PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET, KEBIJAKAN UTANG DAN UKURAN

Download kepada pemegang saham.Menurut Suad (2008:381), kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegan...

0 downloads 429 Views 207KB Size
PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET, KEBIJAKAN UTANG DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Dithi Amanda Putri Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang Email: [email protected] ABSTRACT The aim of this study is to examine the effect ofthe investmentopportunity set, the debt policy and the company sizeon the dividend policy. The population inthis study are allcompanies listedon theIndonesia Stock Exchangein the period of 2008-2011. The research samplewasdeterminedbypurposivesamplingto obtain asample of120companies. Technick analysis is a multiple regression. This study showed that the investment opportunity set has a positive and significant effect on dividend policy, the debt policy significantly and negatively affected the dividend policy and the company size insignificantly influenced the dividend policy in manufacturing companies. Keywords: investment opportunity set, debtpolicy, the company size

1

LATAR BELAKANG Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan oleh seseorang di suatu perusahaan untuk mengharapkan laba dimasa yang akan datang. Adaberbagai investasi yang bisa dilakukan oleh seorang investor.Salah satunya berinvestasi pada pasar modal, seperti berinvestasi pada saham, obligasi, reksadana dan lain sebagainya.Investor berinvestasi dengan menggunakan saham karena investor menginginkan dividen yang tinggi.Oleh karena itu manajemen perusahaan harus bisa menghasilkan laba yang besar sehingga laba tersebut bisa digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan serta untuk dibagikan kepada pemegang saham.Menurut Suad (2008:381), kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, apakah laba tersebut dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Achmad dan Rosidi (2007) menyatakan bahwa investor lebih suka berinvestasi pada perusahaan yang mempunyai kebijakan dividen yang relatif stabil atau cenderung naik dari waktu ke waktu karena investor beranggapan bahwa jika berinvestasi dengan kebijakan dividen yang stabil maka akan lebih terjamin pengembaliannya. Menurut Brigham dan Houston (2011:211), kebijakan dividen perusahaan yang optimal adalah kebijakan yang menghasilkan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa depan yang memaksimalkan harga saham. Dalam

2

penelitian ini, kebijakan dividen diukur dengan menggunakan dividend payout ratio (DPR).Menurut Ronowati (2005) DPR merupakan rasio dividen per lembar saham terhadap laba per lembar saham.DPR mengindikasikan jumlah dividen yang dibayarkan perusahaan terhadap laba perusahaan. Kebijakan dividen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu investment opportunity set, kebijakan utang dan ukuran perusahaan. Faktor pertama yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah investment opportunity set(IOS). Sri (2005) menyatakan investment opportunity set merupakan suatu kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan-pilihan investasi dimasa yang akan datang dengan net present value positif. Menurut Brigham dan Houston (2011:221), selama satu tahun mungkin perusahaan membayarkan nol dividen karena perusahaan membutuhkan uang untuk mendanai peluang investasi yang baik tetapi pada tahun berikutnya perusahaan mungkin membayarkan dividen dalam jumlah besar karena peluang investasi yang buruk dan tidak perlu menahan banyak uang. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah kebijakan utang.Menurut Yuli (2008), kebijakan utang merupakan bagian dari perimbangan jumlah utang jangka pendek, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa dan perusahaan akan berusaha mencapai tingkat struktur modal yang optimal. Kartika (2005) menyatakan bahwa penggunaan utang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan

dialokasikan sebagai cadangan pelunasan utang. Sebaliknya, pada tingkat penggunaan utang yang rendah perusahaan mengalokasikan dividen yang tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham.Selain faktor-faktor tersebut, faktor selanjutnya yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah ukuran perusahaan.Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat diukur dengan melihat dari total assetperusahaan tersebut.Menurut Weston dan Copeland (1996:100), perusahaan yang sudah besar atau mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru. TINJAUAN PUSTAKA Kebijakan Dividen Rudianto (2009:308) menyatakan dividen adalah bagian dari laba yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sebagai imbalan atas kesediaannya menanamkan hartanya didalam perusahaan. Agus (1996:369) menyatakan kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah suatu kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan, apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan

kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau laba tersebut akan ditahan yang akan digunakan kembali untuk berinvestasi. Kebijakan dividen merupakan suatu hal yang penting dalam perusahaan karena melibatkan dua pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda yaitu pemegang saham dan perusahaan.Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan menerapkan kebijakan dividen optimal yaitu keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa depan yang memaksimalkan harga saham.Kebijakan dividen dalam penelitian ini diukur dengan dividend payout ratio(DPR). DPR memperlihatkan berapa dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham dari total laba yang diperoleh perusahaan. Investment Opportunity Set Hartono (2003:58) dalam Rizal (2009) menyatakan kesempatan investasi atau investment opportunity set menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2011:221), selama satu tahun mungkin perusahaan membayarkan nol dividen karena perusahaan membutuhkan uang untuk mendanai peluang investasi yang baik tetapi pada tahun berikutnya perusahaan mungkin membayarkan dividen dalam jumlah besar karena peluang investasi yang buruk dan tidak perlu menahan banyak uang. Hal ini sesuai dengan Michell (2007) yang menyatakan bahwa apabila kondisi perusahaan saat baik maka pihak

3

manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi. Dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian investasi yang menguntungkan. H1 :investment opportunity setberpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen Kebijakan Utang Rudianto (2009: 292) menyatakan utang adalah kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah uang/jasa/barang dimasa mendatang kepada pihak lain akibat transaksi yang dilakukan dimasa lalu. Sedangkan kebijakan utang merupakan bagian dari perimbangan jumlah utang jangka pendek, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa dan perusahaan akan berusaha mencapai tingkat struktur modal yang optimal (Yuli, 2008). Kebijakan utang sangat penting bagi perusahaan dan pemegang saham. Perusahaan menyukai tingkat utang yang lebih tinggi karena dengan tingginya tingkat utang maka perusahaan akan memperoleh bunga yang tinggi. Tingginya tingkat bunga akan mengurangi pajak perusahaan. Lukman (2004:53) menyatakan bahwa pembayaran bunga pada kreditor atas modal yang dipinjam perusahaan haruslah didahulukan sebelum laba dibagikan kepada para pemegang saham. Peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para

4

pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembayaran dividen. Jika beban utang semakin tinggi maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan berdampak pada pembayaran dividen. Kartika (2005) menyatakan bahwa penggunaan utang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan utang. Sebaliknya, pada tingkat penggunaan utang yang rendah perusahaan mengalokasikan dividen yang tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. H2: Kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen Ukuran Perusahaan Menurut Rizki (2012), ukuran perusahaan menunjukan skala besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan dan rata-rata total aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (1996:100), perusahaan yang sudah besar atau mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.Menurut Kartika (2005), perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Menurut Budi

(2009), hal ini terjadi karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal maka berarti fleksibilitas lebih besar dalam kemampuan untuk mendapatkan dana dalam jangka pendek, perusahaan yang lebih besar dapat mengusahakan pembayaran dividen yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. H3 : ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen METODE PENELITIAN Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20082011.Sampel yang digunakan dipilih berdasarkan puposive sampling method yaitu pengambilan sampel didasarkan pada kriteria tertentu.Kriteria yang digunakan adalah perusahaan membagikan dividen berturut-turut dari tahun 20082011.Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh sampel sebanyak 30 perusahaan selama periode penelitian.Data yang digunakan adalah data sekunder dan diperoleh dari situs resmi bursa efek Indonesia (www.idx.co.id). Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Kebijakan dividen Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau

akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang. Kebijakan dividen diukur dengan menggunakan DPR (dividend payout ratio).DPR mengindikasikan jumlah dividen yang dibayarkan perusahaan dibandingkan dengan laba perusahaan. Investment opportunity set Investment opportunity set adalah pilihan–pilihan investasi yang bisa didapatkan dimasa mendatang. Penelitian ini menggunakan proksi tunggal yang berbasiskan pada harga yaitu Market To Book Value Of Equity Ratio (MVE/BVE). Proksi ini mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan dimasa depan terhadap return yang diharapkan dari ekuitasnya (Hartono, 1998) dalam Endang (2009). Kebijakan utang Kebijakan utang merupakan tindakan manajemen perusahaan yang akan mendanai operasional perusahaan dengan menggunakan modal yang berasal dari utang.Kebijakan utang diukur dengan menggunakan debt to equity ratio (DER) merupakan rasio total utang terhadap total ekuitas, yang mencerminkan sejauh mana perusahaan menggunakan utang dibandingkan dengan modal sendiri. Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan yang dalam penelitian ini dilihat dari

