BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG INDUSTRI PERBANKAN

Download analisis SCP dan RE terhadap industri perbankan syariah di Indonesia. Dua pendekatan tersebut akan digunakan didalam penelitian ini untuk m...

0 downloads 381 Views 176KB Size
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Industri perbankan merupakan penopang utama didalam sistem keuangan

di Indonesia. Fungsinya sebagai perantara keuangan masyarakat (financial Intermediary) dari pihak yang memiliki dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds) menunjukkan peranan penting didalam perekonomian. Berdasarkan fungsinya bank di Indonesia dibedakan menjadi 3, yaitu bank sentral, bank umum, dan bank perkreditan rakyat. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Lahirnya bank berdasarkan prinsip syariah adalah salah satu bentuk dari perkembangan bisnis perbankan di Indonesia. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam, tentu saja bank syariah memiliki magnet tersendiri dalam menarik nasabahnya di Indonesia. Gagasan

mengenai

adanya

lembaga

perbankan

yang

beroperasi

berdasarkan prinsip syariat islam berkaitan erat dengan gagasan terbentuknya suatu sistem ekonomi Islam. Gagasan mengenai konsep ekonomi islam secara internasional muncul pada sekitar dasawarsa 70-an ketika pertama kali 1

diselenggarakan konferensi Internasional tentang ekonomi islam di Mekah pada tahun 1976. Diantara pemikir-pemikir sistem ekonomi Islam tersebut terdapat pola kecenderungan yang berbeda-beda, salah satu diantara kecenderungan tersebut adalah mendirikan Bank-bank Islam. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir pada tahun 1920 dengan nama Bank Mesir, yang dirintis oleh Ahmad El Najjar. Sistem pertama yang dikembangkan adalah mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba / bagi hasil) pada tahun 1963 yang kemudian berdiri Islamic Development Bank pada tahun 1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, yang menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara anggotanya dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah Islam.Kemudian setelah itu, secara berturut-turut berdirilah sejumlah bank berbasis Islam antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979) Phillipine Amanah Bank (1973) berdasarkan Dekrit Presiden, dan Muslim Pilgrims Savings Corporation (1983). Pada tahun 1991 bank syariah didirikan di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia dan Pengusaha muslim. Meskipun diawal pendiriannya belum mendapat perhatianpenuh didalam industri perbankan, seperti yang tercantum didalam UU No. 7 tahun 1992 dimana pembahasan perbankan syariah hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil” tanpa landasan hukum syariah didalamnya. Namun tahun 2008 2

akhirnya diterbitkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang merupakan landasan hukum perbankan syariah. Didalam perkembangannya Bank syariah (Bank Muamalat) tidak terlepas dari hambatan. Saat krisis moneter melanda Indonesia, Bank Muamalat menderita kerugian 72 milyar hingga IDB harus memberikan suntikan dana. Namun tahun 1999-2002 Bank Muamalat dapat bangkit dan menghasilkan laba. Sisi positifnya adalah disaat bank-bank konvensional berjatuhan sehingga harus dilikuidasi, bank syariah tetap berdiri. . Tabel 1. 1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network) di Indonesia Bank Syariah menurut kegiatannya

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013*

3

5

6

11

11

11

11

401

581

711 1.215 1.401 1.745

1.937

26

27

25

23

24

24

23

196

241

287

262

336

517

558

-Jumlah Bank

114

131

138

150

155

158

160

-Jumlah Kantor

185

202

225

286

364

401

413

Total Kantor

782 1.024 1.223 1.763 2.101 2.663

2.908

Bank Umum Syariah -Jumlah Bank -Jumlah Kantor Unit Usaha Syariah -Jumlah bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah -Jumlah Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Sumber : bi.go.id (diolah)

