JURNAL KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Download Jurnal Keperawatan. JURUSAN ... Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi di ... Setiap anak mengalami proses tumbuh kembang yang be...

0 downloads 510 Views 667KB Size
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

Jurnal Yang Berjudul ‘ PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP KUALITAS TIDUR BAYI DI DESA TABUMELA KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO’

1

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

2

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

ABSTRAK Siti M Abdurrahman. 2015. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan , Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra.Hj Rany Hiola,M.Kes dan Pembimbing II Andi Mursyidah S.Kep,Ns M.Kes. Pijat bayi adalah suatu bentuk permainan gerakan pada bayi, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan serta kemampuan pergerakan bayi secara optimal. Dengan terapi pijat bayi dapat mengatasi masalah tidur bayi sehingga kualitas tidur bayi akan lebih baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Desain penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen Design dengan rancangan pre test–post test with control group. Populasi berjumlah 61 bayi.Pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling Purposive Sampling. Sampel penelitian sebanyak 10 responden untuk kelompok kontrol dan 10 responden untuk kelompok intervensi. Hasil penelitian dengan uji wilcoxon test kelompok kontrol didapatkan hasil p= 1.000 dan pada kelompok intervensi didapatkan hasil p= 0.025. Artinya ada pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi. Selain pijat bayi, pengaturan tempat tidur bayi dan posisi tidur bayi juga dapat mempengaruhi kualitas tidur bayi.Untuk itu,perlunya peran tenaga kesehatan untuk mengembangkan promosi dan edukasi tentang pijat bayi kepada masyarakat khususnya orang tua untuk meningkatkan kualitas tidur bayi. Kata Kunci: Pijat Bayi, Kualitas Tidur Daftar Pustaka : 21 ( Tahun 2001-2013)

3

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

4

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP KUALITAS TIDUR BAYI DI DESA TABUMELA KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO Siti M Abdurrahman1, Dra. Hj. Rany Hiola, M.Kes2, Andi Mursyidah S.Kep,Ns M.Kes3 1. Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan UNG 2. Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat UNG 3. Dosen Jurusan Keperawatan UNG

ABSTRAK Siti M Abdurrahman. 2015. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan , Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra.Hj Rany Hiola,M.Kes dan Pembimbing II Andi Mursyidah S.Kep,Ns M.Kes. Pijat bayi adalah suatu bentuk permainan gerakan pada bayi, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan serta kemampuan pergerakan bayi secara optimal. Dengan terapi pijat bayi dapat mengatasi masalah tidur bayi sehingga kualitas tidur bayi akan lebih baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Desain penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen Design dengan rancangan pre test–post test with control group. Populasi berjumlah 61 bayi.Pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling Purposive Sampling. Sampel penelitian sebanyak 10 responden untuk kelompok kontrol dan 10 responden untuk kelompok intervensi. Hasil penelitian dengan uji wilcoxon test kelompok kontrol didapatkan hasil p= 1.000 dan pada kelompok intervensi didapatkan hasil p= 0.025. Artinya ada pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi. Selain pijat bayi, pengaturan tempat tidur bayi dan posisi tidur bayi juga dapat mempengaruhi kualitas tidur bayi.Untuk itu,perlunya peran tenaga kesehatan untuk mengembangkan promosi dan edukasi tentang pijat bayi kepada masyarakat khususnya orang tua untuk meningkatkan kualitas tidur bayi. Kata Kunci: Pijat Bayi, Kualitas Tidur Daftar Pustaka : 21 ( Tahun 2001-2013)

