KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS - repository.ipb.ac.id

Kerangka Berpikir Kemampuan seseorang tidak saja disebabkan oleh potensi yang ada dalam ... diskusi ilmiah, maupun advokasi. - Kebiasaan keluarga...

4 downloads 620 Views 321KB Size
54

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kemampuan seseorang tidak saja disebabkan oleh potensi yang ada dalam dirinya (faktor internal), tetapi juga oleh faktor di luar dirinya (faktor eksternal). Ndraha (1999) mengatakan bahwa terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi) maupun lingkungan horizontal (geografik, fisik, sosial). Kemampuan seorang Penyuluh dalam menjalankan tugasnya selain berasal dari dirinya sendiri juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Studi yang dilakukan oleh Sumardjo di Provinsi Jawa Barat tahun 1999 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor internal Penyuluh seperti tingkat kekosmopolitan, pengalaman bekerja sebagai penyuluh, motivasi, persepsi, kesehatan dan karakter sosial ekonomi dengan kesiapan penyuluh dalam mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Studi ini juga menunjukkan bahwa faktor eksternal seperti dukungan kelembagaan penyuluhan, sistem nilai, sarana informasi/inovasi yang terjangkau, potensi lahan dan dukungan lembaga pelayanan dan dinamika organisasi yang melingkupi bidang penyuluhan juga sangat menentukan pembentukan kesiapan penyuluh tersebut. Penyuluhan adalah suatu usaha pendidikan non formal, merupakan suatu sistem pendidikan praktis yang orangorangnya belajar sambil mengerjakan (Slamet, 2003), atau kegiatan mendidik orang (kegiatan pendidikan) dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan yakni orang makin modern (Asngari, 2003). Dengan kata lain penyuluhan adalah program pendidikan luar sekolah yang bertujuan memberdayakan sasaran, meningkatkan kesejahteraan sasaran secara mandiri, membangun masyarakat madani, program yang me nghasilkan perubahan perilaku dan tindakan sasaran yang menguntungkan sasaran dan masyarakatnya (Slamet, 2003). Dengan mengacu pada penelitian Sumardjo di atas, penelitian ini pun ingin melihat pengaruh faktor internal dan eksternal penyuluh terhadap kompetensi penyuluh dan kinerja penyuluhan.

55 Aspek-aspek Karakter Individu Penyuluh Pertanian yang Ideal dan Tidak Ideal Pada Tabel 1 disajikan elemen-elemen karakteristik sosial individu penyuluh

pertanian

yang

berpengaruh

pada

pengembangan

kompetensi

(kecakapannya) yang terdiri dari aspek yang ideal dan tidak ideal. Tabel 1.

Elemen-elemen karakter sosial individu penyuluh pertanian yang ideal dan yang tidak ideal

Elemen-elemennya 1. Pendidikan Formal: - Jenjang (SLTA Umum, SPMA, SNAKMA, Akademi sampai Sarjana 2. Pendidikan Non Formal: Diklat teknis/fungsional, magang, studi banding dan sebagainya

3. Umur

Yang Ideal - Memiliki latarbelakang pendidikan pertanian dalam arti luas dan relevan sebagai Penyuluh. - Selalu mengikuti diklat teknis/fungsional, studi banding, magang dan menguasai area process (filosofi, prinsip, azas penyuluhan, karakteristik sasaran, metode, teknik komunikasi penyuluhan dan sebagainya) - Saat berusia muda sangat energik, kinerja dan etos kerja tinggi.

4. Pengalaman sebagai penyuluh (masa kerja)

Walau masa kerja belum lama tetapi berpengalaman dan mampu mendampingi dan memfasilitasi petani. Penyuluh yang lama masa kerja semakin matang.

5. Sifat Kosmopolitan

- Selalu berinteraksi dengan nara sumber - Intensif mengakses media - Aktif dan kreatif mencari inovasi - Pandai menjalin kerjsa sama dengan berbagai pihak - Selalu terdorong untuk mempelajari hal-hal baru yang terkait dengan inovasi, dan temuan-temuan baru di bidang pertanian - Memiliki kedinamisan termasuk selalu menyiapkan waktu untuk pergi ke tempat lain demi mempelajari apa saja yang bermanfaat.

