TEMPLAT TUGAS AKHIR S1

Download putih telur, persentase kuning telur, warna kuning telur, persentase kerabang telur, warna kerabang, rataan tebal .... Telur merupakan sala...

0 downloads 487 Views 9MB Size
SUPLEMENTASI EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DALAM AIR MINUM SEBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP KUALITAS DAN KANDUNGAN MDA TELUR AYAM PETELUR ISA-BROWN

NI MADE JENITIA ARINI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Suplementasi Ekstrak Gambir (Uncaria Gambir Roxb) dalam Air Minum Sebagai Antioksidan terhadap Kualitas dan Kandungan MDA Telur Ayam Petelur Isa-Brown adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2015 Ni Made Jenitia Arini NIM D24110060

ABSTRAK NI MADE JENITIA ARINI. Suplementasi Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam Air Minum Sebagai Antioksidan terhadap Kualitas dan Kandungan MDA Telur Ayam Petelur Isa-Brown. Dibimbing oleh SUMIATI dan RITA MUTIA. Ekstrak gambir mengandung senyawa polifenol berfungsi sebagai antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh suplementasi ekstrak gambir terhadap kualitas dan kandungan MDA (malondialdehida) telur ayam. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Peubah yang diamati adalah kualitas telur (bobot telur, persentase putih telur, persentase kuning telur, warna kuning telur, persentase kerabang telur, warna kerabang, rataan tebal kerabang telur, indeks telur, tinggi putih telur dan Haugh Unit) dan kandungan MDA kuning telur. Materi penelitian menggunakan 90 ekor ayam petelur Isa Brown umur 38 minggu yang dipelihara sampai umur 43 minggu. Perlakuan yang diberikan adalah R0 = air minum kontol, R1 = air minum mengandung ekstrak gambir 20 mg kg-1 BB, R2 = air minum mengandung ekstrak gambir 40 mg kg-1 BB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak gambir menurunkan kandungan MDA kuning telur. Suplementasi ekstrak gambir nyata (P<0.05) meningkatkan warna kerabang telur, tinggi putih telur dan Haugh Unit. Kesimpulan penelitian ini bahwa ekstrak gambir dapat meningkatkan kualitas telur dan berpotensi sebagai antioksidan pada ayam petelur. Kata kunci : kualitas telur, kuning telur, MDA, Uncaria gambir Roxb

ABSTRACT NI MADE JENITIA ARINI. Gambier Extract (Uncaria gambier Roxb) Supplementation in the Dringking Water as Antioxidant on Quality and MDA of Egg Laying hens Isa-Brown. Supervised by SUMIATI and RITA MUTIA. Gambier extract contains a polyphenols chemical compound that act as antioxidant. This study aimed to evaluate the effect of supplementation gambier extract on the quality and MDA (malondialdehyde) content of eggs. A completely randomized design was used in this experiment. The variables observed were egg quality (egg weight, albumin percentage, yolk percentage, yolk color, egg shell percentage, egg shell color, average shell thickness, egg shape index, albumin high, and Haugh Unit) and MDA content of yolk. This study used 90 of 38 weeks old of Isa Brown layer hen reared until 43 weeks old. The treatments were R0 = kontrol water, R1 = drinking water contained gambier extract 20 mg kg-1 BB), R2 = drinking water contained gambier extract 40 mg kg-1 BB. The results showed that supplementation of gambier extract decreased MDA content of yolk. Gambier extract supplementation significantly (P<0.05) increased eggshell color score, high of albumin, and Haugh Unit. The conclusion of the study was that gambier extract increased quality of egg and potential as antioxidant for the laying hen. Key words: egg quality, MDA, Uncaria gambier Roxb, yolk

SUPLEMENTASI EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DALAM AIR MINUM SEBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP KUALITAS DAN KANDUNGAN MDA TELUR AYAM PETELUR ISA-BROWN

NI MADE JENITIA ARINI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah antioksidan, dengan judul Suplementasi Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam Air Minum Sebagai Antioksidan terhadap Kualitas dan Kandungan MDA Telur Ayam Petelur Isa Brown. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh suplementasi ekstrak gambir serta kombinasinya dalam air minum ayam petelur Isa Brown terhadap kualitas dan kandungan MDA telur ayam. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu jalannya penelitian serta penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan membuka wawasan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2015

