Kerangka Acuan Seminar Sehari Perdagangan Orang di Indonesia: Menemukan Keadilan Bagi Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Eksploitasi Seksual Anak (ESKA) Latar Belakang Perdagangan orang adalah kejahatan serius yang juga menjadi perhatian masyarakat internasional. Korban perdagangan orang diperlakukan sebagai komoditi yang tak ubahnya barang dagangan yang dapat dipindahtangankan kemana saja oleh pelaku. Menurut UU No. 21 Tahun 2007 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), definisi perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Pada tahun 2010 US Department of State dalam laporan tahunannya menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara sumber, transit dan tujuan dari perdagangan orang. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa perusahaan penempatan tenaga kerja atau biasa disebut dengan PPTKIS/PJTKI bertanggung jawab terhadap 50% lebih pekerja migran perempuan asal Indonesia yang mengalami unsur perdagangan orang di negara tujuan. Korban umumnya diperdagangkan untuk kepentingan prostitusi, kerjapaksa, upah rendah dan jam kerja yang berlebihan, serta dikondisikan terikat pada jeratan hutang yang tidak putus (www.state.gov/g/tip/rls/tiprpt/2010) International Organization for Migration (IOM) bekerjasama erat dengan US Department of State Office to Monitor and Combat Trafficking in Persons (G-TIP) sejak tahun 2005, dan telah membantu para korban perdagangan orang melalui program bantuan langsung (direct assistance programme) yang meliputi bantuan pendampingan hukum, medis dan reintegrasi sosial. Sebanyak 3,840 korban sejak Maret 2005 hingga Desember 2010 telah dirujuk kepada IOM, dari data tersebut sebanyak 3,738 orang menerima bantuan medis, 1,120 orang menerima bantuan reintegrasi sosial dan hanya 144 orang menerima bantuan pendampingan hukum. Dari 3,840 korban perdagangan orang yang dirujuk ke IOM tersebut, sebanyak 905 (24% atau hampir 1/3) masuk kategori anak-anak. Data dari Yayasan Kusuma Buana tahun 2009 menyebutkan angka kasus ekspolitasi seks komersial anak (ESKA) di Jakarta paling banyak adalah untuk seks trafficking (23,3%) dan prostitusi anak (66%), sementara 55% pelaku ESKA di Jakarta adalah orang-orang terdekat korban seperti tetangga dan saudara. Dari rincian data tersebut diatas nampak bahwa angka korban yang bersedia untuk melanjutkan kasusnya ke jalur hukum masih sangat rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan korban tidak tertarik untuk membawa kasusnya ke jalur hukum sangatlah bervariasi, diantaranya korban masih merasa ketakutan terhadap pelaku, takut akan ancaman lanjutan kepada diri dan keluarganya jika melapor, hilang rasa percaya kepada siapapun, trauma dan hilang ingatan karena kekerasan yang dialaminya atau karena penyebab lain seperti penggunaan alkohol dan narkotika selama mereka diperdagangkan.