Yang tidak ideal - Memiliki latar belakang pendidikan umum dan tidak relevan dengan bidang tugas sebagai Penyuluh. - Jarang dan bahkan tidak pernah mengikuti diklat teknis, magang, studi banding dan sebagainya; tidak terlatih untuk menguasai area process dan area content. Berusia muda tetapi tidak bersemangan dan etos kerja rendah Walau sudah lama bekerja tetapi tidak profesional dalam bekerja. Penyuluh yang masa kerja belum lama tidak bersemangat untuk belajar. - Malas bahkan tidak mampu berinteraksi dengan narasumber - Akses media rendah - Tidak kreatif dan inovatif - Tidak mampu membina hubungan dan komunikasi sosial. - Tidak memiliki keinginan untuk mempelajari hal-hal baru yang belum diketahui. - Memiliki sikap lokalit, ingin tetap tinggal di lingkungannya sendiri dan tidak ingin bepergian ke tempat lain apalagi untuk belajar.

56 Tabel 1. (Lanjutan)

Elemen-elemennya 6.Pendapatan Ekonomi

7. Motivasi

Yang Ideal Yang tidak ideal - Penyuluh memiliki - Pendapatan penyuluh sangat pendapatan yang cukup terbatas bahkan tidak cukup sehingga ia dengan leluasa untuk membiayai bekerja tanpa merasa khwatir keluarganya sehingga ia dengan ekonomi keluarganya. lebih banyak mencari pendapatan lain dan - Penyuluh yang berkecukupan mengabaikan tugas berpeluang untuk menambah pokoknya informasi dan pengetahuannya. a, sumber) - Penyuluh yang pendapatannya bisa menjadi modal sosial rendah sulit menyisihkan yang mendukung etos kerja. waktu dan pendapatannya untuk mencari sumber informasi, pengetahuan dan inovasi-inovasi baru. - Penyuluh yang memiliki - Penyuluh yang tidak motivasi kuat dari dalam memiliki motivasi kuat dari dirinya untuk selalu dalam diri untuk mengembangkan diri, meningkatkan prestasi, meningkatkan pengetahuan, pengetahuan, sikap dan sikap dan ketrampilan. ketrampilan, tetapi lebih - Penyuluh yang memiliki mengutamakan keinginan motivasi terutama karena akan jabatan dan ingin mendahulu pencapaian pendapatan. prestasi dalam hal pengetahuan, sikap dan ketrampilan daripada promosi, jabatan dan pendapatan.

Aspek-aspek Diklat Penyuluhan yang Memberdayakan dan Tidak Memberdayakan Pada Tabel 2 disajikan aspek-aspek diklat baik yang memberdayakan maupun yang tidak memberdayakan. Tabel 2 Aspek ideal diklat yang memberdayakan dan tidak memberdayakan Unsur diklat Substansi Kurikukulum

Pengalaman belaja r

Aspek yang Memberdayakan - Content Area: isi kur ikulum sesuai dengan kebutuhan penyuluhan/petani : on farm, off farm, agribisnis, pertanian terpadu, budidaya, teknik produksi, pengelolaan pascapanen, pemasaran, kewirausahaan, kemitraan usaha - Process area: keseluruhan metodologi pengajaran sesuai dengan pendidikan orang dewasa, - Adanya keseimbangan antara teori dan praktek dan studi lapang sehingga pengalaman belajar menjadi sangat kaya.

Aspek yang tidak Memberdayakan - Content area: isi kurikulum tidak sesuai dengan kebutuhan penyuluhan/petani; kurikulum yang kedaluwarsa dan tidak relevan dengan apa yang diinginkan. - Process area: metode pengajaran amburadul, monoton, instruktif, komunikasinya monolog dan tida k mengandung pencerahan. - Pengalaman belajar hanya menekankan teori sehingga peserta tidak mengalami praktek/studi lapang.

