Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Air Terjun Silimalima di Kabupaten Tapanuli Selatan Analysis of Potential and Development Strategy for Silimalima Waterfall As An Ecotourism on South Tapanuli Regency Mhd. Rizky Azhari Nasutiona, Agus Purwokob, Kansih Sri Hartinib aProgram
Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tri Dharma Ujung No.1 Kampus USU Medan 20155(*Penulis korespondensi, Email:
[email protected]. bStaff
Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155
Forest resources have so much benefits for human being. One of the example is environmental service such as ecotourism. Silimalima Waterfall is one of the ecotourism that can be found on Simaninggir Village, Marancar Districts, South Tapanuli Regency, North Sumatera Province. This waterfall needs some developments to be ready as an ecotourism that will give some benefits for local communities and to minimize the environmental damage that often caused by the tourism activity. The purpose of the research were to analyze the potential of Silimalima Waterfall and to analyze the problems along with strategies of Silimalima Waterfall development. The research was conducted by giving the questioner about internal and external factors to the respondents, local communities and the employers of Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata of South Tapanuli Regency. Data results will be used to find the strengths, weaknesses, opportunities and threats of Silimalima Waterfall as an ecotourism on South Tapanuli Regency. The result of this research showed that the feasibility percentage of Silimalima Waterfall development is 73,72%, that makes it feasible to do the developments. The result of SWOT Analysis shows that Silimalilma Waterfall is on the first quadrant that means Siimalima Waterfall is on a very profitable position because the strengths could covers the weaknesses and the threats and also make it possible to take all of the opportunities. Keywords: Potency Analisys, Development strategy, Silimalima Waterfall, feasibility, SWOT analysis PENDAHULUAN Sumberdaya hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Affandi dan Patana (2002) menyatakan bahwa berdasarkan wujud/bentuknya manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat tangible dan intangible. Manfaat tangible antara lain kayu, hasil hutan ikutan dan lainlain. Sedangkan manfaat intangible antara lain pengaturan tata air, rekreasi, pendidikan, kenyamanan lingkungan dan sebagainya. Jasa lingkungan merupakan hasil yang diperoleh dari keberadaan sumberdaya alam atau lingkungan berupa jasa tata air, penyerapan karbon, penghasil oksigen, dan sebagainya. Pemandangan yang dihasilkan oleh bentang alam seperti gunung, danau, pantai, sungai dan air terjun juga dapat dikategorikan sebagai jasa lingkungan yang dapat dirasakan oleh setiap orang yang menikmatinya. Perjalanan untuk menikmati keindahan bentang alam ini biasa disebut dengan ekowisata. Air Terjun Silimalima merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Desa Simaninggir, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Air terjun Silimalima memiliki ketinggian kurang lebih 80 meter dan memiliki lanskap yang sangat indah dan masih sangat terjaga kealamiannya. Selain itu akses ke lokasi obyek wisata ini cukup baik walau pengunjung perlu berjalan kaki untuk melewati jalan setapak melewati sawah perkebunan masyarakat sekitar serta menuruni lereng ke lokasi air terjun. Obyek wisata air terjun Silimalima ini masih sangat jarang diketahui keberadaannya namun sangat berpotensi untuk menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar. Oleh karenanya perlu dilakukan analisis mengenai potensi dan strategi pengembangan obyek wisata air terjun ini.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015. Lokasi penelitian adalah Air Terjun Silimalima di Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan variabel pengembangan ekowisata (ecotourism). Dalam penelitian ini akan dianalisis bagaimana variabel pengembangan dapat mendukung pengembangan objek wisata air terjun Silimalima. Bahan dan alat yang digunakan adalah: 1. Peta wilayah administrasi kabupaten, kecamatan, data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan lokasi penelitian. 2. Kuisioner penelitian yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. 3. Laporan dan tesis hasil penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dan berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk membantu melengkapi pengamatan langsung di lapangan. 4. Kamera untuk dokumentasi lahan dan panorama yang disajikan obyek wisata. Obyek dan Data Penelitian Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dalam pengelolaan obyek wisata, masyarakat setempat, serta kalangan lain yang ada di wilayah studi, dengan obyek penelitian : a. Aparat desa, tokoh masyarakat, petani dan masyarakat setempat yang berada disekitar hutan. b. Kawasan hutan dan kawasan obyek wisata. Data penelitian yang diambil adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian atau data umum yang