Ni Made Jenitia Arini

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Alat

2

Bahan

2

Prosedur

5

Peubah yang Diamati

5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Suhu Kandang Penelitian Pengaruh Perlakuan terhadap MDA Kuning Telur Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Telur SIMPULAN DAN SARAN

8 8 12 9 11

Simpulan

12

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP

20

UCAPAN TERIMA KASIH

20

DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5

Susunan kandungan nutrien ransum ayam petelur penelitian Komposisi kimia gambir Komposisi kimia gambir hasil analisis Rataan uji kualitas telur ayam umur 43 minggu Rataan uji MDA telur

3 4 4 12 12

DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Hasil analisis ragam panjang telur Hasil analisis ragam lebar telur Hasil analisis ragam indeks telur Hasil analisis ragam bobot telur Hasil analisis ragam bobot putih telur Hasil analisis ragam bobot kuning telur Hasil analisis ragam bobot kerabang telur Hasil analisis ragam tinggi albumen Hasil uji lanjut duncan tinggi albumen Hasil analisis ragam skor warna kuning telur Hasil analisis ragam skor warna kerabang telur Hasil uji lanjut duncan skor warna kerabang telur Hasil analisis ragam haugh unit Hasil uji lanjut duncan Haugh Unit Hasil analisis ragam rata-rata tebal kerabang Hasil analisis ragam persentase bobot putih telur Hasil analisis ragam persentase bobot kuning telur Hasil analisis ragam persentase berat kerabang telur

16 16 16 16 16 16 17 17 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19

1

PENDAHULUAN Telur merupakan salah satu produk unggas yang mempunyai nilai gizi tinggi (Yuwanta 2010). Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat, menyebabkan meningkatnya permintaan telur. Menurut BPS (2013) produksi telur ayam ras tahun 2012 sebanyak 197.083 ton, tahun 2013 sebanyak 194.620 ton, dan tahun 2014 sebanyak 197.391 ton. Hal ini menunjukkan bahwa populasi ayam petelur yang semakin meningkat sehingga menjadi peluang yang besar untuk perkembangan ayam petelur. Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu dan kelembaban lingkungan yang lebih tinggi atau berada di atas zona nyaman bagi ayam petelur dengan rataan suhu berkisar antara 22 °C - 33 °C, dengan kelembaban antara 55 %- 95 % (BMKG 2013). Kondisi ini kurang ideal untuk pengembangan ternak unggas. Bell dan Weaver (2002) menyatakan suhu nyaman untuk ayam agar dapat berproduksi secara optimal berada pada kisaran 18 °C sampai 23 °C. Suhu lingkungan di atas 30 °C dapat menyebabkan stres pada ayam petelur dewasa. Cekaman panas tersebut menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Mujahid et al. (2007) menyatakan bahwa stres oksidatif yaitu kondisi aktivitas radikal bebas yang melebihi antioksidan. Stres oksidatif tubuh dapat ditentukan dengan mengukur salah satu parameternya, yaitu kadar malondialdehida (MDA) dalam kuning telur ayam. Malondialdehida (MDA) adalah salah satu indikator dari peroksidasi lipida dalam tubuh yang sering digunakan dan berhubungan dengan stres oksidatif (Sahin et al. 2007). Semakin tinggi kadar MDA plasma maka semakin tinggi stres oksidatif yang terjadi dalam sel-sel tubuh (Valko 2006). Beberapa metode dapat diterapkan untuk mengurangi pengaruh negatif dari stres oksidatif, salah satunya adalah dengan pemberian sumber antioksidan alami seperti ekstrak gambir dalam air minum. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, sehingga kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi 2007). Gambir (Uncaria gambir) merupakan sari yang kental yang diperoleh dari pengolahan daun dan tangkai tanaman gambir yang diendapkan, warnanya kuning kecoklatan, rasanya kelat dan berbau khas (Nazir 2000). Ekstrak gambir merupakan salah satu alternatif yang sangat baik sebagai bahan antibiotik dan antioksidan alami. Komposisi kimia ekstrak gambir adalah katekin 7-33%, asam kateku tannat 20- 55%, pirokatekol 20-30%, gambir fluorensi 1-3%, kateku merah 3-5%, kuersetin 2-4%, fixed oil 1-2%, lilin, dan sedikit alkaloid (Nazir 2000). Katekin merupakan senyawa polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan dan antibakteri (Arakawa et al. 2004). Tanin ini memiliki khasiat sebagai antibakteri (Lemmens dan Wulijarni 1999). Menurut Hasti et al. (2012) pemberian ekstrak gambir dengan dosis 30, 100 dan 300 mgkg-1 bobot badan (BB) pada mencit efektif sebagai pelindung hati (hepatoprotektor). Pemanfaatan gambir pada ternak unggas termasuk ayam petelur belum banyak dilakukan. Sumber antioksidan alami ini diharapkan mampu mengurangi stres oksidatif pada ayam petelur sehingga dapat mengkasilkan kualitas telur yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh suplementasi ekstrak gambir dalam air minum sebagai sumber antioksidan alami terhadap kandungan

