Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI LAHIR DIRUANG BERSALIN RUMAH SAKIT TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Sefriyanti Lamangida1, dr.Edwina R.Monayo2, M.Biomed, DR.Rosmin Ilham, S.Kep.Ns.MM3 1 . Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2 . Staf Pengajar Jurusan Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 3 . Staf Pengajar Jurusan Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Sefriyanti Lamangida, 2015. Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Diruang Bersalin Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr.Edwina Rugaiah Monayo,M.Biomed dan Pembimbing II Dr.Hj.Rosmin Ilham,S.Kep,Ns.,MM. Salah satu faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir adalah kadar hemoglobin ibu ketika hamil. Berat bayi lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir sedangkan hemoglobin adalah parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir diruang bersalin Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Metode penelitian menggunakan analisis observasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang melahirkan diruang Bersalin Rumah Sakit Toto Kabila selama bulan Januari sampai April 2015 yang berjumlah 269 orang. Sampel sebanyak 175 responden yang diperoleh dengan menggunakan teknik Purpossive Sampling. Untuk analisa univariat dan bivariat menggunakan uji Spearman Correlation. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan dari kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir dengan p value=0.00(<α=0,05). Nilai dari keofisien korelasi mendapatkan r = 0.582 yang menunjukan bahwa penelitian ini memiliki kekuatan hubungan korelasi kuat. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapatnya hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir diruang bersalin Rumah sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Untuk itu disarankan kepada ibu hamil agar rutin memeriksakan kehamilannya dan memperhatikan pemenuhan gizi kehamilan. Kata Kunci : Hemoglobin, Berat Bayi Lahir Daftar Pustaka : 31(Tahun 2005-2013)
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 1. Pendahuluan Upaya kesehatan ibu telah dipersiapkan sebelum dan selama kehamilan bertujuan untuk mendapatkan bayi yang sehat. Gangguan kesehatan yang terjadi selama kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya.2 Berat bayi lahir sebagai salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Berat bayi lahir normal (usia gestasi 37-42 minggu) adalah 2.500-4.000 gram. Berat bayi lahir normal merupakan suatu hal yang sangat penting karena akan menentukan kemampuan bayi untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidup yang baru sehingga tumbuh kembang bayi akan berlangsung secara normal.7 Menurut penelitian Setianingrum dalam Muazizah 2011, salah satu faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir adalah kadar hemoglobin ibu saat hamil. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir. Kadar hemoglobin merupakan indikator biokimia untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Kehamilan normal terjadi penurunan sedikit konsentrasi hemoglobin dikarenakan hipervolemia yang terjadi sebagai suatu adaptasi fisiologis di dalam kehamilan.8 Dan berdasarkan penelitian Mutalazimah 2005, diperoleh bahwa kadar Hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir memiliki hubungan yang signifikan dengan data berdistribusi normal. Dan didukung oleh penelitian Bondevik dkk di Nepal tahun 2001 yang menyimpulkan bahwa anemia gizi pada ibu hamil berhubungan secara signifikan dengan berat bayi lahir rendah. Anemia yang terjadi saat kehamilan merupakan salah satu masalah besar yang banyak terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi anemia dalam kehamilan di Indonesia adalah sebesar 37,1%.13 Tingginya angka anemia pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka berat bayi lahir rendah di Indonesia yang diperkirakan 350.000 bayi setiap tahunnya. BBLR merupakan salah satu dampak tidak sempurnanya tumbuh kembang janin selama di dalam rahim ibu. Berdasarkan data Depkes RI tahun 2008 yang dilihat dari pola penyebab kematian neonatal, proporsi penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi adalah akibat prematur dan berat badan lahir rendah (35%).3 Prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di Iindonesia pada tahun 2013 adalah 10,2%. Diantara satu daerah dengan daerah lainnya memiliki nilai yang bervariasi, khususnya di provinsi Gorontalo. Laporan Riskesdas 2013