5

total asset perusahaan yang diproksikan dengan Ln totalasset. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi berganda.Adapun model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + b1IOS + b2DER + b3Total Asset + e HASIL DANPEMBAHASAN Deskripsi variabel penelitian ini dimaksudkan untuk melihat karakteristik variabel-variabel yang diteliti.Dalam penelitian ini ada tiga variabel bebas yang merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Variabel tersebut adalah investment opportunity set, kebijakan utang dan ukuran perusahaan.Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120 data dalam rentang waktu penelitian 2008-2011 . Tabel 1 Deskripsi Variabel Penelitian DPR IOS DER Ln_tot al asset Valid N (listwi se)

N

Minim um

Maxim um

Mean

12 0 12 0 12 0 12 0

0,0010

3,0294

0,2200

38,9700

0,1000

17,6600

11,034 7

18,8493

0,4926 21 3,5845 00 1,1225 00 14,770 444

Std. Deviati on 0,4066 730 6,2094 564 1,8854 348 1,6761 320

12 0

Hasil olahanstatistik Berdasarkan Tabel 1 Nilai minimum DPR adalah 0,0010, nilai

6

maksimum 3,0294, nilai rata-rata 0,492621, dan standar deviasi sebesar 0,4066730. Variabel IOS mempunyai nilai terendah 0,22 kali, nilai tertinggi 38,97 kali, dengan nilai rata-rata 3,584500 dan standar deviasi 6,2094564. Kemudian variabel DER memiliki nilai minimum 0,10 kali, nilai maksimum sebesar 17,66 kali, nilai rata-rata 1,122500, dengan standar deviasi 1,8854348. Selanjutnya, nilai terendah ln total asset adalah 11,0347 nilai tertinggi 18,8493, nilai rata-rata 14,770444, dan standar deviasi 1,6761320. Pada model regresi, perlu dilakukan uji asumsi klasik.Hal ini disebabkan karena dalam analisis regresi berganda perlu dihindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi berganda.Pengujian asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilihat dari nilai kolmogorovsmirnov.Dalam penelitian ini, sampel awal perusahaan (N) berjumlah 120perusahaan selama empat tahun. Setelah dilakukan pengujian, ternyata data tidak terdistribusi normal (Sig<0,05)sehingga dianggap belum layak untuk dilakukan uji regresi berganda. Sehingga dilakukan regresi persamaan doublelog yaitu mentransform atau merubah variabel dependen dan variabel independen dalam bentuk logaritma (Ln).Hasil yang diperoleh adalah residual sudah berdistribusi normal.Sehingga

5

diperoleh sampel akhir (N) adalah 107 perusahaan. Uji terhadap multikolonieritas merupakan pengujian untuk melihat adanya keterkaitan hubungan antara variabel bebas.Cara untuk mendeteksi adanya multikolonieritas dilakukan dengan cara meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel bebas dengan menggunakan variance inflation factor (VIF) dan tolerance value.Jika nilai VIF kurang dari 10 (VIF < 10) atau nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka akan disimpulkan bahwa model tersebut tidak memiliki gejala multikolonieritas. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan Variance inflation factor (VIF) kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar semua variabel bebas yang terdapat pada penelitian. Uji autokorelasi berarti terdapatnya korelasi antara anggota data dan pengamatan yang dianut berdasarkan waktu sehingga suatu data dipengaruhi oleh data-data sebelumnya.Pengujian ini menggunakan Durbin-Watson (DW).Hasil pengolahan data menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 1,828, dengan nilai du sebesar 1,758dan nilai dl sebesar 1,592. Model dapat dikatakan tidak terkena autokorelasi apabila du
pengamatan ke pengamatan yang lain.Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot.Jika sebaran tidak mengumpul disuatu sudut maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan data menyebar atau tidak terpusat disuatu sudut.Dengan demikian model persamaan ini telah memenuhi persyaratan asumsi klasik. Analisis regresi Analisis regresi berganda dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 2.Model regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menyatakan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. Tabel 2 hasil Uji Regresi Berganda Mo del 1

(Constant) LN_TOTAL ASSET LN_IOS LN_DER

Unstandardize d Coefficients Std. B Error .663 1.362

t

Sig.