57 Tabel 2 (Lanjutan) Unsur-unsur diklat Komitmen Pengelola

Sistim Evaluasi

Dukungan dana, sarana dan prasarana diklat

Aspek yang Memberdayakan - Pengelola diklat memiliki komitmen tinggi menciptakan diklat yang bermutu tinggi sesuai dengan kebutuhan peserta. Komitmen ini ditunjukkan dengan disediakannya tenaga pengajar (widyaiswara, instruktur) yang berkaulitas dan bermutu, sistem diklat dan proses belajar mengajar yang kondusif dan sebagainya. Untuk menilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalan, diklat memiliki sistim evaluasi sejak dari permulaan proses diklat sampai akhir diklat. Evaluasi ini akan memetakan seluruh proses diklat, masalah yang ditemukan, cara pemecahan dan sebagainya.

Untuk menyelenggarakan diklat yang bermutu tinggi diperlukan dukungan dana, sarana dan prasarana, di samping visi dan misi yang jelas dan komitmen penyelenggara yang tinggi

Aspek yang tidak Memberdayakan - Pengelola diklat tidak memiliki visi dan misi yang mau dicapai oleh diklat; diklat diselenggarakan asal jadi dan tidak memiliki target yang mau dicapai dan memuaskan pelanggan; keseluruhan diklat amburadul dan tidak berkualitas.

Diklat yang tidak berkualitas tidak memiliki sistim evaluasi sehingga semua masalah yang ditemukan tidak mampu dipecahkan untuk kemudian bisa merancang sebuah diklat yang baik. - Tidak pernah melakukan evaluasi diklat yang terencan dan terprogram dengan baik.

Diklat yang tidak didukung dana, sarana dan prasarana yang memadai tidak mungkin bisa menyelenggarakannya secara berkualitas ditambah dengan vsi, misi dan komitmen yang tidak jelas.

58 Aspek Lingkungan yang Kondusif dan Tidak Kondusif Faktor

lingkungan

sangat

penting

artinya

dalam

mendukung

pengembangan kompetensi penyuluh dan kinerja penyuluhan. Tabel 3. Faktor Lingkungan yang kondusif dan tidak kondusif bagi pengembangan penyuluhan pertanian Lingkungan 1

Yang Kondusif 2

Yang tidak Kondusif 3 Jika komitmen politik Pemerintah rendah, maka sulit diharapkan adanya kemajuan di bidang pertanian dan penyuluhan.; berbagai kebijakan di bidang penyuluhan pertanian tidak dilaksanakan secara konsekwen. Pemerintah daerah menganggap lembaga penyuluhan dan penyuluhan tidak penting di era otonomi daerah.; Pemerintah daerah merestrukturisasi lembaga penyuluhan dan Penyuluh dialihfungsikan tugasnya;. Pemerintah daerah menganggap petani bisa memecahkan masalahnya sendiri. - Pemerintah daerah mengangap penyuluhan dan kegiatan menambah pengetahuan bagi Penyuluh tidak lebih penting dari aspek-aspek pembangunan lainnya.

1 Dukungan politik secara umum

Adanya dukungan politik Pemerintah secara nyata terhadap pembangunan pertanian umunya dan penyuluhan pertanian khususnya dan ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan serta dilaksanakan secara konsekwen.

2 Dukungan pemda

- Pemerintah daerah mendukung secara penuh keberadaan lembaga penyuluhan, peranan dan fungsinya; Pemerintah daerah lebih memfungsikan peranan lembaga penyuluhan dan Penyuluh Pertanian sebagai ujung tombak kemajuan pembangunan pertanian; Pemerintah daerah peduli terhadap kebutuhan petani akan penyuluhan - Pemerintah daerah mendukung pendanaan untuk kegiatan penyuluhan dan peningkatan kompetensi para penyuluh pertanian melalui diklatdiklat baik dalam daerah maupun luar daerah. - Pemerintah daerah mendirikan balai diklat penyuluhan, sarana dan prasarana diadakan. - Pemda menyiapkan sarana transportasi untuk memudahkan para penyuluh berkunjung ke desa-desa atau lahan pertanian para petani

- Pemerintah daerah belum melihat perlunya mendirikan balai diklat penyuluhan. - Pemda belum berpikir untuk mengadakan sarana transportasi khusus bagi Penyuluh karena keterbatsan dana.