1
ada dari instansi pemerintahan desa dan kecamatan. Sedangkan data primer yang dikumpulkan antara lain adalah hasil penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Metode Pengumpulan Data Pendekatan yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah metode purposive sampling (pengambilan sampel bertujuan). Desa yang diteliti adalah Desa Simaninggir, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara. Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Responden harus berusia minimal 18 tahun, pendidikan minimal SMP dan telah mengunjungi sedikitnya 3 tempat ekowisata. Jumlah sampel pengunjung yang diambil merupakan 15% dari jumlah total pengunjung bulanan yang biasanya mencapai 240 pengunjung, yaitu 36 responden. Untuk responden dari masyarakat diambil 10% dari jumlah penduduk Desa Simaninggir yang berjumlah 950 orang, yaitu 95 orang. Untuk responden dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Tapanuli Selatan diambil sebanyak 63% dari jumlah total pegawai yang berjumlah 30 orang yaitu 19 orang sehingga total seluruh responden adalah 150 orang. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya disunting dan ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan obyek wisata. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Pengembangan kepariwisataan tak bisa lepas dari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya. Untuk dapat memahami faktor-faktor internal dan eksternal tersebut dengan lebih detail, maka dilakukan klasifikasi faktor internal ke dalam faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal dikelompokkan ke dalam faktor peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Analisis faktor internal-eksternal ini sangat bermanfaat untuk dipergunakan dalam perumusan strategi dan program pengembangan kepariwisataan (Rangkuti, 2005). Analisis Data Obyek dan daya tarik (flora, fauna dan obyek lainnya) yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria penskoringan pada Pedoman Analisis dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: S=NxB Ket: S = skor/nilai suatu kriteria N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria B = bobot nilai Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu kriteria apabila setiap sub kriteria memiliki nilai maksimum yaitu 5. Hasil penilaian tersebut adalah sebagai berikut : Nilai indeks kelayakan suatu obyek wisata: Skor kriteria X 100% Skor Total kriteria
Analisis Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT Teknik penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (sampel bertujuan). Hasil kuisioner kemudian dianalisis dengan memberikan bobot dan rating terhadap masing-masing kriteria. Skoring dan pembobotan ini dilakukan untuk mendapatkan posisi Air Terjun Silima-lima dalam diagram analisis SWOT. Diagram SWOT dapat dilihat pada bagan yang ada pada Gambar 1. Peluang Eksternal Kelemahan Internal
2
1
3
4
Kekuatan Internal
Ancaman
Gambar 1. Bagan Analisis SWOT Eksternal
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Air Terjun Silimalima Air terjun Silimalima merupakan air terjun dengan ketinggian +80 meter yang kawasannya berada di Areal Penggunaan Lain (APL) (Lampiran 6) yang pengawasan dan perlindungannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tapanuli Selatan. Secara administratif, Air Terjun Silimalima terletak di Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Marancar sendiri merupakan bagian dari Unit Pelaksanaan Teknis Wilayah III (Batangtoru) bersamaan dengan Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan Batangtoru, Kecamatan Muara Batangtoru dan Kecamatan Angkola Sangkul (Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2015). Karakteristik Kawasan Air Terjun Silimalima Air Terjun Silimalima berada di antara lembah-lembah tebing yang curam dengan batuan besar di sekelilingnya. Kawasan air terjun ini dikelilingi oleh hutan sekunder dan perkebunan masyarakat sekitar. Lokasi