3

Tabel diatas menunjukkan perkembangan jumlah bank umum syariah di Indonesia dari tahun 2007 hingga tahun 2013. Dari tahun 2007 hingga tahun 2013 (september) terjadi tren peningkatan jumlah bank umum syariah di Indonesia. Khususnya pada tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan drastis jumlah bank syariah di Indonesia. Pada saat yang bersamaan krisis global tengah melanda perekonomian dunia. Oleh karena itu dalam rangka penguatan sistem perbankan di Indonesia, Bank Indonesia meningkatkan industri perbankan syariah karena dari krisis yang telah terjadi terlihat bahwa Industri perbankan syariah lebih tahan terhadap krisis. Tabel 1. 2 Perkembangan Aset Perbankan Syariah (dalam Miliar Rp) di Indonesia Bank Menurut Kegiatan Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah Total

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013*

27.286 34.036 48.014 79.186 116.930 147.581 170.218 9.252 15.519 18.076 18.333

28.536

47.437

57.492

33.016 49.555 66.090 97.519 145.467 195.018 227.711

Sumber: bi.go.id (diolah) Salah satu indikator untuk melihat kemajuan industri perbankan syariah Indonesia adalah dengan melihat pertumbuhan asetnya. Pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia dapat dilihat dari tabel 1.2 dimana terjadi peningkatan dari tahun ke tahun dari tahun 2007 hingga tahun 2013. Pada tahun 2007 aset perbankan syariah hanya sebesar 33 Triliun rupiah dan pada tahun-tahun berikutnya terus mengalami peningkatan hingga tahun 2013 bulan september tercatat aset bank syariah telah mencapai 227 Triliun rupiah. Jika dilihat per

4

kelompoknya, keduanya juga menunjukkan peningkatan didalam pertumbuhan asetnya. Tabel 1. 3 Jumlah Pekerja Perbankan Syariah di Indonesia Bank Menurut Kegiatan

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013*

Bank Umum Syariah

4.311

6.609 10.348 15.224 21.820 24.111 26.420

Unit Usaha Syariah

2.266

2.562

2.296

1.868

2.067

3.108 10.230

2.108

2.581

2.799

3.172

3.773

4.359

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

4.994 8.685 11.752 15.443 20.264 27.660 31.578 41.644

Total

Sumber: bi.go.id (diolah) Selain beberapa indikator diatas, Tabel 1.3 menjelaskan dari sisi penyerapan tenaga

kerja nasional oleh perbankan syariah yang terus

mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2007 hingga tahun 2013. Ini menandakan bahwa perbankan syariah turut membantu negara dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan. Gambar 1. 1 Pertumbuhan Market Share Perbankan Syariah di Indonesia 6 4 2 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013*

Sumber: diolah dari berbagai sumber

5

Yang terakhir adalah gambar1.1 yang menjelaskan pertumbuhan total aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan nasional (market share) yang terus mengalami peningkatan. Bahkan Pangsa pasar industri perbankan syariah pada september 2013 hampir menembus 5 persen, yaitu di angka 4,81 persen. Market share tersebut terbentuk dari perolehan aset yang mencapai Rp 227,7 triliun, naik 35 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan aset ini lebih tinggi daripada pertumbuhan aset perbankan konvensional yang hanya mencapai 15,4 persen secara year on year (yoy). Bahkan, pertumbuhan ini juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan keuangan syariah global yang rata-rata 15-20 persen per tahun. Dari berbagai indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa telah terbukti perbankan syariah di Indonesia terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Dengan semakin berkembangnya industri perbankan syariah, berbagai kebijakan pun dirumuskan oleh Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan sebelum nantinya pada tahun 2014 akan digantikan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Kebijakan-kebijakan hadir guna mendorong masing-masing bank syariah untuk semakin meningkatkan kinerja perusahaannya. Hal inilah yang menarik untuk diteliti mengenai bagaimana kinerja perbankan syariah yang ada di Indonesia.