- Paradigma penyuluhan tidak lagi bersifat usaha tani semata tetapi sudah berorientasi agribisnis sesuai dengan kebutuhan dan perubahan masyarakat

- Penyuluh tidak pernah berpikir bahwa paradigma penyuluhan akan berubah ke arah yang bersifat agribisnis.

- Perubahan orientasi penyuluhan ini menjadi dorongan bagi penyuluh menguasai penyuluhan agribisnis secara baik dan bermutu.

- Penyuluh enggan belajar lagi tentang pengetahuan penyuluhan yang baru.

3 Dukungan dana, sarana dan prasarana

4 Perubahan paradigma penyuluhan

59 Tabel 3 (Lanjutan) Lingkungan 1 5 Dukungan organisasi penyuluhan

6 Dukungan masyarakat

7. Dukungan Keluarga

8. Dukungan sumber informasi

10. Penerapan teknologi pertanian

Yang Kondusif 2 - Organisasi/lembaga penyuluhan bekerja “all out” dalam rangka mewujudkan penyuluhan pertanian yang memuaskan kelompok sasaran khususnya petani; Komitmen ini dibarengi dengan disiapkannya tenagatenaga penuyuluh yang berkualitas - Masyarakat Kampus dan LSM menyadari pentingnya penyuluhan pertanian dan memberikan dukungan sepenuhnya baik dalam berbagai bentuk: seminar, diskusi ilmiah, maupun advokasi. - Kebiasaan keluarga mendukung prestasi kerja. -Dukungan suami/isteri/anak terhadap profesi Penyuluh memungkinkan pekerjaan sebagai Penyuluh didukung - Berkembangnya berbagai informasi yang diperoleh dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong Penyuluh menyesuaikan dirinya dengan perkembangan itu. - Informasi-informasi Iptek menjadi bahan penyuluhan bagi Penyuluh - Hasil kemajuan iptek menjadi sumber belajar bagi Penyuluh -Penyuluh mengetahui dan memahami penggunaan teknologi dalam pertanian seperti bibit unggul, pestisida, dan pupuk serta alat-alat mekanisasi seprti traktor, mesin penggiling padi/jagung, mesin pengering gabah dan sebagainya.

Yang tidak Kondusif 3 Organisasi/lembaga penyuluhan banyak yang dibubarkan selama otda; tenaga-tenaga penyuluh cenderung tidak profesional dan sebagian besar beralih tugas ke unit2 pemerintahan daerah. Masyarakat Kampus dan LSM merasa penyuluhan adalah tugs pemerintah sehingga tidak mau berperanan di dalamnya.

- Kebiasaan keluarga menganggap remeh prestasi. - Suami/Isteri/anak yang merasa profesi Penyuuluh tidak berwibawa melemahkan daya juang. - Penyuluh Pertanian tetap terkungkung dalam keterbatsan pengetahuan dan bersikap masa bodoh dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. - Penyuluh miskin pengetahuan akan informasi-informasi iptek. - Hasil kemajuan iptek diacuhkan oleh Penyuluh. -Penyuluh tidak tahu bahkan tidak paham menggunakan teknologi pertanian seperti bibit unggul, pestisida, pupuk, penggunaan traktor dan lain-lain jenis alat mekanisasi dalam pertanian.

60 Aspek-aspek Struktur Organisasi Penyuluhan yang Kondusif dan Tidak Kondusif Struktur organisasi penyuluhan baik langsung maupun tidak langsung akan turut mempengaruhi kompetensi dan kinerja penyuluhan seperti dirinci dalam Tabel 4. Tabel 4. Elemen Struktur Organisasi Penyuluhan yang Kondusif dan tidak kondusif Aspek-aspek Struktur Organisasi Ukuran Organisasi

Rentang kendali/pengawasan

Struktur kewenangan

komunikasi antara pimpinan dan anggota

Pola Kepemimpinan yang diterapkan

Sistem “reward and punishment”