wisata Air Terjun Silimalima dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan acara lomba lintas alam karena memiliki jalur-jalur tracking yang cukup menantang namun tidak begitu ekstrim. Menurut Dinas Pemuda dan Pariwisata Tapanuli Selatan kawasan Air Terjun Silimalima ini juga cocok dimanfaatkan dalam event-event olahraga outdoor. Promosi wisata yang dilakukan pemerintah daerah adalah dengan menggunakan brosur, kalender dan juga penyiaran di radio-radio. Selain itu tengah disiapkan pula cinderamata bernama “ucok-butet” yang akan dijadikan cinderamata khas Tapanuli Selatan (Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2015). Nama Air Terjun Silimalima didapatkan dari jumlah tangga jatuhan air yang berjumlah lima buah. Air terjun ini dikelilingi oleh bukit-bukit yang sebagian besar prmukaannya ditutupi oleh pepohonan, pakis (Pteridophyta) dan lumut (Bryophyta). Bukit yang dialiri air terjun ini terbentuk dari batuan pada lapisan terluarnya. Lembah batuan ini juga membentuk cekungan sungai dengan kedalaman mulai dari 1 meter pada wilayah jatuhnya air terjun (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015). Aliran air yang keluar dari cekungan sungai tersebut membentuk air terjun lainnya yang lebih kecil dengan ketinggian + 5 meter. Air keluar melalui sela-sela batuan besar
2
yang tertumpuk di ujung kolam sehingga batuan besar tersebut tampak seolah-olah menghambat keluarnya air dari kolam yang terbentuk secara alami tersebut. Aliran sungai yang terbentuk dari jatuhan air terjun yang lebih kecil ini memiliki arus air yang lebih tenang dibandingkan dengan lubuk sungai yang terbentuk dari jatuhan air terjun utama. Karena arusnya yang lebih tenang dan juga kedalamannya hanya mencapai 1,5 meter, kebanyakan pengunjung lebih memilih untuk mandi di aliran sungai yang tenang ini. Di bagian ujung sungai kecil yang mengalir tenang ini terdapat sebuah batu besar yang bersama dengan pinggiran sungai yang juga merupakan batuan menghimpit arus air sebelum air kemudian jatuh lagi sungai yang lebih lebar yang ada di bawahnya. Sungai yang lebar ini ditutupi oleh dua buah batu yang sangat besar yang berbaris mengikuti arus sungai pada bagian tengahnya sehingga arus air terbagi dan arus air menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan aliran pada sungai yang ada di atasnya. Air pada sungai ini cukup sulit dijangkau karena letaknya yang curam dan berada pada sela-sela batu yang besar dan pinggiran sungai yang sebagian besar permukaannya terbentuk oleh batuan (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015) Analisis Faktor Internal dan Eksternal A. Daya Tarik Kawasan wisata alam Air Terjun Silimalima memiliki keunikan sumberdaya alam berupa air terjun dengan jatuhan air setinggi + 80 meter dan juga adanya aliran sungai seperti yang tampak pada Gambar 2. Sumberdaya alam yang menonjol adalah adanya batuan besar dan aliran air. Sungai Aek Sirabun yang merupakan aliran sub DAS Aek Sirabun dari DAS Batangtoru (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015). Kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain menikmati keindahan alam, tracking, penelitian/pendidikan dan kegiatan olahraga seperti lintas alam. Gambar 4 menunjukkan bagaimana pengunjung dapat menikmati panorama yang ada di sekitar Air Terjun Silimalima. Pengunjung juga dapat bermain air ataupun mandi di sungai yang memiliki arus yang tenang dengan kedalaman 1-1,5 meter (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
Gambar 2. Keunikan Sumberdaya Alam Berupa Air Terjun Silimalima dan Batuan Besar
Kawasan Air Terjun Silimalima merupakan kawasan yang terbebas dari pemukiman penduduk. Di kawasan ini tidak ditemukan adanya industri ataupun pencemar lainnya karena untuk memasuki kawasan wisata Air Terjun Silimalima harus dilakukan dengan berjalan kaki sejauh +2 km melewati jalan setapak yang dikelilingi perkebunan warga dan sawah. Pada beberapa tempat terdapat sungai ataupun aliran air persawahan yang harus diseberangi dengan lebar <3 meter (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