2 MDA dan kualitas telur pada ayam petelur ISA-BROWN umur 38 minggu yang dipelihara sampai umur 43 minggu.

METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu pada bulan September sampai dengan Oktober 2014 di Laboratorium Lapang Blok C, analisis kualitas telur dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,dan analisis MDA telur dilakukan di Laboratorium Fisiologi Ternak, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Alat Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah kandang baterai sebanyak 45 petak masing-masing petak berisi 2 ekor ayam yang terbuat dari kawat yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Ukuran setiap petak kandang adalah panjang 92 cm, lebar 47 cm dan tinggi 44 cm. Peralatan yang digunakan adalah lampu sebagai alat penerangan, timbangan, plastik ransum, termometer ruang, nampan telur dan ember plastik. Peralatan yang digunakan untuk mengukur kualitas fisik telur adalah alat pengukur tebal kerabang, Yolk Colour Fan, meja kaca, timbangan digital AND HL-100 kapasitas 100 gram x 0,01 gram, tripod, dan kantong plastik. Bahan yang digunakan dalam analisis MDA telur adalah kuning telur, Phosphate Buffered Saline (PBS) KCl , dan larutan campuran (terdiri dari TCA, TBA, dan HCl). Alat yang digunakan dalam analisis MDA telur adalah spoit 3 cc dengan syringe, timbangan digital, tabung reaksi, sentrifuge, vortex, oven, dan spektrofotometer. Bahan Ternak Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam petelur strain ISAbrown yang berumur 38 minggu sebanyak 90 ekor yang dipelihara sampai umur 43 minggu. Praperlakuan dilakukan selama 1 minggu untuk adaptasi kondisi ayam. Rataan bobot badan awal ayam petelur yang digunakan adalah 1.62 ± 0.05 kg. Ransum Ransum yang digunakan adalah ransum basal dalam bentuk mash yang terdiri dari jagung kuning, dedak halus, bungkil kedelai, minyak sawit, tepung MBM, DCP, NaCl, CaCO3, premix, dan DL-Methionin. Komposisi ransum yang digunakan disusun berdasarkan kebutuhan zat nutrisi ayam petelur cokelat

3 menurut Leeson dan Summers (2005), disajikan pada Tabel Susunan dan kandungan nutrien ransum ayam petelur penelitian. Tabel 1 Susunan kandungan nutrien ransum ayam petelur penelitian Bahan Pakan Jagung Kuning Dedak Halus Bungkil Kedelai Meat Bone Meal Minyak Sawit CaCO3 Dicalcium phosphate Premix NaCl Dl-Methionine Jumlah Kandungan Zat Nutrisi Ransum : BK (%) Abu (%) PK (%) SK (%) LK (%) Beta (%) Ca (%) P total (%) P tersedia (%) NaCl (%) EM (kkal kg-1) -1)

EB (kkal kg

A 90.26 12.76 15.76 2.42 2.95 56.37 5.59 0.97 3909

Jumlah (%) 55 3 21 6 4 9 1.24 0.5 0.16 0.1 100 B 89.74 18.14 2.52 7.04 4.22 0.41 2877.5 -

Sumber : (Leeson dan Summers 2005) Keterangan : A) Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (2014) ; B) Hasil Perhitungan

Air Minum Air minum diberikan sesuai kebutuhan, untuk perlakuan diberikan air minum yang mengandung ekstrak gambir. Perlakuan pertama ekstrak gambir yang diberikan sebanyak 960 mg yang dilarutkan dengan 3 liter air dengan pemberian masing-masing per hari. Perlakuan kedua sebanyak 1920 mg yang dilarutkan dengan 3 liter air dengan pemberian masing-masing per hari. Perlakuan pertama dan kedua ayam mengkonsumsi ekstrak gambir dan kandungan katekin dalam ekstrak gambir masing-masing 32 mg/ekor/hari dan 1.37 % serta 64 mg/ekor/hari dan 2.71 %. Air minum diberikan sebanyak 300 ml per hari yaitu pagi hari 80 ml air, siang hari 100 ml air mengandung ekstrak gambir dan sore hari 120 ml air.