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO mendapatkan bahwa angka BBLR di Provinsi Gorontalo masih berkisar 1314%.12 Rumah Sakit Toto Kabila (RSTK) merupakan salah satu rumah sakit rujukan yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan data kegiatan Kebidanan tahun 2014, terdapat 284 ibu dengan persalinan normal, 176 ibu persalinan dengan komplikasi dan 540 ibu dengan Sectio Caesaria. Berdasarkan data kegiatan Perinatologi tahun 2014, terdapat 1.055 bayi dengan berat badan ≥ 2.500, terdapat 146 bayi dengan berat badan < 2.500 (BBLR) dan 16 bayi meninggal akibat BBLR. Berdasarkan pengambilan data awal di ruang kebidanan, pada bulan Januari terdapat kurang lebih 39 ibu yang melahirkan normal dan kurang lebih 30 ibu melahirkan dengan sectio caesaria serta terdapat kurang lebih 5-6 ibu hamil yang mengalami anemia dan 3 diantara ibu anemia tersebut melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR). (Rekam Medik RSTK, 2014) Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil dengan berat bayi lahir di ruang bersalin Rumah Sakit Toto Kabila (RSTK) Kabupaten Bone Bolango. 2. Metode Penelitian Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di ruang bersalin Rumah Sakit Toto Kabila (RSTK) Kabupaten Bone Bolango. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah observasi dengan pendekatan Cross Sectional. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah kadar Hemoglobin (Hb) ibu hamil dan variabel dependen adalah Berat bayi lahir (BBL). Populasi Dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan diruang bersalin Rumah Sakit Toto Kabila (RSTK) Kabupaten Bone Bolango selama bulan Januari sampai April 2015 yang berjumlah 269 jiwa. Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik Purposive sampling, yang berjumlah 175 responden. 1. Kriteria inklusi : 1) Bersedia menjadi responden 2) Ibu bersalin aterm 38-42 minggu 3) Kehamilan tunggal
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2. Kriteria ekslusi : 1) Ibu hamil yang menderita penyakit kronik (Hipertensi, Diabetes Mellitus, infeksi TORCH). 2) Ada perdarahan sebelum persalinan 3) Data rekam medik tidak lengkap 2.1 Teknik Analisa Data Analisa Univariat Untuk mengetahui dan memperlihatkan distribusi dan frekuensi serta presentase dari tiap variabel yang diteliti. Analisa Bivariat Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti dengan menggunakan uji statistik Spearman Korelation. 3. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian Distribusi Usia Ibu Hamil Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Usia Ibu Hamil Di Ruang Bersalin RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2015 Umur (Tahun)
Jumlah (n)
Percent (%)
< 20 20-30 > 30 Total
22 87 66 175
12.6 49.7 37.7 100.0
Ibu yang melahirkan di ruang Bersalin RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang terbanyak adalah kelompok usia 20-30 tahun sebanyak 87 responden (49.7%), kemudian kelompok usia >30 tahun sebanyak 66 responden (37.7%) dan kelompok usia <20 tahun sebanyak 22 responden (12.6%). Distribusi berat Badan Bayi Tabel 4.2 Distribusi Berdasarakan Berat Badan Bayi Di Ruang Bersalin RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2015 Berat Badan Bayi
Jumlah (n)
Percent (%)
BBLN BBLR Total
149 26 175
85.1 14.9 100.0
Bayi yang dilahirkan di ruang Bersalin RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang terbanyak adalah kelompok berat bayi lahir normal (BBLN)
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO sebanyak 149 responden (85.1%) dan berat bayi lahir rendah (BBLR) sebanyak 26 responden (14.9). Distribusi Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Di Ruang Bersalin RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2015 Kadar Hb
Jumlah (n)
Percent (%)
Normal Anemia (ringan) Total
120 55 175
68.6 31.4 100.0
Ibu hamil yang diperiksa kadar hemoglobinnya di ruang Bersalin RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang terbanyak adalah kelompok Hb Normal sebanyak 120 responden (68.6%) dan kelompok Anemia sebanyak 55 responden (31.4%). Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi Tabel 4.4 Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Ruang Bersalin RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Tahun 2015