5

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

PENDAHULUAN Setiap anak mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda-beda. Baik menyangkut kecepatan dan percepatan proses tumbuh kembangnya,maupun keunikan-keunikkan tersendiri yang terdapat pada masing-masing anak. Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi adalah tidur dan istirahat. Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi, karena pada saat inilah terjadi repair neurobrain dan kurang lebih 75% hormon pertumbuhan diproduksi. Bayi yang baru lahir biasanya tidurnya lama , sekitar 17-18 jam/hari dalam minggu pertama sejak kelahiran , dan 15 jam per hari pada bulan pertama sejak kelahiran. Seorang bayi yang baru lahir sampai kira-kira usia 3 bulan, akan menghabiskan waktu tidurnya sekitar 15-17 jam, dengan pembagian waktu 8 jam untuk tidur siang dan 9 jam untuk tidur malam. Bayi dikatakan memiliki kualitas tidur yang baik apabila lama tidurnya biasanya hampir seimbang antara siang dan malam, bayi bisa tidur dengan tenang ,bayi merasa sangat segar saat bangun tidur di pagi hari dan bayi merasa penuh semangat untuk melakukan aktivitas fisik ringan lainnya. Berdasarkan

data

WHO

tahun

2012

yang

dicantumkan

dalam jurnal Pediatrics, tercatat sekitar 33 % bayi mengalami masalah tidur. Di Indonesia cukup banyak bayi yang mengalami masalah tidur, yaitu sekitar 44,2% bayi mengalami gangguan tidur seperti sering terbangun di malam hari. Namun lebih dari 72% orang tua menganggap gangguan tidur pada bayi bukan suatu masalah atau hanya masalah kecil, hal tersebut diungkapkan oleh sebuah penelitian pada tahun 2004-2005 yang dilaksanakan di lima kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Medan, Palembang dan Batam). Menurut hasil penelitian Sekartini tahun 2004, yang dilakukan di 5 kota yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Palembang dan Batam dengan jumlah responden 385 orang, diperoleh data 51,3% bayi mengalami gangguan tidur, 42 % jam tidur malamnya kurang dari 9 jam, terbangun malam hari lebih dari tiga kali dan lama terbangun pada malam hari lebih dari satu jam.

Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 6

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

Saat ini berbagai terapi telah dikembangkan, baik terapi farmakologis maupun non farmakologis. Menurut Dr.Andreas , salah satu terapi non farmakologis untuk mengatasi masalah tidur bayi adalah pijat bayi. Dengan terapi pijat bayi melalui 19 gerakkan pijatan dapat mengatasi masalah tidur bayi sehingga kualitas tidur bayi akan lebih baik. Untuk mengetahui kualitas tidur bayi pada penelitian ini menggunakan kuisioner yang mengacu pada Brief Screening Questionnaire for infants sleep problem (BSQI) , kuesioner ini telah divalidasi terhadap ACG ( Actigrafi) dan sebelumnya telah digunakan oleh seorang ahli yaitu

Avi Sadeh Dsc dalam penelitiannya yang

dilakukan di Amerika pada tanggal 7 Juli 2003. Berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh Angela Underdown dari Warwick Medical School dan Institute of Education dari University of Warwick, meneliti 9 macam gerakan pijat bayi yang diterapkan kepada 598 bayi usia di bawah 6 bulan. Hasil penelitian tersebut salah satunya disebutkan bahwa pijat bayi dapat mempengaruhi keluarnya hormon tidur melatonin, dengan hormon tersebut bayi dapat memiliki pola tidur yang teratur (Dalam Rafknowledge1, 2004). Berdasarkan hasil pengambilan data awal di Desa Tab1umela Kecamatan Tilango , Kabupaten Gorontalo pada tanggal 23 Februari 2015 didapatkan jumlah bayi 61 bayi yang berkunjung melakukan imunisasi di Posyandu Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, 29 bayi dilaporkan mengalami masalah ketika tidur. Keluhan yang dilaporkan oleh ibu berbeda-beda pada setiap bayi. Ada yang melaporkan sering terbangun ketika tidur pada malam hari karena ketika siang hari terlalu banyak melakukan aktivitas fisik ringan , seperti belajar merangkak, belajar mencoba duduk sebentar dengan ditopang, kondisi anaknya yang lagi sakit , sering mendengar suara dengkuran , dan suhu kamar yang terlalu panas. Ibu-ibu menganggap masalah gangguan tidur (bayi tidak bisa tidur nyenyak / sering terbangun dan menangis dimalam hari) merupakan hal yang biasa dan akan hilang dengan

1

Rafknowledge, Insomnia,Gangguan Tidur, Jakarta Elek Media Komputindo, 2004.

Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 7

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

sendirinya, dan kebanyakan ibu-ibu melakukan pijat bayi pada tukang pijat hanya pada saat kondisi bayi lagi sakit saja. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti tentang “Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pre test-post test with control group yang bertujuan membandingkan perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah bayi

yang ada di Desa Tabumela

Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dengan jumlah 61 bayi. Pengambilan sampel dalam penelitan ini menggunakan teknik sampling Purposive Sampling, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 29 bayi yang berusia 36 bulan dengan pembagian 10 bayi kelompok intervensi dan 10 bayi kelompok kontrol, sedangkan 9 bayi lainnya termasuk dalam kategori drop out karena pada waktu peaksanaan penelitian 7 bayi di antaranya sudah berusia lebih dari 6 bulan , dan 2 diantaranya sudah tidak tinggal di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner kualitas tidur yang telah di uji validitasnya. Kuesioner kualitas tidur yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Brief Screening Questionnaire for infants sleep problem (BSQI) , yaitu kuesioner untuk mengetahui kualitas tidur yang telah divalidasi terhadap ACG ( Actigrafi). Sehari sebelum dilakukan pemijatan, peneliti mengunjungi rumah ( door to door ) orang tua responden yang telah terpilih sebagai responden untuk diberikan informed consent, selain itu orang tua bayi dibagikan kuisioner kualitas tidur bayi sebelum dilakukan pemijatan pada responden kelompok intervensi , begitupun dengan kelompok kontrol dibagikan kuisioner kualitas tidur kemudian peneliti membagi jadwal pada responden untuk waktu Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 8

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

pemijatan pada kelompok intervensi Selanjutnya pemberian terapi pijat bayi yang dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada waktu pagi dan malam dalam waktu 15 menit yang dilakukan 2 kali dalam seminggu selama 3 minggu yang dilakukan oleh pemijat yang telah direkomendasikan oleh orang tua responden. Selanjutnya peneliti membagikan kuisioner kualitas tidur bayi setelah dilakukan pemijatan baik kepada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Setelah data terkumpul maka data di berikan skor dan dikategorikan menjadi

yang memiliki kualitas tidur baik jika

jawaban pertanyaan kusioner ≥ 50% , sedangkan yang memiliki kualitas tidur buruk jika jawaban pertanyaan kusioner < 50% . Untuk menganalisis pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi maka dilakukan uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat signifikansi p ≤ 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. HASIL PENELITIAN 1.Karakterisitik Responden Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh distribusi responden berdasarkan usia : Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia pada Kelompok Intervensi No

Usia (Bulan)

1. 2. 3. 4.

3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan Total Sumber : Data Primer 2015

n

Presentasi (%)

2 5 2 1 10

20 50 20 10 100

Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia pada Kelompok Kontrol No

Usia (Bulan)

n

Presentasi (%)

1.

3 Bulan

2

20

Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 9

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2. 3. 4.

4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan Total Sumber : Data Primer 2015

5 2 1 10

2015

50 20 10 100

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari seluruh responden 10 bayi untuk kelompok intervensi usia responden terbanyak yaitu usia 4 bulan dengan jumlah 5 responden ( 50 %). Dan begitupun pada kelompok kontrol yang dapat dilihat pada tabel 2

bahwa dari seluruh responden 10 bayi dalam

kelompok kontrol

usia

responden terbanyak yaitu usia 4 bulan dengan jumlah responden 5 (50%) Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Karakterisitik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok Intervensi No