Elemen yang Kondusif - Besaran organisasi mendukung pengembangan kompetensi dan kinerja penyuluhan Pengawasan terhadap bawahan berjalan dengan baik, terstruktur dan sistematik, karena rentang kendali antara pimpinan dan bawahan terkontrol (baik dalam jumlah maupun mutu). - Struktur hierarki sederhana; pembagian tugas, wewenang jelas dan tidak tumpang tindih - Komunikasi atau pesan yang disampaikan oleh pemimpin kepada anggota berlangsung secara menyenanangkan, teratur, ada feedback yang kreatif, lancar, tidak berbelitbelit - Pola kepemimpinan situasional (perpaduan antara demokratis dan otoriter) - Kepemimpinan yang persuasif dan memberdayakan, ada saling kepedulian dan saling percaya

- Pegawai dipromosi sesuai dengan keahlian, kecakapan, prestasi dan kinerjanya. - Pegawai yang melanggar disiplin dan melakukan kesalahan ditindak sesuai dengan peraturan yang berlaku

Elemen yang Kontraproduktif Besaran organisasi membatasi penyuluh untuk berkembang Rentang kendali yang tidak seimbang dimana pemimpin membawahi anggota yang terlalu banyak sehingga pengawasan menjadi longgar; hal ini akibat dari organisasi yang terlalu gemuk Hierarki yang terlalu gemuk, struktur pembagian tugas dan wewenang tidak jelas dan tumpang tindih antara bagian. - Komunikasi yang macet antara pimpinan dan bawahan menyebabkan terganggunya proses penyampaian pesan; komunikasi yang macet menyebabkan pekerjaan terganggu, terciptanya - Terlalu demokratis sehingga kepemimpinan terkesan lemah; terlalu otoriter sehingga timbul ketakutan dan ketidaknyamanan dalam bekerja. -.Kepemimpinan yang tidak memberdayakan; pemimpin tidak peduli terhadap bawahan dan sebaliknya - Promosi, kenaikan pangkat pegawai dilakukan atas dasar korupsi, kolusi dan nepotisme - Peraturan kedisiplinan pegawai cenderung dilangkahi dan dalam penerapannya tidak konsisten.

61 Kompetensi Penyuluh Pertanian sesuai dengan Bidang Tugasnya Pada Tabel 5 disajikan kompetensi penyuluh pertanian menurut pola yang memberdayakan dan tidak memberdayakan. Tabel 5.

Kompetensi penyuluh pertanian menurut pola yang memberdayakan dan yang tidak memberdayakan

Kompetensi Pola yang memberdayakan Penyuluh 1.Menyiapkan - Penyuluh yang mampu penyuluhan: mengidentifikasi berbagai - Identifikasi sumberdaya yang ada, topografi potensi wilayah tanah dan kegunaan, iklim, curah dan hujan, kelembaban dan agroekosistem sebagainya baik dari data primer maupun sekunder - Penyuluh memiliki kemampuan - Penyusunan dan berpengalaman membuat program program penyuluhan atas dasar penyuluhan kebutuhan dan kerja sama pertanian dengan petani-nelayan - Penyuluh mampu mengkaji fakta, menemukan masalahnya, merumuskan cara memecahkan masalah dan tujuan yang mau dicapai - Penyuluh mampu menyusun - Penyusunan rencana kerjanya secara teratur rencana kerja dan terjadwal penyuluh pertanian 2.Melaksanaan penyuluhan - Menyusun materi penyuluhan pertanian

- Penerapan metode penyuluhan pertanian

- Penyuluh mampu menyusun materi penyuluhan untuk kelompok sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. - Penyuluh mampu mengkombinasikan penggunaan metode penyuluhan perorangan, kelompok dan massal sesuai dengan situasi kebutuhan - Penyuluh mampu mengkombinasikan metode ceramah, diskusi, demonstrasi dengan baik - Penyuluh mampu membina kelompok tani sebagai kelompok pembelajaran.

Pola yang tidak memberdayakan

Penyuluh memiliki sifat malas untuk mengidentifikasi berbagai sumberdaya dan potensi wilayah, agroekosistem, agroklimat dan sebagainya; penyuluh pertanian tidak memiliki keinginan mengumpulkan data primer dan sekunder tentang potensi wilayah. -Penyuluh bekerja berdasarkan “feeling” saja, dan enggan mengkaji fakta, dan masalah secara mendalam yang berakibat pada perumusan tujuan yang sumir dan dangkal.