Dari hasil analisa data diatas menunjukan bahwa dari 175 responden, terdapat 119 responden (68%) yang melahirkan dengan kadar hemoglobin normal dan berat bayi lahir normal. Sementara terdapat 30 responden (17.1%) yang melahirkan dengan anemia tetapi berat bayi lahir normal dan terdapat 25 responden (14.3%) yang melahirkan dengan anemia dan berat bayi lahir rendah (BBLR). 3.2 Pembahasan Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan hasil penelitian terhadap 175 responden, terdapat 120 responden (68.6%) yang kadar hemoglobinnya dalam batas normal, ini dapat disebabkan karena tercukupinya kebutuhan nutrisi zat besi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah selama kehamilan dan ditemukan ibu hamil
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO yang mengalami anemia ringan sebanyak 55 responden ( 31.4% ). Peneliti berasumsi bahwa kejadian anemia yang masih cukup tinggi ini diakibatkan oleh faktor usia ibu hamil (usia kurang dari 20 tahun dan usia lebih 30 tahun). Menurut Proverawati (2009), semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur lebih dari 30 tahun perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung.10 Konsentrasi hemoglobin ketika hamil terlihat menurun, walaupun sebenarnya lebih besar dibandingkan dengan hemoglobin pada orang yang tidak hamil, kondisi ini disebut anemia fisiologis. Anemia fisiologis ini disebabkan oleh meningkatnya volume plasma darah. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32-36 minggu. Menurut Kasdu (2005), besarnya kejadian anemia pada ibu hamil disebabkan karena meningkatnya jumlah sel – sel darah merah sampai 33% dari keadaan tidak hamil yang diakibatkan oleh perubahan hematologi dalam masa kehamilan. Winkjosastro (2005) menyebutkan bahwa selama kehamilan volume darah meningkat. Bertambahnya sel-sel darah merah cenderung kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah, keadaan ini disebut hidremia atau hipervolemia. Kasdu (2005), menuliskan bahwa perubahan hematologi tersebut menyebabkan ibu hamil membutuhkan zat besi dalam jumlah yang lebih besar selain untuk mencukupi kebutuhan bayi yang dikandungnya kurang lebih tambahan yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin selama hamil adalah 1.050 mg zat besi atau 3.6 mg/hari. Zat besi yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin darah yang merupakan bahan baku dari sel-sel darah merah.5 Zat besi penting untuk membuat hemoglobin dan protein didalam sel darah merah yang membawa oksigen ke jaringan tubuh lain, membantu mencegah anemia. Zat besi bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan seldarah merah, sehingga bisa menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme zat gizi yang dibutuhkan janin untuk pertumbuhan didalam rahim. Bila kadar hemoglobin didalam darah kurang, sirkulasi oksigen dan metabolisme zat gizi terganggu sehingga pertumbuhan janin dalam rahim terhambat.10
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah, pertumbuhan, metabolisme energi dan untuk meminimalkan kejadian anemia. Bila terjadi kekurangan zat besi dalam tubuh maka kemampuan metabolisme energi berkurang, kemampuan janin dalam menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya juga terhambat sehingga menganggu pertumbuhan janin di dalam rahim.6 Berat Bayi lahir Berdasarkan hasil penelitian terhadap 175 responden, terdapat 149 responden (85.1%) yang melahirkan dengan berat bayi lahir normal (BBLN), ini dapat disebabkan karena selama masa kehamilan ibu tidak memiliki faktor yang dapat mempengaruhi kehamilannya dan terdapat 26 responden (14.9%) yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Peneliti berasumsi hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi ibu selama masa kehamilannya yaitu usia ibu hamil dan jumlah paritas. Menurut Depkes RI (2005), faktor yang berpengaruh dan menyebabkan terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR) yaitu faktor dari ibu, faktor kehamilan dan faktor janin. Faktor ibu meliputi anemia, umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak persalinan yang dekat dan penyakit ibu. Faktor janin bisa dari cacat bawaan maupun infeksi dalam rahim. Berdasarkan hasil penelitian, dari 26 responden yang melahirkan BBLR, 4 responden (2.3%) melahirkan BBLR dengan usia <20 tahun, 8 responden (4.6%) melahirkan BBLR dengan usia >30 tahun. Ini menunjukan bahwa usia ibu hamil dapat mempengaruhi berat bayi lahir. Kehamilan dibawah 20 tahun merupakan