Jenis Kelamin

n

1 2

Perempuan Laki-laki Total Sumber : Data Primer , 2015

5 5 10

Presentasi ( %) 50 50 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin pada kelompok intervensi baik perempuan maupun laki-laki memiliki jumlah responden yang sama yaitu masing-masing 5 responden (50%)

untuk perempuan dan 5

responden (50%) untuk laki-laki Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Karakterisitik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok Kontrol No

1 2

Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki Total Sumber : Data Primer , 2015

n

Presentasi ( %)

6 4 10

60 40 100

Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 10

2015

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak yaitu perempuan sebanyak 6 responden (60%) dan laki-laki sebanyak 4 responden (40%) 2. Kualitas Tidur Bayi Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh distribusi responden berdasarkan kualitas tidur pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Pemijatan Bayi Pada Kelompok Intervensi Sebelum Pemijatan Bayi

Setelah Pemijatan Bayi

Kualitas Tidur

n

%

Kualitas Tidur

n

%

Baik Buruk Total

2 8 10

20 80 100

Baik Buruk Total

7 3 10

30 70 100

Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 10 responden kelompok intervensi,kualitas tidur bayi sebelum dilakukan pemijatan bayi terdapat 2 responden dengan presentasi 20% memiliki kualitas tidur baik , sedangkan 8 responden lainnya dengan presentasi 80% memiliki kualitas tidur buruk, sedangkan kualitas tidur bayi sesudah pemijatan bayi pada kelompok intervensi terdapat 7 responden dengan presentasi 70% memiliki kualitas tidur baik, sedangkan 3 reponden lainnya dengan presentasi 30% memiliki kualitas tidur baik Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Pre Test Dan Post Test Pada Kelompok Kontrol : Pre Test Kualitas Tidur Baik Buruk Total

n 2 8 10

Post Test % 20 80 100

Kualitas Tidur Baik Buruk Total

n 2 8 10

% 20 80 100

Sumber : Data Primer 2015 Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 11

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

Berdarkan tabel 6 menunjukkan menunjukkan bahwa dari 10 responden kelompok kontrol, kualitas tidur bayi baik pada pre test maupun post test jumlah bayi yang memiliki kualitas tidur baik sebanyak 2 responden dengan presentasi 20% dan jumlah bayi yang memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 8 responden dengan presentasi 80%. 3. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Berdasarkan uji statistik yang dilakukan diperoleh pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi pada kelompok intervensi adalah sebagai berikut: Tabel 7 : Hasil Uji Statistik Menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pada Kelompok Intervensi

Kualitas Tidur Bayi Sebelum Dan Sesudah Pemijatan

Mean Rank 3.00

Sum Of Ranks 15.00

Z -2.236

P ( Value) 0.025

Sumber : Data Primer , 2015 Tabel 8 : Hasil Uji Statistik Menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pada Kelompok Kontrol

Kualitas Tidur Bayi Pre Dan Post Test

Mean Rank 00.00

Sum Of Ranks 00.00

Z 0.000

P ( Value) 1.000

Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan analisis uji statistic Wilcoxon Signed Rank Test untuk pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo pada kelompok intervensi diperoleh bahwa besarnya nilai Z sebesar -2,236 dengan nilai siginifikan (p=value) sebesar 0.025 dimana nilai probabilitas 0.025 kurang dari nilai α <0.05, maka dengan ini hipotesis pada penelitian ini diterima , bahwa terdapat pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Dan pada kelompok kontrol berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa berdasarkan analisis Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 12

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok kontrol diperoleh bahwa besarnya nilai Z sebesar 0.000 dengan nilai siginifikan (p=value) sebesar 1.000 dimana nilai probabilitas 1.000 lebih dari nilai α 0.05. PEMBAHASAN Berdasarkan distribusi frekuensi dan presentasi responden pada kelompok intervensi sebelum dilakukan pemijatan terdapat 2 responden dengan presentasi 20% yang memiliki kualitas tidur baik. Hal ini dikarenakan pada responden tersebut untuk pengaturan tempat tidur dan posisi tidur responden saat tidur sudah benar yaitu pengaturan tidur di tempat tidur orang tua dan posisi tidur terlentang. Sedangkan 8 responden dengan presentasi 80%