-Penyuluh yang bekerja tanpa berpijak pada rencana kerja yang teratur

- Penyuluh tidak berpengalaman menyusun materi penyuluhan; atau memberikan materi penyuluhan yang tidak sesuai dengan kebutuhan sasaran. - Penyuluh hanya menguasai salah satu metode dari tiga pendekatan dalam penerapan metode penyuluhan; atau menerapkan metode yang tidak sesuai dengan karakteristik, situasi sasaran. - Penyuluh tidak memahami fungsi kelompok sebagai media pemersatu berbagai potensi belajar sehingga dia tidak memberdayakan kelompok itu.

62 Tabel 5 (Lanjutan)

Kompetensi Penyuluh

Pola yang memberdayakan

Pola yang tidak memberdayakan - Penyuluh tidak melakukan evaluasi apapun tentang suatu kegiatan penyuluhan dan tidak pernah melaporkannya kepada atasan/pihak yang berwewenang. - Penyuluh acuh dengan apa pun hasil penyuluhan dan tidak melakukan evaluasi terhadapnya. - Penyuluh puas dengan apa yang dimilikinya sekarang dan tidak memiliki kemauan untuk mengembangkan profesionalismenya dalam segala bentuk.

3.Evaluasi dan Pelaporan kegiatan penyuluhan

- Penyuluh mampu membuat evaluasi kegiatan penyuluhan secara lengkap, obyektif dan sempurna agar bisa ditindaklanjuti - Penyuluh mampu membuat evaluasi dampak penyuluhan

4.Pengembangan Profesi Penyuluh

- Penyuluh mampu mengembangkan profesionalismenya dalam bentuk karya-karya tulis ilmiah, penelitian penyuluhan dan sumberdaya manusia dan sebagainya.

5.Pengembangan Penyuluhan

Penyuluh mampu mengembangkan pedoman, arah kebijakan penyuluhan sesuai dengan perkembangan dan metode/sistem kerja penyuluhan.

- Penyuluh hanya menunggu pedoman, arah kebijaksanaan, metode yang dibuat oleh instansi/organisasi dan tidak secara kreatif membuatnya.

6. Berkomunikasi

- Penyuluh memiliki kemampuan berkomunikasi (lisan, tulisan) dengan baik.

- Penyuluh tidak memiliki percaya diri saat menyampaikan ide-ide baru, dan inovasi penyuluhan baik secara lisan maupun tertulis.

7. Berinteraksi Sosial

- Penyuluh mampu membina relasi, hubungan baik dengan semua pihak:petani, tokoh masyarakat, LSM, peneliti dan sebagainya. - Penyuluh memiliki sikap luwes, bisa tinggal di tengahtengah masyarakat - Penyuluh Pertanian disenangi oleh semua orang karena pergaulannya yang luas

- Penyuluh sangat tertutup dan tidak bisa bergaul, berhubungan dengan orang lain: petani, tokoh masyarakat, peneliti, LSM dan sebagainya. - Penyuluh sangat kaku, suka menyendiri dan cenderung menjaga jarak. - Penyuluh Pertanian cenderung dijauhi oleh orang lain karena sikapnya yang tertutup.

63

Kinerja Penyuluhan: Kepuasan Petani sebagai Pelanggan Utama Kinerja penyuluhan akan terlihat dari sejauh mana para pelanggan penyuluhan khususnya petani merasa puas akan mutu dari kegiatan penyuluhan seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kinerja yang Memuaskan dan yang tidak Memuaskan

Aspek-aspek Kinerja Penyuluhan Organisasi penyuluhan

Materi Penyuluhan

Kinerja yang bermutu/memuaskan - Organisasi penyuluhan (di kabupaten/kecamatan) yang menyediakan informasi penyuluhan yang mampu memecahkan masalah petani - Materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan petani, pemda, peneliti/LSM - Materi penyuluhan dapat dipahami oleh petani dan bisa diterapkan; dimengerti oleh pemda sehingga didukung secara politik; dimengerti oleh peneliti/LSM sebagai jasa konsultasi - Materi penyuluhan berisi fakta/keadaan, masalah dan cara mengatasi masalah - Materi penyuluhan diberikan sesuai dengan pendidikan, pengalaman, pengetahuan, latarbelakang sosial ekonomi dan budaya petani - Materi penyuluhan bermuatan agribisnis sesuai dengan tuntutan perubahan yang ada.