kehamilan beresiko tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Hal ini terjadi karena sistem reproduksi mereka belum matur dan mereka belum memiliki plasenta seperti wanita dewasa. Selain itu kehamilan pada usia dibawah umur sangat berpengaruh terhadap emosi dan kejiwaannya. Sedangkan umur tua perlu tambahan energy yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Prawirohardjo (2010), penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah maternal age/usia ibu. Kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.9 Muazizah (2011) mengatakan bahwa faktor – faktor yang dapat mempengaruhi berat badan lahir adalah faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal. Faktor lingkungan internal diantaranya adalah usia ibu hamil, jarak kehamilan, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, lingkar
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO lengan atas (LILA), pemeriksaan kehamilan dan penyakit saat hamil. Faktor lingkungan eksternal yaitu kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.8 Bayi dengan berat lahir normal terbukti mempunyai kualitas fisik, intelegensia maupun mental yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir rendah. Bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500gr) akan mengalami hambatan perkembangan dan kemunduran pada fungsi intelektualnya. Hal ini karena bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki berat otak lebih rendah menunjukan terjadinya defisit sel-sel otak sebanyak 8-14 % dari normal. Hubungan Kadar Hemoglobin ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir Berdasarkan hasil penelitian dari 175 responden, terdapat 120 responden (68.6%) dengan kadar hemoglobin normal. Dan terdapat 55 responden (31.4%) yang mengalami anemia dan 25 responden (14.3%) diantara ibu yang mengalami anemia melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan terdapat 30 responden (17.1%) lagi yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN). Pada ibu dengan kadar hemoglobin rendah (anemia) dan melahirkan berat bayi lahir rendah sebabkan karena rendahnya oksigen, nutrisi yang diperlukan untuk kebutuhan janin dalam proses tumbuh dan berkembangnya sehingga hal tersebut mempengaruhi berat bayi lahir. Pada ibu hamil dengan kadar hemoglobin normal dan berat bayi lahir normal dikarenakan tercukupinya suplay darah yang mengandung nutrisi dan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin sehingga bayi lahir dengan berat bayi normal. Pada ibu hamil dengan kadar hemoglobin rendah (anemia) dan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir normal dapat terjadi karena keadaan ibu hamil tersebut tidak memiliki faktor penyulit selama kehamilan (usia dalam batas yang ditentukan, tidak memiliki penyakit yang menyertai kehamilan) sehingga anemia ringan yang terjadi tidak secara langsung menyebabkan berat bayi lahir rendah. Ada sumber lain mengatakan bahwa, kadar hemoglobin ibu hamil 10.5gr/dl masih dalam batas normal dan selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1000 mg sehingga di saat ibu mengalami anemia, janinnya tidak akan terganggu karena ada zat besi maternal sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan janin yang dikandungnya. Untuk ibu hamil yang kadar hemoglobinnya normal tetapi melahirkan Berat bayi lahir rendah (BBLR) dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu kelainan plasenta, infeksi pada janin selama masa kehamilan. Ini menunjukan bahwa ada hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Subagyo (2012) bahwa ada hubungan yang signifikan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUD dr.Soeroto Ngawi dengan tingkat hubungan kedua variabel kuat.12 Hasil yang sama ditemukan oleh Sustini (2003) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan antara anemia ibu hamil dengan hasil kehamilan di puskesmas Jagir, Kota Surabaya, menunjukan bahwa ada hubungan antara kedua variabel yang diteliti. Ibu hamil anemia pada trimester kedua dan ketiga beresiko 8.23 kali lebih besar untuk terjadi gangguan hasil kehamilannya dibandingkan ibu yang tidak anemia. Didukung pula penelitian oleh Mutalazimah, 2005 tentang hubungan lingkar lengan atas dan kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir di RSUD dr. Moewardi Surakarta, yang menunjukan bahwa kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir memiliki hubungan yang signifikan. Bobak (2005) menyebutkan