lainnya yang memiliki kualitas tidur buruk

dikarenakan 8 responden (80%) tersebut saat tidur dengan posisi menyamping, dan jumlah lama tidur malam hari kurang dari 9 jam dan lama tidur siang hari kurang dari 8 jam dan orang tua responden menganggap hal ini tidak ada masalah untuk kualitas tidur bayinya. Begitupun dengan kelompok kontrol, terdapat 2 responden dengan presentasi (20%) yang memiliki kualitas tidur baik dikarenakan pengaturan tempat tidur di tempat tidur orang tua dan posisi tidur terlentang, sedangkan 8 responden dengan presentasi 80% lainnya memiliki kualitas tidur buruk dikarenakan posisi tidur yang menyamping dan jumlah jam tidur malam hari kurang dari 9 jam dan jumlah jam tidur siang hari kurang dari 8 jam. Hal ini dikarenakan berdasarkan keluhan yang dilaporkan oleh orang tua responden dengan keluhan yang berbeda-beda . Ada yang melaporkan sering terbangun ketika tidur pada malam hari karena ketika siang hari terlalu banyak melakukan aktivitas fisik ringan , seperti belajar merangkak, belajar mencoba duduk sebentar dengan ditopang, kondisi anaknya yang lagi sakit , sering mendengar suara dengkuran , dan suhu kamar yang terlalu panas. Untuk distribusi frekuensi dan presentasi responden pada kelompok intervensi sesudah dilakukan pemijatan terdapat 7 responden dengan presentasi 70% memiliki kualitas tidur baik. Hal ini dikarenakan pada kelompok intervensi diberikan perlakuan pemijatan sehingga terjadi perubahan kualitas tidur bayi yang ditandai dengan Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 13

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

meningkatnya waktu tidur malam bayi menjadi 9 jam, dan waktu tidur siang bayi menjadi 8 jam. Dan 3 responden dengan presentasi 30% lainnya setelah diberikan pemijatan ternyata masih memiliki kualitas tidur buruk yang dikarenakan 2 diantaranya hanya mengalami peningkatan jam tidur pada malam hari , dan tidak mengalami peningkatan jam tidur pada siang hari, sedangkan 1 responden lainnya terjadi peningkatan jam tidur pada malam hari dan siang hari tetapi pengaturan tempat tidur tidak berada ditempat tidur orang tua dan posisi tidur responden yang menyamping. Dan untuk kelompok kontrol, untuk post test terdapat 2 responden dengan presentasi 20%

memiliki kualitas tidur baik walaupun tidak diberikan

perlakuan pemijatan hal ini dikarena pengaturan tempat tidur bayi yang sudah tepat dan posisi tidur bayi yang sudah benar, tetapi tidak terjadi peningkatan jam tidur malam hari dan jam tidur siang hari. Sedangkan 8 responden dengan presentasi 80% diantaranya untuk post test memiliki kualitas tidur buruk, dikarenakan selain tidak diberikan perlakuan pemijatan bayi disebabkan juga karena tidak terjadi peningkatan jam tidur pada malam hari dan siang hari, selain itu posisi tidur bayi yang menyamping juga mempengaruhi kualitas tidur bayi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh bahwa besarnya nilai Z sebesar – 2.236 dengan nilai siginifikan (p=value) sebesar 0.025 dimana nilai probabilitas 0.025 kurang dari nilai α 0.05 , hasil uji statistik ini menujukkan terdapat pengaruh yang pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi sebelum dan sesudah di berikan pemijatan bayi. Hal ini dikarenakan peningkatan kualitas tidur pada bayi yang diberi pemijatan tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi serotonin yang dihasilkan pada saat pemijatan. Serotonin merupakan neurotransmiter utama yang berkaitan dengan timbulnya keadaan tidur dengan menekan aktivitas sistem pengaktivasi retikularis maupun aktivitas otak lainnya 2(Guyton, 2007). Menurut 3Mas’ud (2001), serotonin yang disintesis dari 2 3