4 Komposisi kimia gambir menurut Nazir (2000) disajikan pada Tabel 2 dan komposisi kimia gambir berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3. Tabel 2 Komposisi kimia gambir (Nazir 2000) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Nama Komponen Katekin Asam kateku tannat Pirokatekol Gambir fluorensi Kateku merah Kuersetin Fixed oil Lilin Alkaloid

(%) 7-33% 20-55% 20-30% 1-3% 3-5% 2-4% 1-2% 1-2% <1%

Tabel 3 Komposisi kimia gambir hasil analisis pada penelitian ini Nama Komponen Katekin Saponin Tanin Uji Fitokimia Saponin Tanin Alkaloid Fenolik Flavonoid Triterpenoid Steroid Glikosida

(%) 42.82 1.18 56.31

Metode Pengujian Spektrophotometri TLC Scanner Spektrophotometri Kualitatif

+ + + + + + +

Keterangan : Hasil analisis Laboratorium Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2014)

Ekstrak Gambir Ekstrak gambir diperoleh dari Pasar Tradisional Kabupaten Sumedang. Pengolahan ekstrak gambir diambil dari bagian daun dan batang pohon gambir. Tahap pertama pengolahan ekstrak gambir ini yaitu perebusan yang memelukan waktu 30 menit sampai 60 menit. Pada perebusan tahan kedua daun diangkat dan ditiriskan, kemudian dipres dengan alat kempa. Cairan getah yang keluar dari alat kempa ditampung dan kemudian didinginkan sampai terbentuk endapan. Agar pengendapan berlangsung sempurna ditambahkan pemancing. Pemancing dibuat dari daun gambir rebusan tahap pertama (100 g sampai 200 g) ditambah air rebusan (1 liter), kemudian diremas-remas sehingga keluar cairan getah gambir berwarna putih, lalu cairan disaring. Proses pengendapan berlangsung selama 12

5 jam untuk selanjutnya dilakukan penirisan endapan. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan alat cetak. Endapan gambir dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian diletakan di atas alas pencetakan dengan posisi telungkup. Gambir yang sudah dicetak disusun di atas rak pengering yang terbuat dari anyaman bamboo, selanjutnya dijemur atau diletakkan di atas tungku pemasakan (Nazir 2000). Prosedur Persiapan Kandang dan Peralatan Persiapan kandang dimulai dengan memasang kandang berupa kandang baterai yang terbuat dari kawat sebanyak 45 buah. Sebelum kandang dan peralatan lainnya seperti tempat pakan dan air minum digunakan maka dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu dilakukan pengapuran dan desinfeksi kandang. Ayam sebanyak 90 ekor dibagi dalam 3 perlakuan dengan 5 ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas 6 ekor. Ayam ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot badan awal sebelum masuk pada perlakuan kemudian dilakukan pengacakan. Pada umur 39-43 minggu dilakukan pengamatan terhadap perlakuan ransum yang diberikan. Pemeliharaan Setiap kandang berisi 2 ekor ayam. Pemeliharaan dilaksanakan selama 6 minggu dengan masa adaptasi pakan selama 1 minggu (umur 38 minggu), masa perlakuan selama 5 minggu (umur 39-43 minggu) dan pengambilan sampel telur untuk diuji kualitas telur selama 2 minggu (umur 42-43 minggu) dan analisis MDA kuning telur (umur 43 minggu). Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada saat pagi hari (06.00) dan sore hari (16.00). Pemberian air minum dan pengukuran suhu di dalam kandang dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari (06.30), siang hari (12.00) dan sore hari (16.30). Telur yang diproduksi setiap harinya ditimbang menggunakan timbangan digital pada sore hari. Penghitungan sisa air minum dilakukan pada pagi (06.30) dan siang hari (12.30), serta penimbangan dan penghitungan pakan yang dikonsumsi dilakukan setiap minggu. Peubah yang Diamati Kualitas Telur a. Bobot telur (g) Diperoleh dengan cara menimbang setiap telur yang dihasilkan satu per satu. b. Bobot putih telur (g) dan persentase bobot kuning telur (%) Diperoleh dengan menimbang putih telur yang dipisahkan dari kuning telur. Bobot putih telur tersebut kemudian dihitung persentase bobotnya dari bobot telur. Persentase bobot putih telur = Bobot putih telur x 100% Bobot telur c. Bobot kuning telur (g) dan persentase bobot kuning telur (%)

