BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian paling mendasar dalam kehidupan manusia. Tanpa komunikasi manusia tidak dapat hidup. Bahkan yang tidak dapat melakukannya secara verbal pun akan berusaha melakukannya dengan cara lain yaitu nonverbal seperti penggunaan bahasa tubuh. Seseorang yang mampu melakukan komunikasi verbal baik lisan maupun tulisan akan memanfaatkannya sebaik mungkin agar mendapat pengakuan akan eksistensi dari lingkungan sosialnya. Sikap keterbukaan terhadap lingkungan sosial sekitarnya akan membuat seseorang itu menjadi berharga bagi lingkungan di sekitarnya itu sendiri. Oleh karena itu, dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya, seseorang akan berusaha agar dirinya dapat diterima dengan terbuka oleh lingkungannya. Berbagai cara dan upaya pun dilakukan sehingga antara dirinya dan lingkungan sosialnya tidak terdapat lagi jurang pemisah yang dalam atau setidaknya dapat dieliminir. Salah satu dari berbagai upaya yang dilakukan itu adalah dengan melakukan komunikasi yang baik. Komunikasi dikatakan baik apabila komunikasi itu efektif. Salah satu indikator kefektifan komunikasi adalah apabila memenuhi sejumlah syarat tertentu, dimana salah satunya adalah komunikasi yang mampu menimbulkan kesenangan diantara pihak yang terlibat di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
Upaya untuk menimbulkan rasa kesenangan saat berkomunikasi itu adalah dengan menggunakan apa yang disebut dengan komunikasi fatis (phatic communication). 1 Yaitu, suatu kondisi dimana komunikasi yang berlangsung tidak bertujuan untuk memperoleh suatu informasi yang berarti melainkan hanya untuk menimbulkan kesenangan diantara pihak yang terlibat didalamnya semata. Misalnya seseorang menanyakan kabar dari lawan bicaranya, maka sebenarnya hal itu hanya merupakan basa-basi saja. Si penanya tidak bermaksud benar-benar ingin mencari tahu bagaimana kabar lawan bicaranya, melainkan hanya ingin menimbulkan suasana keakraban semata. Komunikasi fatis sebenarnya mencakup seluruh ruang lingkup komunikasi. Namun, komunikasi fatis biasanya dilakukan melalui komunikasi verbal dan nonverbal. Jika tadi telah disinggung mengenai sapaan untuk menanyakan kabar seseorang yang merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal maka sentuhan di pundak atau di punggung lawan bicara juga dapat mengekspresikan gaya komunikasi fatis namun dalam bentuk nonverbal. Meskipun komunikasi fatis ini cukup jarang dibicarakan dalam kajian komunikasi, namun keberadaan komunikasi fatis disekitar lingkungan sosial ternyata sangat diperlukan dan mudah ditemukan. Misalnya saja kita dapat menyaksikannya pada percakapan menyenangkan antar teman sebaya, guru, dosen dan siapapun juga—bahkan terhadap orang-orang yang baru kita kenal. Komunikasi fatis sangat berguna untuk mempertahankan kelangsungan hubungan sosial dalam keadaan yang baik dan menyenangkan. 2 Hubungan yang
1
Vladimir Zegarac, What is Phatic Communication, Cambridge Journal Online (10 Mei, 2009) Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Jalaluddin Rakhmat , Lima Tanda Komunikasi Efektif, http://nichanghan2.multiply.com/journal/item/20/psikologi_komunikasi-jalaludin_rahmat,(1 April 2009) 2
Universitas Sumatera Utara
baik
dan
menyenangkan
ini
sangat
diperlukan
bagi
seseorang
untuk
mengembangkan kepribadiannya. Berkaitan dengan komunikasi fatis, seorang dosen akan menjadi sangat disenangi oleh para mahasiswanya apabila dosen tersebut bersikap terbuka dengan mahasiswa. Salah satunya dengan menggunakan komunikasi fatis dalam interaksi dengan mahasiswa. Sebuah teguran yang disampaikan dengan disertai dengan obrolan ringan akan lebih berkesan daripada teguran keras yang bersifat koersif. Komunikasi fatis juga merupakan salah satu bentuk dari komunikasi persuasif, dimana pihak yang terlibat didalamnya khususnya komunikan akan menjadi lebih siap menerima pesan yang akan disampaikan