Metode Penyuluhan

- Metode penyuluhan bervariasi : metode perorangan, kelompok dan massal sesuai dengan kondisi.

Pembentukan, pengembangan kelompok tani dan kelembagaan ekonomi petani

- Penyuluh membentuk, membina dan mengembangan kelompok tani serta kelembagaan ekonomi petani bekerja sama dengan pemda, peneliti/LSM

Kinerja yang tidak bermutu/memuaskan - Organisasi penyuluhan yang sama sekali tidak perduli dengan kepentingan petani sehingga tidak menyiapkan informasi apapun terkait dengan kebutuhan petani. - Materi penyuluhan disusupi oleh kepentingan pihak ketiga seperti penjual pupuk, pestisida/obat2an dan sebagainya. - Materi penyuluhan sangat teoritis sehingga petani tidak paham ; tidak bisa meyakinkan pemda untuk bisa didukung secara politik; tidak mengadopsi inovasi yang ditemukan peneliti dan metode pemberdayaan model LSM. - Materi penyuluhan tidak jelas dan mengambang serta tidak membahas fakta, masalah dan cara pemecahan masalah - Materi penyuluhan diberikan secara umum saja tanpa mempertimbangkan pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan latarbelakang sosial ekonomi dan budaya petani. - Metode penyuluhan monoton dan membosankan, “top down ”, direktif dan menggurui; metode penyuluhan yang digunakan sesuai dengan selera penyuluh - penyuluh berdiam diri dan hanya menunggu inisiatif masyarakat - Penyuluh bersikap pasif dan menunggu pihak lain seperti LSM, lembaga sosial, aktivis/pekerja

64

Tabel 6 (Lanjutan)

Aspek-aspek Kinerja Penyuluhan Pembinaan kepemimpinan petani, wanita tani dan pemuda tani

Kinerja yang bermutu/memuaskan - Penyuluh aktif membina dan mengembangkan kelompok tani dan kelembagaan ekonomi yang telah terbentuk bekerja sama pelanggan lain - Penyuluh aktif membina dan mengembangkan kepemimpinan petani, wanita tani dan pemuda tani bekerja sama dengan pelanggan yang lain - Penyuluh memberdayakan kemampuan petani, wanita tani dan pemuda tani untuk mengembangkan kepemimpinannya.

Kualitas penyuluh

SDM/kompetensi

-Penyuluh memiliki kemampuan /keahlian dalam bidang pertanian yang dibutuhkan oleh petani -Penyuluh berwawasan luas di bidang agribisnis sehingga menjadi narasumber yang terpercaya bagi petani -Penyuluh memiliki kemampuan kepemimpinan, berkomunikasi, berinteraksi dengan semua orang sehingga mudah diterima oleh petani

Kinerja yang tidak bermutu/memuaskan - Penyuluh menganggap kepemimpinan petani, wanita tani dan pemuda tani tidak penting dan hanya akan memelihara konflik satu sama lain, sehingga tidak perlu ada pengembangan dan pembinaan kepemimpinan. - Penyuluh tidak menghendaki adanya struktur kepemimpinan di antara petani karena akan melahirkan perasaan iri satu sama lain. - Penyuluh menganggap petani sebagai kelompok yang “bodoh” yang harus dipimpin oleh Penyuluh. -Penyuluh berlatarbelakang non pertanian sehingga apa yang dijelaskannya tidak memuaskan petani -Penyuluh yang ada hanya menguasai cara berusaha tani; wawasannya tentang agribisnis tidak ada sehingga petani tidak bisa mengharapkannya. -Penyuluh sangat tertutup dan kurang mampu bergaul terutama dengan para petani sehingga kehadirannya kurang disenangi.