Guyton& Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Jakarta, Edisi Sebelas,2007. Mas’ud, Fisiologi: Persepsi Kerja Otak,Malang, um Press Malang,2001

Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 14

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

asam amino tripthophan akan diubah menjadi 5-hidroksitriptophan (5HTP) kemudian menjadi N-asetil serotonin yang pada akhirnya berubah menjadi melatonin. Melatonin mempunyai peran dalam tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelap pada saat malam hari. Hal ini disebabkan karena melatonin lebih banyak diproduksi pada keadaan gelap saat cahaya yang masuk ke mata berkurang (Mas’ud4, 2001). Selain itu ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur bayi diantaranya yaitu lingkungan, pengaturan tempat tidur bayi dan posisi bayi pada saat tidur. Lingkungan fisik tempat bayi tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Atur suasana kamar sehingga nyaman untuk tidur yang meliputi tata cahaya, ventilasi, tata warna, suhu, dan juga keadaan boksnya. Selain itu, menurut Sadeh5 ( 2008 ) untuk pengaturan tempat tidur bayi usia 3-6 bulan sebaiknya ditempat tidur orang tua, karena tidur bersama dengan orang tua memberikan beberapa manfaat yaitu dapat mempermudah pemberian ASI dan dapat memberikan respon cepat ketika bayi menangis dan memungkinkan ibu untuk lebih mudah memprediksi bahaya jika terjadi perhentian nafas dan untuk posisi tidur bayi menurut American Academy Of Pediatrics (2000) merekomendasikan posisi tidur yang sehat bagi bayi adalah tidur terlentang dan bukan meniarap atapun menyamping. Kejadian kematian bayi secara mengejutkan telah berkurang ke 50% semenjak posisi tidur ini disarankan. Posisi ini dikecualikan pada bayi yang cacat dibagian kepala dan mempunyai lidah yang besar yang akan meyekat pernafasan. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Diah E.M pada tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Denpasar , dimana hasil penelitian menunjukkan peningkatan kualitas tidur setelah diberikan intervensi pijat bayi yaitu 21 responden (70 %), sedangkan 9 responden (30%) tidak mengalami peningkatan kualitas tidur setelah diberikan intervensi pijat bayi. Hasil penelitian juga menunjukkan mean atau rata-rata kualitas tidur pre sebesar 23,77 dan mean kualitas tidur post sebesar 30,83. 4 5

Mas’ud, Fisiologi: Persepsi Kerja Otak,Malang, UM Press Malang,2001 Sadeh, Tumbuh Kembang Anak, Yogyakarta ,Kata Hati,2008

Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 15

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Penelitian yang serupa dilakukan oleh

2015

Tiffany Field di Touch Research

Institute America yang menunjukkan bahwa bayi yang dipijat selama 2x15 menit setiap minggunya dalam jangka waktu 4 minggu , tidurnya menjadi lebih nyenyak sehingga pada waktu bangun konsentrasinya lebih baik daripada sebelum diberi pemijatan (Dalam Roesli6,2013) Secara teori dapat dijelaskan bahwa pada manusia, lebih dari 90% serotonin dalam tubuh ditemukan dalam sel enterochromaffin dalam saluran gastrointestinal (duodenum). Sel enterochromaffin merupakan tempat sintesis dan penyimpanan utama dari serotonin dalam tubuh. Serotonin juga ditemukan dalam sel raphe dalam batang otak, terdapat neuron serotoninergik yang mensintesis, menyimpan, dan melepaskan serotonin sebagai neurotransmiter. Serotonin dapat menginduksi rasa kantuk dan memberikan ketenangan (antidepressan). Pelepasan serotonin dirangsang oleh adanya makanan dan stimulasi pada nervus vagus. Selain itu, sistem neurotransmiter serotonin juga meningkatkan kapasitas sel reseptor untuk mengikat glukokortikoid (adrenalin suatu hormon stres) sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (cortisol hormone), proses ini menyebabkan perasaan rileks pada bayi sehingga merasa lebih nyaman dan tenang saat tidur. (Roesli, 2009; Yahya, 2011) SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menyimpulkan adanya pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dengan nilai (p=value) sebesar 0.025 dimana nilai probabilitas 0.025 kurang dari nilai α 0.05, hal ini dibuktikan dengan kualitas tidur bayi pada kelompok intervensi sesudah dilakukan pemijatan bayi terdapat 70% 6

