga juga di

yang

mengganggu

keluarga.

2007

menyampaikan

Didalam stigma terdapat tiga sumber yaitu

dukung

skizoprenia

yang

masalah

dialami oleh penderita gangguan

jiwa.

pengetahuan

masalah

sikap (prasangka) dan masalah

perilaku (diskriminasi) al,2007). oleh

(kebodohan),

(Thornicroffh et

Perasaan malu yang dirasakan keluarga

terbentuknya

berperan

stigma

pada

dalam keluarga.

oleh

gejala

bahwa

Gejala negatif dari skizoprenia inilah yang turut berperan dalam terbentuknya stigma pada

keluarga.

Pada

didapatkan data

penelitian

hampir stengah (36%)

gejala gangguan jiwa yang dialami oleh

Keluarga yang merasakan stigma tinggi

penderita

akan menghindari dan menyembunyikan

peningkatan aktivitas motorik.

hubungan keluarga

keluarga yang

dengan

menderita

anggota penderita

ini

gangguan

jiwa

adalah

Stigma tinggi yang dirasakan oleh keluarga

akan

berdampak

pada

gangguan jiwa (Magana et al, 2007).

peningkatan

Adanya perasaan takut terhadap label

meningkatnya

penderita gangguan jiwa yang dirasakan

terhadap kualitas hidup serta depresi

oelah keluarga akan mengakibatkan dalam

Yiyin etal, 2014,

keengganan

Resiko depresi yang dialami oleh keluarga

kesehatan

untuk mental

mengakui dan

masalah

keluarga,

dan

berpengaruh

stress

(

Magana, et al, 2007).

akan

karena faktor stigma ini di dukung oleh

menggunakan mekanisme koping tertentu

tingkat pendidikan keluarga yang tergolong

seperti

rendah.

merahasiakan

keluarga

beban

serta

menolak

Tingkat

sehingga berdampak pada terlambatnya

dalam

pencarian pengobatan yang dilakukan oleh

(72%)

keluarga (Franz et al, 2010).

Meskipun

Wrigley et al. (2005) menyatakan bahwa

pendidikan

penelitian ini

responden

hampir seluruhnya

ini tergolong rendah yaitu SD. dalam

mengidentifikasi

penelitian gejala

ini

tidak

depresi

yang

konsekuensi sosial yang negatif terkait

dialami oleh keluarga namun hal ini perlu

dengan

dapat

mendapat perhatian karena beban yang

untuk

dirasakan oleh keluarga akibat stigma

mengakui masalah kesehatan mental, yang

dapat menimbulkan depresi dan stigma

mungkin memiliki implikasi langsung untuk

tinggi yang dirasakan oleh keluarga akan

perilaku mencari bantuan.

menimbulkan

kondisi

mengakibatkan

menyebabkan

gangguan

jiwa

keengganan

Stigma dapat

hambatan,

yang

gilirannya

dapat

keterlambatan

pengobatan.

pada

mengakibatkan

menyebabkan

deskriminasi isolasi

dan

sehingga menyendiri

(Ching et al,2016).

Dukungan

Ching et al (2016) menemukan bahwa

berhubungan

sekitar 40% dari penderita skizofrenia dan

dengan pengalaman stigma yang dirasakan

keluarga mereka percaya bahwa penyebab

sosial

secara

signifikan

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 60

Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) schizophrenia terkait dengan fenomena

dan

supra natural. Hal ini juga diperkuat oleh

penyakit gangguan jiwa yang diterima

Pascolido et al (2013) bahwa terbentuknya

penderita gangguan jiwa merupakan salah

stigma negatif berkaitan dengan keyakinan

satu

dan budaya yang menganggap gangguan

psikologis pada keluarga. Perasaan malu

jiwa karena roh jahat. Pada penelitian ini

yang

ditemukan bahwa sebagian besar (52 %)

menyebabkan keluarga mengalami harga

keluarga mencari bantuan ke non medis

diri rendah sehingga keluarga mengisolasi

untuk mengatasi gejala gangguan jiwa yang

dan mengasingkan

dialami

Ini

jiwa ( Magana et al, 2007). Salah satu

membuktikan bahwa keyakinan gangguan

bentuk dukungan yang diberikan keluarga

jiwa karena roh jahat atau supranatural

kepada penderita gangguan jiwa adalah

masih cukup tinggi dimasyarakat sehingga

dukungan instrumental yang dapat diartikan

turut berperan dalam terbentuknya stigma

sebagai

negatif pada penderita gangguan jiwa dan

pemberian

bantuan

berdampak

kesehatan.