oleh komunikator. Seorang dosen yang aktif menerapkan komunikasi fatis kepada mahasiswanya cenderung menjadi dosen yang difavoritkan dan disenangi oleh para mahasiswa serta kerap dijadikan panutan dan nasihatnya dijadikan pedoman bagi mahasiswa dalam menghadapi suatu masalah. Jelas berbeda halnya apabila pesan yang disampaikan kepada mahasiswa hanya sekedar lalu saja dan terkesan kaku. Maka pesan tersebut akan mental dan komunikasi tidak berjalan dengan efektif. Asumsi tersebut menghantarkan pada satu pemikiran bahwa komunikasi fatis dapat memunculkan komunikasi yang efektif dalam interaksi antara komunikator dan komunikan, baik bersifat pribadi, kelompok, organisasi maupun massa. Dosen Komunikasi FISIP USU merupakan komunikator handal dalam menyampaikan pesan komunikasi. Pengetahuan serta pengalaman dalam
Universitas Sumatera Utara
komunikasi yang bersifat fatis tentu lebih dimiliki oleh para dosen di bidang komunikasi itu sendiri. Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU merupakan mahasiswa yang mempelajari Ilmu Komunikasi sebagai subjek studinya. Pemahaman terhadap ruang lingkup Ilmu Komunikasi tentulah sudah cukup komprehensif. Baik itu pemahaman paling mendasar tentang pengertian atau definisi, unsur-unsur serta teori komunikasi sampai kepada dimensi-dimensi Ilmu Komunikasi seperti, bentuk/tatanan, sifat, tujuan, fungsi, metode, bidang, teknik hingga model dalam komunikasi pastilah sudah cukup dipahami oleh para mahasiswa yang mengambil jurusan ini. Hal itu jualah yang menjadi landasan peneliti menetapkan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU sebagai objek penelitian dalam penelitian ini, khususnya angkatan tahun 2006 dan 2007 yang notabene mengenal dan intens berinteraksi dengan para dosen tersebut dalam kegiatan perkuliahan maupun di luar kampus Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti : “Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU”. I.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. “Sejauhmanakah Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU”.
Universitas Sumatera Utara
I.3.
Pembatasan Masalah
Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian dengan maksud agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Komunikasi verbal yang bersifat fatis yang dimaksud dalam penelitian ini yakni yang dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU terbatas pada komunikasi lisan dan tulisan serta komunikasi nonverbal yang bersifat fatis yakni terbatas pada intonasi, kinesik, proksimitas, sentuhan, penampilan fisik, waktu dan bau. 2. Komunikasi efektif yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas kepada timbulnya pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. 3. Objek penelitian ini adalah terbatas pada mahasiswa reguler Ilmu Komunikasi FISIP USU Medan angkatan tahun 2006 dan 2007 . 4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2009. I.4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1. Tujuan penelitian: Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif .
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui besar pengaruh Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif. 3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi verbal dan nonverbal yang bersifat fatis yang dilakukan dosen kepada mahasiswa . 4. Untuk mengetahui peranan komunikasi verbal dan nonverbal yang bersifat fatis dalam menciptakan komunikasi efektif antara dosen dan mahasiswa di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. I.4.2. Manfaat Penelitian: Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU. 2. Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan kajian Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang besifat fatis. 3. Secara praktis, penelitian diharapkan menjadi masukan bagi para dosen di seluruh Indonesia umumnya dan dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU pada khususnya. I.5.