bahwa sel-sel darah merah dalam darah mengandung hemoglobin yang memiliki tugas mengangkut oksigen dari paruparu ke jaringan. Jika seseorang mengalami anemia menyebabkan darah tidak dapat mengirim cukup banyak oksigen ke seluruh jaringan., sehingga proses metabolisme dan pertukaran zat gizi yang penting dalam jaringan terganggu. Akibatnya keadaan ini akan berpengaruh pada wanita hamil dan janin yang dikandungnya. Keadaan anemia akan mempengaruhi bayi yang akan dilahirkan. Dimana kurangnnya hemoglobin akan berakibat pada kurangnya absorbs dan transportasi oksigen keberbagai jaringan tubuh dengan segala akibatnya, sehingga menyebabkan berkurangnya suplai makanan kepada hasil konsepsi melalui plasenta. Akibatnya plasenta menjadi kecil dan transfer gizi ke janin yang diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan berkurang. Kondisi ini menyebabkan lambatnya pertumbuhan janin sehingga berat badan lahir menjadi rendah (BBLR), menghasilkan persalinan dengan prematuritas tinggi, cacat bawaan, kelahiran dengan anemia, intelegensia rendah, dan lebih fatal lagi adalah kematian ibu dan janin.1 Haryanta (2008), dalam peneltiannya menyatakan bahwa ibu dengan kadar hemoglobin yang normal semakin kecil untuk melahirkan dengan berat bayi lahir normal (BBLR), sebaliknya kadar hemoglobin yang kurang atau anemia beresiko melahirkan dengan berat bayi lahir rendah (BBLR).4 4. Simpulan Dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto kabila Kabupaten Bone Bolango, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 1. Terdapat 68.6% responden dengan kadar hemoglobin normal dan 31.4% responden dengan kadar hemoglobin <11 gr/dl (anemia). 2. Terdapat 85.1% responden dengan berat bayi lahir normal (BBLN) dan 14.9% responden dengan berat badan lahir rendah (BBLR). 3. Ada hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan tingkat hubungan kuat (r = 0.582) dengan p value = 0.000 < α = 0.05. Saran Untuk mencegah semakin meningkatnya angka kejadian anemia dan berat bayi lahir di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto kabila Kabupaten Bone Bolango, maka peneliti memberikan saran, yaitu: 1. Diharapkan kepada petugas kesehatan (Pemerintah daerah dan Rumah Sakit) untuk lebih mengoptimalkan dan meningkatkan strategi dalam upaya menekan kejadian anemia dan BBLR berupa program deteksi dini (pengukuran LILA, pemantauan berat badan selama hamil, penilaian kadar hemoglobin) dan memberikan pelayanan antenatal care (ANC) sesuai standar baku ANC. 2. Bagi masyarakat, terutama ibu hamil dan keluarganya diharapkan agar rutin memeriksakan kehamilannya dan memperhatikan pemenuhan gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. 3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bobak dan Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC Departemen Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI; 2009 Departemen Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI; 2008. Haryanta, Wawan. 2008. Hubungan Antara Kadar Hemoglobin Rendah Pada Ibu Hamil Trimester tiga Dengan Berat Bayi Lahir Rendah. Jurnal Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Kehamilan. Jakarta : Puspa Swara. Manuaba, IBG. 2010. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Moehyi S. 2008. Bayi sehat dan cerdas melalui gizi dan makanan pilihan : pedoman asupan gizi untuk bayi dan balita. Jakarta : Pustaka Mina
Jurnal Keperawatan
2015 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 8.
9. 10. 11. 12. 13. 14.
15.
Muazizah. 2011. Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu hamil dengan Berat Bayi Lahir Di RS Permata Bunda Kab. Grobogan. Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang. Jurnal. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat cetakan ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Proverawati, A dan siti Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika Rahmawati, Eni Nur. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Jakarta : Victory Inti Cipta. Riset kesehatan dasar. Berat dan panjang badan lahir bayi. Jakarta : Riskesdas 2013. Riset kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Jakarta : Riskesdas 2013 Subagyo. 2011. Hubungan Antara Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian BBLR Di RSUD dr. Soeroto Ngawi. Surabaya : Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. Jurnal Wiknjosatro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.