6 Diperoleh dengan menimbang kuning telur yang telah dibuang khalazanya. Bobot kuning telur tersebut kemudian dihitung persentase bobotnya dari bobot telur. Persentase bobot kuning telur = Bobot kuning telur x 100% Bobot telur d. Warna kuning telur Diukur dengan menggunakan Yolk Colour Fan. Pemberian skor warna pada kuning telur sesuai dengan angka yang tertera pada Yolk Colour Fan. e. Bobot kerabang telur (g) dan persentase bobot kerabang telur (%) Diperoleh dengan menimbang kerabang telur yang telah dibersihkan bagian dalamnya. Bobot kerabang tersebut kemudian dihitung persentasenta dari bobot telur. Persentase bobot kerabang telur = Bobot kerabang telur x 100% Bobot telur f. Warna kerabang telur Diukur dengan menggunakan Brown Colour Indicator. Pemberian skor warna pada kerabang telur sesuai dengan angka yang tertera pada Brown Colour Indicator. g. Tebal kerabang telur (mm) Tebal kerabang telur diukur dengan menggunakan alat mikrometer sekrup pada bagian tengah (equator), ujung tumpul, dan ujung lancip telur kemudian dirata-ratakan. h. Indeks telur Indeks telur didapat dengan cara menghitung perbandingan antara diameter lebar telur dengan diameter panjang telur. i. Tinggi putih telur Tinggi putih telur diukur dengan alat micrometer crup. j. Haugh Unit Haugh Unit didapat dengan cara menghitung secara logaritma terhadap tinggi putih telur kental dan kemudian ditransformasikan ke dalam nilai koreksi dari fungsi berat telur (Yuwanta 2010). Haugh Unit (HU)= Log 100 (H+7.57 – 1.7 W 0.37). Analisis MDA Kuning Telur Metode yang digunakan untuk analisis MDA kuning telur adalah metode Rice Evans dan Anthony (1991). Kuning telur sebanyak ± 1 g ditambahkan dengan 2 ml Phosphate Buffer Saline Kalium Chlorida (PBS-KCl) dihomogenkan kemudian disentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 20 menit. Hasil sentrifuse berupa supernatan diambil untuk analisis MDA. Supernatan sebanyak 0.5 ml +2 ml larutan campuran yang terdiri dari Trichloroacetic Acid (TCA), Thiobarbituric Acid (TBA), dan Hydrochloric Acid (HCl) kemudian dihomogenkan menggunakan vortex selanjutnya dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 80°C selama 1 jam. Setelah dioven, supernatan didinginkan dengan

7 air mengalir kemudian disentrifuse kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Setelah didapatkan supernatan dimasukkan ke dalam spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm untuk mengukur absorbansinya. MDA (µmol/g protein) = A (µmol/g x 50 µL X 7.5 ml) 1.25 g (bb) Keterangan : A = Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva standar 50 µL = Standar deviasi 5 µM 7.5 ml = Pengenceran Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 6 ekor ayam. Model matematik yang digunakan adalah : Yij = µ + τi + ε ij Keterangan : Yij = Respon percobaan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j μ = Nilai rataan umum dari pengamatan τi = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Pengaruh error (galat) perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Perlakuan Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : R0 = Air minum kontrol R1 = Air minum mengandung ekstrak gambir 20 mgkg-1 BB R2 = Air minum mengandung ekstrak gambir 40 mgkg-1 BB Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu Kandang Penelitian Rataan suhu kandang penelitian pada pagi hari 22.1°C – 22.9 °C, pada siang hari 31.1 °C – 31.6 °C dan pada sore hari 28.0 °C – 29.9 °C. Temperatur kandang ini lebih tinggi dari suhu optimum ayam petelur yang direkomendasikan Leeson dan Summers (2001) yaitu berkisar antara 22 oC - 27 oC Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa pada pagi hari ayam berada pada zona nyaman untuk dapat berproduksi secara optimal, sedangkan pada siang hari dan sore hari, suhu