2.055

.042

.006

.045

.141

.888

.196

.092

.035

-.233

.079

2.135 2.951

a Dependent Variable: LN_DPR

.004

Angka-angka yang dihasilkan dari model pada Tabel 2 dapat dijelaskan sebagai berikut Nilai konstanta sebesar-1,362 artinya kebijakan dividen yang diproksikan dengan ln DPR akan mengalami penurunan sebesar 1,362 dengan asumsi seluruh

7

variabel bebas bernilai nol. Koefisien regresi investment opportunity set (Ln IOS)sebesar 0,196, yang berarti jika ln IOS meningkat sebesar 1%, maka akan menyebabkan peningkatan ln DPR sebesar 0,196. Selanjutnya, koefisien regresi kebijakan utang (Ln DER) sebesar -0,233 yang berarti jika ln DER meningkat sebesar 1% akan menyebabkan penurunan ln DPR sebesar 0,233. Kemudian koefisien regresi ukuran perusahaan (ln total asset) sebesar 0,006 yang berarti jika ln total asset meningkat sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan ln DPR sebesar 0,006. Uji Kelayakan Model (R2) dan Uji F Dengan nilai R2 yang diperoleh sebesar 0,1340 berarti 13,40% variasi variabel terikat yang dapat diterangkan oleh variabel bebas. Sisanya 86,80% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama dapat dilihat dari uji F. Hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa secara bersama-sama variabel bebas mempengaruhi variabel terikatnya. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai F hitung sebesar 5,315 dengan tingkat signifikansi 0,002<0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji Statistik t Pengujian ini bertujuan untuk melihat variabel bebas mana yang mempunyai pengaruh secara parsial

8

terhadap variabel terikat dan sekaligus merupakan pengujian hipotesis.Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa nilai koefisien ln_IOS bernilai positif 0,196 dan nilai t hitung adalah sebesar 2,135 dengan signifikansi 0,035<0,05. Hal ini berarti ln_IOS berpengaruh signifikan dan bernilai positif terhadap kebijakan dividen (ln_DPR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan sebesar 1 satuan pada IOS maka DPR perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 0,063 satuan.Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama ditolak.Selanjutnya pada tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai koefisien DER bernilai negatif 0,233 dan nilai t hitungadalah sebesar -2,951 dengan signifikansi 0,004<0,05. Hal ini berarti bahwa ln DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (ln_DPR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis kedua diterima. Tabel 2 memperlihatkan bahwa nilai koefisienkoefisien ln total asset bernilai negatif 0,006 dan nilai t hitungadalah sebesar 0,141 dengan signifikansi 0,888>0,05. Hal ini berarti bahwa ln total assetberpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen (ln_DPR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan sebesar 1 satuan pada ln total asset maka DPR perusahaan juga akan mengalami penurunan sebesar 0,006 satuan.Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis ketiga ditolak.

Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui variabel investment opportunity setberpengaruh signifikan dan bernilai positif pada perusahaan manufaktur tahun 2008-2011. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian regresi IOS bernilai positif 0,196 dengan signifikansi 0,035 < 0,05. nilai signifikansi ini menunjukan perubahan investment opportunity set mempengaruhi kebijakan dividen artinya jika persentase investment opportunity set mengalami peningkatan maka kebijakan dividen juga akan meningkat. Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan investment opportunity set berpengaruh terhadap kebijakan dividen ditolak. Investment opportunity set merupakan luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi perusahaan. Keown, et al, (2010:214) menyatakan bahwa ketika peluang investasi perusahaan naik, rasio pembayaran dividen harus turun. Dengan kata lain, ada hubungan terbalik antara besarnya investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Brigham dan Houston (2011:221), juga menyatakan bahwa selama satu tahun mungkin perusahaan membayarkan nol dividen karena perusahaan membutuhkan uang untuk mendanai peluang investasi yang baik tetapi pada tahun berikutnya perusahaan mungkin membayarkan dividen dalam jumlah besar karena

peluang investasi yang buruk dan tidak perlu menahan banyak uang. Namun, Dalam penelitian ini nilai IOS bernilai positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini menunjukan bahwa semakin meningkat nilai IOS maka akan menyebabkan pembayaran dividen yang juga meningkat. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa investasi yang dilakukan perusahaan manufaktur memberikan tingkat keuntungan yang baik sehingga perusahaan dapat membagikan dividen yang tinggi.Selain itu mungkin manajemen perusahaan ingin memperlihatkan kepada masyarakat kondisi perusahaan yang bagus dengan peluang investasi yang tinggi akan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya atau membiayai peluang investasi tersebut. Dengan demikian perusahaan bisa memperoleh laba yang juga besar dan makin besar laba yang diperoleh perusahaan maka makin besar pula dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Maria (2008) dan Sunarto (2004). Dalam hasil penelitian mereka menjelaskan bahwa investment opportunity set berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan hasil penelitian Budi (2009) menjelaskan bahwa investment opportunity set (IOS) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

9

Pengaruh Kebijakan Utang Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kebijakan utang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Hasil ini dibuktikan dengan hasil pengujian regresi DER bernilai negatif 0,233 dengan signifikansi 0,004<0,05. Nilai signifikansi ini menunjukan bahwa peningkatan dan penurunan kebijakan utang mempengaruhi kebijakan dividen.Sehingga hipotesis kedua yang menyatakan kebijakan utang berpengaruh negatif diterima. Dalam penelitian ini nilai DER berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen dengan tanda koefisien regresi DER negatif. Tanda koefisien regresi DER negatif menunjukan bahwa semakin tinggi utang maka perusahaan manufaktur akan membayar dividen rendah karena perusahaan cenderung menahan laba yang diperoleh sebagai cadangan untuk melunasi kewajibannya. Selain itu makin besar utang akan menyebabkan bunga yang ditanggung perusahaan semakin tinggi sehingga dapat mengurangi tingkat keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kartika (2005) dan Achmad dan Rosidi (2007) yaitu DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

10

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 20082011.Hasil ini dibuktikan dengan hasil pengujian regresi ukuran perusahaan yaitu dengan ln total asset. Ln total asset bernilai negatif 0,006 dengan signifikansi 0,888>0,05. Nilai signifikansi ini menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak mempengaruhi kebijakan dividen.Sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan ditolak. Menurut Weston dan Copeland (1996:100), perusahaan yang sudah besar atau mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru. Sedangkan Keown (2010:216) menyatakan bahwa pada perusahaan kecil atau baru umumnya perusahaan akan membayarkan dividen yang kecil untuk perusahaan karena tidak mempunyai akses ke pasar modal sehingga harus mengandalkan dana internal. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika

(2005).Hasil penelitian Kartika (2005) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan hasil penelitian Fira (2009) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. DAFTAR KEPUSTAKAAN Achmad Fauz dan Rosidi. 2007. Pengaruh aliran kas bebas, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan utang dan Collateral asset terhadap kebijakan dividen.Jurnal Ekonomi dan Manajemen Volume 8. Nomor 2, Juni 2007 Agus

Sartono. 1996. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE

Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2011. Manajemen Keuangan buku 2 Edisi 11 . Jakarta: Erlangga Budi Mulyono. (2009). Pengaruh Debt To Equity Ratio, Insider Ownwership, Size dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Industri Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2007).Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro

Endang

Raino Wirjono. 2009. Pengaruh Set Kesempatan Investasi Terhadap Hubungan Antara Kepemilikan Manajerial dan Aliran Kas Bebas Dengan Tingkat Leverage Perusahaan. Kinerja, Volume 13, No.1 th.2009: Hal.122-134

Elyzabet Indrawati Marpaung dan Bram Hadianto. 2009. Pengaruh profitabilitas dan kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen. Jurnal Akuntansi Vol.1, No.1 Mei 2009:70-84 Fira Puspita. (2009). Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Payout Ratio (Studi kasus pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007).Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro Kartika Nuringsih. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, JuliDesember 2005, Vol 2, No. 2 pp.103-123 Keown, Arthur J. et al. 2010. Dasardasar Manajemen Keuangan.(Terjemahan).Jakar ta : Salemba Empat.

11

Lukman

Syamsuddin. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan Edisi Baru, Cetakan 8. Jakarta: PT Raja Grafindo Maria Andriyani. (2008). Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Investment Opportunity Set (Ios) dan Profitability Terhadap Kebijakan Dividen. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro Michell

Rizal

Suherli. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity SetTerhadap Kebijakan Dividen Tunai Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat. Jurnal Akuntasi dan Keuangan Vol. 9,No.1, Mei 2007: 9-17 Ahmad. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Tunai.ISSN:19795408, Vol.2 No.2 November 2009

Rizki Novianti. 2012. Kajian Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Accounting Analysis Journal 1 (2) (2012). ISSN 2252-6765

12

Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Erlangga Ronowati Tjandra. 2005. Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Kebijakan Dividen dengan Pemoderasi Pilihan Prosedur Akuntansi Pada Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol 5, No 1, 2005:65-78 Sri Hasnawati. 2005. Dampak Set Peluang Investasi Terhadap Nilai perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. JAAI Volume 9 No.2, Desember 2005:117-126 Suad

Husnan. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE

Sunarto. (2004). Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajarial, Investment Opportunity Set, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend PayoutRatio (Studi Kasus Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro Yuli

Soesetio. 2008. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap kebijakan Utang. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12, No.3 September 2008,

hal.384-398 terakreditasi SK. NO. 167/Dikti/Kep/2007 Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1996. Manajemen

Keuangan Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga www.idx.co.id

13