Vegetasi yang tampak saat melewati hutan dan perkebunan serta pertanian milik warga melalui jalan setapak dan antara lain pohon durian (Durio zibethinus), jambu (Eugenia aquea), kweni (Mangifera odorata), karet (Hevea braziliensis), manggis (Garcinia mangostana), mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), jengkol (Archidendron paucicflorum), belimbing (Averrhoa carambola), melinjo (Gnetum gnemon), duku (Lansium domesticum), sengon (Parasianthes falcataria), jambu biji (Psidium guajava), jambu bol (Syzygium malaccense), kayu manis (Cinnamomum burmannii), sukun (Artocarpus communis), nangka (Artocarpus heterophyllus), mahoni (Swietenia mahagoni) dan tanjung (Mimusop elengi). Selain itu dapat ditemukan pula tanaman pisang (Musa paradisiaca), pepaya (Carica papaya), kecombrang (Nicolaia speciosa), kelapa (Cocos nucifera), jagung (Zea mays), singkong (Manihot esculenta), padi (Oryza sativa), talas (Colocasia esculenta), pakis (Sicas rumpii), talas (Colocasia esculenta), senggani (Melastoma candidum), tebu (Sacharum officinarum), cabai (Capsicum annum), cabai rawit (Capsicum frutescens) dan juga salak (Salacca zalacca)(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015). Masyarakat sekitar juga menanam tanaman pertanian di kebun-kebun milik mereka seperti kemiri (Aleurites moluccana), rimbang (Salanum ferrogium), terong (Solenum menlongena), kentang (Solanum tuberosum), jahe (Zingiber officinale), lada (Piper nigrum), pala (Myristica fragrans), kacang tanah (Arachis hypogea), kacang panjang (Vigna sinensis), mentimun (Cucumis sativus), buncis (Vaseolus vulgaris), kacang merah (Vigna umbellate), dan sirih (Piper betle). Tanaman kehutanan lainnya yang ada di hutan di sekitar kawasan Air Terjun Silimalima antara lain pohon meranti (Shorea acuminata), kapur (Dryobalanops aromatic), resak (Vatica pauciflora), mahang (Macaranga javanica), rasamala (Altingia excelsa) dan terap (Artocarpus elasticus) (Kecamatan Marancar, 2015). Kawasan Air Terjun Silimalima cukup aman karena tidak ditemukan adanya perambahan dan penebangan liar, pencurian, maupun kepercayaan yang mengganggu dan juga belum pernah ditemukan kasus tanah longsor. Kawasan wisata Air Terjun Silimalima memiliki udara yang bersih dan sejuk, bebas dari bau yang mengganggu, bebas dari kebisingan, dan tidak ada lalu lintas yang mengganggu karena kawasan air terjun ini cukup jauh dari jalan raya. Ketidakamanan pada kawasan ini disebabkan karena adanya beberapa arus berbahaya pada sungai yang terbentuk dari jatuhan air terjun. Selain itu, sesekali ditemukan adanya penyakit yang berbahaya seperti malaria dan demam berdarah (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015). Sebelum melewati pintu masuk jalur tracking pengunjung dapat menikmati panorama alam yang indah dari dataran yang berada di dekat jurang seperti yang tampak pada Gambar 5. Dari pintu masuk jalur tracking akan tampak dua buah bukit yang masih ditutupi oleh vegetasi hutan yang masih alami. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6, dari masingmasing bukit ini tampak 2 buah air terjun yang memiliki daya tariknya masing-masing. Air Terjun Silimalima berada pada bukit yang di sebelah kanan (Gambar 3), dan merupakan air terjun yang terbesar (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
3
Air Terjun Silimalima adalah 66,67%, sedangkan akomodasi Taman Wisata Alam Sibolangit bernilai kelayakan sebesar 100%. Begitu juga dengan sarana dan prasarana penunjang dimana Air Terjun Silimalima memiliki nilai kelayakan pengembangan 90% sedangkan Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki nilai 100%. Hal ini dikarenakan lokasi Taman Wisata Alam Sibolangit yang berada di Jalur Lintas Sumatera Utara, sedangkan Air Terjun Silimalima berada di Desa Simaninggir yang letaknya sedikit terpelosok. Perbandingan ini dapat dilihat pada Tabel 2a dan Tabel 2b. Gambar 3. Panorama Alam yang tampak dari Pintu Masuk Air Terjun Silimalima
B.
Aksesibilitas Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kondisi jalan dari Kota Padangsidimpuan hingga Desa Simaninggir cukup baik. Jalan terbuat dari aspal dengan lebar >3 meter. Jarak yang ditempuh dari Kota Padangsidimpuan menuju Desa Simaninggir yaitu sekitar 20 km dengan waktu tempuh sekitar 1-2 jam. Sepanjang perjalanan menuju Desa Simaninggir dari Kota Padangsidimpuan ke Desa Simaninggir akan melalui perbukitan, hutan, perkebunan, pedesaan, dan sesekali melewati tepi jurang-jurang yang dipenuhi oleh vegetasi hutan. C. Akomodasi Akomodasi dari Kota Padangsidimpuan ke Desa Simaninggir hanya ada satu trayek angkutan umum dengan jumlah angkutan 8 unit. Angkutan kota yang ada berupa mobil jenis carry berwarna biru. Saat ini masih belum ada penginapan (homestay) yang tersedia di Desa Simaninggir bagi pengunjung yang ingin menghabiskan waktu lebih lama di lokasi wisata ini (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015). D.