Kerangka Teori
Sebelum terjun ke lapangan atau melakukan pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permasalahan melalui sutau kerangka pemikiran (literature review). Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dalam perumusan masalah.
Universitas Sumatera Utara
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. 3 Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya preposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku. 4 Teori merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan dan memperediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu. 5 Dalam
penelitian
ini,
teori-teori
yang dianggap
relevan
adalah
Komunikasi, Komunikasi Verbal, Komunikasi Nonverbal, Komunikasi Fatis, Teori S-O-R, dan Komunikasi Efektif. I.5.1.
Komunikasi
Batasan lingkup komunikasi adalah berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap atau emosi dari seorang atau kelompok kepada yang lain (atau lainlainnya) terutama melalui simbol-simbol.6 Pakar Komunikasi klasik, Harold D.Laswell menyebutkan komunikasi sebagai who says what in which channel to whom with what effect. Dalam hal ini yang bertindak sebagai komunikator adalah dosen Ilmu Komunikasi Fisip USU, pesan adalah komunikasi verbal maupun nonverbal yang
3
Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, hal.40 Wilbur Schramm dalam Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik, hal.241 5 Emory Cooper dalam Umar, Metode Riset Komunikasi Organisasi, hal.55 6 Theodornoson and Theodornoson dalam Bungin, Sosiologi Komunikasi, hal.153 4
Universitas Sumatera Utara
bersifat fatis, komunikan adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, saluran yang digunakan yaitu udara, sedangkan efeknya adalah perasaan senang diantara komunikator dan komunikan. I.5.2. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa lisan (oral communication) dan bahasa tulisan (written communication). 7 Ada tiga perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal, 8 yaitu: Pertama, bahwa komunikasi verbal dikirimkan oleh sumber secara sengaja dan diterima oleh penerima secara sengaja pula. Kedua, perbedaan simbolik. Berarti bahwa makna dalam komunikasi verbal dipahami secara subjektif oleh individu yang terlibat didalam suatu kondisi, sedangkan makna nonverbal lebih bersifat alami dan universal. Ketiga, mekanisme pemrosesan. Yaitu, komunikasi verbal mensyaratkan kaidah dan aturan berbahasa secara indah dan terstruktur. I.5.3. Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. 9 Kategori komunikasi nonverbal dalam Sasa Djuarsa antara lain vocalics atau paralanguage, kinesic yang mencakup gerakan tubuh, lengan, dan kaki, serta
7
Ronald B.Adler dan George Rodman dalam Sasa Djuarsa, Teori Komunikasi, hal.256 Don Stacs dan kawan-kawan, ibid, hal. 257 9 Larry A. Samovar dan Richard E.Porter dalam Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar hal. 198 8
Universitas Sumatera Utara
ekspresi wajah( facial expression), prilaku mata (eye behaviour), lingkungan yang mencakup objek benda dan artefak, proxemics yang merupakan ruang dan teritori pribadi, haptics (sentuhan), penampilan fisik (tubuh dan cara berpakaian), chronomics (waktu) dan olfaction (bau). 10 Dengan melihat tanda-tanda komunikasi nonverbal perasaan seseorang yang sebenarnya dapat dipahami. Berdasarkan perkiraan ada 700,000 bentuk komunikasi nonverbal yang biasa dipakai umat manusia dari berbagai budaya yang berbeda.