1
Lebih dari itu, hingga hari ini belum ada satupun kasus korban perdagangan orang yang telah menerima bantuan pendampingan hukum dari IOM berhasil membawa kasusnya hingga tingkat pengadilan. Pada umumnya korban menarik tuntutannya akibat ancaman dan tekanan dari pelaku, tidak mendapat dukungan dari keluarga, ketakutan harus berhadapan dengan proses hukum yang panjang dan berbelit – belit, atapun karena korban bersedia untuk damai dengan pelaku setelah menerima sejumlah kompensasi uang. Atas dasar dari kondisi dan fakta tersebut diatas, IOM bekerjasama dengan Pusat Bantuan Hukum PERADI dan National Coalition for the Elimination of Commercial Sexual Exploitation on Children (ECPAT) berupaya untuk mendorong dan mengupayakan terciptanya keadilan melalui penyediaan akses layanan bantuan hukum yang profesional untuk menangani kasus-kasus korban perdagangan orang. Penyediaan akses bantuan hukum kepada kelompok rentan khususnya korban perdagangan orang untuk dapat terpenuhi hak-hak korban dan keluarganya dalam proses peradilan menjadi kotmitmen yang akan di upayakan secara bersama oleh IOM, Pusat Bantuan Hukum PERADI dan ECPAT. Untuk meningkatkan pengetahuan penegak hukum yang terlibat dalam penanganan kasus perdagangan orang, khususnya advokat – dalam memahami fakta dan fenomena perdagangan orang di Indonesia IOM, PERADI dan ECPAT merasa perlu untuk menyelenggarakan seminar sehari yang ditujukan bagi advokat anggota PERADI di Jakarta dan sekitarnya. Dalam seminar sehari tersebut, beberapa lembaga terkait dengan penegakan hukum di Indonesia seperti kepolisian, kehakiman dan kejaksaan akan di undang untuk dapat berbagi pengalaman dalam penanganan kasus-kasus korban perdagangan orang. Tujuan Meningkatkan pengetahuan advokat anggota PERADI mengenai fenomena dan fakta perdagangan orang dan eksploitasi seksual anak di Indonesia, sebagai upaya penyadaran kepada para advokat untuk turut berpartisipasi dalam upaya penegakkan hukum di Indonesia khususnya terkait dengan perlindungan dan pemenuhan hak-hak korban perdagangan orang dan eksploitasi seksual anak. Waktu dan Tempat Tanggal : 27 Mei 2011 Jam : 08:00 – 17:00 Tempat : Millennium Hotel Sirih Jakarta JL. Fachrudin 3 Jakarta 10250, Indonesia Kontak Person Untuk keterangan lebih lanjut mengenai detail kegiatan ini, hubungi Saudari Hilda Suherman di 081320368875 (PBH PERADI), Saudara Hendra Adi di 08111335994 (IOM) atau Saudari Mia Lestari di 08118204953 (IOM), dan silahkan kirim formulir lembar konfirmasi kehadiran ke sekretariat Pusat Bantuan Hukum PERADI melalui fax di (021) 83703156 - 57
2
Agenda Seminar Sehari Perdagangan Orang di Indonesia: Menemukan Keadilan Bagi Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Eksploitasi Seksual Anak (ESKA)
Waktu Kegiatan 08:00 – 08:30 08:30 – 09:00
Kegiatan Registrasi Peserta Seminar oleh Panitia Penyelenggara Pembukan dan Sambutan, oleh: 1. Denis Nihill, Chief of Mission IOM Indonesia 2. Ahmad Fikri Assegaf, Ketua Dewan Pengurus Pusat Bantuan Hukum Peradi 3. Ahmad Sofian, Koordinator Nasional ECPAT Pembawa Acara: Hilda Suherman (PERADI)
09:00 – 11.30
Gambaran Umum, Data, Fenomena Perdagangan Orang di Indonesia, dilanjutkan dengan Tanya Jawab 1. Deputi Perlindungan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA), Ibu Luly ”Data dan Fakta Perdagangan Orang di Indonesia: Perspektif Pemerintah” 2. Ahmad Sofian, ECPAT ”Fenomena Perdagangan Anak, Eksploitasi Seksual Dan Penanggulangannya” 3. Alexander Lay, PERADI ”Peran Advokat Dalam Memberikan Bantuan Hukum Kepada Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang”
11.30 – 13:00 13.00-16.00
Moderator: Nurul Qoiriah, Internasional Organization for Migration (IOM) ISHOMA Penanganan Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO): Kendala dan Peluang, dilanjutkan dengan Tanya Jawab. 1. Mahkamah Agung “Vonis Pelaku Perdagangan Orang: Rujukan KUHAP dan UU” 2. Kejaksaan Agung ”Proses Penuntutan Kasus Perdagangan Orang dalam Kerangka Menegakkan Hak-hak Korban” 3. Kepolisian Daerah Lampung ”Pengalaman Polda Lampung dalam Penanganan Kasus Perdagangan Orang dalam Menjamin Hak-Hak Korban & Restitusi
3
4. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) ”Peran LPSK dalam Melindungi Saksi Korban Perdangangan Orang dan Keluarganya”
16.00 – 16.45 16.45 – 17.00
Moderator: Anggara (PBH PERADI) Orientasi Ruang Lingkup Layanan Bantuan Hukum bagi Korban Perdagangan Orang di Indonesia, Kerjasama antara PERADI, IOM dan ECPAT Penutupan oleh Panitia
--end--
4