Sarana dan Prasarana Penunjang Sarana penunjang yang dapat ditemui dalam radius 15 km adalah rumah makan, pasar dan tansportasi. Sedangkan prasarana penunjang antara lain puskesmas, mesjid dan jaringan listrik (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015). Tabel 1. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Air Terjun Silimalima Kriteria S Sm I Ket Daya tarik Aksesibilitas Akomodasi Sarana & Prasarana
750 450 120 240
1080 625 180 300
72,2 72 66,7 80 73,72
Layak Layak Layak Layak Layak
Ket: S = skor/nilai suatu kriteria Sm = skor maksimal I = indeks kelayakan
Hasil penilaian objek dan daya tarik wisata alam yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1. Tingkat kelayakan rata-rata dari semua faktor yang telah diberikan penilaian adalah 73,72%. Berdasarkan data tersebut, jika dibandingkan dengan Taman Wisata Alam Sibolangit yang memiliki nilai kelayakan 93,40% (Ginting, 2012), Air Terjun Silimalima memiliki nilai kelayakan yang lebih rendah di semua aspek. Daya tarik Air Terjun Silimalima bernilai 72,22%, sedangkan daya tarik Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki nilai kelayakan daya tarik sebesar 86,11%. Aksesibilitas Air Terjun Silimalima memiliki nilai kelayakan 76% sedangkan Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki nilai kelayakan aksesibilitas 87,5%. Hasil penilaian kelayakan pengembangan akomodasi
Tabel 2a. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Air Terjun Silimalima Kriteria S Sm I Ket Daya tarik Aksesibilitas Akomodasi Sarana & Prasarana
750 450 120 240
1080 625 180 300
72,22 72 66,67 80 73,2
Layak Layak Layak Layak Layak
Tabel 2b. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Alam TWA Sibolangit Kriteria S Sm I Ket Daya tarik Aksesibilitas Akomodasi Sarana & Prasarana
930 525 180 300
1080 625 180 300
86,1 87,5 100 100 93,40
Layak Layak Layak Layak Layak
(Sumber: Ginting, 2012) Ket: S = skor/nilai suatu kriteria Sm = skor maksimal I = indeks kelayakan
Meskipun memiliki nilai kelayakan yang lebih rendah, Air Terjun Silimalima masih tetap layak untuk dikembangkan. Pembenahan pada berbagai aspek seperti aksesibilitas, akomodasi serta sarana dan prasarana penunjang sangat perlu dilakukan agar keberadaan Air Terjun Silimalima sebagai destinasi wisata alam tidak kalah ataupun tertinggal dari wisata alam lainnya sehingga wisatawan pun tetap tertarik untuk mengunjungi Air Terjun Silimalima. Kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat sekitar akan sangat diperlukan dalam hal ini. Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk faktor internal didapatkan 13 poin kekuatan, 8 poin kelemahan. Sedangkan untuk faktor eksternal didapatkan 5 poin peluang serta 4 poin ancaman. Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT Pendekatan kuantitatif matriks SWOT dilakukan dengan melakukan menentukan bobot dan pemberian rating sesuai hasil dari kuesioner terhadap setiap kriteria untuk kemudian ditotalkan sesuai kategori masing-masing yaitu kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal serta peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal. Skor total faktor internal kemudian dimasukkan sebagai nilai X dalam kuadran analisis SWOT sedangkan skor total faktor eksternal merupakan nilai Y dalam kuadran analisis SWOT. Hasil evaluasi kuantitatif faktor internal matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 3 dan hasil evauasi faktor eksternal dapat dilihat padaTabel 4.