Kurangnya

oleh

anggota

pada

keluarganya.

stigma

tingi

yang

pendapatan

faktor

keluarga.

yang

Diagnosa

menimbulkan

dirasakan

beban

keluarga

akan

penderita gangguan

keterlibatan

keluarga pada

dalam

pelayanan

dukungan

dari

dirasakan oleh keluarga.

keluarga akan berdampak penundaan dan

b. Dukungan keluarga pada penderita

keterlambatan

gangguan jiwa

bahwa

memberikan

bantuan

ke

pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data

mencari

Tingkat

pendidikan

keluarga

sebagian

besar

(60%)

berpengaruh terhadap dukungan buruk

dukungan

buruk

dalam

keluarga

dalam

merawat

penderita

merawat penderita gangguan jiwa. Menurut

gangguan jiwa. Hampir seluruhnya (72%)

Friedman (2010) dukungan keluarga terdiri

tingkat pendidikan keluarga adalah SD.

dari

Status tingkat pendidikan

rendah kurang

dan

memiliki

informasi

cukup

dukungan penilaian. Dukungan keluarga

dengan

pengetahuan

dapat

perawatannya

dukungan

informasi,

instrumental,

dukungan

menjadi

dukungan

emosional

faktor

yang

sangat

yang

terkait

penyakit

dalam

dan

memberikan

berpengaruh dalam menentukan keyakinan

dukungan keluarga. Menurut Lueckenotte

dan nilai kesehatan individu serta dapat

(2000),

juga

seseorang

memenuhi

tentang

program

bahwa

tingkat

dapat

pengobatan yang mereka terima. Keluarga

kemampuan

juga memberikan dukungan dan membuat

informasi,menyelesaikan

keputusan

berperilaku

mengenai

perawatan

pendidikan mempengaruhi

untuk

baik.

menyerap masalah,

Pendidikan

dan

rendah

darianggota keluarga yang sakit (Niven,

berisiko ketidakmampuan dalam merawat

2002). Dukungan buruk dalam merawat

kesehatannya

anggota

Magana et al (2007) tingkat pendidikan

keluarga

yang

menderita

yang

(WHO,

rendah

2003).

Menurut

gangguan jiwa disebabkan oleh beberapa

keluarga

juga

faktor yaitu tingkat pendidikan, lama sakit

berpengaruh terhadap kejadian depresi

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 61

akan

Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) sehingga

akan

berpengaruh

terhadap

dukungan buruk keluarga.

yang

perawatannya.

relatif Dari

luas

daripada

wanita,

dan

menggunakan strategi coping yang lebih

Penderita gangguan jiwa membutuhkan waktu

lebih

lama hasil

dalam penelitian

efektif seperti problem solving (Sharma et al,2016),

namun

dukungan

dalam

dalam

memberikan

merawat

penderita

didapatkan data hampir seluruhnya (96%)

gangguan jiwa, perempuan lebih sabar dan

menderita gangguan jiwa lebih dari 3 tahun.

telaten.