Roesli, Pedoman Pijat Bayi,Jakarta,PT. Trubus Agriwidia, 2009.

Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 16

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

memiliki kualitas baik dan 30% memiliki kualitas tidur buruk. Sedangkan pada kelompok kontrol pada post test terdapat 20% memiliki kualitas tidur baik dan 80% memiliki kualitas tidur buruk. Sebelumnya kualitas tidur bayi pada kelompok intervensi sebelum dilakukan pemijatan bayi terdapat 20% memiliki kualitas baik dan 80% memiliki kualitas tidur buruk. Sedangkan pada kelompok kontrol pada pre test terdapat 20% memiliki kualitas tidur baik dan 80% memliki kualitas tidur buruk. SARAN Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pada masyarakat, khususnya ibu-ibu tentang pijat bayi sehingga dapat menstimulasi secara maksimal untuk membantu tumbuh kembang anak. Untuk petugas kesehatan perlu mengembangkan promosi dan edukasi tentang pijat bayi kepada masyarakat khususnya orangtua untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur bayi. Dan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel dengan jumlah yang lebih besar, dan juga penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menilai berat badan bayi maupun perkembanagan bayi, bukan hanya kualitas tidur bayi saja., selain itu diharapkan dapat memberikan pelatihan yang lebih intensif pada ibu yang menjadi orang tua responden.

DAFTAR PUSTAKA Candra.(2005). Pijat Dan Senam Sehat Untuk Bayi. Jogjakarta: Kata Hati. Depatretmen Kesehatan. (2009). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Gichara.(2006). Ayo Bangun! Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta : Penerbit Hikmah. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Sebelas. Jakarta: EGC. Hammer, T.J., & Turner, P.h. (1990). Parenting in contemporary society. Edisi ke- 2. New Jersey: Prentice Hall. Dalam : Soedjatmiko. (2006). Pentingnya stimulasi Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 17

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

dini untuk merangsang perkembangan bayi dan balita terutama pada bayi resiko tinggi. Jakarta: Sari Pediatri, 8, 164-173 Hidayat, A.A. 2007. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Kartono, Kartini. 2001. Psikologi Anak Bandung. Jilid Ketiga. Edisi Kedua. Bandung: Mandar Maju Mas’ud, I. 2001. Fisiologi: Persepsi Kerja Otak. UM Press Malang: Malang. Notoatmodjo,Soekidjo.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses, Dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Prasetyono. 2013. Buku Pintar Memijat Bayi. Yogyakarta: Buku Biru Rafknowledge. 2004. Insomnia, Gangguan Tidur. Jakarta : Elek Media Komputindo. Roesli, U. 2009. Pedoman Pijat Bayi. Edisi Revisi. Jakarta: PT Trubus Agriwidia Sadeh.2008. Tumbuh Kembang Anak.Yogyakarta : Kata Hati Saputra.2009.Mengenal Jam Tidur Anak. Jakarta: Angjaya Pustaka Setiadi.2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soedjatmiko.2006. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak.Jakarta: Bedah Ilmu Sugiyono,2009. Statitska Untuk Penelitian. Bandung: Alfaveta Vina. 2010. Kualitas Tidur Sangat Penting Bagi Pertumbuhan Anak. Diakses pada tanggal 15 Februari 2015. Wong, L. D. 2001. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrrlk.. Jakarta:EGC

Siti M Abdurrahman | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 18