Pendekatan SCP vs Pendekatan Relative Efficiency Kinerja perbankan dapat dilihat dengan dua pendekatan (hypotheses), yaitu pendekatan structure-conduct-performance (SCP) dan pendekatan relative 6

efficiency (RE). Pendekatan SCP menurut Gibert dan Hannan adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh bank sangat tergantung oleh struktur pasar dan derajat kompetisinya (Samad, 2007). Semakin kecil derajat persaingan (kompetisi) didalam suatu industri maka keuntungan yang akan diperoleh perusahaan akan semakin besar dan semakin tinggi rasio konsentrasi (concentration ratio) suatu industri maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Didalam analisis ekonomi industri pendekatan ini menjelaskan hubungan yang searah (linier) ataupun hubungan timbal balik antara struktur, perilaku dan kinerja perusahaan. Pendekatan SCP menggunakan rasio konsentrasi (concentration ratio) sebagai variabel yang menjadi proxy struktur pasar dan derajat kompetisi dalam industri. Pendekatan kedua adalah pendekatan relative efficiency (RE). Didalam pendekatan ini market share (pangsa pasar) digunakan sebagai variabel yang menjadi proxyefisiensi sebuah perusahaan (bank). Telah banyak penelitian yang dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan tersebut untuk industri perbankan. Hasil dari beberapa penelitian tersebut pun bervariasi. Gilbert (1984), Berger dan Hannan ( 1992), Hannan dan Liang (1993) serta Hannan (1991) memberikan dukungan terhadap hipotesa SCP. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Calem dan Carlino (1991) di USA dan Samad (2007) di Bangladesh menolak hipotesa SCP dan mendukung hipotesa RE. Dibenua Eropa hasil yang sedikit berbeda ditunjukkan oleh Goldberg dan Rai (1996), Bikker dan Groenveld (2000) serta Punt dan Van Rooj (2001) yang

7

menunjukkan hasil yang mixed, antara hipotesa SCP maupun RE (Sugiyanto dan Ghani, 2011). Maka selanjutnya penelitian ini akan ditujukan untuk lebih fokus didalam analisis SCP dan RE terhadap industri perbankan syariah di Indonesia. Dua pendekatan tersebut akan digunakan didalam penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara struktur pasar dan profitabilitas.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa Perbankan Syariah ternyata memiliki peran penting dalam menunjang pembangunan Indonesia. Dengan semakin berkembangnya industri perbankan di Indonesia, Bank Islam kian bermunculan sebagai lembaga keuangan alternatif bagi bank-bank konvensional yang dianggap kurang berhasil mengemban misi utamanya. Namun karena industri perbankan syariah tergolong masih baru (infant) bila dibandingkan dengan bank-bank konvesional maka perlu dilakukan pengukuran dari potensi industri perbankan syariah agar kekuatan pasarnya lebih mudah dan akurat untuk diketahui. Dalam paradigma SCP, kondisi dasar pasar menentukan struktur pasar, struktur pasar menentukan perilaku dan perilaku mencerminkan kinerja dengan efek feedback yang sama signifikannya (Scherer& Ross, 1990). Penelitian ini menggunakan paradigma SCP dalam konteks perbankan, khususnya perbankan syariah. Asumsi yang berlaku dalam analisis SCP adalah struktur industri merupakan faktor utama yang menentukan kinerja industri (Hodge, 8

2003). Mengingat Industri perbankan menunjukan perkembangan maka analisa SCP industri ini menjadi penting dan menarik untuk dilakukan agar penyusunan kebijakan demi kemajuan industri ini dapat menjadi lebih tepat sasaran dan kontribusi dari industri perbankan syariah dapat terus ditingkatkan dalam rangka menyokong pembangunan ekonom di Indonesia. Selain itu yang menarik adalah pada ranah teori terdapat perbedaan pendapat mengenai pengaruh struktur pasar terhadap profitabilitas perusahaan antara Hipotesis Structure-Conduct-Performance (SCP) dan Hipotesis Relative Efficiency (RE). Perbedaan dari kedua teori ini terletak pada variabel yang digunakan, teori SCP menggunakan variabel rasio konsentrasi (CR) sedangkan teori RE menggunakan variabel pangsa pasar (MS) dalam mengukur kinerja.