Hubungan antara peubah-peubah di atas digambarkan dalam kerangka sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1.

93 Karakteristik Individu Penyuluh (X1) - Pendidikan Formal (X11.) - Pendidikan Non Formal (X12) - Umur (X13) - Masa Kerja (X16) - Sifat Kosmpolitan (X17) - Pendapatan Ekonomi (X18) - Motivasi (X19)

Diklat Penyuluhan (X2 ) - Kurikulum (X21) - Penglaman Belajar (X22) - Widyaiswara (X23) - Komitmen Pengelola (X24) - Sistem Evaluasi (X25) - Dukungan dana, sarana dan prasarana (X26)

Lingkungan (X3) - Dukungan Politik (X31) - Dukungan Pemda (X32) - Dukungan Dana, Pra & Sarana (X33) - Kekondusifa kerja (X34) - Dukungan Masyarakat (X35) - Perubahan Paradigma Penyuluhan (X36) - Dukugan Keluarga (X37) - Dukungan Informasi (X38) - Dukungan Teknologi Pertanian (X310)

Karakteristik Individu Petani (X5) - Pendidikan Formal (X51.) - Pendidikan Non Formal (X52) - Umur (X53) - Sifat Kosmopolitan (X54) - Kategori Adopter (X55) - Pendapatan Ekonomi (X56) Kompetensi Penyuluh (Y.1) - Menyiapkan (Y11) - Melaksanakan (Y12) - Mengevaluasi (Y13) - Mengembangkan (Y14) - Meng.Profesionalisme (Y15 - Berkomunikasi (Y16) - Berinteraksi Sosial (Y17)

Struktur Org. Penyuluhan (X4) - Ukuran organisasi (X41) - Pengawasan (X42) - Struktur Wewenang (X43) - Komunikasi (X44) - Kepemimpinan (X45) - Sistem peng. dan sanksi (X46)

Kinerja Penyuluhan (Y2) - Manfaat organisasi penyuluhan (Y21) - Kesesuaian materi penyuluhan dengan kebutuhan petani (Y22) - Kepuasan petani atas metode penyuluhan (Y23) - Manfaat kelompok tani dan lembaga tani (Y24) - Manfaat kepemimpinan(Y25) - Kepuasan petani atas kompetensi Penyuluh (Y26)

Kesejahteraan Petani

Gambar 1. Hubungan saling pengaruh antara karakteristik individu penyuluh, diklat penyuluhan, lingkungan, struktur organisasi penyuluhan dan kompetensi penyuluh.

66 Hipotesis Penelitian

(1) Karakteristik individu penyuluh pertanian ( pendidikan formal, pendidikan non formal, umur, masa kerja, sifat kosmopolitan, pendapatan, dan motivasi) berpengaruh nyata terhadap kompetensi penyuluh dalam melaksanakan tugasnya (2) Diklat penyuluhan ( kurikulum, pengalaman belajar, kompetensi widyaiswara, komitmen pengelola, sistem evaluasi, dukungan dana, sarana, prasarana) berpengaruh

secara

nyata

terhadap

kompetensi

penyuluh

dalam

melaksanakan tugasnya. (3) Lingkungan (sikap politik pemerintah, pelaksanaan otda, dukungan dana/sarana, perubahan paradigma penyuluhan, dukungan organisasi penyuluhan,

dukungan

masyarakat,

dukungan

keluarga,

dukungan

ketersediaan informasi, dukungan teknologi pertanian) berpengaruh secara nyata terhadap kompetensi penyuluh dalam melaksanakan tugasnya (4)

Struktur Organisasi Penyuluhan (ukuran organisasi, pengawasan, struktur wewenang, komunikasi, kepemimpinan, dan sistem penghargaan dan sanksi) berpengaruh secara nyata terhadap kompetensi Penyuluh.

(5) Kompetensi penyuluh pertanian berpengaruh secara nyata terhadap kinerja penyuluhan. (6) Karakteristik individu petani (pendidikan formal, pendidikan non formal, umur, sifat kosmopolitan, kategori adopter, dan pendapatan) berpengaruh secara nyata pada penilaiannya terhadap kinerja penyuluhan.