Setiap budaya mempunyai bentuk komunikasi nonverbalnya
masing-masing. Beberapa mempunyai pengertian yang sama, namun tidak jarang tanda-tanda nonverbal yang sama mempunyai pengertian yang berbeda, bahkan bertentangan. I.5.4. Komunikasi Fatis Komunikasi Fatis adalah komunikasi yang bertujuan untuk menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. 11 Pada umumnya komunikasi fatis ini dilakukan melalui komunikasi yang dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi fatis digunakan untuk menyatakan dua belas fungsi, yaitu untuk memecahkan kesenyapan, untuk memulai percakapan, untuk melakukan basa-basi, untuk melakukan gosip, untuk menjaga agar percakapan tetap berlangsung, untuk mengungkapkan solidaritas, untuk menciptakan harmoni, untuk menciptakan perasaan nyaman, untuk mengungkapkan empati, untuk
10 11
Sasa Djuarsa, Teori Komunikasi, hal.6.17. Lihat footnote No.1/ http://www.vlad.tv/publicpdfs/p1998-whatisphaticcomm.pdf ( 1 Juni 2009)
Universitas Sumatera Utara
mengungkapkan persahabatan,untuk mengungkapkan penghormatan, dan untuk mengungkapkan kesantunan. 12 Komunikasi (mempertahankan persahabatan
fatis jarak
digunakan sosial),
(memperpendek
untuk
untuk
jarak
mengungkapkan
mengungkapkan
sosial),
dan
untuk
kesantunan
kesantunan
dan
mengungkapkan
persahabatan (menghilangkan jarak sosial) kepada petutur yang berbeda-beda dalam hal kuasa dan solidaritas. 13 Komunikasi fatis merupakan lembaga sosial (Phatic communication as a social institution) yang dalam pelembagaannya memiliki dua tipe, yaitu standarisasi (standardization) dan konvensionalisasi (conventionalization). 14 Standarisasi berarti bahwa dalam komunikasi fatis
interpretasi yang
terjadi dalam makna yang terungkap dan dipahami tanpa ada unsur konvensional. Sedangkan Konvensionalisasi yaitu komunikasi fatis yang dilakukan dengan ekspresi yang bersifat konvensional, seperti penggunaan kata hai dan halo. Dari paparan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya komunikasi fatis itu dilakukan secara verbal dan nonverbal, yakni mencakup lisan, tulisan dan isyarat tubuh. I.5.5. Model S-O-R S-O-R yang merupakan singkatan dari stimulus-organism-response adalah suatu model komunikasi yang awalnya berasal dari psikologi kemudian beralih ke komunikasi karena objek materialnya sama dengan ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi. 12
Jumanto, Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa Inggris. (5 Maret 2009) Ibid. 14 Lihat footnote No.1 13
Universitas Sumatera Utara
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Unsur dalam teori ini adalah Pesan (stimulus), Komunikan (organism), Efek (response). Berdasarkan hal itu, maka dalam penelitian ini Komunikasi fatis sebagai Stimulus, mahasiswa Ilmu Komunikasi sebagai Organisme dan Komunikasi Efektif sebagai Response .
I.5.6. Komunikasi Efektif Komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan lima hal ; pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. 15
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari sisi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan dan psikologi komunikator untuk menghindari hal tersebut.
Kesenangan, Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Adapula komunikasi yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication) yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam hal ini kita perlu mempelajari psikologi tentang sistem komunikasi interpersonal.
15
Lihat footnote No.2
Universitas Sumatera Utara
Mempengaruhi Sikap, Bisa dikatakan bahwa komunikasi yang kita jalin kebanyakan adalah untuk saling mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi membahasakannya dengan, komunikasi persuasif. Komunikasi ini memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif sendiri didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
Hubungan Sosial yang Baik, Sebagai makhluk sosial yang tak pernah bisa sendiri dalam kehidupannya, manusia mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection). Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.
Tindakan, Menimbulkan tindakan nyata memang indikator yang baik untuk mengukur seberapa besar efektivitas yang terjalin selama komunikasi berlangsung karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Hal ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
Universitas Sumatera Utara
I.6.
Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar pada rumusan hipotesis. 16 Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. 17 Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (X) Variabel Bebas (X) adalah sejumlah gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempebgaruhi munculnya gejala atau faktor atau unsur lain yang pada gilirannya gejala atau faktor atau unsur kedua itu disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel terikat tidak akan ada atau tidak muncul. Selanjutnya apabila variabel ini berubah maka muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul. 18 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Verbal dan Nonverbal Fatis. 16
Nawawi, ibid, hal.33. Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, hal.149. 18 Nawawi, ibid, hal.56. 17
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Terikat (Y) Variabel Terikat (Y) adalah sejumlah gejala atau faktor, atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukn oleh adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain. 19 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Komunikasi Efektif. 3. Variabel Antara (Z) Variabel Antara (Z) berada diantara variabel bebas dan terikat yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik Responden. I.7.
Model Teoritis
Variabel - variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut : Variabel Bebas (X) Komunikasi Verbal/ Nonverbal Fatis
Variabel Terikat (Y) Komunikasi Efektif
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
Gambar 1.1. Model Teoritis
19
Ibid, hal.57.
Universitas Sumatera Utara
I.8.
Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat Operasionalisasi Variabel sebagai berikut. Tabel 1.2. Operasionalisasi Variabel Variabel Teoritis Variabel Bebas 1. Komunikasi Fatis
Variabel operasional 1. Komunikasi Verbal a.
Lisan
(oral
communication):sapaan,
teguran, candaan (humor), nasihat. b.Tulisan
(written
communication):sms,
memo, catatan. 2. Komunikasi nonverbal a.Intonasi/nadasuara(Paralanguage/Vocalics): halus, lembut, gemulai, sopan. b.Kinesik
(kinesics):ekspresi
kesenangan,
minat,responsif, tertawa, tersenyum,perhatian, mendorong(motivasi), menyetujui. c. Proksimitas (Proxemics): fase akrab(6-18 inchi), fase personal (30 inci sampai 4 feet) d. Sentuhan (haptics): salaman, rangkulan, sentuhan dipunggung. e. Penampilan fisik (tubuh dan cara berpakaian): berpakaian rapi, penggunaan kosmetik.
Universitas Sumatera Utara
f. Waktu (chronomics) : tepat waktu g. Bau (olfaction ): penggunaan parfum atau wangi-wangian. Variabel Terikat 2. Komunikasi Efektif
1.Pengertian 2. Kesenangan 3. Pengaruh pada sikap 4. Hubungan yang makin baik 5. Tindakan
Variabel Antara 3. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin 2. Tingkat 3. Besar uang saku/bulan
I.9.
Defenisi Operasional
Defenisi
operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. 20 Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Variabel- variabel dalam penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut : 1.Variabel Komunikasi Fatis, yang terdiri dari : 1. Komunikasi Verbal, terdiri dari:
20
Singarimbun, Metode Penelitian Survei, hal.46
Universitas Sumatera Utara
a. Komunikasi lisan (oral communication) : yaitu komunikasi melalui ucapan yang dilakukan dosen Ilmu Komunikasi USU baik di dalam maupun luar kelas seperti sapaan, teguran, candaan (humor) dan nasihat. b. Komunikasi tulisan (written communication) : yaitu komunikasi tertulis dari dosen Ilmu Komunikasi USU baik secara langsung maupun tidak seperti sms, memo dan catatan. 2. Komunikasi nonverbal, yang terdiri dari : a. Intonasi/nadasuara (Paralanguage/Vocalics) : yaitu tinggi-rendahnya, panjang-pendeknya dan cepat-lambatnya nada suara seorang dosen Ilmu Komunikasi USU saat berinteraksi dengan mahasiswa, termasuk didalamnya desah, menjerit, merintih, menelan, dan menguap. Dalam hal ini intonasi yang bersifat lembut, halus, gemulai dan sopan. b. Kinesik (kinesics) : yaitu yang mencakup gerakan tubuh, lengan, dan kaki, serta ekspresi wajah ( facial expression), prilaku mata (eye behaviour) dari seorang dosen Ilmu Komunikasi USU saat berinteraksi dengan mahasiswanya, misalnya
ekspresi
kesenangan,
minat,
tertawa,
tersenyum,
responsif,
memperhatikan, mendorong (motivasi) dan menyetujui. c.
