STATISTIK PEMUDA PROVINSI SULAWESI SELATAN 2010-HASIL SENSUS

Download Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010 iv. BAB IV. PENDIDIKAN PEMUDA. 33. 4.1. Kemampuan Berbahasa Indonesia Pemuda. 34. 4.2. Pa...

2 downloads 675 Views 11MB Size
w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

STATISTIK PEMUDA PROVINSI SULAWESI SELATAN 2010 ISSN: 2086-1028 No. Publikasi/Publication Number: 04220.1127 Katalog BPS/BPS Catalogue: 4103008.73 Ukuran Buku/Book Size: 28 cm x 21 cm Naskah/Manuscript : Subdirektorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial Subdirectorate of Education and Social Welfare Statistics Gambar Kulit/Cover Design: Sub Direktorat Publikasi dan Kompilasi Statistik Sub Directorate of Statistical Compilation and Publication

s. go

.id

Diterbitkan oleh/Published by: Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia BPS - Statistics Indonesia

.b p

Dicetak oleh/Printed by:

ht

tp :// w

w

w

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source

KATA PENGANTAR

Data hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (SP2010) mengandung banyak informasi yang relevan dan perlu bagi bangsa Indonesia maupun dunia internasional. Bahkan dunia ilmu pengetahuan akan berkembang pesat karena data dan informasi statistik ini akan menjadi temuan-temuan baru. Publikasi Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010 merupakan salah satu publikasi dengan sumber data hasil SP2010. Publikasi Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010 bertujuan untuk memberikan gambaran rinci pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan dilihat dari

sisi

kependudukan,

pendidikan,

ketenagakerjaan,

dan

kesulitan

.id

fungsional. Publikasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

s. go

rujukan dalam merumuskan kebijakan pembangunan, khususnya bidang

Kepada

semua

.b p

kepemudaan. pihak

yang

telah

berkontribusi

dalam

proses

w

penyusunan publikasi ini, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan.

ht

sangat diharapkan.

tp :// w

w

Kritik dan saran membangun untuk perbaikan publikasi serupa di masa datang

Jakarta, Desember 2011 Plt. Kepala Badan Pusat Statistik RI

Dr. Suryamin, M.Sc

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

i

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

DAFTAR ISI Halaman i

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR TABEL

vii

BAB I

PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang

1

1.2. Tujuan Penulisan

3

.id

KATA PENGANTAR

METODOLOGI

7

.b p

BAB II

4

s. go

1.3. Sistematika Penulisan

2.1. Sumber Data

8

w

w

2.2. Ruang Lingkup

7

8

tp :// w

2.2.1. Cakupan Wilayah 2.2.2. Metode Pengumpulan Data

8 9

2.4. Keterbatasan Data

16

2.5. Metode Analisis

16

PROFIL DEMOGRAFI PEMUDA

19

3.1. Jumlah dan Distribusi Pemuda

20

3.2. Komposisi Pemuda menurut Jenis Kelamin

21

3.3. Komposisi Pemuda menurut Tipe Daerah

22

3.4. Komposisi Pemuda menurut Kelompok Umur

23

3.5. Komposisi Pemuda menurut Status Perkawinan

24

3.6. Pemuda menurut Status dalam Rumah Tangga

26

3.7. Fertilitas Pemuda

28

ht

2.3. Konsep dan Definisi

BAB III

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

iii

BAB IV

33

4.1. Kemampuan Berbahasa Indonesia Pemuda

34

4.2. Partisipasi Sekolah Pemuda

36

4.3. Angka Buta Aksara Pemuda

39

4.4. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

41

KETENAGAKERJAAN PEMUDA

47

5.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda

48

5.2. Pemuda Bekerja menurut Lapangan Usaha

52

5.3. Pemuda Bekerja menurut Status Pekerjaan

56

5.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda

59

KESULITAN FUNGSIONAL PEMUDA

63

6.1. Gambaran Kesulitan Fungsional Pemuda menurut Tipe Daerah

64

w

.b p

BAB VI

s. go

.id

BAB V

PENDIDIKAN PEMUDA

66

71

ht

LAMPIRAN KUESIONER

tp :// w

w

6.2. Gambaran Kesulitan Fungsional Pemuda menurut Jenis Kelamin

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Kelompok Umur (Tahun) dan Tipe Daerah, 2010

24

3.2

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan, 2010

25

3.3

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Status Perkawinan, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010

26

3.4

Persentase Pemuda Kepala Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010

27

4.1

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Partisipasi Sekolah, 2010

38

4.2

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2010

43

5.1

TPAK Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010

49

5.2

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010

51

5.3

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010

59

ht

tp :// w

w

w

.b p

s. go

.id

3.1

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

v

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman Jumlah dan Persentase Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Kelompok Umur (Tahun) dan Tipe Daerah, 2010

21

3.2

Jumlah Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin serta Rasio Jenis Kelamin Pemuda, 2010

22

3.3

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010

23

3.4

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Kelompok Umur (Tahun), Status dalam Rumah Tangga, dan Jenis Kelamin, 2010

27

3.5

Persentase Pemuda Perempuan di Provinsi Sulawesi Selatan yang Pernah Kawin menurut Tipe Daerah, Kelompok Umur (Tahun) dan Jumlah Anak yang Dilahirkan, 2010

29

4.1

Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kemampuan Berbahasa Indonesia, 2010

34

4.2

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Mampu Berbahasa Indonesia menurut Kelompok Umur (Tahun), Jenis Kelamin, dan Tipe Daerah, 2010

35

4.3

Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010

37

ht

tp :// w

w

w

.b p

s. go

.id

3.1

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

vii

Tabel

Halaman Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Kelompok Umur (Tahun), Jenis Kelamin, dan Tipe Daerah, 2010

39

4.5

Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kemampuan Membaca dan Menulis, 2010

40

4.6

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Buta Aksara menurut Kelompok Umur (Tahun), Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010

41

4.7

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010

42

5.1

TPAK Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur (Tahun), 2010

5.2

Persentase Pemuda yang Bekerja di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010

5.3

Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Tipe Daerah, 2010

5.4

Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin, 2010

55

5.5

Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2010

56

5.6

Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2010

57

5.7

Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010

58

50

52

viii

ht

tp :// w

w

w

.b p

s. go

.id

4.4

53

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Tabel

Halaman Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2010

60

6.1

Jumlah Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Mempunyai kesulitan Fungsional menurut Tipe Daerah, Jenis Kesulitan dan Tingkat Kesulitan, 2010

65

6.2

Jumlah Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Mempunyai kesulitan Fungsional menurut Jenis Kelamin, Jenis Kesulitan dan Tingkat Kesulitan, 2010

67

ht

tp :// w

w

w

.b p

s. go

.id

5.8

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

ix

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

PENDAHULUAN

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

.id s. go .b p w w tp :// w ht

Pendahuluan

1.1

Latar Belakang Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dinyatakan bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

diantaranya

mencerdaskan

kehidupan

bangsa

dan

memajukan

kesejahteraan umum. Sesuai amanat Pembukaan UUD 1945 tersebut, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, maka visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 adalah: Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

1

kemampuan dan kekuatan sendiri. Bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi. Adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah. Makmur dimaksudkan

terpenuhinya

seluruh

kebutuhan

hidup,

sehingga

dapat

memberikan makna dan arti penting bagi bangsa lain di dunia. Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan Pasal 1 menyatakan bahwa pemuda adalah penduduk berumur 16 hingga 30 tahun. Dari segi demografi, kelompok umur 16-30 tahun tergolong usia produktif, dimana beban ketergantungan penduduk tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun) menjadi tanggungan usia produktif, artinya pemuda memiliki beban tanggungan. Pemuda merupakan penentu masa depan bangsa. Dalam sejarah

.id

perjuangan bangsa Indonesia, pemuda berperan aktif sebagai ujung tombak

s. go

dalam mengantarkan bangsa.

.b p

Dalam kategori ekonomi, pemuda merupakan aset ekonomi dalam pembangunan. Posisi pemuda, selain sebagai tenaga kerja, juga merupakan

w

w

penentu kondisi perekonomian suatu negara. Di masa depan, tantangan

tp :// w

kepemudaan dalam bidang ekonomi adalah persoalan produktivitas termasuk daya saing dan kemampuan kewirausahaan. Pemuda harus semakin kreatif, inovatif, produktif, dan memiliki kapasitas lebih agar berdaya saing baik di

ht

dalam negeri maupun di luar negeri. Pemberdayaan dan peningkatan peran harus terus dilakukan secara optimal. Pemuda berkualitas menjadi target pembangunan. Visi dan tantangan tersebut di atas menjadi tolak ukur bagi peningkatan kualitas pemuda dan pembangunan kepemudaan Indonesia. Peningkatan partisipasi dan peran pemuda dalam pembangunan harus didukung oleh ketersediaan anggaran dan sarana-prasarana kepemudaan, penghargaan kepemudaan, serta optimalisasi manajemen organisasi kepemudaan dalam rangka penyadaran, pemberdayaan, pengembangan

kepemimpinan,

pengembangan

kewirausahaan,

dan

pengembangan kepeloporan pemuda.

2

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Menghadapi tantangan tersebut, Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai

wadah

yang

bertanggung

jawab

dalam

pemberdayaan

dan

pengembangan pemuda telah menyusun Visi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yaitu “Mewujudkan Kepemudaan dan Keolahragaan yang Berdaya Saing”, artinya memiliki kemampuan berkompetisi di era globalisasi. Sasaran

kepemudaan

diantaranya

di

bidang

ketenagakerjaan

menurunkan tingkat pengangguran terbuka hingga 5-6 persen pada akhir 2014, dan di bidang pendidikan diantaranya rata-rata lama sekolah sekurangkurangnya 8,25 tahun. Untuk mencapai visi dan menjawab tantangan masa depan pembangunan kepemudaan harus didukung oleh tersedianya data yang akurat dan mutakhir

.id

sebagai bahan perencanaan, target/sasaran pembangunan, pengambilan

s. go

kebijakan dan evaluasi pembangunan khususnya pemuda. Publikasi Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010 menyajikan gambaran makro mengenai kondisi

Tujuan Penulisan

tp :// w

w

1.2

w

.b p

dan situasi pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan.

Penyusunan publikasi Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 ini untuk memperoleh gambaran rinci pemuda di Provinsi Sulawesi

ht

Selatan. Kondisi pemuda dalam publikasi ini dilihat dari sisi kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan dan kesulitan fungsional. Indikator yang dicakup dalam aspek kependudukan meliputi jumlah pemuda, rasio jenis kelamin, komposisi pemuda menurut status perkawinan dan status pemuda dalam rumah tangga serta fertilitas pemuda. Aspek pendidikan digambarkan oleh kemampuan berbahasa Indonesia, partisipasi sekolah, angka buta huruf dan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Aspek ketenagakerjaan digambarkan oleh tingkat partisipasi angkatan kerja, pemuda bekerja menurut lapangan usaha dan status pekerjaan serta tingkat pengangguran. Aspek kesulitan fungsional digambarkan oleh jenis kesulitan fungsional yang dialami pemuda.

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

3

Publikasi ini juga menggambarkan kesenjangan dalam aspek potensi, kualitas dan dinamika pemuda dilihat menurut wilayah (daerah perkotaan dan perdesaan) serta jenis kelamin. 1.3

Sistematika Penulisan Publikasi Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010 secara

sistematis disajikan dalam enam bagian. Uraian rinci disajikan dalam bab-bab sesuai tema bahasan dari publikasi. Bagian pertama (Bab I) menyajikan latar belakang penyusunan publikasi, tujuan dan sistematika penyajian. Metodologi mencakup sumber data, ruang lingkup, metode pengumpulan data, petugas lapangan serta konsep dan definisi disajikan pada bagian kedua (Bab II). Bagian berikutnya secara berturut-turut menyajikan gambaran pemuda dari aspek

ht

tp :// w

w

w

.b p

s. go

.id

kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan dan kesulitan fungsional.

4

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

METODOLOGI

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

.id s. go .b p 2.1

Sumber Data

tp :// w

w

w

Metodologi

ht

Sumber data utama yang digunakan dalam publikasi Statistik Pemuda 2010 adalah data hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP2010). Data yang dihasilkan dari SP2010 dapat memberikan gambaran secara aktual mengenai kondisi demografi, perumahan, pendidikan, dan ketenagakerjaan hingga wilayah administratif yang paling kecil (desa/kelurahan). Berkaitan dengan publikasi ini, berdasarkan data hasil SP2010 diperoleh gambaran makro mengenai kondisi dan potensi pemuda dari sisi demografi, pendidikan, ketenagakerjaan, dan kesulitan fungsional. Secara konstitusional, Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab menyediakan statistik dasar melalui kegiatan Sensus Penduduk (SP), Sensus Pertanian (ST), dan Sensus Ekonomi (SE) yang masing-masing dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk di Indonesia telah dilakukan sebanyak enam kali, yaitu pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan yang terakhir pada bulan Mei 2010. Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

7

2.2.

Ruang Lingkup

2.2.1. Cakupan Wilayah Pelaksanaan SP2010 dilakukan terhadap seluruh penduduk warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang tinggal dalam wilayah teritorial Indonesia, baik yang bertempat tinggal tetap maupun yang tidak tetap. Penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap antara lain tuna wisma, pengungsi, awak kapal berbendera Indonesia, suku terasing, dan penghuni perahu/rumah apung. Sedangkan anggota korps diplomatik negara lain beserta anggota rumahtangganya, meskipun tinggal dan menetap di wilayah teritorial Indonesia tidak dicakup dalam pencacahan SP2010. Sebaliknya anggota korps diplomatik RI beserta anggota rumahtangganya yang berada di luar negeri akan

.id

dicakup dalam SP2010.

s. go

Pencacahan SP2010 dilakukan serentak pada “Bulan Sensus” mulai

.b p

tanggal 1 Mei 2010 sampai dengan 31 Mei 2010. 2.2.2. Metode Pengumpulan Data

w

w

Dalam SP2010, pencacahan penduduk menggunakan konsep “de jure”

tp :// w

atau konsep “dimana seseorang biasanya menetap/bertempat tinggal” (usual residence) dan konsep “de facto” atau konsep “dimana seseorang berada pada

ht

saat pencacahan”. Untuk penduduk yang bertempat tinggal tetap, dicacah dimana mereka biasanya bertempat tinggal. Penduduk yang sedang bepergian 6 bulan atau lebih, atau yang telah berada pada suatu tempat tinggal selama 6 bulan atau lebih, dicacah dimana mereka tinggal pada saat pencacahan. Penduduk yang menempati rumah kontrak/sewa (tahunan/bulanan) dianggap sebagai penduduk yang bertempat tinggal tetap. Pelaksanaan pencacahan penduduk dalam SP2010 dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Penduduk yang bertempat tinggal tetap termasuk tempat tinggal biasa, apartemen, rumah susun dan perumahan elit akan dicacah dengan daftar L1 dan daftar C1 yang dapat dilihat pada lampiran. Daftar L1 berisi keterangan tentang jenis bangunan, nama kepala rumah tangga (KRT), dan jumlah anggota rumah tangga (ART) dibedakan menurut jenis kelamin.

8

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Daftar C1 berisi keterangan nama ART, hubungan dengan KRT, jenis kelamin, umur, agama, kecacatan (functional disability), suku bangsa, bahasa,

migrasi,

pendidikan,

status

perkawinan,

ketenagakerjaan,

fertilitas, mortalitas, dan fasilitas perumahan. 2. Penduduk yang bertempat tinggal tetap di wilayah lain, mencakup masyarakat terpencil, penghuni rumah perahu, dan diplomat beserta anggota rumah tangganya di luar negeri, akan dicacah dengan daftar C2 yang dapat dilihat pada lampiran. Daftar C2 berisi keterangan nama ART, hubungan dengan KRT, jenis kelamin, umur, agama, migrasi, ijazah, status perkawinan, ketenagakerjaan, luas lantai rumah, dan fasilitas penerangan perumahan.

.id

3. Penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap mencakup tuna wisma, awak

s. go

kapal berbendera Indonesia, suku terasing, penghuni penjara, penghuni barak militer, pengungsi di tenda penampungan dicacah dengan daftar L2

.b p

yang dapat dilihat pada lampiran. Daftar L2 berisi keterangan tentang mengenai nama ART, jenis kelamin, ijazah, dan tempat lahir (provinsi dan

2.3

tp :// w

w

w

kabupaten/kota). Konsep dan Definisi

perkotaan

atau

ht

Tipe Daerah menggambarkan kelompok desa/kelurahan yang termasuk daerah perdesaan.

Penentuan

suatu

desa/kelurahan

termasuk

perkotaan atau perdesaan menggunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel: kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan akses ke fasilitas perkotaan. Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami atau tinggal bersama di sebagian atau seluruh bangunan fisik/bangunan sensus dan biasanya makan dari satu dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola menjadi satu. Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa.

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

9

Rumah Tangga Khusus adalah orang yang tinggal di asrama seperti asrama perawat, asrama mahasiswa dan asrama TNI/Polisi, panti asuhan, panti jompo, dan sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) berjumlah 10 orang atau lebih. Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang pada waktu pencacahan berada di rumah tangga tersebut maupun yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan dan tidak berniat pindah. Tidak termasuk anggota rumah tangga yaitu orang yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih, atau kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah (akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih).

.id

Di sisi lain, orang yang telah 6 bulan atau lebih tinggal di rumah tangga yang

s. go

sedang dicacah atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap dianggap sebagai anggota rumah tangga dari rumah tangga yang

.b p

sedang dicacah tersebut.

w

Pemuda adalah penduduk berumur 16-30 tahun.

tp :// w

w

Rumah Tangga Pemuda adalah rumah tangga yang minimal salah satu anggota rumah tangganya berumur 16-30 tahun.

ht

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Kawin adalah mempunyai istri (bagi pria) atau suami (bagi wanita) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun tinggal terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri. Cerai hidup adalah berpisah

sebagai suami/istri karena bercerai dan

belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari

10

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi mengaku pernah hamil, dianggap sebagai cerai hidup. Cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagi. Anak lahir hidup adalah anak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tandatanda kehidupan seperti jantung berdenyut, bernafas, menangis, dan tandatanda hidup lainnya walaupun mungkin hanya beberapa saat saja. Anak masih hidup adalah semua anak yang dilahirkan hidup oleh seorang ibu yang pada saat pencacahan masih hidup, baik yang tinggal bersama-sama maupun yang tinggal di tempat lain. Kemampuan berbahasa Indonesia adalah mengerti apa yang diucapkan orang

.id

(didengar oleh ART) dan dapat mengucapkan kata-kata yang dimengerti orang

s. go

lain dalam bahasa Indonesia.

.b p

Angka Partisipasi Sekolah adalah nilai perbandingan (dalam persen) banyaknya penduduk yang bersekolah di jenjang pendidikan formal terhadap

w

w

total penduduk, menurut batasan umur sekolah pada setiap jenjang

tp :// w

pendidikan.

Bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di

ht

suatu jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar yaitu SD/sederajat dan SMP/sederajat, pendidikan menengah yaitu SMA/sederajat dan pendidikan tinggi yaitu PT/sederajat) yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Kementerian Agama (Kemenag), instansi lainnya, termasuk mahasiswa yang sedang cuti. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat dan PT. Tidak/Belum Pernah Sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan, termasuk mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar. Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

11

Tamat Sekolah adalah telah menyelesaikan pelajaran pada kelas/tingkat terakhir suatu jenjang pendidikan di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah. Seorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi jika ia mengikuti ujian dan lulus maka dianggap tamat. Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang sudah ditamatkan oleh seseorang yang sudah tidak sekolah lagi atau jenjang pendidikan tertinggi yang pernah diduduki dan ditamatkan oleh seseorang yang masih bersekolah. Belum Tamat SD adalah pernah/sedang bersekolah di SD atau yang sederajat tetapi tidak/belum tamat.

.id

SD meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat.

s. go

SMP meliputi jenjang pendidikan SMP Umum, Madrasah Tsanawiyah, SMP

.b p

kejuruan dan sederajat.

SM meliputi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah

w

w

Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah dan sederajat.

tp :// w

Diploma/Sarjana adalah program DI/DII/DIII atau mendapatkan gelar sarjana muda pada suatu akademi/perguruan tinggi yang menyelenggarakan program

ht

diploma/mengeluarkan gelar sarjana muda, program pendidikan diploma IV, sarjana pada suatu perguruan tinggi, program pendidikan pasca sarjana (master atau doktor), spesialis 1 atau 2 pada suatu perguruan tinggi. Buta Aksara adalah tidak bisa membaca dan menulis kalimat sederhana dengan suatu huruf/aksara, termasuk huruf Braille. Orang cacat yang pernah dapat membaca dan menulis digolongkan tidak buta aksara. Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16 - 30 tahun yang selama seminggu sebelum pencacahan mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja, atau yang sedang mencari pekerjaan. Bukan Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16 – 30 tahun yang selama seminggu sebelum pencacahan hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, atau melakukan kegiatan lainnya. Dapat juga berarti tidak melakukan

12

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan. Bekerja

adalah

kegiatan

melakukan

pekerjaan

dengan

maksud

memperoleh/membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu sebelum pencacahan. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa upah, yang membantu dalam kegiatan usaha/ekonomi). Menganggur adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja. Mencari Pekerjaan adalah kegiatan dari mereka yang sedang mencari

.id

pekerjaan; atau mereka yang dibebastugaskan dan akan dipanggil kembali

s. go

tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan; atau mereka yang pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan; atau mereka

.b p

yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

w

Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan

w

seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha yang baru, yang

tp :// w

bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, dengan atau tanpa mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai dibayar

apabila

seseorang

ht

maupun tak dibayar. Mempersiapkan suatu usaha yang dimaksud adalah telah/sedang

melakukan

tindakan

nyata

seperti

mengumpulkan modal atau alat, mencari lokasi, mengurus surat ijin usaha, dsb. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. TPAK dihitung dengan rumus:

TPAK =

Jumlah Angkatan Kerja —————————————————— X 100% Jumlah Penduduk Usia Kerja

Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. Namun untuk publikasi ini umur dibatasi 16-30 tahun. Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/perusahaan/instansi tempat seseorang bekerja. Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

13

Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan, misalnya berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tetap, berusaha dibantu buruh tidak tetap, buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas, pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar. Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda adalah persentase angkatan kerja pemuda yang tidak memiliki pekerjaan yang secara aktif mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha maupun yang bersedia bekerja. TPT dihitung dengan rumus: Jumlah Pemuda yang Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, dan Bersedia Bekerja TPT Pemuda = —————————————————————————————— X 100% Jumlah Angkatan Kerja Pemuda (16-30 tahun)

.id

Kesulitan Fungsional atau functional difficulty adalah ketidakmampuan

s. go

seseorang melakukan aktivitas normal sehari-hari. Ada lima kesulitan fungsional yang dicakup dalam SP2010 yaitu (1) kesulitan melihat, (2) kesulitan

.b p

mendengar, (3) kesulitan berjalan, (4) kesulitan mengingat, berkonsentrasi,

w

atau berkomunikasi, dan (5) kesulitan mengurus diri sendiri. Kelima jenis

tp :// w

Sedikit, atau (3) Parah.

w

kesulitan tersebut diukur tingkat kesulitannya yaitu (1) Tidak ada kesulitan, (2)

Kesulitan melihat, meskipun pakai kacamata apabila dalam jarak minimal 30

ht

cm dan dengan penerangan yang cukup tidak dapat melihat dengan jelas baik bentuk, ukuran dan warna. Walaupun orang itu menggunakan alat bantu (kacamata), ia tetap mengalami kesulitan melihat, maka orang tersebut dikategorikan mengalami kesulitan. Tetapi, kalau dengan bantuan kacamata ia dapat melihat normal, maka orang itu dikategorikan tidak mengalami gangguan. Yang termasuk kesulitan/gangguan penglihatan adalah: (1) Buta Total: kondisi dimana dua mata tidak dapat melihat sama sekali; (2) Kurang penglihatan (low vision)adalah kondisi dimana dua mata tidak dapat menghitung jari-jari yang digerakkan pada jarak 1 meter di depannya walaupun memakai kacamata atau cukup cahaya; (3) Buta warna adalah kondisi dua mata responden tidak dapat membedakan warna.

14

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Kesulitan Mendengar, meskipun memakai alat bantu pendengaran jika tidak dapat mendengar suara dengan jelas, membedakan sumber, volume dan kualitas suara sehingga tidak dapat merespon suara tersebut secara wajar. Seseorang yang menggunakan alat bantu sehingga dapat mendengar dengan normal, maka orang tersebut dikategorikan tidak mengalami kesulitan. Termasuk kategori ini adalah para penyandang cacat rungu/wicara.

Kesulitan berjalan atau naik tangga, bila tidak dapat berjalan dengan normal misalnya maju, mundur, ke samping, tidak stabil dan kesulitan untuk menaiki tangga. Seseorang yang harus menggunakan alat bantuuntuk berjalan atau naik tangga dikategorikan mengalami kesulitan.

jika mengalami kesulitan dalam

s. go

lain karena kondisi fisik atau mental,

.id

Kesulitan mengingat atau berkonsentrasi atau berkomunikasi dengan orang

mengingat atau tidak dapat berkonsentrasi. Seseorang dikatakan mengalami

.b p

kesulitan/gangguan berkomunikasi bila dalam berbicara berhadapan tanpa

w

dihalangi sesuatu, seperti tembok, musik keras, sesuatu yang menutupi telinga,

w

pembicaraannya tidak dapat dimengerti atau tidak dapat berbicara sama sekali

tp :// w

karena gangguan fisik dan mental. Termasuk kategori ini adalah para

ht

penyandang cacat rungu/wicara dan autis.

Kesulitan mengurus diri sendiri, jika mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian, ke toilet, dan lain-lain. Kesulitan makan maksudnya dalam hal makan sendiri (disuapi orang lain, menggunakan sendok, garpu untuk mengambil makanan atau minuman). Kesulitan membersihkan seluruh tubuh. Kesulitan berpakaian maksudnya dalam hal mengambil pakaian dari tempat penyimpanan, mengancingkan baju, mengikat

simpul,

dll.

Kesulitan

tangan

maksudnya

dalam

hal

mengambil/memegang barang (tangan lemah, jari kurang lengkap).

Seseorang dikatakan mengalami kesulitan sedikit bila ia mengalami kesulitan namun masih dapat melakukan hal tersebut.

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

15

Seseorang dikatakan mengalami kesulitan parah bila ia tidak dapat lagi melakukan aktivitas tersebut atau sangat sulit untuk melakukannya. Sensus

Penduduk

hanya

mengumpulkan

data

secara

normatif

dengan

pengamatan, pengetahuan dan pengakuan anggota rumah tangga (ART). 2.4 Keterbatasan Data 1. Pengumpulan data kesulitan fungsional dalam SP2010 hanya dilakukan berdasarkan pengamatan, pengetahuan dan pengakuan responden, bukan berdasarkan pemeriksaan atau peralatan medis. 2. Pengumpulan data keaksaraan dalam SP2010 didasarkan pada declaration atau pernyataan/pengakuan responden, bukan pada uji/tes membaca dan

.id

menulis.

s. go

3. Dari seluruh variabel yang disajikan dalam publikasi ini, hanya variabel demografi dan pendidikan yang ditamatkan yang dicakup untuk seluruh

.b p

penduduk, sedangkan variabel kesulitan fungsional, kemampuan berbahasa

2.5 Metode Analisis

tp :// w

w

mencakup seluruh penduduk.

w

Indonesia, partisipasi sekolah, dan kemampuan membaca dan menulis tidak

ht

Metode analisis yang digunakan dalam publikasi ini adalah analisis deskriptif dengan penyajian data dalam bentuk tabel ulasan sederhana dan visualisasi

berupa

gambar/grafik

untuk

memudahkan

pembaca

dalam

memahaminya. Analisis yang disajikan disertai dengan analisis diferensial untuk melihat perbedaan pola serta gambaran antar daerah perkotaan dan perdesaan serta jenis kelamin.

16

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

PROFIL DEMOGRAFI

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

.id s. go .b p w w tp :// w ht

Profil Demografi Pemuda Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penempatan penduduk sebagai titik sentral pembangunan menjadi sangat penting, karena selain sebagai sasaran dari pembangunan, penduduk juga sebagai pelaku pembangunan. Keberhasilan suatu pembangunan sangat bergantung pada penduduknya. Penduduk berkualitas akan menjadi potensi dalam pembangunan. Salah satu dari potensi penduduk adalah generasi muda atau yang disebut dengan pemuda. Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan (Pasal 1 Ayat 1), yaitu mendefinisikan pemuda sebagai warga negara Indonesia Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

19

yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Pemuda merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) potensial yang mendukung keberhasilan pembangunan, bila dilihat dari aspek kuantitas maupun produktivitas. Potensi tersebut dapat juga menjadi beban bila sebagian besar pemuda tidak terserap dalam proses pembangunan. Karenanya, perlu perencanaan program dan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan kualitas pemuda. Dengan demikian data kependudukan sangat diperlukan untuk setiap kegiatan perencanaan pembangunan. Data dasar kependudukan yang banyak digunakan adalah data yang berkaitan dengan jumlah dan struktur penduduk. Data jumlah dan struktur penduduk pada perencanaan input pembangunan digunakan sebagai rujukan

.id

memperkirakan jumlah SDM atau tenaga kerja yang dapat diserap dalam

s. go

kegiatan pembangunan, sedangkan pada perencanaan output pembangunan, data jumlah dan struktur penduduk digunakan untuk menentukan kelompok

.b p

sasaran (target groups) pembangunan. Sejalan dengan itu, arah dan kebijakan pembangunan bidang kepemudaan baik sektoral maupun lintas sektoral perlu

w

w

didukung oleh ketersediaan data dasar mengenai jumlah, distribusi dan

tp :// w

struktur pemuda.

Uraian pada bagian ini diarahkan dalam rangka memperoleh gambaran

ht

pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan dilihat dari jumlah, distribusi dan struktur/komposisi pemuda. Pada bagian ini akan dilihat beberapa aspek demografis penting, yaitu jenis kelamin, umur, status perkawinan dan hubungan dengan kepala rumah tangga.

3.1 Jumlah dan Distribusi Pemuda Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional (human capital). Sebagai modal dasar pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga sebagai pelaku pembangunan. Pemuda merupakan bagian dari penduduk usia produktif yang potensial bagi pembangunan, serta menempati posisi penting dan strategis, baik sebagai pelaku maupun generasi penerus untuk berkiprah di masa depan.

20

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Tabel 3.1 Jumlah dan Persentase Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Kelompok Umur (Tahun) dan Tipe Daerah, 2010 Kelompok Umur (Tahun) (1)

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan+ Perdesaan

Jumlah (2)

% (3)

Jumlah (4)

% (5)

Jumlah (6)

% (7)

756.859

25,70

1.404.304

27,59

2.161.163

26,90

13 –15

167.378

5,68

309.730

6,09

477.108

5,94

16 - 30

879.094

29,85

1.194.639

23,47

2.073.733

25,81

31 – 45

633.148

21,50

1.076.370

21,15

1.709.518

21,28

> 45

508.950

17,28

1.104.304

21,70

1.613.254

20,08

2.945.429

100,00

5.089.347

100,00

8.034.776

100,00

< 13

s. go

.id

Jumlah

Berdasarkan hasil SP2010, jumlah pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan

.b p

sekitar 2,07 juta jiwa atau 25,81 persen dari jumlah penduduk Provinsi

w

Sulawesi Selatan yang secara keseluruhan saat ini berjumlah 8,03 juta jiwa

tp :// w

w

(Tabel 3.1). Berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa pemuda mempunyai persentase yang paling kecil jika dibandingkan dengan persentase penduduk

persen).

ht

usia di bawah 16 tahun (32,84 persen) dan penduduk di atas 30 tahun (41,35

3.2 Komposisi Pemuda menurut Jenis Kelamin Jumlah penduduk yang besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi bukan merupakan jaminan keberhasilan pembangunan. Pemerintah berupaya menekan laju pertumbuhan penduduk melalui Program Keluarga Berencana yang dicanangkan di akhir tahun 1960-an, dengan tujuan mempercepat penurunan angka kelahiran untuk mengatasi masalah ledakan penduduk. Upaya tersebut telah menunjukkan keberhasilan, ditandai dengan turunnya angka ketergantungan penduduk usia muda, struktur keluarga (jumlah keluarga mengecil) dan kesempatan yang lebih baik dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas anak.

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

21

Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk serta meningkatnya kesejahteraan penduduk, jumlah pemuda pun ikut meningkat. Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa jumlah pemuda laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan pemuda perempuan. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.2, jumlah pemuda laki-laki sebesar 1,01 juta orang dan pemuda perempuan sebesar 1,06 juta orang. Rasio jenis kelamin pemuda pada tahun 2010 sebesar 94,94 yang berarti dalam 100 pemuda perempuan terdapat sekitar 95 pemuda laki-laki. Lebih tingginya jumlah pemuda perempuan dibandingkan pemuda laki-laki juga terjadi di daerah perkotaan dan perdesaan. Di daerah perkotaan, jumlah pemuda laki-laki sebesar 0,43 juta orang dan pemuda perempuan sebesar 0,45 juta orang. Rasio jenis kelamin pemuda perkotaan tercatat sebesar 95,02. Sedangkan daerah perdesaan, jumlah

.id

pemuda laki-laki sebesar 0,58 juta orang dan jumlah pemuda perempuan

s. go

sebesar 0,61 juta orang, sehingga rasio jenis kelamin di perdesaan sebesar 94,89.

Laki-Laki

Perempuan

Laki-laki + Perempuan

(1)

(2)

(3)

(4)

Rasio Jenis Kelamin Pemuda (5)

428.326

450.768

879.094

95,02

581.648

612.991

1.194.639

94,89

1.009.974

1.063.759

2.073.733

94,94

Perkotaan (K) Perdesaan (D)

K+D

tp :// w

Tipe Daerah

ht

w

w

.b p

Tabel 3.2 Jumlah Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin serta Rasio Jenis Kelamin Pemuda, 2010

3.3 Komposisi Pemuda menurut Tipe Daerah Pola hidup antara penduduk perkotaan dan perdesaan berbeda. Pusat kota menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk tinggal di perkotaan. Disamping tingkat kemajuan ekonomi, anggapan bahwa kota menjanjikan kehidupan yang lebih baik, tersedianya lapangan kerja yang lebih luas serta tersedianya fasilitas pendidikan maupun fasilitas-fasilitas lain yang lebih

22

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

lengkap dibandingkan dengan di desa menyebabkan banyak penduduk pindah ke kota. Tabel 3.3 Persentase Pemuda terhadap Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010

Laki-Laki

Perempuan

Laki-laki + Perempuan

(1)

(2)

(3)

(4)

Perkotaan (K)

29,62

30,07

29,85

Perdesaan (D)

23,47

23,48

23,47

K+D

25,74

25,88

25,81

.id

Tipe Daerah

s. go

Pada tahun 2010, persentase pemuda sebesar 25,81 persen dari jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan (Tabel 3.3). Menurut tipe daerah,

.b p

persentase pemuda di perkotaan tercatat sebesar 29,85 persen dari jumlah

w

penduduk yang tinggal di perkotaan, dan di daerah perdesaan sekitar 23,47

w

persen. Berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa komposisi antara pemuda

tp :// w

laki-laki dan perempuan relatif tidak berbeda. Dari keseluruhan penduduk perempuan, sekitar 25,88 persennya adalah pemuda perempuan. Sedangkan

laki.

ht

pemuda laki-laki tercatat sebesar 25,74 persen dari keseluruhan penduduk laki-

3.4 Komposisi Pemuda menurut Kelompok Umur Struktur umur pemuda pada tahun 2010 disajikan pada Gambar 3.1. Komponen terbesar pemuda terdapat pada kelompok umur 16-20 tahun dengan persentase sebesar 35,21 persen, diikuti pemuda pada kelompok umur 21-25 tahun dengan persentase sebesar 32,40 persen, dan kelompok umur 26-30 tahun sebesar 32,38 persen.

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

23

Gambar 3.1 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Kelompok Umur (Tahun) dan Tipe Daerah, 2010

%

36

35,57 34,95

35,21

35

33,72

34

33,61

33

32,4

32,38

31,43

32

30,71

31 30 29 28

21-25 Perdesaan

Perkotaan+Perdesaan

s. go

Perkotaan

26-30

.id

16-20

.b p

Dilihat menurut tipe daerah, terlihat adanya perbedaan komposisi pemuda pada masing-masing kelompok umur. Di daerah perdesaan, komposisi

w

w

terbesar adalah pemuda pada kelompok umur 16-20 tahun dengan persentase

tp :// w

sebesar 34,95 persen, kemudian pada kelompok umur 26-30 tahun dengan persentase 33,61 persen dan kelompok umur 21-25 tahun sebesar 31,43 persen. Sementara di daerah perkotaan pemuda pada kelompok umur 16-20 tahun

ht

sebesar 35,57 persen, diikuti kelompok umur 21-25 tahun dengan persentase sebesar 33,72 persen, dan pemuda kelompok umur 26-30 tahun dengan persentase sebesar 30,71 persen. 3.5 Komposisi Pemuda menurut Status Perkawinan Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat (1) dinyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Kenyataannya masih terdapat perkawinan usia muda yang umumnya terjadi di daerah perdesaan terutama pada penduduk perempuan. Hasil SP2010 menunjukkan bahwa sekitar 52,76 persen pemuda berstatus belum kawin, sebesar 45,52 persen berstatus kawin dan sisanya

24

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

adalah mereka yang berstatus cerai hidup/mati, yaitu sebesar 1,72 persen (Gambar 3.2). Gambar 3.2 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan, 2010

%

60

56,71 52,76 49,04

50

48,60

45,52

42,26 40 30 20 10 1,03

Perempuan

Cerai hidup/mati

Laki-laki+Perempuan

.b p

Laki-laki

Kawin

s. go

Belum Kawin

1,72

.id

0

2,37

w

Berdasarkan Gambar 3.2 terlihat adanya perbedaan pola status

tp :// w

w

perkawinan antara pemuda laki-laki dan perempuan. Persentase pemuda perempuan dengan status kawin lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda laki-laki (48,60 persen berbanding 42,26 persen). Sebaliknya, persentase

ht

pemuda laki-laki yang belum kawin (56,71 persen) lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan (49,04 persen). Perbedaan kedua angka ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa perempuan pada umumnya menikah di usia lebih muda dibandingkan dengan laki-laki. Gambaran mengenai pemuda berdasarkan status perkawinan, tipe daerah dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 3.3. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, persentase pemuda laki-laki di daerah perkotaan yang berstatus kawin hanya sebesar 36,77 persen, sedangkan pemuda perempuan mencapai 40,14 persen. Di daerah perdesaan persentase pemuda laki-laki yang berstatus kawin sebesar 46,27 persen dan pemuda perempuan sebesar 54,81 persen.

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

25

Gambar 3.3 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Status Perkawinan, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 Perkotaan

%

70

Perdesaan

62,53 58,06 54,81

60 52,45 46,27

50

42,40

40,14

36,77 40 30 20 10

0,69

2,79

1,79

1,28

0 Laki-laki

Perempuan

.id

Perempuan

Kawin

Cerai Hidup/Mati

Pemuda Menurut Status dalam Rumah Tangga

w

3.6

w

.b p

Belum Kawin

s. go

Laki-laki

tp :// w

Orang yang memimpin dan bertanggungjawab terhadap satu rumah tangga disebut sebagai kepala rumah tangga. Kedudukan kepala rumah tangga

ht

sangat penting dalam menentukan kelangsungan dan keberadaan rumah tangga. Selain harus bertanggung jawab secara ekonomis untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggotanya, kepala rumah tangga juga harus mengatur dan memimpin anggota rumah tangganya, serta berperan sebagai pengambil keputusan. Peran kepala rumah tangga sebagai pengambil keputusan rumah tangga memiliki hak istimewa dan otoritas yang besar dalam rumah tangga. Laki-laki sebagai suami dan ayah merupakan figur sentral dalam keluarga. Kewibawaan, harga diri, dan status sosial ayah atau suami harus dijaga oleh anggota keluarga karena sangat menentukan status dan kedudukan keluarga dalam masyarakat (Kusujiarti, dalam Abdullah, 1997).

26

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Gambar 3.4 Persentase Pemuda Kepala Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010

%

25

21,75

20,84

20,18

20 13,96

15

12,02

10,59 6,56

10

3,64 1,50

5 0 Perkotaan

Perdesaan

Perempuan

Laki-laki+Perempuan

.id

Laki-laki

Perkotaan+Perdesaan

s. go

Hasil SP2010 menunjukkan bahwa sekitar 12,02 persen pemuda berstatus sebagai kepala rumah tangga (Gambar 3.4). Persentase pemuda laki-

.b p

laki sebagai kepala rumah tangga sebesar 20,84 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan yang hanya sebesar 3,64 persen. Tingginya

w

w

persentase pemuda laki-laki yang menjadi kepala rumah tangga kemungkinan

tp :// w

disebabkan budaya yang umum berlaku di masyarakat bahwa kepala rumah tangga diperuntukkan bagi kaum laki-laki. Gambaran serupa juga terjadi di

ht

daerah perkotaan maupun perdesaan. Tabel 3.4 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Kelompok Umur (Tahun), Status dalam Rumah Tangga, dan Jenis Kelamin, 2010

Kelompok Umur (Tahun) (1)

Kepala Rumah Tangga

Isteri/Suami

Anak

Lainnya

L

P

L+P

L

P

L+P

L

P

L+P

L

P

L+P

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

3,59

0,01

6,86

3,47

75,21 65,13 70,13

21,09 24,51 22,81

16-20

3,69 3,50

21-25

18,34 4,26 11,07

0,02 30,18 15,60

55,40 45,17 50,11

26,24 20,39 23,22

26-30

42,60 3,17 22,13

0,02 53,74 27,90

33,89 30,48 32,12

23,49 12,62 17,85

16-30

20,84 3,64 12,02

0,02 29,83 15,31

55,63 47,26 51,33

23,51 19,27 21,34

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

27

Berdasarkan kelompok umur, seperti pada Tabel 3.4 terlihat terjadi peningkatan persentase pemuda yang menjadi kepala rumah tangga seiring dengan meningkatnya umur. Persentase tertinggi pemuda yang berstatus kepala rumah tangga berada pada kelompok umur 26-30 tahun (22,13 persen). Pada kelompok umur 16-20 tahun, pemuda yang berstatus sebagai kepala rumah tangga sebanyak 3,59 persen, sedangkan pada kelompok umur 21-25 tahun sebesar 11,07 persen. 3.7 Fertilitas Pemuda Tabel 3.5 memperlihatkan

jumlah

anak yang dilahirkan pemuda

perempuan yang pernah kawin, dimana semakin tua usia pemuda perempuan (dengan asumsi semakin lama berumah tangga), semakin banyak anak yang

.id

dilahirkan. Persentase tertinggi pemuda perempuan yang pernah kawin adalah

s. go

mempunyai anak berjumlah 1-2 orang anak yaitu sebesar 67,10 persen. Pada

.b p

kelompok umur 16-20 tahun persentase pemuda perempuan yang melahirkan anak berjumlah 1-2 orang sebesar 55,83 persen, pada kelompok umur 21-25

w

tahun sebesar 72,76 persen dan pada kelompok umur 26-30 tahun sebesar

tp :// w

w

66,11 persen. Sedangkan pemuda perempuan yang melahirkan anak lebih dari 4 orang pada kelompok umur 26-30 tahun sebesar 2,33 persen lebih tinggi dibanding pemuda perempuan kelompok umur 16-20 tahun (0,04 persen) dan

ht

pemuda perempuan kelompok umur 21-25 tahun (0,44 persen).

28

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Tabel 3.5 Persentase Pemuda Perempuan di Provinsi Sulawesi Selatan yang Pernah Kawin menurut Tipe Daerah, Kelompok Umur (Tahun) dan Jumlah Anak yang Dilahirkan, 2010 Tipe Daerah/ Kelompok Umur (Tahun)

0

1-2

3-4

>4

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

41,61 22,39 13,51 19,90

57,15 71,30 66,53 67,13

1,20 5,92 18,22 11,91

0,04 0,39 1,74 1,06

100,00 100,00 100,00 100,00

43,64 19,14 9,92 18,26

55,27 73,52 65,87 67,08

1,06 6,87 21,54 13,17

0,03 0,47 2,67 1,48

100,00 100,00 100,00 100,00

43,04 20,25 11,24 18,83

55,83 72,76 66,11 67,10

1,10 6,54 20,32 12,73

0,04 0,44 2,33 1,34

100,00 100,00 100,00 100,00

Jumlah Anak yang Dilahirkan

s. go

ht

tp :// w

w

w

.b p

Perkotaan 16-20 21-25 26-30 Total (16-30) Perdesaan 16-20 21-25 26-30 Total (16-30) Perkotaan + Perdesaan 16-20 21-25 26-30 Total (16-30)

.id

Jumlah

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

29

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

PENDIDIKAN

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

.id s. go .b p w w tp :// w ht

Pendidikan Pemuda

Salah satu tujuan nasional negara kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Pembangunan di bidang pendidikan guna meningkatkan kualitas SDM ditujukan bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang usia. Bagi penduduk usia muda, pendidikan merupakan hal yang mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup di masa depan. Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara

dalam

memperoleh

layanan

pendidikan

sebagaimana

yang

diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 28C Ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

33

kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia, dan Pasal 31 Ayat (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Pendidikan

penting

untuk

menciptakan

sumber

daya

manusia

berkualitas. Pendidikan akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan tenaga kerja maupun peningkatan produktivitas tenaga kerja. Gambaran pendidikan pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan akan dibahas pada bagian ini. Indikator yang dicakup adalah kemampuan berbahasa Indonesia, angka partisipasi sekolah, angka buta aksara, dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

.id

4.1. Kemampuan Berbahasa Indonesia Pemuda

s. go

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pasal 36 UUD 1945 menyatakan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa negara. Dengan

.b p

kemampuan berbahasa Indonesia seseorang dapat berkomunikasi dengan

w

w

mudah, meskipun berbeda suku bangsa.

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin (1) Perkotaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P Perdesaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P Perkotaan + Perdesaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P

34

ht

tp :// w

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kemampuan Berbahasa Indonesia, 2010 Mampu Berbahasa Indonesia Jumlah (2)

% (3)

Tidak Mampu Berbahasa Indonesia Jumlah % (4) (5)

Jumlah Jumlah (6)

% (7)

421.524 449.061 870.585

99,62 99,70 99,66

1.609 1.344 2.953

0,38 0,30 0,34

423.133 450.405 873.538

100,00 100,00 100,00

561.272 598.070 1.159.342

96,84 97,64 97,25

18.317 14.428 32.745

3,16 2,36 2,75

579.589 612.498 1.192.087

100,00 100,00 100,00

982.796 1.047.131 2.029.927

98,01 98,52 98,27

19.926 15.772 35.698

1,99 1,48 1,73

1.002.722 1.062.903 2.065.625

100,00 100,00 100,00

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Kemampuan berbahasa Indonesia pemuda menurut tipe daerah dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1. Berdasarkan hasil SP2010, dari 2,07 juta pemuda, 98,27 persen diantaranya mampu berbahasa Indonesia, sedangkan sisanya 35,70 ribu pemuda (1,73 persen) tidak mampu berbahasa Indonesia. Persentase pemuda menurut kemampuan berbahasa Indonesia antara pemuda laki-laki dan pemuda perempuan tidak jauh berbeda, dimana dari 1,00 juta pemuda laki-laki 98,01 persen diantaranya mampu berbahasa Indonesia dan dari 1,06 juta pemuda perempuan 98,52 persen diantaranya mampu berbahasa Indonesia. Jika dilihat dari tipe daerah, persentase pemuda yang mampu berbahasa Indonesia di perkotaan (99,66 persen) lebih tinggi dari pemuda perdesaan

.id

(97,25 persen).

Kelompok Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

(1)

(2)

19-24

25-30

Jumlah ( 16 - 30 )

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki (L)

(3) 99,71

(4) 97,59

(5) 98,42

Perempuan (P)

99,76

98,60

99,07

L+P

99,74

98,08

98,74

Laki-laki (L)

99,65

97,01

98,21

Perempuan (P)

99,76

97,95

98,78

L+P

99,71

97,49

98,50

Laki-laki (L)

99,53

96,25

97,59

Perempuan (P)

99,61

96,89

97,96

L+P

99,57

96,59

97,78

Laki-laki (L)

99,62

96,84

98,01

Perempuan (P)

99,70

97,64

98,52

L+P

99,66

97,25

98,27

w

w

Perkotaan

tp :// w

ht

16-18

.b p

s. go

Tabel 4.2 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Mampu Berbahasa Indonesia menurut Kelompok Umur (Tahun), Jenis Kelamin, dan Tipe Daerah, 2010

Tabel 4.2 menunjukkan kemampuan berbahasa Indonesia dari pemuda berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan tipe daerah. Dilihat dari kelompok umur, dari total penduduk berusia 16-18 tahun, tercatat 98,74 persen diantaranya mampu berbahasa Indonesia, sedangkan pada kelompok Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

35

umur pemuda 19-24 tahun, 98,50 persen diantaranya mampu berbahasa Indonesia dan pada kelompok umur 25-30 tahun, 97,78 persen diantaranya mampu berbahasa Indonesia.

4.2 Partisipasi Sekolah Pemuda Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, termasuk pemuda. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan menjadikan warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) yang dapat mendorong tegaknya pembangunan. Pemerintah terus berupaya melakukan peningkatan mutu dan jumlah fasilitas pendidikan agar mudah diakses masyarakat. Salah satu indikator pendidikan terkait dengan akses terhadap

s. go

.id

pendidikan adalah partisipasi sekolah.

Indikator partisipasi sekolah pemuda merupakan gambaran pemerataan

.b p

akses pendidikan dan perluasan pelayanan pendidikan terhadap pemuda. Tingkat partisipasi sekolah pemuda pada sub bab ini menggambarkan

w

w

bagaimana status pemuda dalam jenjang pendidikan formal.

tp :// w

Rendahnya akses pemuda terhadap pendidikan ditunjukkan oleh masih adanya pemuda yang tidak pernah sekolah. Pada tahun 2010 berdasarkan hasil

ht

SP2010 (Tabel 4.3), sebanyak 79,06 ribu pemuda (3,83 persen) berstatus tidak/belum pernah sekolah, 1,54 juta pemuda (74,72 persen) berstatus tidak sekolah lagi dan pemuda yang berstatus sekolah sebanyak 0,44 juta orang (21,45 persen).

36

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Tidak Bersekolah Lagi

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

6.412 5.276 11.688

1,52 1,17 1,34

121.039 132.371 253.410

28,61 29,39 29,01

295.682 312.758 608.440

69,88 69,44 69,65

423.133 450.405 873.538

100,00

37.879 29.495 67.374

6,54 4,82 5,65

92.422 97.211 189.633

15,95 15,87 15,91

449.288 485.792 935.080

77,52 79,31 78,44

579.589 612.498 1.192.087

100,00 100,00 100,00

44.291 34.771 79.062

4,42 3,27 3,83

213.461 229.582 443.043

21,29 21,60 21,45

744.970 798.550 1.543.520

74,29 75,13 74,72

1.002.722 1.062.903 2.065.625

100,00

.id

Jumlah

(2)

100,00 100,00

100,00 100,00

.b p

(1) Perkotaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P Perdesaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P Perkotaan + Perdesaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P

Masih Bersekolah

s. go

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Tidak/belum pernah sekolah Jumlah %

w

Tabel 4.3 juga memberikan gambaran partisipasi sekolah pemuda

w

menurut jenis kelamin dan tipe daerah. Pemuda perempuan yang pernah

tp :// w

mengakses pendidikan formal lebih banyak dibandingkan pemuda laki-laki. Jumlah pemuda laki-laki yang sedang bersekolah sebanyak 0,21 juta orang

ht

(21,29 persen) dan yang tidak sekolah lagi sebanyak 0,74 juta orang ( 74,29 persen), sedangkan pemuda perempuan yang sedang bersekolah sebanyak 0,23 juta orang (21,60 persen) dan yang tidak sekolah lagi sebanyak 0,80 juta orang (75,13 persen). Ketidakmerataan kesempatan memperoleh pendidikan dikarenakan ketersediaan fasilitas pendidikan yang lebih banyak di daerah perkotaan dan faktor pendukung seperti pendidikan orang tua yang lebih tinggi terdapat di daerah perkotaan. Jumlah pemuda yang tidak/belum pernah mengakses pendidikan formal sebanyak 79,06 ribu orang (laki-laki 44,29 ribu orang, perempuan 34,77 ribu orang). Jika dilihat menurut tipe daerah, jumlah pemuda yang tidak/belum pernah mengakses pendidikan formal di daerah perdesaan sebanyak 67,37 ribu orang (5,65 persen) jauh lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan sebanyak Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

37

11,69 ribu orang (1,34 persen). Gambar 4.1 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Partisipasi Sekolah, 2010 78,44

%

80

74,72

69,65

60 40

29,01 21,45 15,91

20

5,65

1,34

3,83

0 Perkotaan

Perdesaan Masih sekolah

Tdk sekolah lagi

s. go

.id

Tdk/blm pernah sekolah

Perkotaan+Perdesaan

.b p

Penduduk yang tergolong usia sekolah seharusnya berstatus masih sekolah. Bagian dari pemuda yang termasuk usia sekolah adalah penduduk yang

w

berusia 16-18 tahun dan 19-24 tahun. Indikator yang digunakan untuk melihat

tp :// w

w

akses penduduk usia sekolah yang memanfaatkan fasilitas pendidikan adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS).

ht

APS 16-18 tahun dan APS 19-24 tahun masih sangat rendah. APS 16-18 tahun sebesar 54,90 persen dan APS 19-24 tahun sebesar 21,51 persen. Dilihat menurut jenis kelamin, APS 16-18 tahun perempuan (55,72 persen) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (54,08 persen). Kondisi yang sama juga terjadi pada kelompok usia 19-24 tahun dimana APS 19-24 tahun perempuan (22,19 persen) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (20,79 persen). Dilihat menurut tipe daerah, APS 16-18 tahun dan APS 19-24 tahun di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Di daerah perkotaan APS 16-18 tahun sebesar 63,21 persen dan di daerah perdesaan sebesar 49,35 persen. Sedangkan APS 19-24 tahun di perkotaan sebesar 33,82 persen dan di daerah perdesaan sebesar 11,18 persen. Masih rendahnya APS 16-18 tahun dan APS 19-24 tahun disebabkan kelompok pemuda usia sekolah ini tidak menjadi program wajib belajar, dan

38

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

semakin tinggi pendidikan semakin mahal biaya pendidikan yang harus dikeluarkan. Tabel 4.4 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Kelompok Umur (Tahun), Jenis Kelamin, dan Tipe Daerah, 2010

(2) Laki-laki (L)

(3) 62,34

(4) 48,78

(5) 54,08

Perempuan (P)

64,04

49,94

55,72

L+P

63,21

49,35

54,90

Laki-laki (L)

32,89

10,75

20,79

Perempuan (P)

34,68

11,58

22,19

L+P

33,82

11,18

21,51

Laki-laki (L)

5,62

1,82

3,37

Perempuan (P)

4,55

2,46

3,29

L+P

5,08

2,15

3,33

Laki-laki (L)

28,61

15,95

21,29

Perempuan (P)

29,39

15,87

21,60

L+P

29,01

15,91

21,45

s. go

.id

Perkotaan + Perdesaan

tp :// w

Jumlah (16 - 30)

Perdesaan

.b p

25-30

Perkotaan

w

19-24

Jenis Kelamin

w

Kelompok Umur (Tahun) (1) 16-18

Umur mempengaruhi angka partisipasi sekolah pemuda. Semakin tinggi

ht

umur pemuda angka partisipasi sekolah cenderung semakin turun. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa APS pemuda yang berusia 16-18 tahun tercatat sebesar 54,90 persen, 19-24 tahun sebesar 21,51 persen, dan APS pemuda usia 25–30 tahun sebesar 3,33 persen.

4.3

Angka Buta Aksara Pemuda Kemampuan baca tulis atau melek aksara (literacy) penduduk,

menjadi ukuran yang sangat mendasar bagi tingkat pendidikan. Melek aksara merupakan salah satu indikator keberhasilan bidang pendidikan. Angka ini juga sebagai salah satu komponen penyusunan Indeks Pembangunan Manusia yang merefleksikan kualitas pembangunan manusia di suatu negara.

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

39

Berbagai kebijakan pemerintah dalam pemberantasan buta aksara telah dilakukan diantaranya kursus A-B-C, dan Program Pemberantasan Buta Aksara yang saat ini populer dengan nama program Keaksaraan Fungsional. Program

ini

bertujuan

memberantas

kebutaaksaraan

melalui

diskusi,

membaca, menulis, berhitung dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam aktivitas berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari. Tabel 4.5 Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kemampuan Membaca dan Menulis, 2010

Jumlah

%

(8)

(9)

1,58 1,16 1,37

423.133 450.405 873.538

100,00 100,00 100,00

37.770 28.499 66.269

6,52 4,65 5,56

579.589 612.498 1.192.087

100,00 100,00 100,00

44.454 33.740 78.194

4,43 3,17 3,79

1.002.722 1.062.903 2.065.625

100,00 100,00 100,00

(3)

(4)

(5)

(6)

416.220 444.968 861.188

98,37 98,79 98,59

229 196 425

0,05 0,04 0,05

6.684 5.241 11.925

540.916 583.211 1.124.127

93,33 95,22 94,30

903 788 1.691

0,16 0,13 0,14

957.136 1.028.179 1.985.315

95,45 96,73 96,11

0,11 0,09 0,10

(7)

s. go

.id

(2)

w

.b p

Jumlah

1.132 984 2.116

ht

Perkotaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P Perdesaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P Perkotaan + Perdesaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P

Buta Aksara Huruf Lainnya Jumlah % Jumlah %

Huruf latin Jumlah %

w

(1)

Dapat Membaca dan Menulis

tp :// w

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Jumlah dan persentase pemuda menurut tipe daerah dan jenis kelamin dan kemampuan membaca dan menulis berdasarkan hasil SP2010 disajikan pada Tabel 4.5. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah pemuda yang mampu membaca dan menulis huruf latin sebanyak 1,99 juta orang (96,11 persen), huruf lainnya sebanyak 2,12 ribu orang (0,10 persen) dan pemuda yang buta aksara sebanyak 78,19 ribu orang atau sekitar 3,79 persen. Tabel 4.5 juga menunjukkan persentase pemuda yang buta aksara di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Hasil SP2010 menunjukkan bahwa persentase pemuda yang buta aksara di daerah perdesaan sebesar 5,56 persen (laki-laki sebesar 6,52 persen dan perempuan sebesar 4,65 persen) dan di daerah perkotaan sebesar 1,37 persen (laki-laki sebesar 1,58 persen dan perempuan sebesar 1,16 persen).

40

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Angka buta aksara pemuda perempuan (3,17 persen) lebih rendah dibandingkan pemuda laki-laki (4,43 persen). Pola ini terjadi di daerah perdesaan dan di daerah perkotaan.

Jenis Kelamin

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Laki-laki (L)

1,43

4,50

3,30

Perempuan (P)

0,89

2,50

1,84

L+P

1,15

3,52

2,57

Laki-laki (L)

1,41

6,18

4,02

Perempuan (P)

0,97

4,10

2,66

L+P

1,18

5,11

.id

3,32

Laki-laki (L)

1,85

8,00

5,49

Perempuan (P)

1,54

6,24

4,38

L+P

1,69

7,08

4,92

1,58

6,52

4,43

1,16

4,65

3,17

1,37

5,56

3,79

Jumlah ( 16 - 30 )

Laki-laki (L) Perempuan (P)

ht

L+P

w

25-30

w

19-24

tp :// w

16-18

s. go

Kelompok Umur (Tahun)

.b p

Tabel 4.6 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Buta Aksara menurut Kelompok Umur (Tahun), Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka buta aksara. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.6, angka buta aksara pemuda cenderung semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya umur. Angka buta aksara pemuda pada kelompok umur 16-18 tahun sebesar 2,57 persen, kelompok umur 19-24 tahun sebesar 3,32 persen dan kelompok umur 25-30 tahun sebesar 4,92 persen. Kondisi ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. 4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Gambaran sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan. Jumlah dan persentase pemuda menurut tipe daerah, jenis kelamin dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan disajikan pada Tabel 4.7. Sasaran kepemudaan di bidang pendidikan diantaranya di tahun 2014 rataStatistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

41

rata lama sekolah sekurang-kurangnya 8,25 tahun dan Gerakan Wajib Belajar 9 tahun mengharuskan pemuda berpendidikan minimal tamat SMP/sederajat. Lebih dari separuh (65,64 persen) pemuda berpendidikan SMP/sederajat ke atas (tamat SMP/sederajat sebesar 25,52 persen, tamat SM/sederajat sebesar 33,44 persen dan tamat PT sebesar 6,67 persen). Dilihat menurut tipe daerah, tingkat pendidikan pemuda di daerah perkotaan lebih baik dibandingkan dengan di perdesaan. Persentase pemuda di daerah perkotaan yang tamat SMP/sederajat ke atas (81,84 persen) persentasenya lebih besar dibandingkan dengan pemuda di perdesaan (53,71 persen). Pemuda perkotaan yang tamat SMP/sederajat sebesar 22,77 persen, tamat SM/sederajat sebesar 48,85 persen dan tamat PT sebesar 10,22 persen. Sedangkan pemuda perdesaan yang tamat SMP/sederajat sebesar 27,54 persen,

s. go

.id

tamat SM/sederajat sebesar 22,10 persen dan tamat PT sebesar 4,07 persen.

w

.b p

Tabel 4.7 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010

(1)

Tdk/Blm Pernah Sekolah (2)

Perkotaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P

1,50 1,17 1,33

Perdesaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P

6,51 4,81 5,64

7,48 5,41 6,42

33,97 34,49 34,23

26,53 28,50 27,54

22,95 21,30 22,10

2,56 5,49 4,07

100,00 100,00 100,00

4,39 3,27 3,81

5,68 4,14 4,89

25,69 25,63 25,66

24,89 26,12 25,52

34,40 32,54 33,44

4,96 8,30 6,67

100,00 100,00 100,00

(3)

SD/ Sederajat (4)

SMP/ Sederajat (5)

SM/ Sederajat (6)

Akademi/ Perguruan Tinggi (7)

3,23 2,42 2,81

14,46 13,59 14,02

22,67 22,87 22,77

49,95 47,82 48,85

8,20 12,13 10,22

100,00 100,00 100,00

tp :// w

w

Tdk/Blm Tamat SD

ht

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Jumlah

(8)

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P

Dilihat menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan yang ditamatkan pemuda perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki. Persentase pemuda perempuan yang berpendidikan SMP/sederajat ke atas (66,96 persen) lebih baik dibandingkan laki-laki (64,24 persen).

42

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Gambar 4.2 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2010

%

40 34,40

35 30

33,44

32,54

25,69

25,66

26,12 25,63

24,89

25,52

25 20 15 8,30

10 5

5,68 4,39

4,96

4,14 3,27

6,67 4,89 3,81

0 Perempuan

Laki-laki+Perempuan SD/Sederajat PT

ht

tp :// w

w

w

.b p

s. go

Tdk/blm tamat SD SM/Sederajat

.id

Laki-laki Tdk/blm pernah sekolah SMP/Sederajat

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

43

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

KETENAGAKERJAAN

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

.id s. go .b p w

ht

tp :// w

w

Ketenagakerjaan Pemuda Pemuda merupakan kelompok sumber daya manusia (SDM) yang paling potensial dibandingkan dengan kelompok penduduk lainnya. Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, populasi pemuda Indonesia cukup besar dan

tersebar

di

berbagai

wilayah.

Gambaran

tersebut

secara

nyata

merefleksikan gambaran kuantitatif potensi sumber daya pemuda. Tingkat produktivitas sumber daya pemuda secara umum lebih tinggi dari kelompok penduduk lainnya, merupakan potensi lainnya yang dimiliki sumber daya pemuda. Sebagian penduduk yang berusia di bawah usia pemuda (< 15 tahun) pada umumnya masih bersekolah. Sebagian lainnya walaupun telah memasuki angkatan kerja namun karena faktor usia yang masih terlampau muda, keterampilan dan pengalaman yang mereka miliki masih sangat terbatas sehingga produktivitasnya cenderung rendah. Sementara itu,

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

47

kelompok penduduk yang lebih tua dari pemuda (> 30 tahun) diantaranya mencakup lansia dan mereka yang menjelang usia lansia. Kemampuan fisik maupun mental dari para penduduk tua umumnya semakin berkurang karena faktor usia. Sejalan dengan kenyataan di atas, arah dan kebijakan pembangunan ketenagakerjaan khususnya upaya perluasan kesempatan kerja dan penciptaan lapangan

pekerjaan

baru

seyogyanya lebih

diprioritaskan

pada

upaya

pemberdayaan pemuda. Pada sisi lain, pembangunan ketenagakerjaan juga perlu ditunjang dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya terutama para pemuda. Hal ini sejalan dengan peranan sumber daya pemuda sebagai tenaga pelaksana pembangunan yang secara langsung maupun tidak langsung turut

.id

menentukan langkah, karakteristik dan keberhasilan pembangunan itu sendiri.

s. go

Kondisi dan situasi ketenagakerjaan pemuda yang dibahas pada bagian ini meliputi partisipasi pemuda dalam angkatan kerja, lapangan usaha, status

.b p

pekerjaan, dan tingkat pengangguran. Hasil pembahasan pada bagian ini secara keseluruhan akan dapat memberikan gambaran secara makro mengenai

w

w

potensi, peranan dan kontribusi pemuda dalam kegiatan pembangunan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda

ht

5.1

tp :// w

ekonomi.

Salah satu indikator yang digunakan dalam ketenagakerjaan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK merupakan salah satu ukuran yang sering dipakai untuk melihat fluktuasi dari partisipasi penduduk usia kerja dalam kegiatan ekonomi. TPAK didefinisikan sebagai perbandingan antara penduduk yang terlibat dalam kegiatan ekonomi atau disebut angkatan kerja (bekerja atau mencari pekerjaan) terhadap seluruh penduduk usia kerja. Pada kelompok pemuda, TPAK merupakan proporsi pemuda (penduduk usia 16-30 tahun) yang terlibat dalam kegiatan ekonomi terhadap pemuda itu sendiri.

48

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Gambar 5.1 TPAK Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 79,12

%

80 70

72,41 67,43

63,28

61,00

60 50

56,34

52,26

50,17

41,79

40 30 20 10 0

Perkotaan

.id

Perempuan

Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki+Perempuan

.b p

s. go

Laki-laki

Perdesaan

Pada tahun 2010, pemuda yang terlibat dalam kegiatan ekonomi cukup

w

besar. Berdasarkan data SP2010, TPAK pemuda sebesar 61,00 persen, seperti

tp :// w

w

yang terlihat pada Gambar 5.1. Angka ini menunjukkan bahwa dari 100 pemuda, sekitar 61 orang di antaranya aktif melakukan kegiatan ekonomi. TPAK pemuda di daerah perdesaan sebesar 67,43 persen lebih tinggi

ht

dibandingkan daerah perkotaan (52,26 persen). Besarnya TPAK tersebut menggambarkan partisipasi pemuda dalam kegiatan ekonomi di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perkotaan. TPAK pemuda laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan TPAK pemuda perempuan. TPAK pemuda laki-laki sebesar 72,41 persen sedangkan TPAK pemuda perempuan sebesar 50,17 persen (Gambar 5.1). Hal ini berlaku baik di perkotaan maupun di perdesaan. Di perkotaan, TPAK pemuda laki-laki sebesar 63,28 persen sedangkan TPAK pemuda perempuan hanya sebesar 41,79 persen. Sedangkan di daerah perdesaan, TPAK pemuda laki-laki sebesar 79,12 persen sedangkan TPAK pemuda perempuan sebesar 56,34 persen.

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

49

Tabel 5.1 TPAK Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur (Tahun), 2010 Total

Jenis Kelamin

16 – 20

21 – 25

26 – 30

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Laki-laki

47,69

79,21

93,28

72,41

Perempuan

33,40

55,88

62,20

50,17

Laki-laki + Perempuan

40,49

67,16

77,15

61,00

(16 – 30)

Semakin tinggi kelompok umur pemuda semakin tinggi TPAK. Tabel 5.1

.id

menunjukkan bahwa kelompok umur 26-30 tahun memiliki TPAK paling tinggi

s. go

dibandingkan kelompok umur lainnya. Kelompok umur 16-20 tahun memiliki

.b p

TPAK yang paling kecil yaitu sebesar 40,49 persen, karena pemuda kelompok umur 16-20 tahun merupakan kelompok usia sekolah dan bukan sebagai

w

w

penanggung jawab utama rumah tangga.

tp :// w

Dilihat menurut jenis kelamin, TPAK pemuda laki-laki pada kelompok umur 16-20 tahun sebesar 47,69 persen, kelompok umur 21-25 tahun

ht

sebesar 79,21 persen dan kelompok umur 26-30 tahun sebesar 93,28 persen. TPAK pemuda perempuan pada kelompok umur 16-20 tahun sebesar 33,40 persen, kelompok umur 21-25 tahun sebesar 55,88 persen, dan pada kelompok umur 26-30 tahun sebesar 62,20 persen. Berdasarkan data SP2010, sebesar 46,76 persen pemuda berstatus bekerja (Gambar 5.2). Berdasarkan tipe daerah, persentase pemuda di daerah perdesaan yang bekerja (53,01 persen) lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan (38,26 persen). Kondisi ini antara lain disebabkan oleh jenis pekerjaan di perdesaan bersifat informal yang tidak memerlukan persyaratan khusus, sedangkan di perkotaan lebih banyak pekerjaan yang bersifat formal yang memerlukan persyaratan terutama pendidikan. Struktur perekonomian di daerah perdesaan masih didominasi oleh sektor pertanian, yang diduga menjadi faktor

50

tingginya

persentase

pemuda

bekerja.

Sektor

pertanian

tidak

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

memerlukan

kualifikasi

atau

persyaratan

tertentu

seperti

pendidikan,

keterampilan, pengalaman maupun keahlian khusus. Gambar 5.2 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010

%

80 70,01

70 60

62,38 53,01

52,02

46,76

50 38,26

40 30

36,88 31,92

25,19

20

0

Perkotaan

s. go

.id

10

Perdesaan Perempuan

Laki-laki+Perempuan

w

w

.b p

Laki-laki

Perkotaan+Perdesaan

tp :// w

Pada Gambar 5.2 terlihat bahwa persentase pemuda laki-laki yang bekerja (62,38 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda perempuan

ht

(31,92 persen). Keadaan ini berlaku di daerah perkotaan maupun perdesaan. Latar belakang tingkat pendidikan yang dimiliki pada dasarnya mempunyai pengaruh terhadap status pekerjaan. Seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5.2, persentase tertinggi pemuda yang bekerja adalah mereka yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 31,57 persen. Sedangkan pemuda yang bekerja tetapi tidak pernah mengenyam pendidikan persentasenya hanya sebesar 5,30 persen. Bila diperhatikan menurut tipe daerah, di daerah perkotaan, persentase tertinggi pemuda yang bekerja adalah mereka yang berpendidikan SM (41,29 persen), kemudian berpendidikan SD (17,86 persen) dan SMP (17,78 persen). Sedangkan di daerah perdesaan, persentase tertinggi pemuda yang bekerja adalah mereka yang berpendidikan SD (38,86 persen), kemudian SMP (21,20 persen) dan SM (18,74 persen). Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

51

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Tdk/Blm Pernah Sekolah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Laki-laki (L)

1,95

4,47

20,72

19,26

42,22

11,39

Perempuan (P)

0,91

2,34

12,25

14,89

39,45

30,16

L+P

1,60

3,75

17,86

17,78

41,29

17,72

Laki-laki (L)

7,61

8,78

39,89

21,35

19,44

2,92

Perempuan (P)

6,62

6,51

36,99

20,92

17,48

11,48

L+P

7,26

7,97

38,86

.id

Tabel 5.2 Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010

18,74

5,98

Laki-laki (L)

5,61

7,25

33,11

20,61

27,50

5,92

Perempuan (P)

4,71

5,12

28,72

18,91

24,83

17,72

L+P

5,30

6,51

20,01

26,56

10,05

Tdk/Blm SD/ SMP/ SM/ Akademi/ Tamat SD Sederajat Sederajat Sederajat PT

Perkotaan

Perdesaan

s. go

21,20

w

.b p

Perkotaan + Perdesaan

5.2

tp :// w

w

31,57

Pemuda Bekerja menurut Lapangan Usaha

ht

Lapangan usaha menunjukkan bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha dimana seseorang bekerja. Komposisi pemuda yang bekerja menurut lapangan usaha

merupakan

salah

satu

indikator

untuk

melihat

potensi

sektor

perekonomian dalam menyerap tenaga kerja pemuda. Selain itu, indikator ini juga digunakan untuk melihat gambaran secara makro struktur perekonomian suatu wilayah serta perkembangannya. Lapangan usaha pertanian tanaman padi dan palawija memegang peran penting bagi ketenagakerjaan pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil SP2010, dimana dari 969,62 ribu pemuda yang bekerja, 274,82 ribu (28,34 persen) diantaranya bekerja pada lapangan usaha pertanian tanaman padi dan palawija. Lapangan usaha lainnya yang banyak menyerap tenaga kerja pemuda adalah sektor perdagangan (13,31 persen) dan sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan dan perorangan (10,94 persen).

52

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Tabel 5.3 Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Tipe Daerah, 2010

Perkotaan

Lapangan Usaha

(1)

Perkotaan +

Perdesaan

%

Jumlah

%

Jumlah

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

3,64

262.587

41,46

274.821

28,34

Hortikultura

750

0,22

12.368

1,95

13.118

1,35

Perkebunan

1.653

0,49

79.124

12,49

80.777

8,33

Perikanan

11.336

3,37

43.644

6,89

54.980

5,67

Peternakan

1.576

0,47

9.924

1,57

11.500

1,19

208

0,06

991

0,16

1.199

0,12

Pertambangan & Penggalian

2.013

0,60

3.157

0,50

5.170

0,53

Industri Pengolahan

20.208

6,01

31.843

5,03

52.051

5,37

Listrik dan Gas

1.981

0,59

904

0,14

2.885

0,30

Konstruksi

34.523

10,26

28.306

4,47

62.829

6,48

82.246

24,45

46.810

7,39

129.056

13,31

11.701

3,48

3.261

0,51

14.962

1,54

Transportasi, Pergudangan

28.477

8,47

31.839

5,03

60.316

6,22

Informasi dan Komunikasi

6.173

1,84

1.140

0,18

7.313

0,75

Keuangan dan Asuransi

9.704

2,89

2.150

0,34

11.854

1,22

Jasa pendidikan

18.822

5,60

31.454

4,97

50.276

5,19

Jasa kesehatan

12.187

3,62

7.446

1,18

19.633

2,02

Jasa kemasyarakatan, pemerintahan dan perorangan

72.805

21,65

33.275

5,25

106.080

10,94

Lainnya

7.738

2,30

3.060

0,48

10.798

1,11

Perdagangan

ht

Hotel dan rumah makan

tp :// w

Jumlah

s. go

w

Kehutanan dan pertanian lainnya

.id

12.234

.b p

Jumlah

w

Pertanian tanaman padi dan palawija

Perdesaan

336.335 100,00 633.283 100,00 969.618 100,00

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

53

Struktur pekerjaan pemuda menjadi berbeda jika dilihat berdasarkan tipe daerah (Tabel 5.3). Di daerah perkotaan, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja pemuda adalah sektor perdagangan (24,45 persen) dan jasa kemasyarakatan, pemerintahan dan perorangan (21,65 persen). Sedangkan di daerah perdesaan, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja pemuda adalah sektor pertanian tanaman padi dan palawija (41,46 persen), perkebunan (12,49 persen) dan perdagangan (7,39 persen). Berdasarkan jenis kelamin (Tabel 5.4), lapangan usaha yang banyak dipilih oleh pemuda baik pemuda laki-laki maupun perempuan adalah sektor pertanian tanaman padi dan palawija. Pemuda laki-laki yang bekerja di sektor pertanian tanaman padi dan palawija sebesar 28,74 persen. Sedangkan pemuda

.id

perempuan yang bekerja di sektor pertanian tanaman padi dan palawija

s. go

sebesar 27,60 persen. Pada sektor konstruksi serta sektor transportasi dan pergudangan tampak bahwa persentase pekerja pemuda laki-laki lebih besar

.b p

dibandingkan pemuda perempuan. Persentase pemuda laki-laki yang bekerja pada sektor konstruksi sebesar 9,71 persen serta transportasi dan pergudangan

w

w

sebesar 9,30 persen. Sebaliknya pada sektor industri pengolahan dan

tp :// w

perdagangan terlihat bahwa persentase pemuda perempuan lebih tinggi dibanding pemuda laki-laki. Persentase pemuda perempuan yang bekerja pada

dan 18,05 persen.

54

ht

sektor industri pengolahan dan perdagangan masing-masing sebesar 7,17 persen

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Tabel 5.4 Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin, 2010

Laki-laki

Laki-laki +

Perempuan

%

Jumlah

%

Jumlah

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

181.080

28,74

93.741

27,60

274.821

28,34

Hortikultura

8.165

1,30

4.953

1,46

13.118

1,35

Perkebunan

49.525

7,86

31.252

9,20

80.777

8,33

Perikanan

46.433

7,37

8.547

2,52

54.980

5,67

Peternakan

7.235

1,15

4.265

1,26

11.500

1,19

Kehutanan dan pertanian lainnya

1.033

0,16

166

0,05

1.199

0,12

Pertambangan & Penggalian

4.703

0,75

467

0,14

5.170

0,53

Industri Pengolahan

27.693

24.358

7,17

52.051

5,37

Listrik dan Gas

2.416

0,38

469

0,14

2.885

0,30

61.144

9,71

1.685

0,50

62.829

6,48

67.772

10,76

61.284

18,05

129.056

13,31

8.161

1,30

6.801

2,00

14.962

1,54

Transportasi, Pergudangan

58.593

9,30

1.723

0,51

60.316

6,22

Informasi dan Komunikasi

5.181

0,82

2.132

0,63

7.313

0,75

Keuangan dan Asuransi

7.126

1,13

4.728

1,39

11.854

1,22

Jasa pendidikan

14.661

2,33

35.615

10,49

50.276

5,19

Jasa kesehatan

4.190

0,67

15.443

4,55

19.633

2,02

Jasa kemasyarakatan, pemerintahan dan perorangan

67.110

10,65

38.970

11,48

106.080

10,94

Lainnya

7.798

1,24

3.000

0,88

10.798

1,11

w

Perdagangan

ht

Hotel dan rumah makan

tp :// w

Konstruksi

Jumlah

4,40

w

Pertanian tanaman padi dan palawija

s. go

(1)

.id

Jumlah

.b p

Lapangan Usaha

Perempuan

630.019 100,00 339.599 100,00 969.618 100,00

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

55

5.3

Pemuda Bekerja menurut Status Pekerjaan Pola penyebaran tenaga kerja sangat tergantung dari kualitas sumberdaya

manusianya. SDM yang berkualitas dari sisi kesehatan, pendidikan, keahlian dan ketrampilan akan mempunyai tingkat produktivitas yang jauh lebih baik. Distribusi pemuda yang bekerja menurut status pekerjaan memberikan gambaran tentang kedudukan seseorang dalam pekerjaan. Status pekerjaan dibagi menjadi enam, yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap, berusaha dibantu buruh tetap, buruh/karyawan, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tidak dibayar.

Perkotaan Jumlah (2)

Berusaha Sendiri

54.739

(3)

w

(1)

%

Perdesaan

Perdesaan

%

Jumlah

%

(4)

(5)

(6)

(7)

101.895

16,09

156.634

16,16

7.961

2,37

78.184

12,35

86.145

8,89

13.681

4,07

17.516

2,77

31.197

3,22

Buruh/Karyawan

208.396

61,97

129.607

20,47

338.003

34,86

Pekerja Bebas

30.621

9,11

56.679

8,95

87.300

9,00

Pekerja Keluarga/Tidak Dibayar

20.887

6,21

249.366

39,38

270.253

27,87

969.532

100,00

ht

Berusaha Dibantu Buruh Tdk Tetap/Tdk Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Dibayar

tp :// w

w

16,28

Perkotaan +

Jumlah

.b p

Status Pekerjaan

s. go

.id

Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2010

Jumlah

336.285 100,00 633.247 100,00

Sepertiga dari pemuda yang bekerja, bekerja sebagai buruh/karyawan sebanyak 338,00 ribu orang (34,86 persen), kemudian sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar sebanyak 270,25 ribu orang (27,87 persen) dan berusaha sendiri sebanyak 156,63 ribu orang (16,16 persen). Dilihat menurut tipe daerah, sebagian besar (61,97 persen) pemuda perkotaan yang bekerja,

56

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

bekerja sebagai buruh/karyawan, kemudian berusaha sendiri (16,28 persen) dan pekerja bebas (9,11 persen). Dari pemuda perdesaan yang bekerja, sebesar 39,38 persen bekerja sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar, kemudian buruh/karyawan sebesar 20,47 persen dan berusaha sendiri sebesar 16,09 persen. Tabel 5.6 Jumlah dan Persentase Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2010

Laki-laki

Status Pekerjaan

Perempuan

%

Jumlah

%

Jumlah

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Berusaha Sendiri

119.193

18,92

Berusaha Dibantu Buruh Tdk Tetap/Tdk Dibayar

75.112

11,92

Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Dibayar

27.107

4,30

Buruh/Karyawan

202.895

w

Pekerja Bebas

62.436

143.202

16,16

3,25

86.145

8,89

4.090

1,20

31.197

3,22

135.108

39,79

338.003

34,86

9,91

24.864

7,32

87.300

9,00

22,73

127.051

37,41

270.253

27,87

100,00

339.587

100,00

969.532

100,00

11,03

s. go 11.033

.b p

w

629.945

37.441

.id

156.634

32,21

tp :// w

ht

Jumlah

Laki-laki +

Jumlah (1)

Pekerja Keluarga/Tidak Dibayar

Perempuan

Dilihat menurut jenis kelamin, hampir sepertiga (32,21 persen) pemuda laki-laki yang bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan kemudian sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar (22,73 persen). Hal yang sama juga terjadi pada pemuda perempuan yang bekerja, sepertiga (39,79 persen) bekerja sebagai

buruh/karyawan

dan

sebesar

37,41

persen

sebagai

pekerja

keluarga/tidak dibayar. Persentase pemuda perempuan yang bekerja dengan status sebagai pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar (37,41 persen) lebih tinggi daripada pemuda laki-laki (22,73 persen). Kondisi ini merupakan salah satu isu gender sektor tenaga kerja terutama di negara berkembang.

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

57

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja, di antaranya adalah keahlian, pengalaman kerja, usia, dan pendidikan. Pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi, secara umum mempunyai produktivitas kerja yang lebih baik. Tabel 5.7 menyajikan gambaran pemuda yang bekerja menurut status pekerjaan dan pendidikan yang ditamatkan. Terlihat fenomena yang menarik pada pemuda yang bekerja sebagai buruh/karyawan dengan pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak tenaga kerja yang terserap sebagai buruh/karyawan. Hal tersebut terlihat pada pemuda dengan pendidikan Sekolah Menengah (SM) dan Perguruan Tinggi (PT), dimana persentase pemuda yang berstatus sebagai buruh/karyawan mencapai lebih dari 50 persen (SM sebesar 53,40 persen dan PT sebesar 89,00 persen).

Berusaha Sendiri

14,46

17,19

Berusaha dibantu Buruh Tdk Tetap/Tdk Dibayar

17,45

.b p

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

18,84

19,18

15,12

4,68

13,41

11,97

9,35

5,09

0,86

2,11

2,71

3,50

3,80

3,40

1,62

Buruh/Karyawan

9,76

16,88

17,11

23,56

53,40

89,00

Pekerja Bebas

12,58

15,05

12,25

9,94

5,22

1,15

Pekerja Keluarga/Tidak Dibayar

43,65

34,76

36,33

34,17

17,78

2,70

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Berusaha dibantu Buruh Tetap/Dibayar

Jumlah

58

tp :// w

w

(2)

ht

(1)

Tdk/Blm Tdk/Blm SD/ SMP/ SM/ Akademi/ Pernah Tamat SD Sederajat Sederajat Sederajat PT Sekolah

w

Status Pekerjaan

s. go

.id

Tabel 5.7 Persentase Pemuda yang Bekerja di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Status Pekerjaan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

5.4

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda Pengangguran merupakan akibat dari ketidakmampuan lapangan kerja

menyerap angkatan kerja yang tersedia. Hal hal ini disebabkan terbatasnya lapangan kerja yang tersedia serta bertambahnya jumlah penduduk. Pertumbuhan ekonomi yang rendah dalam menyediakan lapangan kerja baru disinyalir menjadi penyebab munculnya masalah pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat pengangguran. Indikator ini merupakan perbandingan antara banyaknya pemuda yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tak mungkin mendapatkan pekerjaan termasuk putus asa, atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai

.id

bekerja terhadap jumlah pemuda angkatan kerja. Gambar 5.3 menyajikan Tingkat

s. go

Pengangguran Terbuka pemuda tahun 2010 yang dirinci menurut tipe daerah dan jenis kelamin.

%

tp :// w

w

w

.b p

Gambar 5.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Tipe Daerahdan Jenis Kelamin, 2010

45 40

34,54

36,37

ht

35

39,72

30

26,79

25 20

21,39

23,35

17,81

15

13,85 11,52

10 5 0 Laki-laki

Perempuan Perkotaan

Sasaran

kepemudaan

Perdesaan

di

Laki-laki+Perempuan

Perkotaan+Perdesaan

bidang

ketenagakerjaan

diantaranya

menurunkan TPT hingga 5-6 persen pada akhir 2014. Berdasarkan hasil SP2010, tingkat pengangguran pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan tercatat sebesar 23,35 persen (Gambar 5.3). Angka tersebut menunjukkan bahwa secara rataStatistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

59

rata dari setiap 100 pemuda angkatan kerja sebanyak 23 pemuda belum mempunyai pekerjaan dan masih mencari pekerjaan. Bila dilihat menurut tipe daerah, TPT pemuda di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan TPT pemuda di perdesaan. TPT pemuda daerah perkotaan sebesar 26,79 persen, lebih tinggi dibandingkan TPT pemuda daerah perdesaan yang sebesar 21,39 persen (Gambar 5.3). Berdasarkan jenis kelamin, TPT pemuda perempuan (36,37 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan TPT pemuda laki-laki (13,85 persen). Pola yang sama juga terjadi di daerah perkotaan maupun perdesaan. Kondisi ini perlu menjadi perhatian serius pemerintah dalam upaya menurunkan tingkat pengangguran pemuda.

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(3)

(4)

w

s. go

.id

Tabel 5.8 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2010

12,00

13,28

22,00

15,16

16,62

24,92

19,21

20,40

27,86

24,28

25,42

SM/Sederajat

30,76

29,55

30,21

Akademi/PT

18,14

13,02

16,22

Jumlah

26,79

21,39

23,35

Perkotaan

(1)

(2)

SD/Sederajat SMP/Sederajat

ht

Tdk/Blm Tamat SD

w

22,88

tp :// w

Tdk/Blm Pernah sekolah

.b p

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Tingkat pengangguran terbuka pemuda menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tipe daerah disajikan pada Tabel 5.8. Sebagian besar pemuda

yang

menganggur

adalah

mereka

yang

berpendidikan

tamat

SM/Sederajat (30,21 persen), kemudian tamat SMP/Sederajat (25,42 persen) dan tamat SD/Sederajat (20,40 persen). Persentase pengangguran yang tamat SM/Sederajat di perkotaan sebesar 30,76 persen, sedangkan di daerah perdesaan persentasenya sebesar 29,55 persen.

60

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

KESULITAN FUNGSIONAL

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

.id s. go .b p w w

ht

tp :// w

Kesulitan Fungsional Pemuda Informasi mengenai kesulitan fungsional yang dikumpulkan dalam SP2010 dapat digunakan sebagai pendekatan dalam menentukan program kebijakan pembangunan yang berkaitan dengan penyandang cacat. Jumlah penduduk dengan disabilitas atau yang dikenal dengan penyandang cacat di Indonesia selama ini diperoleh melalui hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dikumpulkan oleh BPS RI setiap 3 tahun sekali melalui Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (MSBP). Sebagai instansi pemerintah yang berkepentingan dengan penyandang cacat, Kementrian Sosial telah menerbitkan UU No. 4/1997 tentang Penyandang Cacat. Dalam UU ini, Pasal 1 menyebutkan bahwa penyandang cacat, yang juga mengacu pada definisi yang dikeluarkan World Health Organization (WHO), adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Menurut UU ini, peyandang cacat Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

63

dibedakan menjadi penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, serta penyandang cacat fisik dan mental (ganda). Konsep ini dipahami sebagai konsep normal dan abnormal yang mengacu pada anatomi tubuh manusia. WHO memiliki tiga kategori berkaitan dengan kecacatan, yaitu impairment, disability dan handicap. Impairment didefinisikan sebagai kondisi ketidaknormalan atau hilangnya struktur atau fungsi psikologis, atau anatomis. Disability

adalah

ketidakmampuan

atau

keterbatasan

akibat

adanya

impairment untuk melakukan aktivitas secara normal bagi manusia. Sedangkan handicap merupakan keadaan seseorang sebagai akibat adanya impairment, disability, yang menghambatnya untuk berperan secara normal. Kendala yang dialami selain berkaitan dengan perbedaan konsep dan

.id

definisi diantaranya adalah penyebutan penyandang cacat yang dirasa

s. go

merugikan kedudukan penyandang cacat dan pemenuhan kebutuhan akan ketersediaan data dari berbagai pihak dengan kepentingan dan konsep yang

.b p

berbeda. Data hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (SP2010) yang mengikuti

w

konsep rekomendasi dari lembaga internasional (UN recommendation) disadari

w

tidak akan dapat digunakan secara langsung untuk kepentingan instansi terkait

tp :// w

atau kalangan pemerhati penyandang cacat. Namun informasi ini dapat digunakan sebagai informasi awal untuk mengetahui jumlah pemuda yang

ht

mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan dasar kehidupan mencakup melihat, mendengar, berjalan, mengingat, dan mengurus diri sendiri. 6.1. Gambaran Kesulitan Fungsional Pemuda menurut Tipe Daerah Jumlah pemuda Provinsi Sulawesi Selatan hasil SP2010 sebanyak 2,074 juta jiwa, dari jumlah tersebut sekitar 2,066 juta jiwa ditanyakan mengenai kesulitan fungsional dengan menggunakan kuesioner C1, sisanya sebesar 8,11 ribu pemuda tidak ditanyakan mengenai kesulitan fungsional bagi mereka penghuni

flat/apartemen/perumahan

sangat

ekslusif,

atau

masyarakat

terpencil (akses sangat sulit), atau rumah tangga di kolong jembatan (bangunan sangat tidak layak huni), atau pengungsi tenda, tunawisma, awak kapal, orang tinggal di gerbong kereta api, suku terasing, penghuni penjara dan barak militer, serta pasien rumah sakit jiwa.

64

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Tabel 6.1 Jumlah Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Mempunyai Kesulitan Fungsional menurut Tipe Daerah, Jenis Kesulitan dan Tingkat Kesulitan, 2010 Mengalami Kesulitan

Parah

Jumlah Kol (2) s.d Kol (4)

Persentase Kesulitan

(4)

(5)

(6)

2.808

363

873.538

0,36

872.218

759

561

873.538

0,15

Berjalan atau Naik Tangga

872.122

828

588

873.538

0,16

Mengingat atau Berkonsentrasi

870.491

1.630

1.417

873.538

0,35

Mengurus Diri Sendiri

871.054

1.668

816

873.538

0,28

Melihat

1.188.635

2.719

733

1.192.087

0,29

Mendengar

1.188.239

2.297

1.551

1.192.087

0,32

Berjalan atau Naik Tangga

1.188.226

2.398

1.463

1.192.087

0,32

Mengingat atau Berkonsentrasi

1.183.847

4.540

3.700

1.192.087

0,69

Mengurus Diri Sendiri

1.187.569

2.837

1.681

1.192.087

0,38

5.527

1.096

2.065.625

0,32

3.056

2.112

2.065.625

0,25

2.060.348

3.226

2.051

2.065.625

0,26

Mengingat atau Berkonsentrasi

2.054.338

6.170

5.117

2.065.625

0,55

Mengurus Diri Sendiri

2.058.623

4.505

2.497

2.065.625

0,34

Tipe Daerah/ Jenis Kesulitan

Tidak Ada Kesulitan

Sedikit

(1)

(2)

(3)

Melihat

870.367

Mendengar

PERKOTAAN

2.059.002

Mendengar

2.060.457

s. go

ht

Berjalan atau Naik Tangga

tp :// w

w

w

Melihat

.b p

PERKOTAAN+PERDESAAAN

.id

PERDESAAN

Tabel 6.1 menyajikan jumlah pemuda menurut jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh pemuda. Tabel tersebut memperlihatkan paling banyak pemuda mengalami kesulitan mengingat atau berkonsentrasi, sebanyak 6,17 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan sedikit dan 5,12 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan parah. Jenis kesulitan lainnya yang dialami oleh pemuda adalah kesulitan melihat sebanyak 6,62 ribu jiwa (5,53 ribu jiwa dengan kesulitan sedikit dan 1,10 ribu dengan tingkat kesulitan parah), kesulitan mendengar sebanyak 5,17 ribu jiwa (3,06 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan sedikit dan 2,11 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan parah), kesulitan berjalan atau naik tangga sebanyak 5,28 ribu jiwa (3,23 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan sedikit dan 2,05 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan parah), dan Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

65

kesulitan mengurus diri sendiri sebanyak 7,00 ribu jiwa (4,51 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan sedikit dan 2,50 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan parah). Jika dilihat menurut tipe daerah terlihat bahwa jenis kesulitan fungsional yang paling banyak dialami oleh pemuda di perkotaan adalah kesulitan melihat dan di perdesaan adalah kesulitan mengingat atau berkonsentrasi (Tabel 6.1). Jumlah pemuda di perkotaan yang mengalami kesulitan melihat sebanyak 3,17 ribu jiwa dengan rincian 2,81 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan sedikit dan 0,36 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan parah. Sedangkan di daerah perdesaan, jumlah pemuda yang mengalami kesulitan mengingat atau berkonsentrasi, sebanyak 8,24 ribu jiwa dengan rincian 4,54 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan sedikit dan 3,70 ribu jiwa dengan tingkat

.id

kesulitan parah.

s. go

6.2. Gambaran Kesulitan Fungsional Pemuda menurut Jenis Kelamin

.b p

Dilihat menurut jenis kelamin terlihat bahwa kesulitan fungsional

w

mengingat atau berkonsentrasi merupakan jenis kesulitan yang paling banyak

w

dialami baik oleh pemuda laki-laki maupun pemuda perempuan (Tabel 6.2).

tp :// w

Jumlah pemuda laki-laki yang mengalami kesulitan ini sebanyak 6,20 ribu jiwa dengan rincian 3,33 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan sedikit dan 2,87 ribu

ht

jiwa dengan tingkat kesulitan parah. Jenis kesulitan lainnya yang banyak dialami oleh pemuda laki-laki adalah kesulitan mengurus diri sendiri sebanyak 3,93 ribu jiwa (2,51 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan sedikit dan 1,42 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan parah). Sedangkan jumlah pemuda perempuan yang mengalami kesulitan mengingat atau berkonsentrasi sebanyak 5,09 ribu jiwa dengan rincian 2,84 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan sedikit dan 2,25 ribu jiwa dengan tingkat kesulitan parah. Jenis kesulitan lainnya yang banyak dialami oleh pemuda perempuan adalah kesulitan melihat sebanyak 3,73 ribu jiwa (3,21 ribu jiwa tingkat kesulitan sedikit dan 525 jiwa dengan tingkat kesulitan parah).

66

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

Tabel 6.2 Jumlah Pemuda di Provinsi Sulawesi Selatan yang Mempunyai Kesulitan Fungsional menurut Jenis Kelamin, Jenis Kesulitan dan Tingkat Kesulitan, 2010 Mengalami Kesulitan

Parah

Jumlah Kol (2) s.d Kol (4)

Persentase Kesulitan

(4)

(5)

(6)

2.319

571

1.002.722

0,29

999.987

1.569

1.166

1.002.722

0,27

Berjalan atau Naik Tangga

999.675

1.855

1.192

1.002.722

0,30

Mengingat atau Berkonsentrasi

996.527

3.326

2.869

1.002.722

0,62

Mengurus Diri Sendiri

998.795

2.512

1.415

1.002.722

0,39

Melihat

1.059.170

3.208

525

1.062.903

0,35

Mendengar

1.060.470

1.487

946

1.062.903

0,23

Berjalan atau Naik Tangga

1.060.673

1.371

859

1.062.903

0,21

Mengingat atau Berkonsentrasi

1.057.811

2.844

2.248

1.062.903

0,48

Mengurus Diri Sendiri

1.059.828

1.993

1.082

1.062.903

0,29

5.527

1.096

2.065.625

0,32

3.056

2.112

2.065.625

0,25

2.060.348

3.226

2.051

2.065.625

0,26

Mengingat atau Berkonsentrasi

2.054.338

6.170

5.117

2.065.625

0,55

Mengurus Diri Sendiri

2.058.623

4.505

2.497

2.065.625

0,34

Jenis Kelamin/ Jenis Kesulitan

Tidak Ada Kesulitan

Sedikit

(1)

(2)

(3)

Melihat

999.832

Mendengar

LAKI-LAKI

2.059.002

Mendengar

2.060.457

s. go

ht

Berjalan atau Naik Tangga

tp :// w

w

w

Melihat

.b p

LAKI-LAKI+PEREMPUAN

.id

PEREMPUAN

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

67

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

LAMPIRAN KUESIONER

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

ht

tp :// w

w

w

.b p

s. go

.id

Lampiran 1

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

71

.id s. go .b p w w tp :// w ht 72

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

ht

tp :// w

w

w

.b p

s. go

.id

Lampiran 2

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

73

.id s. go .b p w w tp :// w ht 74

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

.id s. go .b p w w tp :// w ht Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

75

ht

tp :// w

w

w

.b p

s. go

.id

Lampiran 3

76

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

.id s. go .b p w w tp :// w ht Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

77

.id s. go .b p w w tp :// w ht 78

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

.id s. go .b p w w tp :// w ht Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

79

ht

tp :// w

w

w

.b p

s. go

.id

Lampiran 4

80

Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

.id s. go .b p w w tp :// w ht Statistik Pemuda Provinsi Sulawesi Selatan 2010

81

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

w

tp :// w

ht .b p

w .id

s. go

 

.id s. go .b p w w tp :// w ht

ISSN 2086-1028

Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]

9 772086 102008