Menurut Magana et al (2007) keluarga

terhadap dukungan buruk keluarga. Selain

penderita

itu perempuan memiliki jaringan sosial lebih

gangguan

jiwa

beresiko

Hal

mengalami stres dan tekanan psikologis

besar

karena beban

memberikan

yang dirasakan ketika

inilah

dan

yang

sumber

berpengaruh

lainnya

dukungan

yang

informasi,

merawat penderita gangguan jiwa. Tekanan

sedangkan laki-laki yang kurang memiliki

psikologis yang dialami oleh keluarga akan

akses ke formal (Sharma et al, 2016).

berpengaruh terhadap buruknya dukungan keluarga

dalam

merawat

penderita

Faktor

penghasilan

mempengaruhi

juga

dukungan

buruk

gangguan jiwa terutama pada dukungan

keluarga. Status ekonomi seseorang akan

emosional.

menentukan

Sharma et al (2016) menyebutkan ada perbedaan

gender

dalam

memberikan

tersedianya

suatu

fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

perawatan yang dilakukan oleh keluarga

mempengaruhi

pada penderita gangguan jiwa. Menurut

(Notoatmodjo, 2010).

Santrock (2007) terdapat perbedaan sosio-

dalam

emosional antara laki-laki dan perempuan,

mempengaruhi dukungan salah satunya

perempuan memiliki regulasi diri yang lebih

faktor sosio ekonomi yakni Semakin tinggi

baik dalam berperilaku, serta lebih banyak

tingkat ekonomi seseorang biasanya ia

terlibat dalam perilaku prososial. Menurut

akan lebih cepat tanggap terhadap gejala

Purnawan (2008) dalam Rahayu (2008)

penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan

seseorang

mencari

segera mencari pertolongan ketika merasa

dukungan dan persetujuan dari kelompok

ada gangguan pada kesehatannya. Hasil

sosialnya, hal ini akan mempengaruhi

penelitian menunjukkan hampir seluruhnya

keyakinan

(96%)

biasanya

kesehatan

akan

dan

cara

dukungan

Rahayu

mempunyai

seseorang

Purnawan (2008)

(2008)

faktor

penghasilan

yang

<

Rp.

pelaksanaanya. Karena perempuan lebih

1.200.000. Upah minimum regional (UMR)

banyak berkumpul dengan kelompok sosial

tahun 2015 di Kabupaten Ponorogo adalah

yang lain mereka dapat bertukar informasi,

Rp. 1.150.000. Faktor sosial ekonomi disini

sehingga

meliputi

perempuan

lebih

bisa

tingkat

pendapatan

atau

memberikan dukungan yang baik. Dalam

penghasilan keluarga klien, semakin tinggi

penelitian ini sebagian besar responden

tingkat

(68%) berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki

memberikan dukungan dan pengambilan

memiliki kemampuan mengatasi masalah

keputusan

ekonomi

dalam

keluarga

akan

merawat

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 62

lebih

anggota

Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) keluarga

mengalami

jiwa.

gangguan jiwa (Magana et al, 2007).

Keluarga dengan kelas sosial ekonomi

Kondisi tersebut berdampak pada buruknya

yang

akan

dukungan emosional yang diberikan oleh

keluarga

keluarga. Dukungan emosional mencakup

keluarga

ungkapan

berlebih

mempunyai yang

gangguan

secara

tingkat

finansial

dukungan

memadai,Penghasilan

simpati,

dan

merupakan salah satu wujud dari dukungan

kepedulian

intrumental yang akan digunakan dalam

2010).

mencari pelayanan kesehatan jiwa dalam

emosional tersebut tidak akan diberikan

merawat anggota keluarga yang mengalami

oleh keluarga karena keluarga

gangguan jiwa (Friedman, 2010). Selain itu

keluarga dengan penderitagangguan jiwa.

dengan upah keluarga yang dibawah

kepada

perhatian

pasti akan lebih sering diluar rumah

perpecahan

untuk bekerja dari pagi hingga sore hari

kekeluargaan,

sehingga berdampak pada kurangnya

yang

dukungan

pencarian

kepada

penderita gangguan jiwa. c. Hubungan

Stigma

dengan

didapatkan

hubungan

kehilangan

self

dalam isolasi

akhirnya

esteem, hubungan

sosial,rasa

menyebabkan

bantuan

menjadi

malu; perilaku

tertunda

al.,(2014) menyebutkan bahwa keluarga yang

Hasil uji statistik menggunakan Exact

dukungan

(Lefley, 1996). Hasil penelitian Yiyin et

Dukungan Keluarga

Fisher

bentuk

Dampak merugikan dari stigmatisasi termasuk

diberikan

(Friedman,

Berbagai

UMR (upah minimum regional) keluarga

yang

individu

nilai

p

mengalami

stigma

tinggi

tidak

uji

mendapat dukungan dari teman dan orang

=

terdekat. Pengalaman diskriminasi yang

0,0082dimana α= 0,05 sehingga p value <

dialami

dari α maka Ho ditolak, artinya ada

memperparah stigma yang dialami oleh

hubungan antara stigma dengan dukungan

keluarga, sebaliknya adanya

keluarga

sosial

dalam

merawat

penderita

gangguan jiwa.

oleh

akan

dialami

Atribut yang melekat pada penderita

keluarga

menurunkan

oleh

memberikan

akan

dukungan

stigma

keluarga

dampak

semakin

pada

yang

sehingga dukungan

gangguan jiwa termasuk adanya keyakinan

keluaarga kepada anggota keluarganya

bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh hal-

yang mengalami gangguan jiwa.

hal supra natural dan

gejala negatif dari

Keterlambatan pencarian bantuan ke

skizoprenia berpengaruh terhadap stigma

pelayanan kesehatan karena stigma tinggi

tinggi yang dialami keluarga yang merawat

yang

penderita gangguan jiwa. Stigma tinggi

menunjukkan

pada

intrumental yang diberikan oleh keluarga.

keluarga

menimbulkan

beban

psikologis yang cukup besar . Keluarga

Dukungan

yang

makanan

merasakan

menghindari hubungan keluarga

stigma

dan keluarga

yang

tinggi

akan

menyembunyikan dengan

menderita

dirasakan

oleh

kurangnya

intrumental

keluarga dukungan

dapat

berupa

maupun obat-obatan. Stigma

tinggi yang dirasakan keluarga merupakan

anggota

faktor penghambat untuk dapat mengakses

penderita

pelayanan kesehatan. Hal ini di dukung

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 63

Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) dengan

adanya

dan

Stigma yang dialami keluarga sebagian

keyakinan terhadap penyebab gangguan

besar tinggi dan dukungan yang diberikan

jiwa

keluarga dalam merawat orang dengan

karena

kepercayaan

fenomena

(Hawari,2001).

supranatural

Keyakinan

faktor

gangguan jiwa sebagian besar memberikan

supranatural sebagai penyebab gangguan

dukungan buruk dan ada hubungan antara

jiwa berdampak pada kurangnya dukungan

stigma dengan dukungan keluarga dalam

instrumental oleh keluarga, hal ini didukung

merawat penderita gangguan jiwa. Petugas

dengan hasil penelitian yang menunjukkan

kesehatan

sebagian besar (52%) tempat pencarian

pendidikan kesehatan kepada masyarakat

pengobatan ke non medis.

tentang gangguan jiwa sehingga stigma

Faktor lain yang menunjukkan adanya hubungan keluarga

stigma adalah

dengan faktor

hendaknya

tinggi yang dirasakan oleh keluarga tidak

dukungan

berdampak terhadap dukungan keluarga

pendidikan.

dalam memberikan perawatan pada orang

Pengalaman stigma tinggi keluarga lebih

dengan gangguan jiwa.

dirasakan

pada

DAFTAR PUSTAKA

pendidikan

rendah

keluarga (Yiyin

dengan

et

al,2014).

Tingkat pendidikan merupakan prediktor kuat terhadap sosial ekonomi seseorang. Hasil

penelitian

seluruhnya

(72%)

menunjukkan

hampir

responden

dengan

pendidikan SD dan hampir seluruhnya (96%)

dengan

1.200.000. meliputi

pendapatan

Rp.