Proksimitas (Proxemics) yaitu cara dosen Ilmu Komunikasi USU
menetapkan ruang dan teritori pribadinya saat berinteraksi dengan mahasiswa, berdasarkan fase akrab (6-18 inchi) dan fase personal (30 inci-4 feet). d. Sentuhan (haptics) yaitu kontak tubuh yang dilakukan dosen Ilmu Komunikasi USU kepada mahasiswa yang mengisyaratkan sikap positif, misalnya salaman, rangkulan, sentuhan di punggung.
Universitas Sumatera Utara
e. Penampilan fisik (tubuh dan cara berpakaian) yaitu meliputi keadaan fisik dosen Ilmu Komunikasi USU , dalam hal ini kerapian dalam berpenampilan serta keputusan untuk memakai pakaian atau kosmetik tertentu. f. Waktu (chronomics) yaitu komitmen dosen Ilmu Komunikasi USU terhadap waktu, yaitu tepat waktu saat menghadiri perkuliahan atau pertemuan lain baik bersifat formal maupun informal. g. Bau (olfaction ) yaitu penggunaan wangi-wangian atau parfum yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi USU. 2. Variabel Komunikasi Efektif, yang terdiri dari : 1. Pengertian artinya penerimaan yang cermat atas stimuli yang dimaksud oleh dosen Ilmu Komunikasi USU terhadap mahasiswa, yaitu ditandai adanya kesamaan kerangka pemikiran (Frame of reference) dan kesamaan pengalaman (Field of experience) 2. Kesenangan, artinya komunikasi yang menjadikan hubungan antara dosen Ilmu Komunikasi USU dan mahasiswa berjalan hangat, akrab, dan menyenangkan.. 3. Mempengaruhi Sikap yaitu bahwa komunikasi pesan oleh dosen Ilmu Komunikasi USU kepada mahasiswa dapat mempengaruhi mahasiswa. Hal ini ditandai dengan adanya penambahan pemahaman atau pengetahuan (kognitif), timbulnya kesenangan (afektif) dan sikap cenderung patuh (konatif). 4. Hubungan Sosial yang Baik, yaitu tercipta suatu hubungan yang harmonis antara dosen Ilmu Komunikasi USU dan mahasiswa baik dalam kegiatan perkuliahan maupun di luar kampus. Hal ini ditandai
Universitas Sumatera Utara
dengan adanya saling pengertian (mutual understanding), saling percaya (mutual confidence) dan saling menguntungkan (mutual favorable) 5. Tindakan yaitu Menimbulkan tindakan nyata oleh mahasiswa sebagai akumulasi dari keseluruhan penyampaian pesan komunikasi oleh dosen Ilmu Komunikasi USU . Hal tersebut ditandai dengan tindakan patuh dan hormat terhadap dosen. 3. Variabel Antara, yang terdiri dari : 1. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin mahasiswa yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini, apakah berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. 2. Tingkat, yaitu tingkat atau tahun keberapa mahasiswa yang akan dijadikan responden tersebut telah kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU. 3. Besar uang saku/bulan, yaitu banyaknya jumlah uang saku yang diterima mahasiswa yang akan dijadikan responden setiap bulannya yang dinyatakan dalam rupiah. I.10.
Hipotesis
Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat tentatif (sementara), yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti kebenarannya. 21
Pada penelitian survei sering digunakan hipotesis dengan
pernyataan hipotesis nol atau hipotesis alternatif. Yang dimaksud dengan hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel bebas
21
Nawawi, ibid, hal. 161.
Universitas Sumatera Utara
dan variabel terikat yang akan diteliti. Sedangkan hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan ada hubungan, yang berarti ada signifikansi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. 22 Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho : Tidak Terdapat Hubungan antara Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang Bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif Ha : Terdapat Hubungan antara Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang Bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif.
22
Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, hal. 79.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara