perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA
TESIS Tesis ini disusun Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Syahrianah Syahran NIM . S850809117
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA TESIS Disusun Oleh: SYAHRIANAH SYAHRAN S850809117
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 14 Februari 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
Dr. Imam Sujadi, M.Si. NIP. 19670915 200604 1 001
Mengetahui: Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,
Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA
Disusun oleh SYAHRIANAH SYAHRAN S850809117 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal…………………………………… Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. NIP. 19530915 197903 1 003
…………………………..
Sekretaris
Dr. Riyadi, M.Si. NIP. 19670116 199402 1 001
………………………….
Anggota penguji
1. Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
………………………….
2. Dr. Imam Sujadi, M.Si NIP. 19670915 200604 1 001
………………………….
Surakarta,
Maret 2011
Mengetahui: Direktur PPs UNS,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004
Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Syahrianah Syahran
NIM
: S850809117
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA adalah betul-betul hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, 14 Februari 2011 Yang membuat pernyataan,
Syahrianah Syahran S850809117
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Syahrianah Syahran. S850809117. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Sikap Percaya Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri se Kota Palangka Raya. Tesis. Komisi Pembimbing: (I) Dr. H. Mardiyana, M.Si. (II) Dr. Imam Sujadi, M.Si. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran matematika dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dapat menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. (3) Apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksprimen semu dengan desain faktorial 2 x 3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Desember 2010 dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri se Palangka Raya semester I tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian diperoleh dengan stratified random sampling dan cluster random sampling. Banyak anggota sampel 112 siswa yang terdiri dari siswa-siswi SMP Negeri 1, SMP Negeri 6, dan SMP Negeri 8 Palangka Raya dan masing-masing sekolah diambil 1 kelas sebagai kelas eksprimen (pembelajaran kooperatif NHT) dan 1 kelas untuk kelas kontrol (pembelajaran kooperatif STAD). Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Palangka Raya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi berupa nilai UN SMP mata pelajaran matematika untuk penetapan pengambilan sampel berstrata, nilai leger raport mata pelajaran matematika untuk data kemampuan awal, metode tes untuk data hasil belajar matematika pada kompetensi dasar sistem persamaan linear dua variabel dan metode angket untuk data sikap kepercayaan diri. Sebelum instrumen tes dan angket diujicobakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi oleh 3(tiga) validator. Hasil uji coba menunjukkan bahwa 30 butir soal tes valid dan 40 item angket dapat digunakan untuk instrumen penelitian. Pada uji coba tes hasil belajar matematika dilakukan uji tingkat kesukaran, daya beda dan uji reliabilitas. Sedangkan pada uji coba angket sikap percaya diri dilakukan uji konsistensi internal dan uji reliabilitas. Instrumen tes yang valid dihitung nilai uji reliabiltas dengan KR-20 diperoleh nilai indeks 0,8311, sedangkan nilai indeks reliabilitas angket 0,8356. Prasyarat analisis data dengan menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas dan uji Bartlett untuk uji homogenitas. Analisis data menggunakan
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
analisis variansi dua jalan sel tak sama. Hasil analisis dua jalan dengan taraf signifikansi α = 5 %, menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII materi sistem persamaan linear dua variabel (Fa = 0,5499 < 3,8870 = Ftabel), (2) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, percaya diri sedang dan percaya diri rendah terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel ( Fb = 30,5719 > 3,0397 = Ftabel), dan (3) terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan sikap percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel (Fab = 3,9947 > 3,0397 = Ftabel). Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel, (2) hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah, dan (3) Pada pembelajaran dengan model NHT, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah. Sedangkan untuk siswa dengan sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri rendah. (4) Pada pembelajaran dengan model STAD, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri sedang. Sedangkan untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi maupun sedang mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa dengan sikap percaya diri rendah.(5) Pada siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah penggunaan model pembelajaran NHT sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran STAD. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT), Pembelajaran Kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Sikap Percaya Diri, dan Hasil Belajar Matematika.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Syahrianah Syahran. S850809117. The Effectiveness in the Cooperative Learning Model of Numbered Heads Together toward the Learning Results in Mathematics in the Main Topic of Discussion of Two-variable Linear Equation System Viewed from the Self-confidence Levels of the 8th-grade Students of the State Junior Secondary Schools throughout Palangkaraya Municipality. Principal Advisor: Dr. H. Mardiyana, M. Si. Co-advisor: Dr. Imam Sujadi, M. Si. Thesis: The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University. 2011. The objectives of this research are to investigate: (1) whether or not the use of the cooperative learning model of Numbered Heads Together (NHT) is able to result in better learning results in Mathematics than that of the cooperative learning model of Student Team Achievement Division (STAD); (2) whether or not the learning results in Mathematics of the students with high level of self-confidence are better than those of the students with medium level of self-confidence and whether or not the learning results in Mathematics of the students with medium level of selfconfidence are better than those of the students with low level of self-confidence; (3) whether or not the learning results in Mathematics of the students who are given the cooperative learning model of NHT are better than those of the students who are given the cooperative learning model of STAD among the students with each with high, medium, and low level of confidence. This research used the quasi-experiment method with the factorial design of 2 x 3. This research was conducted from July to December 2010. The population of this research was the 8th–grade students of the state junior secondary schools throughout Palangka Raya of the first semester in the Academic Year of 2010/2011. The samples were gathered through the stratified random sampling and the cluster random sampling. The number of the samples was 112 students who were the students of SMP Negeri 1, SMP Negeri 6, and SMP Negeri 8 of Palangka Raya Municipality and from each of the schools 1 class was taken as the experiment class (for the cooperative learning model of NHT) and another class was taken as the control class (for the cooperative learning model of STAD). The instruments of the research were test at SMP Negeri 2 Palangka Raya. The data were gathered through the methods of documentation in the form of the national examination scores in Mathematics of junior secondary schools to establish the stratified random sampling, the ledger scores in Mathematics for the data on the students’ initial ability, test for the data on the learning results in Mathematics in its basic competence in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System, and questionnaire for the data on the students’ levels of self-confidence. Before the instruments of test and questionnaire were experimented, the validity test on those two instruments was conducted by three competent persons in validation. The test indicated that 30 question items of the test and 40 items in the questionnaire were able to be used as the research instruments. In the experiment on the test to obtain the learning results in
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mathematics the tests on the Index of Difficulty, the Index of Differentiability, and the reliability were conducted while the internal consistency test and the reliability test were conducted on the questionnaire on self-confidence. The reliability test with KR-20 conducted on the test instrument to obtain its validity resulted in the index value of 0.8311 while the reliability test conducted on the questionnaire instrument resulted in the index value of 0.8356. The prerequisite for the data analysis used the Lilliefors Test on the normality test and the Bartlett Test on the homogeneity test. The data were then analyzed by using the two-way Analysis of Variances with unequal cells. The results of the analysis were: (1) there is no difference in the influence of the use between those two learning models toward the learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System among the 8th-grade students (Fa = 0.5499 < 3.8870 = Ftable); (2) there is a difference in the influence of the students’ self-confidence levels toward the learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System among the students each with high, medium, and low level of self-confidence (Fb = 30.5719 > 3.0397 = Ftable); and (3) there is an interaction between the use of the learning models and the students’ levels of self-confidence toward their learning results in Mathematics in the main topic of discussion Two-variable Linear Equation System (Fab = 3.9947 > 3.0397 = Ftable). The results of this research are: (1) the use of the cooperative learning model of NHT is as effective as that of the cooperative learning model of STAD toward the students’ learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Twovariable Linear Equation System; (2) the learning results in Mathematics of the students with high level of self-confidence are better than those of the students with medium level of self-confidence and the learning results in Mathematics of the students with medium level of self-confidence are better than those of the students with low level of self-confidence; and (3) among the students who are given the cooperative learning model of NHT those with high level of self-confidence have better learning results in Mathematics than those with medium and low levels of selfconfidence and those with medium level of self-confidence have the same learning results in Mathematics as those with low level of self-confidence. (4) Meanwhile, among the students who are given the cooperative learning model of STAD those with high level of self-confidence have the same learning results in Mathematics as those with medium level of self-confidence while those with high and medium levels of self-confidence have better learning results in Mathematics than those with low level of self-confidence. (5) Among the students each with high, medium, and low level of self-confidence the use of the cooperative learning model of NHT is as effective as that of the cooperative learning model of STAD. Keywords: Cooperative learning model of Numbered Heads Together (NHT), cooperative learning model of Student Team Achievement Division, Self-confidence, and Learning Results in Mathematics.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan”. (Q.S Al-Insyirah: 6) “Allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu”. (Q.S Al-Mujadalah: 11) “Tetaplah berlaku Jujur, karena Jujur menuju Kebaikan, sedangkan Kebaikan menuju Jalan yang lurus”. (Sabda Rasullullah)
Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan tesis ini ku persembahkan kepada: 1. Ayahnda Syahran Badruzzaman (alm) dan Ibunda Djuaimah Santung yang selalu dalam hati dan doa anakmu. 2. Suami tercinta Suharyono dengan tulus dan ikhlas mendoakan, mendukung serta penyemangat untuk keberhasilan dalam penyelesaian studi dan tesis ini. 3. Anaknda tersayang Ayu Haryono Permatasari membantu dalam penyelesaian tesis ini.
yang selalu mendoakan dan
4. Saudaraku, kakak, adik-adik serta keponakan-keponakan yang tersayang dengan penuh pengertian , selalu mendoakan dan memberikan semangat dan dukungan. 5. Temanku Pancarita yang memberikan doa, dukungan dan keberhasilanku.
motivasi untuk
6. Anak-anak Mahasiswaku (Arini, Saniadora, Irma,Yesi, Norhayati dan Hana) yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini. 7. Rekan-rekan seperjuangan Kelas Kalimantan Angkatan 2009, terima kasih atas dukungan dan doa serta persayudaraannya.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat,
hidayah dan nikmatNya sehingga sehingga tesis yang
merupakan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurahkan dan terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umatNya. Peneliti menyadari bahwa penyelesaian laporan hasil penelitian ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan, bimbingan, saran dan bantuan berbagai pihak. Melalui laporan hasil penelitian ini peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, dr. Sp Kj (K), Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh studi sampai selesai di Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan kesempatan untuk banyak belajar. 3. Dr. H. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Dr. Imam Sujadi, M.Si, Dosen Pembimbing II dengan sabar, tekun dan tulus memberikan bimbingan,
petunjuk, motivasi, arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi peneliti. 6. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya yang telah memberikan ijin penelitian di SMP Negeri se Kota Palangka Raya. 7. Kepala SMP Negeri 1, Kepala SMP Negeri 2, Kepala SMP Negeri 6, dan Kepala SMP Negeri 8 Palangka Raya beserta Bapak dan Ibu Guru yang telah memberikan fasilitas, tenaga, pikiran dan kerjasama dalam penelitian ini sehingga tesis ini dapat tersusun. 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2009/2010 yang selalu memberikan motivasi hingga terselesaikannya tesis ini. 9. Keluarga yang selalu mendoakan dan memberi semangat. 10.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga hasil penelitian bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 14 Februari 2011 Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….
iii
PERNYATAAN………………………………………………………………
iv
ABSTRAK ……………………………………………………………………
v
ABSTRACT……………………………………………………………….. …
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………
ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
x
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
xii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………
xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN…………………………………………………
1
A. Latar Belakang…………………………………………………
1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………
8
C. Pemilihan Masalah …………………………………………….
9
D. Pembatasan Masalah …………………………………………
10
E. Rumusan Masalah ……………………………………………..
10
F. Tujuan Penelitian………………………………………………
11
G. Manfaat Penelitian ……………………………………………
12
LANDASAN TEORI ……………………………………………..
13
A. Kajian Pustaka …………………………………………………
13
1. Hasil Belajar Matematika ………………………………….
13
2. Pembelajaran Kooperatif …………………………………
15
3. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT)
22
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).................................................................
26
5. Pengertian Sikap Percaya Diri …………………………….
28
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Penelitian Yang Relevan ………………………………………
34
C. Kerangka Berpikir …………………………………………….
36
D. Hipotesis Penelitian…………………………………………….
40
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………
42
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ………………………..
42
B. Jenis Penelitian ……………………………………………….
43
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel …………
44
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………
45
1. Variabel Penelitian
……………………………………
45
2. Metode Pengumpulan Data ………………………………..
47
3. Instrumen Penelitian ………………………………………
49
E. Teknik Analisis Data ………………………………………….
55
1. Prasyarat Uji Keseimbangan dan Uji Hipotesis……………
55
2. Uji Keseimbangan …………………………………………
57
3. Uji Hipotesis ………………………………………………
59
4. Uji Komparasi Ganda ……………………………………..
64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………
65
A. Hasil Uji Coba Instrumen……………………………………...
67
1. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika………………. …
67
a. Uji Validitas Isi………………………………………...
67
b. Daya Pembeda Uji Coba Butir Soal……………………
67
c. Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal……………….
68
d. Reliabilitas Uji Coba Soal Tes…………………………
68
2. Instrumen Angket Sikap Percaya Diri…………………….
69
a. Uji Validitas Isi………………………………………..
69
b. Uji Konsistensi Internal……………………………….
69
c. Uji Reliabilitas…………………………………………
70
B. Deskripsi Data………………………………………………….
70
1. Data Skor Tes Hasil Belajar Matematika……………..……
70
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Data Skor Angket Sikap percaya Diri Siswa………….……
71
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data…………………………..
72
1. Uji Keseimbangan …………………………………………
72
2. Uji Normalitas …..…………………………………………
74
3. Uji Homogenitas……………………………………………
75
D. Hasil Pengujian Hipotesis………………………………………
76
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak sama ………..
76
2. Uji Lanjut Pasca Anava ……………………………………
77
E. Pembahasan Hasil Analisis Data ………………………………
80
1. Hipotesis Pertama………………………………………….
80
2. Hipotesis Kedua……………………………………………
81
3. Hipotesis Ketiga …………………………………………..
84
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………………..
89
A. Kesimpulan…………………………………………………….
89
B. Implikasi ……………………………………………………….
90
C. Saran……………………………………………………………
91
DAFTAR PUSTAKA ..……………………………………………………….
94
LAMPIRAN……..……………………………………………………………
97
BAB V
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri Kota Palangka Raya………………..………………
Tabel 1.2
Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri Kota Palangka Raya Tahun 2009/2010……………
Tabel 2.1
1
Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
2
Tipe
NHT…..………….………………………………………………
24
Tabel 2.2
Poin Perkembangan Individual ………………….……………..
27
Tabel 3.1
Jadwal penelitian…………………………………..……………
42
Tabel 3.2
Rancangan Penelitian……………………………….…………..
43
Tabel 3.3
Sampel Penelitian…………………………………….…………
45
Tabel 3.4
Kategori Angket Sikap Percaya Diri……………………………
47
Tabel 3.5
Rangkuman Anava Dua Jalan……..……………………………
61
Tabel 4.1
Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……..…………………………..
71
Tabel 4.2
Penggolongan Skor Angket Sikap percaya Diri…. …………….
71
Tabel 4.3
Data Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Matematika……….
72
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas kemampuan Awal …………..……………
73
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Eksprimen, Kelas Kontrol, dan Sikap percaya Diri …………………..……………
74
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas…………………………………………
75
Tabel 4.7
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sama………….…………………………………………………
76
Tabel 4.8
Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal…….…………………...
77
Tabel 4.9
Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom………………
78
Tabel 4.10
Rangkuman uji Komparasi Ganda Antar Sel……..……………..
79
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Penentuan Sampel Penelitian ………………………………..
97
Lampiran 2
RPP Pembelajaran Kelas Eksprimen (NHT)………………..
98
Lampiran 3
RPP Pembelajaran Kelas Kontrol (STAD)………………….
109
Lampiran 4
Lembar Kerja Siswa (LKS) …………………………………
120
Lampiran 5
Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika ……………………..
138
Lampiran 6
Soal Uji Coba tes Hasil Belajar matematika…………………
141
Lampiran 7
Pedoman Penyelesaian Tes Hasil Belajar Matematika………
149
Lampiran 8
Lembar Validasi Butir Tes Hasil Belajar Matematika……....
158
Lampiran 9
Tabel Skor Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika…..
173
Lampiran 10
Rekap Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ………………………………….
193
Lampiran 11
Rekap Reliabilitas Uji coba Tes hasil Belajar Matematika …
194
Lampran 12
Kisi-kisi Penyusunan Angket Sikap Percaya Diri…………...
195
Lampiran 13
Angket Sikap percaya Diri ………………………………….
196
Lampiran 14
Lembar Validasi Intrumen Angket Sikap Percaya Diri …….
199
Lampiran 15
Skor Uji Coba Angket Sikap Percaya Diri ………………….
211
Lampiran 16
Uji Konsistensi Internal Angket Sikap Percaya Diri ………
223
Lampiran 17
Uji Reliabilitas Angket Sikap Percaya Diri …………………
224
Lampiran 18
Data Dokumentasi Nilai Awal……………………………….
225
Lampiran 19
Data Induk kelas Eksprimen (NHT)…………………………
228
Lampiran 20
Data Induk Kelas Kontrol (STAD) …………………………
231
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 21
digilib.uns.ac.id
Rangkuman Perhitungan Pengkategorian Sikap Percaya Diri …………………………………………………………
234
Lampiran 22
Data Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Matematika ……
236
Lampiran 23
Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksprimen ………
238
Lampiran 24
Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol …………
243
Lampiran 25
Uji Homogenitas Kemampuan Awal ………………………..
247
Lampiran 26
Uji Keseimbangan Antara kelas Eksprimen (NHT) dan Kelas Kontrol (STAD) ………………………………………
249
Lampiran 27
Uji Normalitas Kelas Eksprimen (NHT)…………………….
253
Lampiran 28
Uji Normalitas Kelas Kontrol Pembelajaran STAD…………
258
Lampiran 29
Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Tinggi ............
263
Lampiran 30
Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Sedang...........
267
Lampiran 31
Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Rendah ……..
271
Lampiran 32
Uji Homogenitas Sikap Percaya Diri Siswa…………………
275
Lampiran 33
Uji Homogenitas Model Pembelajaran………………………
276
Lampiran 34
Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama…………
277
Lampiran 35
Uji Komparasi Ganda ……………………………………….
281
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan baik di tingkat dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi bahkan termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan secara nasional pada setiap akhir jenjang pendidikan. Menurut Kepala Bidang SMP/MTs dan SMA/MA (2009), rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP Kota Palangka Raya dari tahun pelajaran 2005/2006 sampai dengan 2009/2010 ada peningkatan sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Tabel 1.1 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP Negeri Kota Palangka Raya NO.
TAHUN PELAJARAN
RATAAN
1.
2005/2006
6,18
2.
2006/2007
6,26
3.
2007/2008
6,29
4.
2008/2009
6,31
5. 2009/2010 6,59 Sumber data :Dinas Pendidikan,Pemuda Dan Olah Raga Kota Palangka Raya. Tetapi, jika dilihat masing-masing dari 16 SMP Negeri Kota Palangka Raya masih ada rataan nilai ujian nasional matematika yang kurang dari 6,00 seperti terlihat pada tabel berikut. 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Tabel 1.2 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP Negeri Kota Palangka Raya Tahun 2009/2010 NO. Nama Sekolah Rataan NUN 1. SMP NEGERI 1 Palangka Raya 5,55 2. SMP NEGERI 2 Palangka Raya 7,12 3. SMP NEGERI 3 Palangka Raya 7,00 4. SMP NEGERI 4 Palangka Raya 5,60 5. SMP NEGERI 5 Palangka Raya 5,96 6. SMP NEGERI 6 Palangka Raya 7,21 7. SMP NEGERI 7 Palangka Raya 6,12 8. SMP NEGERI 8 Palangka Raya 6,62 9. SMP NEGERI 9 Palangka Raya 5,73 10. SMP NEGERI 10 Palangka Raya 6,22 11. SMP NEGERI 11 Palangka Raya 5,87 12. SMP NEGERI 12 Palangka Raya 8,78 13. SMP NEGERI 13 Palangka Raya 8,15 14. SMP NEGERI 14 Palangka Raya 7,03 15. SMP NEGERI 15 Palangka Raya 6,50 16. SMP NEGERI 16 Palangka Raya 5,92 Sumber Data: Dinas Pendidikan,Pemuda Dan Olah Raga Kota Palangka Raya. Secara umum tujuan pembelajaran matematika di semua jenjang pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam tujuan yang bersifat (1) formal, yaitu penataan nalar dan pembentukan kepribadian siswa serta (2) informal, yaitu penerapan matematika dan keterampilan matematika. Keduanya perlu dilaksanakan secara profesional sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang memerlukan matematika (Soedjadi, 2000: 138). Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
2006
merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 2004 yang dilaksanakan oleh tingkat satuan pendidikan mulai tahun pelajaran 2007. Dalam KTSP 2006, standar kompetensi mata pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 matematika untuk tujuan pengajaran matematika adalah: (1) melatih cara berpikir dan menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas yang kreatif, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan (Depdiknas, 2006 : 1). Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
dalam
pelaksanaannya
diharapkan sekolah dapat mengembangkan KTSP sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi sekolah yang bersangkutan agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benarbenar mampu menjawab kebutuhan daerah dimana sekolah tersebut berada. Dengan KTSP diharapkan ada perubahan pola pikir bagi guru dalam mengelola kelas dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Bagaimana supaya guru dapat mengantisipasi dan mengembangkan KTSP yang berbasis kompetensi, reorientasi pembelajaran dari guru menjadi pembelajaran siswa. Salah satu wujud tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Bersamaan dengan kemajuan IPTEK maka pelaksanaan pembelajaran menjadi kompleks, karena komponen dalam proses pembelajaran turut mempengaruhi hasil belajar antara lain: tujuan, bahan atau materi, metode, media, guru, dan siswa. Peran guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: latar belakang pendidikannya, kemampuan dalam menyajikan materi, sikap terhadap pendidik (siswa), sarana dan prasarana penunjang lainnya. Demikian juga peserta didik perbedaan individual turut mempengaruhi, seperti tidak semua peserta didik dapat menangkap makna dari materi yang diberikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 Dalam KTSP diamanatkan
adanya pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme, dimana belajar adalah lebih merupakan suatu proses untuk menemukan daripada untuk mengumpulkan sesuatu. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat membangun pikirannya sesuai dengan apa yang dimilikinya untuk menemukan sesuatu. Setelah diberlakukannya KTSP sekarang ini, secara umum kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah belum banyak guru dalam proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran dengan melibatkan siswa aktif di dalam kelas. Guru seharusnya dapat mengembangkan pembelajaran di kelas, tetapi menurut pengamatan peneliti masih banyak guru yang tidak sepenuhnya melaksanakan KTSP dengan baik dan kreatif. Hal ini dapat dilihat dari praktek pembelajaran di kelas, masih banyak siswa yang tidak tertarik dengan pelajaran matematika, saat guru bertanya kepada siswa tentang konsep yang baru dipelajari siswa tidak bisa menjawab, diberikan tugas rumah masih ada siswa mengerjakan di kelas sebelum pelajaran dimulai bahkan ada yang tidak mengerjakannya. Guru dalam proses pembelajaran hanya memberikan rumus-rumus dan contoh soal serta latihan soal tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna atau mendiskusikan dengan siswa lain. Sedangkan belajar matematika dengan mengandalkan, mengingat, dan menghafal rumus tanpa dipahami tidak bermakna. Meskipun ada guru yang mencoba menerapkan pembelajaran aktif di dalam kelas, namun masih banyak dilakukan secara klasikal atau diskusi biasa. Pada akhirnya efektifitas pembelajaran aktif yang dilakukan belum optimal dan hasil belajar siswapun kurang memuaskan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang disenangi siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti kurang motivasi, kurang percaya diri belajar siswa pada pelajaran matematika. Salah satu yang menjadi kendalanya adalah siswa beranggapan bahwa matematika itu sukar, rumit dan hanya berhubungan dengan angka-angka saja. Oleh karena itu perlu dicarikan jalan keluarnya agar dalam proses pembelajaran matematika
siswa terlibat aktif dan memperoleh
pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan motivasi, rasa percaya diri siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Permasalahan di atas menunjukkan diperlukan pula pembenahan pada proses pembelajaran, dalam hal ini dapat berkaitan dengan strategi, model, ataupun metode pembelajaran karena keberhasilan proses belajar mengajar diantaranya ditentukan oleh penerapan pembelajaran yang sesuai. Dengan pemilihan model ataupun metode dalam pembelajaran diharapkan adanya perubahan pada siswa dari mengingat atau menghafal ke arah berpikir dan pemahaman. Kegiatan-kegiatan pembelajaran juga memuat interaksi antar siswa juga interaksi antara guru dan siswa. Karenanya suasana kelas juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa dapat membangun interaksi dan kerjasama baik dengan teman lain maupun dengan guru. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang memberi fasilitas pada siswa untuk saling bekerja sama. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu konsep belajar yang sangat menekankan aspek kerjasama, bukan persaingan. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat menjadi salah satu alternatif karena banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran (Wagiran, 2006:26). Model pembelajaran kooperatif ini
berguna untuk membantu siswa
menumbuhkan kerjasama, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran matematika di kelas VIII SMPN Palangka Raya ternyata kondisi pembelajaran matematika masih ada proses pembelajaran cenderung satu arah. Saat pembelajaran berlangsung guru aktif mengajar hanya menyampaikan materi, sementara siswa secara pasif mendengarkan, mencatat, menghafal, dan mengerjakan soal sesuai contoh yang diberikan. Sehingga sebagian besar siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Meskipun demikian ada pula beberapa guru mengatakan sudah melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan diskusi biasa namun hasil ulangan harian siswa masih ada yang memperoleh di bawah standar ketercapaian yang diinginkan oleh sekolah yaitu, untuk nilai matematika 65 ke atas dan 85 % siswa menguasai indikator secara klasikal. Disamping itu siswa masih belum bisa bekerja sama dengan baik, siswa yang memiliki kemampuan tinggi sajalah yang bisa dan berani berbicara mengemukakan pendapat sedangkan siswa yang lainnya hanya menunggu jawaban dari teman yang bisa mengerjakan. Karena itu guru masih perlu berusaha untuk menarik minat siswa yang kurang dalam pembelajaran ini, sehingga perlu diupayakan memilih model pembelajaran yang menarik. Pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah pembelajaran dengan diskusi kelompok dengan pendekatannya menekankan kepada proses belajar siswa aktif penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dikurangi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Wina Sanjaya, 2007:177). Pembelajaran ini berorientasi pada siswa karena guru memegang peran yang sangat dominan mengatur pembelajaran agar siswa belajar aktif seoptimal mungkin. Dari fakta yang ada bahwa dalam proses belajar mengajar matematika, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide-idenya siswa. Komponen lain yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah diri siswa sendiri. Karakteristik dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain terkait dengan rasa percaya diri, seorang siswa memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar dan mampu menghadapi masalah yang ada di dalamnya sangat membantu dalam belajar matematika untuk mencapai hasil yang baik. Kepercayaan diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengatasi permasalahan dengan langkah tepat, kreatif dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Orang yang kurang percaya diri cenderung menghindari situasi komunikasi karena takut orang lain mengejek dan menyalahkannya. Kepercayaan diri merupakan komponen awal untuk dapat berinteraksi dengan baik dilingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu memperhatikan faktor kepercayaan diri siswanya. Interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa terjadi dalam proses pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberhasilan belajar yang dicapaipun tergantung pada beberapa faktor internal diantaranya adalah kemampuan awal siswa, rasa percaya diri yang dimiliki siswa, dan faktor eksternal diantaranya karakteristik mata pelajaran, kompetensi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 guru dan model pembelajaran atau metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Meskipun demikian tepat atau tidaknya suatu model pembelajaran baru terlihat dari keinginan siswa untuk belajar dan terbukti dari hasil belajar siswa. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menciptakan peran siswa belajar lebih aktif sehingga hasil belajarpun akan optimal. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalahmasalah sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar matematika mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Terkait dengan hal ini, muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah jika pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan tepat hasil belajar akan menjadi baik. Untuk menjawab hal ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa. 2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin diakibatkan oleh penguasaan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Mengingat penguasaan kemampuan awal mempunyai peranan yang penting dalam belajar matematika. Terkait hal ini, dapat dilakukan penelitian apakah rendahnya hasil belajar matematika siswa tergantung dari kemampuan awal yang dimiliki siswa. 3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan oleh siswa beranggapan matematika sukar sehingga siswa kurang aktif hanya mengikuti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 pembelajaran begitu saja dan hanya mengorganisasi sendiri apa yang diperolehnya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yaitu apakah dengan pemilihan model pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan faktor dari dalam diri siswa yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika. Dalam hal ini dapat dilakukan penelitian apakah sikap percaya diri ikut serta mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. C. Pemilihan Masalah Beberapa masalah di atas tidak mungkin dibahas secara bersamaan dalam satu penelitian saja oleh peneliti dengan alasan keterbatasan peneliti. Pemilihan masalah dalam penelitian ini adalah terkait pada permasalahan nomor 1 dan 4 yaitu: 1. Rendahnya hasil belajar matematika, yang mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru. 2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan faktor dari dalam diri siswa yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika.
D. Pembatasan Masalah Dari pemilihan masalah di atas, perlu dilakukan pembatasan masalah supaya penelitian dapat dilakukan tidak menyimpang dari sasaran pokok, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 1. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP pada kompetensi dasar
materi pokok Sitem Persamaan Linier Dua Variabel
(SLPDV) 2. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan model kooperatif tipe Student TeamsAchievement Divisions (STAD). 3. Sikap percaya diri siswa adalah pada sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah. E. Rumusan Masalah Berdasarkan pemilihan dan pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD? 2. Apakah siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi hasil belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah, siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang hasil belajar matematikanya lebih baik dari pada siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah? 3. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Numbered
Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar matematika
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, baik untuk siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Pada masing-masing model pembelajaran, apakah hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 diri tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang
maupun rendah,
dan hasil belajar matematika siswa dengan sikap
percaya diri sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri rendah? F. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri yang sedang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. 3. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar
matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Untuk mengetahui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 apakah pada masing-masing model pembelajaran, hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah, dan hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri rendah. G. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru ataupun calon guru matematika dalam memilih pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif selain model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, dalam rangka upaya peningkatan hasil belajar. 2. Memberikan informasi kepada guru, calon guru dalam pembelajaran matematika sikap percaya diri perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. 3. Memberikan masukan bagi penelitian berikutnya yang sejenis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar Matematika. Keberhasilan seseorang dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika prestasi yang diraih sesuai dengan target yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 700) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Slameto berpendapat prestasi belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka huruf maupun hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak pada periode tertentu. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2008:45) hasil belajar adalah taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Dari uraian di atas, hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai dari usaha yang telah dilakukan untuk menambah pengetahuan, pemahaman di bidang matematika, mengembangkan keterampilan berkaitan dengan matematika yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat. Berdasarkan teori taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu (1) ranah kognitif (cognitive domain), (2)ranah afektif (affective domain), dan (3) psikomotor (psykomotor domain). Ranah kognitif berkenaan
commit to 13user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yaitu kemampuan menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai. Ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik, keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, gerakan refleks dan lain-lain. Ranah kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku yang lebih baik. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa meliputi faktor usia, kematangan, pengalaman, minat, motivasi, kepercayaan diri dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari lingkungan sekitar siswa meliputi lingkungan sekolah, masyarakat, bahan pengajaran, sarana dan media. Untuk
belajar
dengan
baik
siswa
sangat
memerlukan
kondisi
yang
memungkinkan ia dapat melihat, mendengar dan melakukan proses belajar dengan baik karena akan mempengaruhi tingkat kedalaman konsep siswa pada saat proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 pembelajaran berlangsung. Tingkat kedalaman konsep yang diberikan kepada siswa pada saat mengajarkan matematika harus sesuai dengan tingkat kemampuannya. Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tahap perkembangan mental siswa sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dan dapat dengan mudah menyerap materi yang diberikan. Pemilihan model pembelajaran yang tepat berkenaan dengan materi SPLDV menjadi sangat penting dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa yaitu diantaranya dengan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan penilaian atau evaluasi belajar. Penilaian dalam hal ini bukan hanya dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan belajar tetapi juga untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang telah dipelajari oleh siswa. Jadi, hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini adalah penguasaan yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika yang diukur dengan tes pada kompetensi dasar sistem persamaan linear dua variabel. 2. Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif.
Salah satunya yang
diungkapkan oleh Slavin (1995:2) merujuk pada berbagai metode pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu siswa yang lain belajar. Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2006) juga mengungkapkan “Essentially then cooperative learning represents a shift in educational paradigm from teacher-centered approach to a more student-centered learning in small group. It creates excellent opportunities for students to engage in problem solving with the help of their group members”. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif merupakan pergeseran paradigma pendidikan dari pendekatan berpusat pada guru untuk lebih berpusat pada siswa dalam kelompok kecil. Ini menciptakan peluang bagus bagi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah dengan bantuan anggota kelompoknya. Menurut Slavin (1995:5) ada tiga konsep utama dalam pembelajaran kooperatif yaitu (1) penghargaan kelompok, (2) tanggung jawab individu, dan (3) kesempatan yang sama untuk sukses. Kelompok akan memperoleh penghargaan jika mencapai kriteria tertentu. Tanggung jawab individu mempunyai makna bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
Tanggung jawab ini
terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. Beberapa catatan untuk definisi yang diungkapkan oleh Slavin adalah sebagai berikut yang berbeda-beda tapi tetap memiliki unsur-unsur yang sama, dimana unsurunsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama dalam kelompok. Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa mereka adalah bagian dari kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama. Kedua, anggota kelompok harus menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan adalah masalah kelompok dan semua anggota kelompok memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama, semua anggota kelompok harus berbicara dengan anggota lainnya untuk mendiskusikan masalah.
Terakhir, setiap anggota
kelompok harus menyadari bahwa kerja individu anggota kelompok memberikan pengaruh langsung terhadap kesuksesan kelompok. Komponen-komponen kunci dalam pembelajaran kooperatif adalah (1) ketergantungan positif, (2) tanggung jawab individu, (3) kemampuan bekerjasama, (4) pengelolaan interaksi kelompok, (5) pengelompokkan heterogen, dan (6) aturan guru ketika siswa dalam kelompok (Jacobs, 1996:17-21). Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, guru harus memperhatikan komponen-komponen kunci dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga suatu pembelajaran kooperatif dapat dikatakan berhasil jika dalam pelaksanaannya di ruang kelas komponen-komponen tersebut muncul. 1996:26-27).
commit to user
(Jacobs,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 1. Menekankan pada penghargaan. Penghargaan ini merupakan kunci untuk mendorong ketergantungan positif. 2. Penghargaan yang diungkapkan Slavin tidak diberi tingkatan nilai. Tingkatan nilai diperoleh secara individual. Jadi, sementara kelompok memperoleh penghargaan yang sama, setiap anggota kelompok mungkin memperoleh nilai yang berbeda-beda, misalnya satu anggota kelompok memperoleh nilai A, anggota yang lain mungkin memperoleh nilai C. 3. Kemampuan bekerjasama tidak secara eksplisit dilatih. 4. Keheterogenan kelompok didasarkan pada pencapaian skor sebelumnya. 5. Tanggung jawab individu ditekankan pada kuis individual Menurut Artzt dan Newman (1997:2), pembelajaran kooperatif melibatkan suatu kelompok belajar kecil yang bekerja bersama-sama sebagai tim untuk menyelesaikan masalah, melengkapi tugas, atau mencapai tujuan bersama.
Ada beberapa model
pembelajaran kooperatif yang berbeda-beda tapi tetap memiliki unsur-unsur yang sama, dimana unsur-unsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama dalam kelompok. Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa mereka adalah bagian dari kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama.
Kedua, anggota
kelompok harus menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan adalah masalah kelompok dan semua anggota kelompok memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama, semua anggota kelompok harus berbicara dengan anggota lainnya untuk mendiskusikan masalah.
commit to user
Terakhir, setiap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 anggota kelompok harus menyadari bahwa kerja individu anggota kelompok memberikan pengaruh langsung terhadap kesuksesan kelompok. Pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivistik menurut Nickson (dalam Hudojo, 2005) adalah membantu siswa untuk membangun konsepkonsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali, dimana terjadi transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Transformasi tersebut mudah terjadi bila pemahaman siswa terjadi karena terbentuknya skemata dalam benak siswa. Sehingga menurut Hudojo (2005:33-34) pembelajaran matematika adalah membangun pemahaman. Dalam proses pembelajaran, perolehan informasi tidak berlangsung satu arah dari sumber informasi ke penerima informasi, tetapi pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi sehingga skemata (jaringan konsep)nya menjadi mutakhir. Ini berarti proses pembelajaran tidak sematamata pengelolaan siswa, lingkungan dan fasilitas belajarnya. Pengetahuan harus dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan pengalaman /pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif, siswa percaya bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman, teman yang lebih mampu membantu teman yang lemah, dan setiap anggota kelompok tetap memberikan sumbangan pada prestasi kelompok dan para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi. Peklaj Cirila (2006) mengemukakan: A learning situation can be structured in different ways, as an individual, competitive, or cooperative activity. Each of these structures can be used for different learning outcomes (Situasi belajar dapat dibentuk dengan cara yang berbeda, baik dengan sendiri, kompetisi atau kerjasama). Hal ini dapat diungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki hubungan sosial dan meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Dari penelitian yang dilakukan oleh Babatunde A.Adeyemi, tahun 2008 yang dipublikasikan pada Journal Internasional yang berjudul “Effects of cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Jonior Secondary School Students Achievment in Sosial Studies”, menyatakan bahwa “the results showed that student exposed to cooperative learning strategy performed better than their counterparts in the other groups” yang berarti pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan strategi pemecahan masalah pada siswa setara SMP pada kelas sosial. Agar lebih spesifik, ciri-ciri pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivistik (Hudojo, 2005:34) antara lain sebagai berikut. 1. Siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Siswa belajar bagaimana belajar itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 2. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi (materi) terjadi. 3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Banyak
model
pembelajaran
matematika
yang
didasari
oleh
teori
konstruktivistik, seperti pembelajaran yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu keaktifan siswa dalam proses pembentukan pengetahuannya itu (Suparno, 1997:65-66). Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Siswa belajar matematika secara kooperatif, antara siswa dengan siswa aktif berdiskusi, dimana diskusi merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil dapat memperlancar komunikasi matematik secara efektif baik itu metode pemahaman konsep/prinsip maupun alasanalasan logik (Hudojo, 2005:47). Pembelajaran kooperatif yang dilakukan tidak sekedar belajar bersama (kolaboratif), tapi konsep/prinsip yang dipelajari itu menjadi tanggung jawab bersama sekaligus menjadi tanggung jawab individu. Antara siswa dapat saling bertanya, mendiskusikan ide, belajar mendengarkan orang lain, memberikan kritik membangun, menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan. Menurut Hudojo (2005:48) ciri usaha investigasi, menemukan atau menyelesaikan masalah sangat cocok digunakan dalam bentuk pembelajaran kooperatif. Apabila pembelajaran kooperatif ini dilaksanakan akan melibatkan siswa secara emosional dan sosial selama pembelajaran berlangsung sehingga matematika menjadi lebih menarik dan siswa mau belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim ( 2000: 7-10) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial. 3. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe, salah satunya adalah tipe Numbered Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Numbered Head Together sebagai tipe dari model pembelajaran kooperatif pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (Anita Lie 2010: 59). Pada pembelajaran ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Adapun ciri khas dari Numbered Head Together adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 Selain itu model pembelajaran Numbered Head Together memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide–ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Tahapan dalam pembelajaran
Numbered Head Together
antara lain yaitu
penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Ibrahim, 2000: 28). Tahap 1:
Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
Tahap 2:
Mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan.
Tahap 3:
Berpikir bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Tahap 4:
Menjawab. Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Langkah – langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 Tabel 2.1 Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
No.
Langkah – langkah
Keterangan
1.
Persiapan
Guru mempersiapkan RPP dan soal – soal
2.
Pembentukan kelompok dan
Guru membagi siswa menjadi beberapa
Penomoran
kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dengan jenis kelamin dan kemampuan yang berbeda. Setelah itu memberikan nomor pada setiap siswa berdasarkan banyaknya siswa.
3.
Diskusi masalah
Guru memberi soal pada siswa dalam kelompok, kemudian siswa berpikir bersama untuk menyelesaikan soal dan meyakinkan anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban soal tersebut.
4.
Memanggil nomor anggota atau
Guru memanggil beberapa nomor untuk
pemberian jawaban
menyelesaikan setiap soal dan para siswa memberikan jawaban di depan kelas .
5.
Memberikan kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua soal yang ada.
6.
Memberi penghargaan
Guru memberi penghargaan berupa kata – kata pujian pada siswa dalam kelompok yang menjawab benar.
Guru merancang model pembelajaran ini disesuaikan dengan kemampuan siswa dan kebutuhan siswa agar berkembang optimal. Dengan demikian proses pembelajaran berlangsung efektif. Sehingga setelah selesai pembelajaran diharapkan ada perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa berkaitan dengan pengetahuan matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Dari uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. 2) Masing-masing siswa dalam kelompok diberikan tugas untuk dikerjakan. 3) Siswa mendiskusikan hasil kerjanya dengan teman satu kelompok. 4) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. 5) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. 6) Siswa dari kelompok lain yang berbeda pendapat mengemukakan pendapatnya. 7) Guru dan siswa mengadakan evaluasi. 8) Memberikan tugas rumah. 9) Menutup pelajaran.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Ide dasar STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam kelompok agar saling membantu untuk menguasai materi yang diberikan. Newman and Thompson (dalam Armstrong) mengemukakan bahwa:” STAD was the most successful cooperative learning technique at increasing student academic achievement, ...” (STAD adalah tehnik pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 kooperatif yang sukses untuk meningkatkan prestasi akademik, .....). Artinya STAD baik digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Slavin (1995:71-73) menguraikan STAD menjadi lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar dalam kelompok, kuis, skor perkembangan individual, dan pengakuan atau penghargaan kelompok.
Komponen-komponen tersebut dijabarkan
lebih lanjut ke dalam tahap-tahap pembelajaran model STAD sebagai berikut (Jacobs, 1996:94). Tahap 1.
Guru mempresentasikan materi pembelajaran melalui demonstrasi, buku teks, dan lain-lain. Pada presentasi kelas ini siswa harus menyadari bahwa mereka harus memberikan perhatian penuh pada presentasi materi oleh guru, karena dengan fokus pada presentasi tersebut akan membantu mereka dalam mengerjakan tugas kelompok.
Tahap 2.
Kelompok heterogen yang terdiri dari 4 atau 5 orang mempelajari bersamasama materi yang telah dipresentasikan oleh guru melalui lembar kerja siswa, buku teks atau sumber lainnya. Tujuan utama kelompok adalah untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok belajar, atau lebih khusus, untuk mempersiapkan setiap anggota kelompok menghadapi kuis individual dengan baik
Tahap 3.
Siswa menjawab kuis secara individual.
Pada tahap ini siswa tidak
diperbolehkan untuk membantu siswa yang lain dalam menjawab kuis. Jadi, setiap orang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk menjawab kuis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 Tahap 4.
Setiap skor siswa pada kuis dan rata-rata mereka pada kuis sebelumnya digunakan untuk menghitung berapa banyak poin yang diberikan seorang anggota kelompok kepada kelompoknya.
Poin sumbangan tersebut oleh
Slavin disebut sebagai poin perkembangan individual. Kemudian, setiap poin perkembangan individual anggota kelompok dirata-ratakan untuk menentukan skor kelompok. Berdasarkan skor ini setiap kelompok diberi penghargaan berupa sertifikat Good Team, Great Team dan Super Team. Tabel 2.2 Poin Perkembangan Individual (Slavin, 1995:80) Skor Kuis Siswa
Poin untuk Kelompok
Lebih dari 10 poin dibawah rata-rata sebelumnya *) 10 poin hingga 1 poin dibawah rata-rata sebelumnya Rata-rata sebelumnya sampai 10 poin di atas rata-rata sebelumnya Lebih dari 10 poin diatas rata-rata sebelumnya Pekerjaaan sempurna (tidak berdasarkan rata-rata sebelumnya)
5 10 20 30 30
*)Rata-rata sebelumnya merujuk pada skor rata-rata pada kuis-kuis sebelumnya.
Tabel Penghargaan Kelompok Rata-rata Poin Perkembangan
Penghargaan
0 < x ≤ 10
Good Team
10 < x ≤ 20
Great Team
20 < x ≤ 30
Super Team
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 5. Pengertian Sikap Percaya Diri Secara keseluruhan proses pendidikan di sekolah mengandung arti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini tergantung dari proses belajar yang dialami siswa. Untuk dapat membentuk cara belajar yang baik diperlukan sikap mental yang baik. Siswa yang memiliki sikap mental yang sehat akan mampu mengatasi kesukaran yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Di samping itu dengan memiliki sikap mental yang sehat, siswa akan mampu menyesuaikan diri dengan penuh kepuasan dan kegembiraan serta memiliki rasa percaya diri. Percaya diri adalah suatu keyakinan terhadap diri di mana keyakinan tersebut merupakan keyakinan akan akan kemampuan dan kesangupan diri sendiri dalam beraktivitas serta menghadapi bebagai situasi dan keadaan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini dengan adanya suatu percaya diri, seorang siswa akan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar serta mampu menghadapi masalah yang ada di dalamnya. Para orang tua, guru, dan pemimpin pasti setuju bahwa sikap percaya diri adalah penting untuk ditumbuhkan dalam usaha membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Sikap percaya diri ini dapat membuat seseorang menjadi bersemangat untuk melakukan sesuatu yang ia merasa bisa, dan dapat membuatnya berprestasi dalam bidang yang ditekuninya. Kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instan, melainkan melalui proses yang berlangsung semenjak usia dini, dalam kehidupan bersama orang tua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 pembentukan rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orangtua yang menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. M. Junaidi (2004 : 2) berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi untuk bisa berinteraksi dengan orang lain agar menjadi manusia yang utuh. Sikap percaya diri tidak hanya ditentukan keadaan, yang dihadapi saat ini namun juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di masa lalu, situasi sekarang dan diharapkan di masa yang akan datang. Samsi Haryanto (1994 : 2) berpendapat kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Jose R. Goris (2007 : 738) contingency model berniat untuk menanggapi situasi tertentu dan individu tertentu. Mereka juga berusaha untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan kualitas kehidupan kerja. Pendapat Sheenah Hankin (2005 : 1) seseorang bisa percaya diri harus menempuh jalan menuju kebebasan hingga sampai ke suatu tempat yang disebut kematangan emosi. Selanjutnya Gerungan berpendapat sikap-sikap otoriter, sikap over protection
dan sikap penolakan anak-anaknya dari pada orang tua dapat menjadi
handicamp bagi perkembangan sosial anak-anak. Sedangkan Secrd & Backman dalam Saifudin Azwar (2000 : 5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan prendisposisi tindakan (kognisi) seseorang terhadap aspek lingkungan di sekitarnya. Untuk dapat memberikan perhatian rasa ingin tahu perlu dirangsang karena perhatian tersebut akan selalu terpelihara selama pembelajaran berlangsung dan bahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 akan dapat melekat lebih lama lagi. Rasa ingin tahu dapat dipancing atau dirangsang dengan elemen-elemen yang baru, unik, kontradiktif dan kompleks. Misalnya siswa bersikap percaya diri mempelajari Matematika berarti di dalam dirinya muncul suatu perasaan percaya dengan senang sehingga perasaan tersebut akan menentukan tindakannya untuk memahami objek (mata pelajaran Matematika). Menurut Muhammad Asrori (2008 : 199) respon penyesuai diri, baik atau buruk secara sederhana dapat dipandang sebagai upaya organisme untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara keseimbangan yang lebih wajar. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya, hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Menurut Slavin (2008 : 36) beberapa kajian telah menemukan bahwa ketika para siswa bekerja bersamasama untuk meraih sebuah tujuan kelompok membuat mereka mengekspresikan normanorma yang baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan kelompok. Martin dalam Windy Asmiana (2003 : 1) melakukan penelitian tentang sikap percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boarding School yang berada di Oklahoma. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Markku S. Hannula (2004: 1) mengemukakan, ..... indicates that the learning of mathematics is influenced by a pupil’s mathematics-related beliefsw, especially self-confidence. Pernyataan menunjukkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 bahwa pembelajaran matematika dipengaruhi oleh keyakinan
seorang murid yang
terkait matematika, terutama rasa percaya diri. Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas disimpulkan setiap percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan / situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Ada beberapa Karakteristik Sikap, menurut Magnis Suseno dalam Herman J. Waluyo (2002 : 96) ada tujuh sikap keutamaan yang mendasari kepribadian yang mantap bagi seorang ilmuwan, yaitu kejujuran, menghargai nilai otentik, kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian moral, memiliki keberanian moral, memiliki kerendahan hati, serta bersikap realistis dan kritis terhadap berbagai fenomena duniawi manusiawi. Menurut Sax dalam Saifudin Azwar (2000 : 25) menunjukkan beberapa karakteristik sikap yaitu: a. Sikap memiliki arah, maksudnya sikap dapat dibagi menjadi dua bagian yang sangat jelas, yaitu bagian setuju atau tidak setuju, bagian memihak atau tidak memihak terhadap suatu objek sikap. Orang yang setuju; memihak terhadap suatu objek sikap yang arahnya positif, sedangkan orang yang tidak setuju memihak terhadap suatu objek yang arahnya negatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 b. Sikap memiliki intensitas, maksudnya kekeuatan sikap terhadap suatu objek belum tentu sama, walaupun arahnya sama. Dua orang sama-sama tidak suka terhadap suatu objek dan sama-sama memiliki sikap yang arahnya negative, namun belum tentu memiliki intensitas yang sama. c. Sikap memiliki keleluasaan, maksudnya sikap kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek hanya dapat mengenai aspek yang sangat spesifik, tetapi dapat pula mencakup banyak aspek yang ada pada suatu objek. d. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adanya kesesuaian antara pernyataan sikap dengan respon terhadap suatu obyek. Sikap tersebut diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu dan dipertahankan dalam waktu yang relatif lama. e. Sikap bersifat spontanitas, maksudnya menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan,. Sikap spontanitas yang tinggi terjadi apabila dinyatakan secara terbuka tanpa adanya desakan terhadap individu terlebih dahulu. Pengukuran dan pemahaman terhadap sikap seharusnya mencakup kelima dimensi sikap tersebut, namun hal itu sangat sulit dilakukan, kebanyakan hanya mengungkapkan dimensi arah dan intensitas dari sikap saja, dengan hanya menunjukkan kecenderungan sikap positif atau negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap respon individu. Sikap percaya diri dalam penelitian ini adalah 1) kemampuan mengingat kembali fakta dan informasi meliputi: (a) dorongan menghafal simbol-simbol, gambar-gambar maupun rumus-rumus, (b) kemampuan untuk meniru langkah-langkah yang dirasa perlu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 (c) kemampuan menjelaskan suatu permasalahan (d) kelengkapan membuat ringkasan. 2) kesungguhan menjelaskan kembali materi ke dalam pola baru / berbeda meliputi: (a) melatih berfikir kritis, (b) keberanian untuk bertanya, (c) dapat mempertimbangkan kegiatan yang dilakukan, (d) keberanian menyatakan pendapat. 3) kemampuan untuk mengemukakan
pengetahuan
baru,
yaitu
(a)
dorongan
untuk
mengutarakan
kemungkinan alternatif penyelesaian masalah dan penjelasan baru (b) keberanian berspekulasi dan menyatakan hipotesis. Yang dimaksud dengan sikap percaya diri dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang (siswa) dalam mengatasi permasalahan berkaitan dengan belajar matematika dengan langkah yang tepat, kreatif, agresif meliputi kemampuan mengingat kembali fakta dan informasi, kesungguhan menjelaskan kembali materi ke dalam pola baru / berbeda, kemampuan untuk mengemukakan pengetahuan baru tetapi tetap mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. B. Penelitian yang Relevan 1. Rofiq Setyawan (2008) dalam penelitiannya berjudul Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada pokok bahasan operasi hitung campuran ditinjau dari motivasi belajar siswa, hasilnya menunjukkan bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together lebih baik dibandingkan dengan model ceramah. Kesamaan
dengan
penelitian
ini
adalah
sama-sama
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together . Perbedaannya terletak pembandingan model pembelajarannya dan tinjauannya yaitu model pembelajaran tipe Numbered Heads Together ditinjau dari sikap percaya diri sedangkan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 penelitian Rofiq dengan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together dan model ceramah serta ditinjau dari motivasi belajar siswa. 2. Penelitian yang dilakukan Purwadi (2009) tentang pengaruh metode kuis interaktif terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari sikap percaya diri menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik dibandingkan dengan sikap percaya diri sedang, sikap percaya diri sedang sama baiknya dengan sikap percaya diri rendah, dan sikap percaya diri tinggi lebih baik dibandingkan dengan sikap percaya diri rendah, baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing metode mengajar. Kesamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah terletak pada faktor sikap percaya diri dikaitkan dengan metodenya. Sedangkan perbedaannya terletak pada model pembelajaran, materi, tempat penelitian, tahun ajaran dilakukannya penelitian. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Subandriyo (2006) ”Studi tentang Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika ditinjau dari Sikap percaya diri Siswa” yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang diajarkan dengan metode inkuiri dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan konvensional, terdapat
perbedaan prestasi matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri
tinggi, kelompok siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang dan kelompok siswa yang memilki sikap percaya diri rendah. Kesamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah terletak pada faktor sikap percaya diri. Sedangkan perbedaannya terletak pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 model pembelajaran yang digunakan, materi, sampel dan tempat penelitian, dan tahun ajaran dilakukannya penelitian. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Anik Lestari (2009) tentang Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
Number Heads Together dan Think Pair Share pada
Pembelajaran Matematika pada Siswa MTs Negeri se Kabupaten Klaten ditinjau dari tipe kecerdasan siswa. Kesamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah samasama terkait dengan penggunaan model pembelajaran Number Heads Together, sedangkan perbedaannya pada penelitian kami adalah terletak pada model pembelajaran yang dibandingkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD, model pembelajaran yang digunakan ditinjau dari sikap percaya diri, dan juga berbeda materi dan tempat penelitiannya. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan pada latar belakang, rumusan masalah dan tinjauan pustaka dapat dikatakan bahwa hasil dari proses pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu berasal dari luar diri siswa antara lain lingkungan, model pembelajaran, pendekatan, metode yang digunakan guru Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang dapat memaksimalkan potensi siswa, dapat meningkatkan minat siswa untuk ikut serta dalam proses membangun pengetahuan, dan mampu membuat semua siswa dengan kemampuan yang beragam ikut berpartisipasi. Dalam hal ini model pembelajaran kooperatif Number Heads Together (NHT) diharapkan dapat menjadi faktor yang akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 ikut meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa antara lain cara belajar, minat, kemampuan intelektual, sikap percaya diri. Adanya rasa percaya diri siswa akan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar serta mampu
menghadapi masalah yang ada
didalamnya. 1. Kaitan Model Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Matematika. Penggunaan
model pembelajaran turut
serta berpengaruh terhadap
keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Agar model pembelajaran terpilih dengan tepat, seorang guru harus mengetahui model pembelajaran sesuai kebutuhan siswa serta yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran berdasarkan konstruktivisme, yaitu siswa berusaha untuk belajar dan menyelesaikan soal dengan caranya sendiri sehingga siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran. Siswa dapat saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Number Heads Together adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang saling memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk saling membagi ide dan saling mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan juga dalam pembelajaran ini mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka. Pada pembelajaran Number Heads Together setiap anggota kelompok diberi kesempatan dan tanggung jawab untuk mengerjakan tugas yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 berbeda-beda setiap anggota kelompoknya namun dipastikan bahwa diantara anggota kelompok dapat menjelaskan
hasil pekerjaannya masing-masing kepada teman
sekelompoknya. Disamping itu untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok tergantung dengan permintaan guru dengan menyebut nomor anggota kelompoknya. Pada pembelajaran tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif berdasarkan konstruktivisme juga, namun dalam pembelajarannya semua tugas yang diberikan guru dikerjakan bersama-sama dalam satu kelompok dengan harapan siswa yang pandai dapat berbagi dengan temannya yang lain. Untuk mempresentasikan hasil kelompok ditentukan oleh kesepakatan kelompok sebagai perwakilan kelompok. Dari uraian di atas dapat diduga bahwa model pembelajaran kooperatif Number Heads Together dan model pembelajaran kooperatif STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. 2. Kaitan Sikap Percaya Diri dengan Hasil Belajar Matematika. Sikap percaya diri adalah suatu keyakinan terhadap diri dimana keyakinan tersebut merupakan keyakinan akan kemampuan dan kesanggupan diri sendiri dalam beraktivitas serta dalam menghadapi dalam berbagai situasi dan keadaan lingkungan sekitarnya Dalam hal ini dengan adanya sikap percaya diri, seorang siswa akan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar serta mampu menghadapi masalah yang ada di dalamnya. Rasa percaya diri yang tinggi merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan siswa tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 serta harapan yang realistik terhadap diri sediri, sehingga dengan sikap percaya diri yang tinggi akan tinggi pula hasil belajar matematika yang diperoleh siswa. 3. Kaitan Model Pembelajaran dan Sikap Percaya Diri terhadap Hasil Belajar Matematika. Kepercayaan diri merupakan komponen awal untuk dapat berinteraksi dengan baik dilingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dalam menggunakan model pembelajaran dalam proses pembelajaran guru perlu memperhatikan faktor kepercayaan diri siswanya karena faktor tersebut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika. Model pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk saling berdiskusi menyampaikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Pada tahap kepercayaan diri dalam belajar
siswa diharapkan mampu melatih kepercayaan dengan cara mau
menyampaikan jawaban yang diperoleh kepada teman-temannya dengan berani maju ke depan kelas dan seandainya jawaban yang dipilihnya berbeda, siswa lain diharapkan mau menyampaikan alasannya dengan berani secara lisan maupun tertulis. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together dan kepercayaan diri berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Siswa dengan sikap percaya diri tinggi cendrung memperoleh hasil belajar yang lebih baik dari siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah dan siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik hasil belajarnya daripada siswa dengan sikap percaya diri rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Model pembelajaran tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah pembelajaran dengan diskusi dalam kelompok agar siswa saling membantu untuk menguasai materi yang diberikan, yaitu siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai dalam kelompoknya. Dalam pembelajarannya semua tugas yang diberikan guru dikerjakan bersama-sama dalam satu kelompok dengan harapan siswa
yang
pandai
dapat
berbagi
dengan
temannya
yang
lain.
Untuk
mempresentasikan hasil kelompok ditentukan oleh kesepakatan kelompok sebagai perwakilan kelompok yang umumnya siswa yang pandai lebih berperan. Siswa yang pandai memungkinkan memiliki sikap percaya diri tinggi dan siswa yang kurang pandai sikap percaya diri cenderung rendah. Hal ini patut diduga pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik hasil belajar matematikanya daripada siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah dan siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik hasil belajar matematikanya daripada siswa dengan sikap percaya diri rendah. D. Hipotesis Penelitian 1. Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 percaya diri sedang lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. 3. Hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, baik untuk siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Pada masing-masing model pembelajaran hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang, maupun rendah, dan hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Subyek, dan Waktu Penelitian 1. Tempat dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kota Palangka Raya yang terdiri dari 16 SMP Negeri dengan
subyek penelitian adalah siswa kelas VIII tahun
pelajaran 2010/2011. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan Januari 2011 dengan jadwal dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahap Perencanaan
Pelaksanaan
Penyelesaian
Uraian -
Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Seminar Proposal penyusunan instrumen penelitian dan konsultasi pengurusan ijin penelitian Validasi Angket dan Tes Pengambilan data angket Proses Pembelajaran Uji Coba Angket Uji Coba Tes Pengambilan Data Awal,Angket dan Tes Analisa Data Penyusunan laporan penelitian
commit to user 42
Waktu Mei 2010 Juni – Juli 2010 Juli 2010 Juli – Agustus 2010 Juli 2010 Agustus – September 2010 Oktober 2010 Oktober – Nopember 2010 September 2010 Nopember 2010 Agustus – Nopember 2010 Desember 2010 Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
B. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu (quasi experimental research), karena tidak semua variabel yang relevan dapat dikontrol peneliti. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003: 82), “Tujuan eksprimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksprimental dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan”. Variabel yang dimanipulasi dalam penelitian ini pada variabel bebas yakni model pembelajaran kooperatif NHT dan pembelajaran kooperatif STAD. Sedangkan variabel bebas lain yang ikut mempengaruhi variabel terikat adalah sikap percaya diri. 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 × 3 yang dapat digambarkan pada tabel berikut: Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Model Pembelajaran (ai) Kooperatif NHT (a1) Kooperatif STAD (a2)
Tinggi (b1) (ab)11 (ab)21
Sikap Percaya Diri (bj) Sedang (b2) (ab)12 (ab)22
Keterangan: ai: Model Pembelajaran, dengan (a1) = Model pembelajaran Kooperatif NHT (a2) = Model pembelajaran Kooperatif STAD bj: Sikap Percaya Diri, dengan (b1) = Sikap Percaya Diri Tinggi commit to user
Rendah (b3) (ab)13 (ab)23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
(b2) = Sikap Percaya Diri Sedang (b3) = Sikap percaya Diri rendah C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri Kota Palangka Raya tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 16 sekolah. 2. Sampel Menurut pendapat Sudjana (2002 : 6) sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang diambil secara random dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel kemudian dibagi menjadi siswa-siswa yang dikenai pembelajaran kooperatif tipe NHT dan siswa-siswa yang dikenai pembelajaran koopratif tipe STAD. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan gabungan antara stratifikasi random (stratified random sampling) dan kluster random (cluster random sampling). Langkah pengambilan sampel dengan teknik stratifikasi random yaitu populasi dibagi menurut rata-rata nilai ujian nasional untuk mata pelajaran matematika tahun ajaran 2009/2010 dan diurutkan dari rata-rata nilai tertinggi ke rata-rata nilai terendah. Selanjutnya sekolah dikelompokan menjadi 3 (tiga) stratifikasi yaitu sekolah dengan kategori tinggi, sedang dan rendah. Untuk sekolah kategori tinggi terletak pada sekolah nomor urut 1 – 4, sekolah dengan kategori sedang sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
nomor urut 5 – 10, dan sekolah dengan kategori rendah terletak pada sekolah nomor urut 11 – 16. Langkah berikutnya adalah mengambil secara acak satu sekolah pada tiap-tiap kelompok sekolah. Dari sekolah yang telah terambil dengan teknik stratifikasi tersebut, diambil kembali dengan teknik kluster random sebanyak 2 kelas pada masing-masing sekolah yang terambil. Dan kelas tersebut dikenai pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun kelas yang digunakan dalam penelitian adalah: Tabel 3.3 Sampel Penelitian No.
Sekolah
Kelas
1.
SMP Negeri 1 Palangka Raya
VIII.1 dan VIII.2
2.
SMP Negeri 6 Palangka Raya
VIII.5 DAN VIII.6
3.
SMP Negeri 8 Palangka Raya
VIII.6 DAN VIII.7
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini melibatkan satu variabel terikat dan dua variabel bebas. yaitu: a. Variabel Terikat Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar matematika siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
1) Definisi operasional: hasil belajar matematika siswa yang dicapai setelah melewati proses pembelajaran matematika pada kompetensi dasar Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) 2) Skala pengukuran: skala interval. 3) Indikator : nilai tes hasil belajar matematika pada kompetensi dasar SPLDV. 4) Simbol: Y b. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dan sikap percaya diri siswa pada pelajaran matematika. 1) Model Pembelajaran a) Definisi operasional: Model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, dalam hal ini terdiri dari model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together pada kelompok eksprimen dan pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada kelompok kontrol. b) Skala pengukuran: skala nominal. c) Indikator: Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dan tipe Student Teams-Achievement Divisions. d) Simbol: ai, dengan i = 1, 2 a1 = Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together. a2 = Model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
2) Sikap percaya diri a) Definisi operasional: Sikap percaya diri siswa terhadap pelajaran matematika adalah kemampuan seseorang (siswa) dalam mengatasi permasalahan berkaitan dengan belajar matematika dengan langkah yang tepat, kreatif, agresif meliputi kemampuan mengingat kembali fakta dan informasi, kesungguhan menjelaskan kembali materi ke dalam pola baru/berbeda, kemampuan untuk mengemukakan pengetahuan baru. Data diperoleh dari skor siswa setelah menjawab angket sikap percaya diri. b) Skala pengukuran: Skala interval yang diubah ke dalam skala ordinal yang terdiri dari 3 kategori yaitu sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah. Tabel 3.4 Kategori Angket Sikap Percaya Diri No. 1.
Interval Skor > ( X + 0,5 SD)
Kategori Tinggi
2.
( X - 0,5 SD) ≤ skor ≤ ( X + 0,5 SD)
Sedang
3.
Skor < ( X - 0,5 SD)
Rendah
c) Indikator: skor angket sikap percaya diri siswa. d) Simbol: bj, dengan j = 1, 2, 3 b1 = Sikap percaya diri tinggi. b2 = Sikap percaya diri sedang. b3 = Sikap percaya diri rendah. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, metode angket dan metode tes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
a. Metode Dokumentasi Menurut Budiyono (2003:54) metode dokumentasi adalah “cara pengumpulan data dengan mengambil dokumen yang telah ada. Dokumen-dokumen tersebut biasanya merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya”. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan awal berupa nilai leger raport mata pelajaran matematika pada saat siswa kelas VII semester II tahun pelajaran 2009/2010 dari sampel. Data tersebut digunakan untuk uji keseimbangan antara kelas eksprimen dan kelas kontrol. b. Metode Angket Menurut Budiyono (2003:47), metode angket adalah “cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden, atau sumber data dan jawaban diberikan pula secara tertulis.” Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap percaya diri siswa terhadap pelajaran matematika. 3) Metode Tes Menurut Budiyono (2003:54), metode tes adalah “cara pengumpulan data yang mengahadapkan sejumlah pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek penelitian”. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika pada kompetensi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa dan angket yang digunakan untuk memperoleh data sikap percaya diri yang dimiliki siswa. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tes dan angket terlebih dahulu dilakukan validasi isi oleh pakar atau validator. Selanjutnya tes dan angket yang sudah divalidasi diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba instrumen tes dan angket dilaksanakan di SMP Negeri 2 Palangka Raya berdasarkan kesamaan karakteristik antara subyek uji coba dan sampel penelitian. Setelah dilaksanakan uji coba, dilakukan analisis butir soal tes dan angket. a. Tes Hasil Belajar Matematika Bentuk tes yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah tes obyektif
berbentuk pilihan ganda dengan 4 alternatif pilihan jawaban. Setiap jawaban benar mendapat skor 1 sedangkan setiap jawaban salah mendapat skor 0. Jenis tes yang digunakan adalah tertulis sebanyak 30 butir soal. Penyusunan butir soal tes dilakukan dengan langkah-langkah: a) Membuat kisi-kisi tes berdasarkan indikator pada kompetensi dasar sistem persamaan linear dua variabel
meliputi aspek
pemahaman, dan aspek penerapan. b) Membuat butir soal tes
commit to user
pengetahuan, aspek
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
c) Validasi butir soal tes. d) Melaksanakan uji coba. e) Menganalisis butir soal. f) Menetapkan butir soal yang dapat digunakan. 1) Uji validitas isi Uji validitas isi dilakukan sebelum instrumen tes diuji cobakan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tes agar memenuhi validitas isi (Budiyono, 2003:58) adalah sebagai berikut: (i) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan. (ii) Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang diajarkan. (iii) Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah dipelajari dan dapat dipahami oleh tester. Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi, penilaian dilakukan oleh pakar atau validator (expert judgement). Pada peneltian ini validasi butir tes dilakukan oleh 3 orang validator. Instrumen tes dapat digunakan jika paling sedikit 2 validator menyatakan Valid. 2) Tingkat kesukaran Sebuah soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran sebuah soal dapat ditentukan dengan rumus: P= Dengan:
B N
B
= banyaknya siswa yang menjawab benar
N
= banyak siswa yang ikut tes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Sebuah soal dikatakan mempunyai tingkat kesukaran yang baik jika 0,30 ≤ P ≤ 0,70. Pada penelitian ini kriteria tingkat kesukaran yang dipakai adalah 0,30 ≤ P ≤ 0,70. 3) Daya Beda Butir soal dikatakan mempunyai daya beda yang baik jika banyak anak yang berasal dari kelompok anak pandai lebih banyak menjawab dengan benar daripada anak yang berasal dari kelompok yang tidak pandai. Perhitungan indeks daya pembeda tidak perlu menggunakan seluruh hasil dari kelompok pandai dan kelompok tidak pandai. Menurut Kalley dalam Mohamad Nur (1987:139), indeks diskriminasi yang lebih sensitif dan stabil dapat diperoleh dengan penggunaan 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. Setelah kelompok atas dan kelompok bawah ditentukan, indeks daya beda (D) dapat dihitung dengan rumus: D=
Ba Bb Na Nb
Dengan: D = indeks daya beda butir soal Ba= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar. Bb = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Na = Banyaknya peserta kelompok atas Nb = Banyaknya peserta kelompok bawah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Untuk membedakan siswa yang pandai dan yang tidak pandai, dengan menggunakan skor total. Nilai daya beda yang diperoleh dari rumus adalah antara -1,0 ≤ D ≤ 1,0. Butir soal dikatakan mempunyai da ya beda yang baik jika D ≥ 0,30. Butir soal tes yang digunakan dalam penelitian ini jika memenuhi D ≥ 0,30. 4) Uji Reliabilitas Tes hasil belajar matematika yang digunakan dalam penelitian adalah tes obyektif dengan 4 (empat) alternatif pilihan. Reliabilitas tes hasil belajar matematika dalam penelitian ini diuji dengan Kuder-Richardson KR-20 yaitu: 2 æ n öæç st - å pi qi r11 = ç ÷ 2 è n - 1 øçè st
ö ÷ ÷ ø
Dengan: r11 = indeks reliabilitas instrumen. n
= banyaknya butir instrumen.
st2 = variansi total. pi
= proporsi subyek yang menjawab benar pada butir ke-i.
qi
= 1 – pi, i= 1, 2, …, n.
soal dikatakan reliabel jika r11 > 0,70 (Budiyono, 2003:70) b. Angket Angket dalam penelitian ini terdiri dari 40 item memuat pernyataanpernyataan yang merupakan indikator dari sikap percaya diri. Terdapat lima pilihan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
untuk setiap pernyataan yakni SS (sangat sesuai), S (sesuai), TB (Tidak Bisa menentukan dengan pasti), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Subyek penelitian hanya memberi tanda cek untuk setiap pernyataan sesuai dengan keadaan dirinya. Skor untuk setiap pernyataan adalah 5 untuk jawaban SS, 4 untuk jawaban S, 3 untuk jawaban TB, 2 untuk jawaban TS, dan 1 untuk jawaban STS. Kemudian skor dari setiap indikator untuk sikap percaya diri dijumlahkan, dan didapat skor untuk suatu sikap percaya diri. 1). Validitas Isi. Validitas dari suatu instrumen biasanya dinilai oleh para pakar (Budiyono,2003:65). Sehingga validitas isi dari instrumen angket penelitian ini dilakukan oleh pakar. Pada peneltian ini instrumen angket divalidasi oleh 3 (tiga) orang validator. Penelaah angket dilakukan oleh Konselor/Dosen, Guru Bimbingan Konseling. Instrumen angket dapat digunakan jika paling sedikit 2 (dua) validator menyatakan valid atau memadai. 2) Konsistensi Internal Butir-butir dalam sebuah angket haruslah mengukur hal yang sama pula. Konsistensi internal masing-masing butir dapat dilihat dari korelasi antar skor masing-masing butir angket tersebut dengan skor totalnya. Artinya butir-butir tersebut harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i, digunakan rumus korelasi produk momen dari Karl-Pearson, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
rxy =
Dengan: rxy =
nå XY - (å X )(å Y )
(nå X
2
)(
- (å X ) nå Y 2 - (å Y ) 2
2
)
indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n
=
cacah subyek yang diberi angket (dikenai tes)
X
=
skor untuk butir ke-i
Y
=
total skor
Butir angket digunakan jika mempunyai indeks konsistensi internal rxy ≥ 0,30. (Budiyono, 2003:65) 3) Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini digunakan rumus alpha untuk melakukan uji reliabilitas, yaitu: 2 si ö n æç å r11 = 1- 2 ÷ n - 1 çè st ÷ø
Dengan: r11 = indeks reliabilitas instrument.
n= banyaknya butir instrument. 2
si = variansi butir ke-i, i = 1, 2, ..., n 2
st = variansi skor total yang diperoleh subjek uji coba. Adapun suatu instrumen dikatakan baik jika indeks r11 ≥ 0,70. (Budiyono, 2003: 70)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
E. Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan uji keseimbangan dan uji hipotesis perlu dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Uji prasyarat yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas variansi. 1. Prasyarat Uji Keseimbangan dan Uji Hipotesis a. Uji normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan prosedur sebagai berikut: 1) Hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Taraf signifikasi ( α = 0,05) 3) Statistik uji: Lhitung = Maks F ( z i ) - S ( z i ) Dengan, zi =
Xi - X , (s standar deviasi) s
F(zi) = P ( z ≤ zi ); Z ~ N (0,1) S(zi) = Proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh z 4) Daerah Kritik (DK) = { L / L > L (α;n)} dengan L(α : n) dapat dilihat pada tabel nilai kritik uji Liliefors.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
5) Keputusan uji H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik. H0 tidak ditolak jika L hitung Ï DK 6) Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho tidak ditolak. b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho ditolak. (Budiyono, 2009:170-172) b. Uji Homogenitas Variansi Populasi Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel-sampel berasal dari populasi yang variansinya sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji Chi Kuadrat dengan prosedur sebagai berikut: 1) Hipotesis H0 : σ12 = σ22 = σ32 = …= σk2 ( Variansi populasi sama / homogen) H1 : terdapat i dan j dengan i ≠ j dan σ
2 i
≠ σj2 (variansi populasi tidak
homogen) 2) Taraf signifikansi (α = 0,05) 3) Statistik uji: 2,303 2 ( f log RKG - å f j log S j ) ~ c 2 (k - 1) c f :derajat kebebasan untuk RKG = N – k
χ2 =
N : cacah semua nilai pengukuran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 fj : derajat kebebasan untuk Sj2 = nj – 1; j = 1, 2, …, k nj : cacah pengukuran sampel ke- j RKG = rataan kuadrat galat =
å SS åf
j
;
j
(å X j ) 2
SSj =
åX
c=1+
1 æç 1 1 ö÷ å 3(k - 1) çè f j f ÷ø
2 j
-
nj
= (n j - 1)s j
2
4) Daerah Kritik DK = { χ2| χ2> χ2(α ; k-1)} 5) Keputusan Uji H0 ditolak χ2 terletak di daerah kritik. H0 tidak ditolak jika χ2 Ï DK. 6) Kesimpulan a) Populasi -populasi homogen jika Ho tidak ditolak. b) Populasi-populasi tidak homogen jika Ho ditolak. (Budiyono, 2004:176) 2. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas (kelas eksprimen dan kelas kontrol) dalam keadaan seimbang atau tidak, sebelum kelas eksprimen mendapat perlakuan. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t. Adapun data yang digunakan berasal dari data dokumen nilai leger raport mata pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
matematika kelas VII semester II tahun pelajaran 2009/2010 antara siswa dalam kelas-kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian. Langkah-langkah uji keseimbangan adalah sebagai berikut: a. Hipotesis H0 : m1 = m 2 (kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal sama). H1 : m1 ≠ m 2 (kedua kelas tidak berasal dari populasi yang berkemampuan awal sama). b. Taraf signifikansi: α = 0,05 c. Statistik Uji: t =
(X
)
- X 2 - d0 ~ t (n1 + n2 - 2) 1 1 sp + n1 n2 1
dan sp2 =
(n1 - 1) s12 + (n2 - 1) s22 n1 + n2 - 2
,
dengan:
X 1 = rata-rata nilai awal matematika kelompok eksperimen. X 2 = rata-rata nilai awal matematika kelompok kontrol. s12 = variansi kelompok eksprimen. s 22 = variansi kelompok kontrol.
n1 = banyaknya (jumlah) siswa kelompok eksperimen. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
n2 = banyaknya (jumlah) siswa kelompok kontrol d0 = 0 (Karena selisih rata-rata tidak dibicarakan ) d. Daerah Kritik DK = { t | t < - tæ a
ö ç ; n1 + n2 - 2 ÷ è2 ø
atau t > tæ a
ö ç ; n1 + n2 - 2 ÷ è2 ø
e. Keputusan Uji H0 diterima jika thitung Ï DK, jika H0 diterima berarti sampel berasal dari populasi yang berkemampuan awal sama. (Budiyono, 2009:151) 3. Uji Hipotesis Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 × 3 dengan sel tak sama, dengan model sebagai berikut: Xijk = μ + αi + βj +( αβ)ij + εijk Dengan Xijk = data nilai ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j µ
= rerata dari seluruh data amatan.
αi
= efek baris ke-i pada variabel terikat.
βj
= efek kolom ke-j pada variabel terikat.
(αβ)ij = kombinasi efek baris ke-i dan efek kolom ke-j pada variabel terikat. εijk = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya (µij) yang berdistribusi normal dengan rataan 0. Deviasi amatan terhadap rataan populsi juga disebut error (galat). i
= 1, 2 dengan 1 = pembelajaran dengan model kooperatif NHT commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
2 = pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD j = 1, 2, 3 dengan 1 = Sikap Percaya diri tinggi 2 = Sikap Percaya diri sedang 3 = Sikap Percaya diri rendah k = 1, 2, ..., nij dengan nij = banyaknya data amatan pada setiap sel ij. (Budiyono, 2004:228) Selanjutnya data akan ditampilkan dalam bentuk tabel dua arah dengan baris menunjukkan jenis model pembelajaran, dan kolom menunjukkan sikap percaya diri sebagaimana pada tabel berikut: Tabel 3.5 Rancangan penelitian Model Pembelajaran (ai) Kooperatif NHT (a1) Kooperatif STAD (a2)
Sikap Percaya Diri (bj) Tinggi (b1) Sedang (b2) Rendah (b3) ab11 ab12 ab13 ab21 ab22 ab23
Prosedur uji dalam analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, adalah sebagai berikut: a. Hipotesis H0A
: αi = 0, untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antar baris pada variabel terikat).
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antar baris pada variabel terikat). H0B
: βj = 0, untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
H1B
kolom terhadap variabel terikat). H0AB : (αβ)ij = 0, untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat). H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat). b. Komputasi Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasinotasi sebagai berikut: nij
: ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolomk ke-j) : cacah data amatan pada sel ij : frekuensi sel ij
®h
:
N
:
pq 1 å i , j nij
: rerata harmonik frekuensi seluruh sel
ån
= banyaknya (cacah) seluruh data amatan
ij
i, j
SSji =
åX
2 ijk
k
æ ö ç å X ijk ÷ ø -è k nij
2
SSji = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij AB ij = rerata pada sel ij
Ai
=
å AB
ij
= jumlah rerata baris ke i
j
Bj
=
å AB
ij
= jumlah rerata baris ke j
i
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
G
å AB
=
ij
= jumlah rerata semua sel
i, j
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut:
G2 (1) = ; pq (4)
=
å j
Bj
(2)
=
å SS
ij
;
(3) =
2
p
;
(5)
=
å AB
å i
i, j
2
Ai ; q
2 ij
i, j
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat, yaitu: JKA = ® h {(3) – (1)} JKB = ® h {(4) – (1)}
JKAB = ® h {(1) + (5) – (3) – (4)} JKG = 2
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah sebagai berikut: dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p – 1)(q – 1)
dkG = N – pq
dkT = N – 1 Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing, diperoleh rerata kuadrat sebagai berikut: RKA =
JKA dkA
RKB =
commit to user
JKB dkB
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
RKAB =
JKAB dkAB
RKG =
JKG dkG
c. Statistik uji: Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini adalah: 1) untuk H0A adalah Fa =
RKA yang merupakan nilai dari variabel RKG
random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p -1 dan N – pq; 2) untuk H0B adalah Fb =
RKB yang merupakan nilai dari variabel random yang RKG
berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq 3) untuk H0AB adalah Fab =
RKAB yang merupakan nilai dari variabel random RKG
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)(q – 1) dan N - pq d. Daerah Kritik untuk Fa adalah DK = { F | F > F α; p-1,N –pq } Fb adalah DK = { F | F > F α;q-1;N – pq } Fab adalah DK = { F | F > F α;(p-q)(q-1),N –pq } e. Keputusan Uji Ho ditolak jika F hitung Î DK ( terletak di daerah kritik). Tabel 3.6 Rangkuman Anava Dua Jalan Sumber Baris (A) Kolom (B) Interaksi (AB) Galat (G) Total
JK JKA JKB JKAB JKG JKT
dk p -1 q -1 (p-1)(q-1) N-pq N-1
Rk RKA RKB RKAB RKG -
Fobs Fa Fb Fab -
Fα Ftabel Ftabel Ftabel -
(Budiyono, 2009: 228-230)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
4. Uji Komparasi ganda Apabila H0 pada uji hipotesis di atas ditolak, maka perlu dilakukan uji lanjut anava. Metode yang
digunakan untuk uji lanjut pasca anava dua jalan dalam
penelitian ini adalah metode Scheffe`. Langkah-langkah komparasi ganda dengan metode Scheffe’ adalah: a. Identifikasi semua pasangan komparasi rerata. b. Rumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. c. Tentukan tingkat signifikansi α. d. Carilah nilai statistik uji F dengan menggunakan formula berikut: 1) Komparasi Rerata Antar Kolom Uji Scheffe untuk komparasi antar kolom adalah
F.i – .j =
( X ·i. - X · j )
2
æ 1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è ·i n· j ø
dengan: F.i – .j = nilai Fobs pada pembanding kolom ke-i dan kolom ke j X ·i = rerata pada kolom ke-i
X · j = rerata pada kolom-j
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan anava. n·i = ukuran sampel pada kolom ke-i n· j = ukuran sampel pada kolom ke-j
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Daerah kritik untuk uji adalah DK = {F.i – .j ׀F.i – .j > (q – 1)Fα; (q – 1); N – pq } 2) Komparasi Rerata Antar Sel Pada Kolom Yang Sama Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama adalah: Fij – kj=
( X ij - X kj ) 2 æ 1 1 RKG ç + çn è ij nkj
ö ÷ ÷ ø
dengan: Fij – kj = nilai Fobs pada pembanding rerata pada sel ij dan rerata pada sel kj
X ij = rerata pada sel ij X kj = rerata pada sel kj RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan anava. nij
= ukuran sampel kolom ij
nkj = ukuran sampel kolom kj Daerah kritik untuk uji adalah DK = {Fij – kj |Fij – kj > (pq – 1)Fα;pq – 1; N – pq} 3) Komparasi rerata Antar Sel Pada Baris Yang Sama Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama adalah: Fij – ik =
( X ij - X ik ) 2 æ 1 1 RKG ç + çn è ij nik
ö ÷ ÷ ø
dengan: Fij – ik
= nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
pada sel ik Xij
= rataan pada sel ke ij
Xik
= rataan pada sel ke ik
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij
= ukuran sel ke ij
nik
= ukuran sel ke ik
Daerah Kritik untuk Uji adalah DK = {Fij –ik ׀Fij – ik > (pq – 1)Fα; (pq – 1; N – pq} (Budiyono, 2004:213-215)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Instrumen tes untuk mengukur hasil belajar matematika pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel sebanyak 30 butir soal diberikan kepada 128 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Palangka Raya. a. Uji Validitas isi. Untuk mengetahui apakah instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini valid atau tidak, sebelum diuji cobakan dikonsultasikan dan divalidasi oleh 3 orang validator, yaitu 1 orang guru senior SMP Negeri bidang studi matematika dengan pengalaman mengajar lebih dari 25 tahun serta sudah sertifikasi yaitu Maknawati, S.Pd. dan 2 orang tenaga pengajar senior program studi pendidikan matematika cukup berpengalaman sudah sertifikasi dosen yaitu Drs. Dadang Lorida, M.Pd. dan Dra. Pancarita M.Pd. Butir soal dapat diuji cobakan jika 2 diantara 3 validator menyatakan dapat digunakan, dan hasil validasi menyatakan butir soal sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat sehingga dapat digunakan. (Hasil validasi dapat dilihat pada lembar validator lampiran 8) b. Daya Pembeda Uji Coba Butir Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siswa. Tes hasil belajar matematika yang diuji cobakan sebanyak 30 butir soal commit to user pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Setelah divalidasi 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
dan diujicobakan 30 butir soal mempunyai daya beda D ≥ 0,30 sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini karena memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu butir soal tes yang digunakan jika memenuhi D ≥ 0,30. (Rekap Uji Daya Pembeda uji coba butir soal tes hasil belajar matematika siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 10). c. Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siswa. Soal dikatakan baik apabila mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit dengan ditunjukkan bahwa 0,30 ≤ P ≤ 0,70. Hasil uji coba instrumen tes hasil belajar matematika menunjukkan tingkat kesukaran berada di daerah P adalah butir soal 1 sampai dengan butir soal 30. Dengan kata lain soal tes hasil belajar matematika yang di uji cobakan semua memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu 0,30 ≤ P ≤ 0,70 dengan mempunyai tingkat kesukaran yang memadai. (Rekap Uji tingkat kesukaran uji coba butir soal tes hasil belajar matematika siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 10). d. Reliabilitas Uji Coba Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siswa. Untuk mengetahui apakah instrumen tes hasil belajar matematika siswa yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi atau tidak, dari 30 butir soal yang valid dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh hasil perhitungan indeks reliabilitas tes hasil belajar matematika sebesar r11 = 0,8311 sehingga reliabilitas tes termasuk tinggi. Karena nilai indeks r11 = 0,8311 > 0,70. Ini berarti instrumen tes hasil belajar reliabel, dan commit user dapat digunakan untuk mengambil datato penelitian. (Perhitungan reliabilitas uji
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
coba soal tes hasil belajar matematika siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 11). 2. Instrumen Angket Sikap Percaya Diri Instrumen angket sikap percaya diri sebanyak 40 item pernyataan diberikan kepada 128 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Palangka Raya. a. Uji Validitas isi. Sebelum angket sikap percaya diri diuji cobakan, terlebih dahulu divalidasi dan dikonsultasikan
dengan 3 orang validator terdiri dari
konselor/tenaga pengajar dan guru bimbingan konseling untuk mengetahui apakah instrumen angket sudah sesuai dengan kisi-kisi yang ditetapkan dan layak digunakan. Hasil validasi menyatakan bahwa ada kesesuaian antara instrumen angket yang akan digunakan dengan kisi-kisi yang dibuat. Sehingga 40 butir angket dapat digunakan. (hasil validasi dapat dilihat pada lembar validasi angket Lampiran 14). Berdasarkan hasil validasi isi ini, maka instrumen angket dapat diuji cobakan. b. Uji Konsistensi Internal. Hasil uji coba intrumen angket sikap percaya diri siswa terhadap pelajaran matematika yang terdiri dari 40 item pernyataan dapat digunakan karena mempunyai nilai indeks konsistensi internal untuk tiap item angket rxy ≥ 0,30, yaitu berkisar antara 0,3004 sampai dengan 0,5202 (Perhitungan selengkapnya commit to user dapat dilihat pada Lampiran 16).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
c. Uji Reliabilitas. Uji reliabilitas angket digunakan untuk mengetahui indeks reliabilitasnya. Hasil perhitungan terhadap 40 item angket dengan menggunakan rumus alpha diperoleh indeks
reliabilitas r11 = 0,8356 dan instrumen dikatakan baik.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17). B. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini meliputi data dari data tes hasil belajar matematika siswa materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan data instrumen angket sikap percaya diri. Berikut akan diuraikan data-data tersebut di atas. 1. Data Skor Tes Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua variabel. Setelah data tes hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel diperoleh, selanjutnya dicari terlebih dahulu ukuran tendensi sentral dan ukuran dispersinya, sebelum
digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian. Dari data tes hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel diperoleh ukuran tendensi sentralnya yang meliputi Mean ( X ), Median (Me), Modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi jangkauan (R), dan standar deviasi (s) dapat dilihat dalam tabel deskripsi to user dan kelas kontrol berikut. data skor hasil belajar matematikacommit kelas eksprimen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Tabel 4.1. Deskripsi Data Skor Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen (NHT) dan Kelas Kontrol (STAD)
Eksperimen
Ukuran Tendensi sentral Mean Me Mo 60,88 60,00 66,67
Kontrol
55,41
Kelas
53,33
63,33
Ukuran Dispersi Skor min 33,33
Skor maks 93,33
R 60
s 14,56
33,33
93,33
60
16,15
(Perhitungan skor hasil belajar matematika siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 21). 2. Data Skor Angket Sikap Percaya Diri Siswa Data tentang sikap percaya diri siswa diperoleh dari skor angket Sikap Percaya Diri. Obyek penelitian dikategorikan ke dalam sikap percaya diri tinggi, sikap percaya diri sedang dan sikap percaya diri rendah. Dari data skor angket sikap percaya diri siswa diperoleh =123,1745, SD = 18,1798, X
+ 0,5 SD =
132,2644 dan X - 0,5 SD = 114,0846. sehingga diperoleh penggolongan sikap percaya diri siswa sebagai berikut: Tabel 4.2. Penggolongan Skor Angket Sikap percaya Diri Interval
Kelas
Kategori
Eksprimen
Kontrol
Skor > 132,2644
49
25
Tinggi
114,0846 ≤ skor ≤ 132,2644
31
34
Sedang
Skor < 114,0846
26
47
Rendah
Berdasarkan data yang telah terkumpul, pada kelompok
eksperimen
to user terdapat 49 siswa memiliki sikapcommit percaya diri tinggi, 31 siswa memiliki sikap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
percaya diri sedang dan 26 siswa memiliki sikap percaya diri rendah. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 25 siswa percaya diri tinggi, 34 siswa percaya diri sedang dan 47 siswa percaya diri rendah. (Perhitungan skor sikap percaya diri siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 22). Data tes hasil belajar matematika menurut masing-masing sikap percaya diri diperoleh ukuran tendensi sentral dan ukuran dispersinya sebagaimana pada tabel berikut: Tabel 4.3 Data Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Matematika Sikap Percaya Diri
n =
Maks= Min = ∑X = Mean =
Mo = Me = R = s =
Kelas Eksprimen (NHT) Tinggi Sedang Rendah 49 31 26 93,33 66,67 66,67 36,67 33,33 40 3340 1710 1403 68,1633 55,1613 53,9744 73,33 50 46,67 70 56,67 53,33 56,66 33,34 26,67 16,8458 9,1031 7,2335
Kelas Kontrol (STAD) Tinggi Sedang Rendah 25 34 47 93,33 93,33 63,33 43,33 33,33 33,33 1687 2037 2150 67,4667 59,902 45,7447 63,33 63,33 33,33 66,67 83,33 46,67 50 60 30 13,3434 17,4161 9,7734
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Uji
keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah populasi
mempunyai kemampuan awal sama. Kemampuan awal dalam penelitian ini diambil dari nilai leger raport sekolah untuk mata pelajaran matematika pada kelas VII semester genap 2009/2010. Sebelum dilakukan uji keseimbangan dengan uji t, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi
kemampuan awal siswa pada kedua sampel yang akan diberikan perlakuan. Hasil uji normalitas kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Uji Normalitas Kelas Eksprimen Kelas Kontrol
Lobs
L0,05;n
Keputusan
Kesimpulan
0,0838
L0,05;106 = 0,0861
H0 diterima
Normal
0,0850
L0,05;106 = 0,0861
H0 diterima
Normal
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa Lobs < Ltabel, dengan kata lain Lobs Ï DK, sehingga H0 tidak ditolak. Ini menyatakan masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal (perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 23 dan lampiran 24). Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Bartlet dengan uji statistik Chi Kuadrat. Dari uji homogenitas kemampuan awal siswa kelas eksprimen (NHT) dan uji homogenitas kelas kontrol (STAD) hasilnya menunjukkan χ2obs = 0,0004 dan χ2tabel = 3,8410
dengan
DK= { χ2 | χ2 > 3,8410}. Jadi χ2 Ï DK, sehingga H0 tidak ditolak. Dengan kata lain masing-masing sampel berasal dari populasi yang homogen (hasil perhitungan disajikan pada Lampiran 25). Dari uji keseimbangan (kesamaan rata-rata) dengan menggunakan uji t diperoleh tobs = 0,4319 dengan DK = {t | t < -1,960 atau t > 1,960}, sehingga commit to dan userkelas kontrol mempunyai rata-rata dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
kemampuan awal yang sama atau kedua kelas tersebut kemampuan awalnya dalam keadaan seimbang dengan taraf signifikansi 5%. (Perhitungan uji keseimbangan selengkapnya disajikan pada Lampiran 26) 2. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lilliefors. Dalam penelitian ini uji normalitas yang dilakukan yaitu uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas kontrol, uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen, uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelompok sikap percaya diri tinggi, uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelompok sikap percaya diri sedang, uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelompok sikap percaya diri rendah. Hasil uji normalitas skor hasil belajar matematika siswa dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Ekprimen, Kelas Kontrol dan Sikap Percaya Diri Uji Normalitas
Lobs
L0,05;n
Keputusan
Kesimpulan
Kelompok Kontrol
0,0854
L0,05;106 = 0,0861
H0 diterima
Normal
0,0855
L0,05;106 = 0,0861
H0 diterima
Normal
0,1011
L0,05:74 = 0,1030
H0 diterima
Normal
0,1092
L0,05;65 = 0,1099
H0 diterima
Normal
0,1005
L0,05:73 = 0,1037
H0 diterima
Normal
Kelompok Eksperimen Sikap percaya diri tinggi Sikap percaya diri sedang Sikap percaya diri rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Pada tabel di atas tampak kelompok baris pertama, kelompok baris kedua, kelompok kolom pertama dan kelompok kolom kedua keputusan H0 diterima, artinya sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. (Perhitungan uji normalitas selengkapnya disajikan pada Lampiran 27, 28, 29,30,dan 31)
3. Uji Homogenitas Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Bartlet. Dalam penelitian ini ada dua kali uji homogenitas yaitu antar baris (uji homogenitas hasil belajar matematika siswa ditinjau dari model pembelajaran), antar kolom (uji homogenitas hasil
belajar matematika siswa
ditinjau dari sikap percaya diri siswa). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas k
χ 2 obs
χ 2 0.05;(k-1)
Keputusan
Kesimpulan
Model Pembelajaran
2
1,0661
3,841
H0 diterima
Homogen
Sikap percaya diri Siswa
3
5,9415
5,991
H0 diterima
Homogen
Sumber
Pada tabel 4.6 di atas tampak baris pertama, baris kedua keputusan H0 diterima artinya kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen. (Perhitungan uji homogenitas selengkapnya disajikan pada Lampiran 32 dan 33).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
D. Hasil Pengujian Hipotesis 1.
Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama di sajikan dalam tabel dibawah ini: (Perhitungan uji hipotesis selengkapnya disajikan pada Lampiran 34). Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Ftabel
Model Pembelajaran 96,3572 1 96,3572 0,5499 3,8870 (A) Sikap Percaya Diri 10714,2606 2 5357,1303 30,5719 3,0397 (B) Interaksi 1399,9920 2 699,9960 3,9947 3,0397 (AB) Galat (G) 36097,4797 206 175,2305 Total
Keputusan Uji H0 Tidak ditolak H0 ditolak H0ditolak
48308,0895 211
Berarti kesimpulannya adalah sebagai berikut : a. H0A tidak ditolak karena Fa = 0,5499 < 3,8870 = Ftabel artinya tidak terdapat perbedaan hasil
belajar matematika siswa antara penggunaan model
pembelajaran kooperatif NHT dengan model pembelajaran kooperatif STAD pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel. b.
H0B ditolak karena Fb = 30,5719 > 3,0397 = Ftabel artinya terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, percaya diri sedang dan percaya diri rendah pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
c.
H0AB ditolak karena Fab = 3,9947 > 3,0397 = Ftabel artinya terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan sikap percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel. 2.
Uji Lanjut Pasca Anava
Uji lanjut setelah anava yang digunakan adalah metode Scheffe. Uji lanjut setelah anava ini hanya dilakukan pada komparasi ganda antar kolom karena komparasi ganda antar baris variabel bebasnya hanya terdiri dari dua kategori dan kesimpulan dapat ditunjukkan melalui rataan marginalnya (rataan barisnya). Tabel 4.8 Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal
a.
Sikap Percaya Diri
Model Pembelajaran
Tinggi
Sedang
Rendah
Rataan Marginal
Kelas Eksperimen
68,1633
55,1613
53,9744
60,8805
Kelas Kontrol
67,4667
59,9020
45,7447
55,4088
Rataan Marginal
67,9279
57,6410
48,6758
H0A tidak ditolak, berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif
terhadap hasil belajar
matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel sehingga tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar baris. b.
H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar kolom. Rangkuman hasil analisiscommit komparasi ganda antar kolom disajikan pada to user Tabel 4.9 dan hasil perhitungannya disajikan pada Lampiran 35.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Tabel 4.9 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom Fobs
Ftabel
Keputusan Uji
µ.1 vs µ.2
20,8973
6,0794
Ho ditolak
2
µ.1 vs µ.3
77,7294
6,0794
Ho ditolak
3
µ.2 vs µ.3
15,7714
6,0794
Ho ditolak
No
Komparasi
1
Keterangan : µ.1 = rataan siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi µ.2 = rataan siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang µ.3 = rataan siswa yang mempunyai sikap percaya diri rendah
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan rataan antara hasil belajar matematika pada kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan hasil belajar matematika pada kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang. (2) Terdapat perbedaan rataan antara hasil belajar matematika pada kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan hasil belajar matematika pada kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya diri rendah. (3) Terdapat perbedaan rataan antara hasil belajar matematika pada kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang dengan hasil belajar matematika pada kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya diri rendah. c. H0AB ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar sel. commit to user Hasil analisis komparasi ganda antar sel disajikan pada tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Tabel 4.10 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Sel No.
Komparasi
Fobs
Ftab
Keputusan Uji
1
µ11 vs µ21
0,0458
11,2928
Ho tidak ditolak
2
µ12 vs µ22
2,0797
11,2928
Ho tidak ditolak
3
µ13 vs µ23
6,4700
11,2928
Ho tidak ditolak
4
µ11 vs µ12
18,3179
11,2928
Ho ditolak
5
µ11 vs µ13
19,5162
11,2928
Ho ditolak
6
µ12 vs µ13
0,1137
11,2928
Ho tidak ditolak
7
µ21 vs µ22
4,7048
11,2928
Ho tidak ditolak
8
µ21 vs µ23
43,9435
11,2928
Ho ditolak
9
µ22 vs µ23
22,5653
11,2928
Ho ditolak
(Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 35) Berdasarkan dari tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan
model
pembelajaran
NHT
dengan
siswa
yang
menggunakan model pembelajaran STAD pada kelompok siswa mempunyai sikap percaya diri tinggi. (2) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan
model
pembelajaran
NHT
dengan
siswa
yang
menggunakan model pembelajaran STAD pada kelompok siswa mempunyai sikap percaya diri sedang. (3) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan
model
pembelajaran
NHT
dengan
siswa
yang
menggunakan model pembelajaran STAD pada kelompok siswa commit to user mempunyai sikap percaya diri rendah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
(4) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan siswa yang mempunyai sikap percaya sedang pada pembelajaran NHT. (5) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan siswa yang mempunyai sikap percaya rendah pada pembelajaran NHT. (6) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang dengan siswa yang mempunyai sikap percaya rendah pada pembelajaran NHT. (7) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang pada pembelajaran STAD. (8) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan siswa yang mempunyai sikap percaya rendah pada pembelajaran STAD. (9) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang dengan siswa yang mempunyai sikap percaya rendah pada pembelajaran STAD.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah: hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Together (NHT) lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fa= 0,5499 < 3,8870= Ftabel, sehingga Fa bukan anggota Daerah Kritik. Karena Fa bukan anggota Daerah Kritik maka H0A tidak ditolak, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa ditinjau dari model pembelajaran pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel. Karena H0A tidak ditolak dan varibel jenis pada model pembelajaran kooperatif (NHT)
hanya terdiri dari dua tipe yaitu tipe Numbered Heads Together
dan tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) maka dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajarkan dengan NHT maupun STAD. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel. Hal ini mungkin karena kedua model pembelajaran sama-sama merupakan dua tipe model pembelajaran kooperatif. Kedua model pembelajaran sama-sama lebih banyak melibatkan siswa dalam menyelesaikan soal, siswa dituntut bertanggung jawab secara pribadi maupun kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. 2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan commit to user hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang, hasil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. Dari hasil perhitungan anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fb=30,5719 > 3,0397= Ftabel, sehingga Fb anggota Daerah Kritik. Karena Fb anggota Daerah Kritik maka H0B ditolak, hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh sikap percaya diri terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel. Karena H0B ditolak maka diperlukan uji lanjut pasca anava. Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F│F > 6,07944}dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. F1-2 = 20,8973 Î DK Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh bahwa F1-2 = 20,8973 dan Ftabel = 6,0794, ternyata F1-2 > Ftabel sehingga F1-2 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti, terdapat perbedaan antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan sikap percaya diri sedang. Dengan melihat rataan marginal masing-masing pada Tabel 4.9, yaitu rata-rata hasil belajar matematika pada siswa memiliki sikap percaya diri tinggi = 67,9279 dan rata-rata hasil belajar pada siswa memiliki sikap percaya diri sedang = 57,6410. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan sikap percaya diri tinggi akan mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang. b. F1-3 = 77,7294 Î DK Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
F1-3 = 77,7294 dan Ftabel = 6,0794, ternyata F1-3 > Ftabel sehingga F1-3 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti, terdapat perbedaan antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan sikap percaya diri rendah. Dengan melihat rataan marginal masing-masing, yaitu rata-rata hasil belajar matematika pada siswa memiliki sikap percaya diri tinggi = 67,9279 dan ratarata hasil belajar pada siswa memiliki sikap percaya diri rendah = 48,6758. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan sikap percaya diri tinggi akan mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap percaya diri rendah. c. F2-3 = 15,7714 Î DK Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh bahwa F2-3 = 15,7714 dan Ftabel = 6,0794, ternyata F2-3 > Ftabel sehingga F2-3 Î DK dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti, terdapat perbedaan antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang dengan sikap percaya diri rendah. Dengan melihat rataan marginal masing-masing, yaitu rata-rata hasil belajar matematika pada siswa memiliki sikap percaya diri sedang = 57,6410 dan rata-rata hasil
belajar pada siswa memiliki sikap percaya diri rendah =
48,6758. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan sikap percaya diri sedang akan mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap percaya diri rendah. Pada hipotesis kedua ini terdapat perbedaan
hasil belajar matematika
ditinjau dari sikap percaya diri siswa dalam pelajaran matematika. Dengan melihat rerata masing-masing diperoleh kenyataan commit tosiswa user yang memiliki sikap percaya diri tinggi hasil belajar matematikanya lebih baik dari pada hasil belajar matematika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya sikap percaya diri seseorang siswa akan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar dan mampu menghadapi masalah didalamnya. Rasa percaya diri yang tinggi bagi siswa merujuk pada adanya aspek dari kehidupan siswa tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi, prestasi dan harapan yang realistik terhadap dirinya sendiri. Berkaitan dengan hal ini sikap percaya diri turut serta mempengaruhi hasil belajar matematika. Bagi siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik hasil belajar matematika dari pada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang dan rendah. 3. Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, baik untuk siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Pada masing-masing model pembelajaran hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang, maupun rendah, dan hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik daripada hasil belajar matemtika siswadengan sikap percaya diri rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Dari hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fab=3,9947 > 3,0397= Ftab, sehingga Fab anggota Daerah Kritik. Karena Fab anggota Daerah Kritik maka H0AB ditolak berarti terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap percaya diri terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel. Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK = {F|F>11,2928} dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. H01 diterima karena Fobs = 0,0458 < 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan rataan antara m11 dan m 21 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siswa dengan sikap percaya diri tinggi, siswa yang menggunakan model pembelajaran mempunyai hasil
kooperatif Numbered Heads Together (Eksperimen) belajar matematika sama baiknya dengan siswa yang
menggunakan model
pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (Kontrol) b. H02 diterima karena Fobs = 2,0797 < 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan rataan antara m12 dan m 22 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siswa dengan sikap percaya diri sedang, siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together mempunyai hasil belajar matematika sama baiknya dengan siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions. c. H03 diterima karena Fobs = 6,4700 < 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan rataan antara m13 dan m 23 . Sehingga dapat disimpulkan commit to userdiri rendah, ternyata siswa yang bahwa pada siswa dengan sikap percaya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together mempunyai hasil belajar matematika sama baiknya dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions. d. H04 ditolak karena Fobs = 18,3179 > 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, terdapat perbedaan rataan antara m11 dan m12 . Dengan melihat rataan marginal dapat disimpulkan pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (eksperimen), siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan sikap percaya diri sedang. e. H05 ditolak karena Fobs = 19,5162>11,2928=Ftabel. Hal ini berarti, terdapat perbedaan rataan antara m11 dan m13 . Dengan melihat rataan masing-masing dapat disimpulkan bahwa pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (eksperimen), ternyata siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika lebih baik dengan sikap percaya diri rendah. f. H06 diterima karena Fobs = 0,1137<11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan rataan antara m12 dan m13 . Sehingga dapat disimpulkan pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (Eksperimen), siswa dengan sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
g. H07 diterima karena Fobs = 4,7048 < 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan rataan antara m 21 dan m 22 . Sehingga dapat disimpulkan pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Student TeamsAchievement Divisions, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika
yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap
percaya diri sedang. h. H08 ditolak karena Fobs = 43,9435 > 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, terdapat perbedaan rataan antara m 21 dan m 23 . Dengan melihat rataan marginal dapat disimpulkan pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan sikap percaya diri rendah. i. H09 ditolak karena Fobs = 22,5653 > 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, terdapat perbedaan rataan antara antara m 22 dan m 23 . Dengan melihat rataan marginal dapat disimpulkan pada siswa yang menggunakan model
pembelajaran
kooperatif Student Teams-Achievement Divisions, siswa dengan sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan sikap percaya diri rendah. Pada hipotesis ketiga, hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran NHT sama baiknya dengan hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran STAD ditinjau dari masing-masing sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah. Akan tetapi jika hasil belajar matematika dilihat dari commit to user maka pada model pembelajaran penggunaan masing-masing model pembelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
NHT hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun sikap percaya diri rendah, dan hasil belajar matematika siswa pada sikap percaya diri sedang sama baiknya dengan sikap percaya diri rendah. Sedangkan pada model pembelajaran STAD hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi sama baiknya dengan sikap percaya diri sedang dan hasil belajar matematika siswa pada sikap percaya diri sedang lebih baik daripada yang memiliki sikap percaya diri rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat perbedaan hasil
belajar matematika antara siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
Atau dengan kata lain hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) sama efektifnya jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa dengan sikap percaya diri tinggi, percaya diri sedang dan percaya diri rendah. Siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang maupun rendah. Siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap percaya diri rendah. commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
3. Terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran dan sikap percaya diri siswa terhadap hasil
belajar matematika siswa pada materi pokok sistem
persamaan linear dua variabel. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Pada siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah penggunaan model pembelajaran NHT sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran STAD. b. Pada pembelajaran dengan model NHT, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah. Sedangkan untuk siswa dengan sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri rendah. c. Pada pembelajaran dengan model STAD, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri sedang. Sedangkan untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi maupun sedang mempunyai hasil
belajar
matematika yang lebih baik dari siswa dengan sikap percaya diri rendah. B.
Implikasi
1. Implikasi Teoritis Implikasi teoritis dari kesimpulan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan pembelajaran yang menarik serta untuk memperluas pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan model-model commit user pembelajaran kooperatif yang tepat dapat to diterapkan di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Salah satu faktor yang turut menentukan hasil belajar siswa adalah faktor dari diri siswa. Penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa sikap percaya diri siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan khususnya bagi guru dalam upaya
peningkatan
kualitas
pembelajaran.
Guru
dapat
memilih
model
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan materi pokok yang akan diajarkan. Pembelajaran kooperatif dengan memperhatikan faktor-faktor yang mungkin turut serta berpengaruh terhadap proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Misalnya dengan memperhatikan sikap percaya diri siswa. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru ataupun calon guru matematika dalam memilih model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif selain model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, dalam rangka upaya
peningkatan
hasil
belajar,agar
pembelajaran
menjadi
lebih
menyenangkan dan siswa dapat lebih aktif. b. Guru hendaknya selalu aktif dan inovatif dalam melaksanakan model pembelajaran dengan melakukan persiapan yang lebih baik dan matang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
c. Guru hendahnya
dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada agar dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang ada. 2. Bagi Siswa a. Hendaknya siswa melakukan persiapan belajar lebih baik dalam mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ataupun kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) b. Sebaiknya siswa selalu aktif dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. c. Sebaiknya siswa selalu kompak dan bisa bekerja sama dalam belajar kelompok serta tidak takut bertanya jika ada kesukaran dalam memahami materi dan berani menyampaikan ide-ide atau pendapat yang berkaitan dengan matematika dalam belajar. 3. Bagi Peneliti a. Penelitian ini mungkin dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Karena penelitian ini hanya terbatas pada materi materi sistem persamaan linear dua variabel saja sehingga sangat dimungkinkan untuk dilakukan penelitian pada materi pokok yang lain. b. Penelitian ini hanya terbatas dua tipe model pembelajaran kooperatif saja, sehingga peneliti bisa mencoba untuk model-model pembelajaran yang lain. c. Penelitian ini hendaknya dilaksanakan dalam waktu yang cukup untuk commit to user memperoleh hasil yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
4. Bagi Kepala Sekolah a. Supaya menekankan kepada setiap guru agar selalu aktif dan inovatif serta mengikuti perkembangan adanya macam-macam model-model pembelajaran untuk dapat memanfaatkannya secara efektif dalam proses pembelajaran. Antara lain dengan mengikut sertakan
guru untuk ikut dalam kegiatan
MGMP, seminar ataupun diklat yang berkaitan dengan pembelajaran. b. Sebaiknya memberi dorongan dan semangat kepada guru untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuannya dalam melakukan proses pembelajaran dengan maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
DAFTAR PUSTAKA Adeyemi, Babatunde. 2008. Effects of cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Jonior Secondary School Students Achievment in Social Studies. Electronic Journal of Research in Educational Psychology, V6, N3, p691-708. Anik Lestari, 2009. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dan Think Pair Share pada Pembelajaran Matematika pada Siswa MTs Negeri se Kabupaten Klaten Ditinjau Dari Tipe Kecerdasan Siswa Tahun Pelajaran 2008/2009. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.Surakarta. Anita Lie. 2010. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Armstrong, Scott. 1998. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude. Journal of Social Studies Reserch. http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3823/is_199804/ai_n8783828/ Artzt, A. F & C. M. Newman. 1997. How to Use Cooperative Learning in the Mathematics Class. Second Edition. Reston: NCTM Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press. ________. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. ________. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Edisi Ke 2. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. _________, 2006. Kurukulum 2006 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Depdiknas. E Zakaria and Z. Iksan. 2006. Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education Ed,3(1) 35 – 39. Herman J. Waluyo 2002 .Filsafat Ilmu, Salatiga : Widya Sari Pres. Herman Hudoyo, 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang to user Jacobs, G.M., Gan S. L & Jessicacommit Ball. 1996. Learning Cooperative Learning via Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Markku S. Hannula, Hanna Maijala, & Erkki Pehkonen.2004. Development of Understanding and Self-Confindence in Mathematics; Grades 5-8. Departement of Teacher Education, University of Turku, Finland. Vol 3 pp 17-24 Muhammad Asrori. 2008. Psikologi Pembelajaran, Bandung: C.V. Wacana Prima. Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Muslimin Ibrahim,M.2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unesa university M. Junaidi 2004. Landasan Pendidikan, Surakarta: Muhammadyah University Press. Nana Sudjana, 2005 Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosda karya. Peklaj, C. 2006. Cooperative Activity and Its Potential For Learning in Tertiary Education. International Journal of Education Research. Vol. 15-3, p 9. Paul Suparno, 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Karnisius. Poerwadarminta, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purwadi, 2009. Pengaruh Metode Interaktif Terhadap Prestasi Belajar matematika ditinjau dari Sikap Percaya Diri. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Rofiq Setyawan. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada pokok Bahasan Operasi Hitung Campuran Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Saifudin Azwar. 2000. Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ------------------, 2000. Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Ilmu. Sheenah Hankin. 2005. Strategi untuk meningkatkan Rasa percaya Diri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama commit to userTheory, Research, dan Practice. Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Massachusetts: Allyn & Bacon.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
-------------------. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung : Nusa Media. Soedjadi. R.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Subandriyo. 2006. Studi tentang Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika ditinjau dari Sikap percaya diri Siswa. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Wina Sanjaya.(2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Windy Asmiana. 2003. Perbedaan Percaya diri, Http//digilib.ac.id/gdl diakses 8 Januari 2011.
commit to user