<

Faktor sosial ekonomi disini tingkat

pendapatan

atau

penghasilan keluarga klien, semakin tinggi tingkat

ekonomi

keluarga

akan

lebih

memberikan dukungan dan pengambilan keputusan dalam merawat orang dengan gangguan jiwa. Keluarga dengan kelas sosial

ekonomi

yang

berlebih

secara

finansial akan mempunyai tingkat dukungan keluarga

yang

memadai.

Penghasilan

keluarga merupakan salah satu wujud dari dukungan intrumental yang akan digunakan dalam mencari pelayanan kesehatan jiwa dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan

2010). SIMPULAN DAN SARAN

jiwa

memberikan

(Friedman,

Bina Jiwa. (2015).Edisi 19. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Boyd formerly Ritsher, Jennifer E (2003), Internalized stigma of mental illness: psychometric properties of a new measure, Psychiatry Research 121, www.elsevier.com/locate/psychres Buckles, dkk. (2008). Beyond Stigma and Discrimination : Challenges for Social Work Practice in Psychiatric Rehabilitation and Recovery, Journal of Social Work in Disability & Rehabilitation, vol. 7, no. 3, hal. 232283 Ching Wu.H, Chen. F. (2016). Sociocultural Factors Associated with CaregiverPsychiatrist Relationship in Taiwan Psychiatry Investig. Psikiatri Investig. 13 (3): 288-296 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 14 Agustus 2016 Hawari.D .(2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Gaya Baru. Jakarta Friedman,M (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Ed 3, Jakarta:EGC Friedman, M.M, Bowden, O & Jones,M,(2010). n Keluarga: teori dan praktek: alih bahasa,Achir Yani S,Hamid…(et al): editor edisi bahasa Indonesia, Estu Tiar, Ed.5,Jakarta:EGC Franz.L, Carter T, Leiner A.S, Bergner. E. (2010) . Stigma and treatment delay in first-episode psychosis: a grounded

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 64

Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan

Jiwa (ODGJ) theory study. Early Interv Psychiatry. 4(1): 47–56. http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 14 Agustus 2016 Ienciu.M, Romoşan.M, Bredicean.C. (2010). First Episode Psychosis And Treatment Delay-Causes and Consequences. Psychiatria Danubina. Vol. 22, No. 4, pp 540–543. dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 14 Agustus 2016 Kementerian Kesehatan RI. 2010. Menuju Indonesia Bebas Pasung. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Terdeia pada: http://www.depkes.go.id/index.php/beri ta/press-release/1242-menujuindonesia Kementerian Kesehatan RI. (2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Link, dkk. (2001). The Consequences of Stigma for the Self Esteem people with Mental Illness,Psychiatric Services, vol. 52, no. 12, hal. 1621-1626 Magaña.SM, García. R. (2007). Psychological Distress Among Latino Family Caregivers of Adults With Schizophrenia: The Roles of Burden and Stigma. Psychiatr Serv. 58(3): 378–384. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 15 Agustus 2016

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rika Cipta Rahmi, Anita. (2008). Stigma Gangguan Jiwa Perspektif Kesehatan Mental Islam. Skripsi . Sherman, Patricia. (2007). Stigma, Mental Illness, and Culture, Paper Presentation on April 3,2007.Availablet www.healingispossible.com Smith, A & Casswell, C. (2010). Stigma and Mental Illness : Investigating Attitudes of Mental Health and Non-Mental Health Professionals and Trainees, Journal of Humanistic Counselling, Education and Development, vol. 49, no. 2, hal. 189-202 Sharma N, Chakrabarti S, Grover S. (2016). Gender differences in care giving among family – caregivers of people with mental illnesses. World J Psychiatr, 22; 6(1): 7-17 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 14 Agustus 2016 WHO. (2009). Improving Health Systemand Service for Mental Health: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data Yin,Y, Zhang,W, Hu..Z. (2014). Experiences of Stigma and Discrimination among Caregivers of Persons with Schizophrenia in China: A Field Survey. PLOS ONE . Volume 9 Issue 9. http://www.ncbi.nlm.nih.gov. diakses tanggal 14 Agustus 2016

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 65