4
Tabel 3. Evaluasi Kualitatif Faktor Internal No Kekuatan (strength) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Panorama alam yang indah Lokasi wisata yang nyaman dan asri Adanya flora dan fauna yang menarik Udara yang bersih dan sejuk Aman untuk dikunjungi Air terjun terbesar di Tapanuli Selatan Air terjun terindah di Tapanuli Selatan Kondisi Jalan yang baik Masyarakat sekitar yang ramah Tidak adanya perburuan liar Lokasi yang strategis Transportasi yang memadai Biaya yang relatif murah Total Kekuatan
No
Kelemahan (weakness)
1 2 3 4 5 6 7 8
Tidak adanya lokasi berkemah Kurangnya sarana dan prasarana Kurangnya pemasaran wisata Pengelolaan yang belum profesional Adanya sampah yang berserakan Adanya coretan-coretan yang mengurangi keindahan Kurang cocok untuk wisata keluarga Kurangnya penyuluhan kepada masyarakat Total Kelemahan S+W= +0,62 Ket: B = bobot kriteria R = rating S = skor Tabel 4. Evaluasi Kualitatif Faktor Eksternal No Peluang (opportunities) 1 2 3 4 5
Lokasi penelitian flora dan fauna Lokasi wisata pelajar Potensi pengadaan cinderamata Lokasi lintas alam Pengadaan tiket masuk Total Peluang (opportunities) No Ancaman (threat) 1 Kemungkinan longsor 2 Adanya beberapa tempat wisata yang lebih menarik 3 Kurangnya minat pengunjung 4 Cuaca yang sulit diprediksi Total Ancaman (threat) P + T = 3,60 + (-3,10) = +0,50 Ket: B = bobot kriteria R = rating S = skor
B
R
S
0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
+4 +4 +3 +4 +4 +2 +2 +3 +4 +4 +3 +3 +3
0,32 0,32 0,24 0,32 0,32 0,16 0,16 0,21 0,32 0,32 0,21 0,18 0,24 3,32
B
R
S
0,10 0,10 0,10 0,10 0,20 0,20
-1 -2 -2 -4 -4 -3
-0,10 -0,20 -0,20 -0,40 -0,80 -0,60
0,10 0,10
-1 -3
-0,10 -0,30 -2,70
B
R
S
0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 1 B 0,30 0,20
+4 +4 +4 +3 +3 +18 R -3 -4
0,80 0,80 0,80 0,60 0,60 +3,60 Skor -0,90 -0,80
0,30 0,20 1
-2 -4 -13
-0,60 -0,80 -3,10
Nilai eveluasi faktor internal adalah 0,62 sedangkan hasil evaluasi faktor eksternal pada Tabel 15 adalah 0,50. Nilai ini kemudian disajikan dalam kuadran analisis SWOT sperti yang tertera pada Gambar 4. Y
0,50
0,62
X
Gambar 4. Posisi Air Terjun Silimalima pada Kuadran Analisis SWOT
Gambar 4 menunjukkan bahwa posisi kawasan Air Terjun Silimalima berada pada kuadran 1, hal ini mengindikasikan bahwa Air Terjun Silimalima berada pada posisi yang sangat menguntungkan dimana kekuatan yang dimiliki oleh Air Terjun Silimalima dapat menutupi kelemahan dan ancamannya. Posisi ini juga membuat Air Terjun Silimalima dapat mengambil semua peluang yang ada. Situmorang (2007) menyatakan bahwa hasil analisis yang berada pada Kuadran 1 Matriks Posisi Organisasi: a. Merupakan posisi yang sangat menguntungkan. b. Subjek mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal. c. Seyogianya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. B. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Strategi S-O Stragtegi S-O merupakan srategi yang dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan sebaik mungkin untuk dapat mengambil peluang yang ada, adapun strategi yang dapat dilakukan adalah: a. Memberlakukan pembayaran tiket masuk untuk menikmati keindahan panorama dan kenyamanan dan keasrian lokasi wisata. Pemberlakuan tiket masuk juga dapat menambah pendapatan daerah dan untuk mengontrol jumlah pengunjung yang masuk ke kawasan Air Terjun Silimalima agar kerusakan tanaman dan tanah akibat kelebihan pengunjung dapat dihindari sehingga kualitas lokasi wisata tetap terjaga. b. Menyarankan kawasan Air Terjun Silimalima untuk menjadi tempat penelitian bagi mahasiswa dari universitas yang ada di sekitarnya untuk meneliti flora dan fauna yang ada di Air Terjun Silimalima lalu memanfaatkan hasil penelitian untuk memberi paket wisata edukatif kepada pengunjung. c. Membuat dan menawarkan paket wisata lintas alam edukatif dimana para pengunjung diajak melakukan lintas alam dengan didampingi masyarakat sekitar sebagai pemandu sekaligus memberikan penjelasan-penjelasan mengenai flora dan fauna yang ada di kawasan wisata Air Terjun Silimalima. d. Menarik pengunjung dari sekolah-sekolah maupun universitas yang ada di sekitar Desa Simaninggir. e. Memberi cinderamata yang menjadi ciri khas kepada pengunjung sebagai bagian dari paket wisata. f. Menarik masyarakat dari luar desa Simaninggir untuk mengisi acara tahunan seperti lomba lintas alam di lokasi wisata Air Terjun Silimalima. Strategi S-T Strategi S-T merupakan strategi yang dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan sebaik mungkin untuk dapat mengantisipasi ancaman yang ada, strategi yang dapat dilakukan adalah: a. Melakukan penanaman di sekitar lokasi yang memiliki kemungkinan terjadi longsor dengan tanaman-tanaman yang menarik dan memperindah kawasan wisata. b. Menawarkan kenyamanan kepada pengunjung seperti guide, asuransi, tempat-tempat indah untuk pengambilan foto, penitipan barang dan sebagainya.