1.3

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diwujudkan dalam bentuk pertanyaan: 1. Apakah terjadi perbedaan nilai ROE, NIM, BOPO dan GDPK antara bank umum syariah devisa dan bank umum syariah non devisa? 2. Apakah

industri

perbankan

syariah

Indonesia

terkonsentrasi pada dua perbankan terbesar?

9

tahun

2010-2013

3. Apakah profitabilitas industri perbankan syariah Indonesia tahun 20102013 dipengaruhi oleh perilaku efisien? 4. Apakah variabel perilaku, yaitu NIM, BOPO dan DPK memiliki pengaruh terhadap profitabilitas industri perbankan syariah tahun 2010-2013? 5. Apakah paradigma yang berlaku dalam industri perbankan syariah Indonesia tahun 2010-2013 dalam menganalisis hubungan struktur pasar dan profitabilitas industri perbankan Indonesia: apakah Hipotesis Structure,

Conduct,

Performance

(SCP)

atau

Hipotesis

Relative

Efficiency?

1.4

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi pengaruh kapasitas kegiatan bank syariah, yaitu bank syariah devisa dan bank syariah non devisa terhadap ROE, NIM, BOPO, dan GDPK. 2. Menganalisis apakah industri perbankan syariah Indonesia tahun 20102013 terkonsentrasi pada dua bank terbesar, yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. 3. Menganalisis apakah ROE industri perbankan syariah Indonesia dipengaruhi oleh pangsa pasarnya.

10

4. Menganalisis

pendekatan

manakah

yang

lebih

sesuai

dalam

menggambarkan kondisi industri perbankan syariah di Indonesia tahun 2010-2013, pendekatan SCP atau pendekatan RE. 5. Mengetahui pengaruh variabel perilaku NIM, BOPO, dan GDPK terhadap ROE industri perbankan syariah Indonesia.

1.5

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dilakukan berkaitan dengan analisis perbankan syariah adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat didalam mengetahui kondisi yang mempengaruhi kinerja bank syariah sehingga memiliki gambaran mengenai perbankan syariah. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat keputusan dalam mengambil kebijakan yang nantinya akan mempengaruhi kinerja bank syariah Indonesia. 3. Dapat memberikan manfaat bagi para akademisi dalam hal pengembangan ilmu ekonomi khususnya mengenai perbankan syariah. 4. Dapat memberi gambaran tentang analisis pendekatan SCP atau pendekatan RE terhadap industri perbankan syariah di Indonesia tahun 2010-2013.

11

1.6

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bank umum syariah yang dipilih dalam penelitian ini adalah bank yang tergolong bank umum syariah devisa dan non devisa dari tahun 2010-2013 yaitu Bank BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BCA Syariah, Bank BRI Syariah,Bank Jabar Banten Syariah,Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Victoria Syariah. 2. Informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank syariah adalah berdasarkan laporan publikasi keuangan bank selama periode 20102013. Data yang diambil adalah laporan neraca dan rasio keuangan triwulanan masing-masing bank yang dipublikasikan di website Bank Indonesia (www.bi.go.id) dan juga di website masing-masing bank yang diteliti. 3. Kinerja profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On Equity (ROE). 4. Variabel perilaku dalam penelitian ini adalah CR (Concentration Ratio), MS (Market Share), NIM (Net Interest Margin), BOPO ( Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional), dan GDPK (Growth Dana Pihak Ketiga).

12

1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua memuat tinjauan pustaka, landasan teori, jenis dan sumber data, model dan hipotesis penelitian serta alat analisis. Bagian ketiga memuat hasil dan pembahasan. Bagian terakhir memuat kesimpulan dan saran.

13