5
c.
Menarik pengunjung dengan menawarkan keamanan dan kenyamanan wisata. d. Memberikan tanda-tanda berbahaya agar tidak didekati oleh pengunjung untuk menghindari terjadinya kecelakaan seperti longsor. e. Melakukan pengelolaan yang lebih baik untuk menambah daya tarik Air Terjun Silimalima. Strategi W-O Strategi W-O didapatkan dengan menghilangkan kelemahan yang ada untuk dapat memanfaatkan semua peluang yang ada. Strategi yang dilakukan adalah: a. Menyediakan camping ground untuk pengunjung yang ingin melakukan kegiatan berkemah. b. Menyediakan sarana dan prasarana yang umum seperti toilet, ruang ganti, pondok peristirahatan serta menyediakan jalur alternatif untuk pengunjung yang tidak ingin melewati jalur tracking agar dapat menarik pengunjung yang ingin melakukan wisata keluarga c. Melakukan pemasaran wisata yang dapat menarik pengunjung lebih banyak dan memberikan penawaranpenawaran yang menarik untuk pengunjung yang datang bukan di akhir pekan agar kunjungan merata setiap harinya. d. Melakukan pengelolaan secara profesional sehingga dapat membuat Air Terjun Silimalima lebih menarik dan juga lebih sesuai bagi pengunjung yang datang bersama keluarga. e. Melakukan pembersihan terhadap sampah-sampah dan juga menghilangkan coretan-coretan yang mengganggu serta membuat papan himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan ataupun membuat coretan-coretan yang mengganggu, serta elakukan penyuluhan dan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar mengenai pengelolaan wisata alam sehingga dapat menguntungkan bagi masyarakat. Strategi W-T Strategi ini didapat dengan meminimalkan kelemahan untuk mengantisipasi ancaman yang ada, strategi yang dilakukan adalah: a. Menambah minat pengunjung dan daya tarik wisata dengan melakukan penyesuaian tempat wisata agar sesuai untuk diajadikan wisata keluarga. b. Pembuatan lokasi berkemah hanya di tempat yang memungkinkan dan jauh dari lokasi yang memiliki kemungkinan terjadi longsor c. Melakukan pengelolaan yang profesional sehingga pengunjung lebih berminat dan tertarik untuk berkunjung. d. Memberikan arahan waktu yang tepat untuk berkunjung agar pengunjung tidak terkena hujan saat akan menuju air terjun. Strategi yang paling sesuai dengan keadaan Air Terjun Silimalima sekarang adalah dengan menggunakan strategi S-O, yaitu memanfaatkan semua kekuatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk mengambil semua peluang yang ada. Air Terjun Silimalima yang terletak di Desa Simaninggir dapat ditawarkan sebagai salah satu tujuan wisata alternatif bagi wisatawan yang menginginkan tempat wisata baru yang masih sangat terjaga kealamiannya. Selain itu Air Terjun Silimalima juga dapat dijadikan tujuan wisata bagi sekolah-sekolah yang ada di Kota Padangsidimpuan,
Kecamatan Marancar dan Kecamatan Batangtoru yang ingin melakukan kegiatan di alam terbuka. Pemerintah juga dapat membuat acara perlombaan lintas alam di Air Terjun Silimalima untuk menarik antusias masyarakat dan sekaligus menggalakkan program peduli lingkungan. Kawasan air terjun Silimalima juga dapat ditawarkan sebagai lokasi penelitian flora dan fauna bagi sekolah-sekolah ataupun universitas dan institusi yang ada di sekitar kawasan. Penerapan strategi ini akan berdampak baik bagi perkembangan Air Terjun Silimalima sebagai destinasi wisata minat khusus dan juga akan membantu memperbaiki perekonomian masyarakat sekitar karena dengan semakin banyaknya pengunjung maka akan menciptakan sebuah pasar yang baru yang akan mendorong perekonomian masyarakat sekitar. Dengan meningkatnya perekonomian masyarakat yang disebabkan keberadaan Air Terjun Silimalima maka keperluan sehari-hari masyarakat pun tidak lagi bergantung dengan hasil hutan sehingga kelestarian hutan di sekitar daerah tersebut akan terjaga. Wollenberg et al. (2004) menyatakan bahwa saat ini Indonesia berpeluang besar untuk dapat menanggulangi kemiskinan dengn memperhatikan bentuk permasalahan kemiskinan di kawasan hutan, bagaimana intervensi pemerintah yang dapat mengatasi permasalahan tersebut secara lintas sektoral, dan memantau perubahan yang terjadi. Memberi perhatian pada hutan dan masyarakat di kawasan hutan mutlak diperlukan dalam penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Keberadaan tren kembali ke alam yang menggairahkan investasi wisata alam akhir-akhir ini perlu disikapi dengan arahan yang tegas dan bijaksana dari para pengambil keputusan (pemerintah) dan kesadaran yang tinggi dari pengelola agar fungsi ekologis dan ekonomis tetap terjamin. Penetapan harga harus melibatkan pemerintah karena hal ini berdampak luas terhadap kelestarian lingkungan dan masyarakat banyak. Subsidi masih sangat diperlukan untuk menarik investasi di wisata alam Indonesia. Dan yang terpenting pengembangan wisata alam harus mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat sekitar (Nurrochmat, 2005). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan: Kesimpulan yang didapatkan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tingkat kelayakan untuk pengembangan Air Terjun Silimalima adalah senilai 73,72%. Air terjun Silimalima memiliki daya tarik, aksesibilitas, akomodasi, serta sarana dan prasarana penunjang yang cukup baik dan lengkap sehingga lebih memungkinkan untuk dilakukannya pengembangan wisata. 2. Berdasarkan hasil analisis SWOT, Air Terjun Silimalima berada pada Kuadran 1 matriks SWOT yang merupakan posisi yang sangat menguntungkan dimana Air Terjun Silimalima memiliki peluang dan kekuatan sehingga peluang yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal. Posisi ini juga memungkinkan untuk diterapkannya strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Saran Saran untuk pengembangan Air Terjun Silimalima yaitu:
6
1.
2.
Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan Air Terjun Silimalima untuk dikelola dan dijadikan salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan melakukan pengembangan dan sosialisasi kepada masyarakat yang berada di sekitar lokasi wisata sehingga masyarakat sekitar juga memiliki kesejahteraan yang lebih baik tanpa merusak hutan yang ada di kawasan wisata tersebut. Air Terjun Silimalima sebaiknya ditawarkan sebagai tujuan wisata alternatif bagi masyarakat dari luar Desa Simaninggir dan juga dijadikan tempat penelitian dan wisata pelajar bagi sekolah-sekolah maupun universitas yang ada di sekitarnya untuk menambah jumlah pengunjung pada hari-hari tertentu. DAFTAR PUSTAKA
Affandi, O., dan Patana, P. 2002. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Non-marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan Studi Kasus Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan). Laporan Penelitian. Program Ilmu Kehutanan – Universitas Sumatera Utara. Tidak diterbitkan. Ginting, I. A. 2012. Penilaian dan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit. USU: Skripsi. Medan. Nurrochmat, D. R. 2005. Strategi Pengelolaan Hutan: Upaya Menyelamatkan Rimba yang Tersisa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. 2015. Republik Indonesia. Pemerintah Kecamatan Marancar. 2015. Republik Indonesia. Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Situmorang, S. H. dan Dilham A. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. USU Press. Medan. Wollenberg, E, Brian B., Douglas S., Sonya D. dan Moira . Mengapa Kawasan Hutan Penting bagi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia? [pdf], (http://www.pustaka.ut.ac.id), diakses tanggal 20 November 2015)
7