8 kandang berada di atas kisaran suhu nyaman untuk ayam. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya stres oksidatif yang tinggi pada ayam petelur yang berpengaruh terhadap produksi telur sehingga untuk mengatasinya diperlukan penambahan ekstrak gambir dalam air minum. Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Telur Hasil pengamatan uji kualitas telur ayam umur 43 minggu pada penelitian ini disajikan pada Tabel 5. Hasil analisis ragam terhadap kualitas telur ayam umur 42 minggu menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak gambir 20 mg kg-1 BB (R1) dan 40 mg kg-1 BB (R2) dalam air minum tidak mempengaruhi berat telur, persentase putih telur, persentase kuning telur, warna kuning telur, persentase kerabang telur, rataan tebal kerabang dan indeks telur. Suplementasi ekstrak gambir 40 mg kg-1 BB (R2) nyata (P<0.05) meningkatkan warna kerabang telur, tinggi putih telur dan Haugh Unit. Tabel 4 Hasil uji kualitas telur ayam umur 43 minggu Peubah Berat Telur (g) Berat Putih Telur (g) (%) Berat Kuning Telur (g) (%) Warna Kuning Telur Berat Kerabang Telur (g) (%) Warna Kerabang Telur Rata-rata Tebal Kerabang(mm) Indeks Telur Tinggi Putih Telur (mm) Haugh Unit (HU)

R0 54.20 ± 3.15 33.57 ± 2.85 61.98 ± 2.21 13.69 ± 0.87 25.19 ± 2.37 8.10 ± 0.22 6.94 ± 0.61 12.83 ± 1.00 8.20 ± 0.67b 0.35 ± 0.01 0.76 ± 0.03 8.51 ± 0.40 b 93.60 ± 1.38b

Perlakuan R1 56.38 ± 1.59 35.02 ± 2.04 62.04 ± 1.85 14.33 ± 0.46 25.46 ± 1.29 8.20 ± 0.57 7.03 ± 0.39 12.50 ± 0.95 8.50 ± 0.35ab 0.35 ± 0.01 0.74 ± 0.01 8.72 ± 0.27 b 94.08 ± 1.44b

R2 56.95 ± 1.20 34.82 ± 1.07 61.19 ± 2.48 15.00 ± 1.90 26.27 ± 2.81 8.20 ± 0.27 7.13 ± 0.28 12.54 ± 0.63 9.00 ± 0.00a 0.37 ± 0.01 0.78 ± 0.04 9.48 ± 0.67 a 97.40 ± 2.65a

Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05), R0 (Air minum kontrol), R1 (Air minum mengandung ekstrak gambir 20 mgkg-1 BB dalam air), R2 (Air minum mengandung ekstrak gambir 40 mgkg-1 BB dalam air)

Berat Telur Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata nilai rataan bobot telur perlakuan R2 (R0 + air minum mengandung gambir 40 mgkg-1 BB cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya pada umur 43 minggu. Potensi antioksidan dari ekstrak gambir yang diberikan mempunyai pengaruh dalam mengurangi stres oksidatif pada ayam petelur. Hal ini didukung oleh Kusumasari et al. (2013) yang menyatakan bahwa antioksidan mempunyai peran penting untuk mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas. Adanya antioksidan, meningkatkan kemampuan pertahanan tubuh sehingga dapat mengurangi timbulnya stres pada ternak yang dapat mencegah penurunan produksi telur terutama

9 bobot telur. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa kenaikan terjadi secara perlahan setelah 30 minggu dan akan mencapai berat maksimal setelah umur 50 minggu. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (2008) bahwa klasifikasi telur konsumsi berdasarkan bobotnya dibedakan menjadi tiga kategori yaitu kecil (kurang dari 50 gram), sedang (50-60 g), dan besar (lebih dari 60 g). Berdasarkan pernyataan tersebut telur dalam penelitian ini termasuk dalam kategori sedang. ISA (2011) menyatakan bahwa rata-rata bobot telur Isa Brown umur 41-43 minggu adalah 63.3-63.5 g butir. Hal ini menunjukkan bahwa rataan bobot telur yang dihasilkan lebih rendah dari standar. Rataan bobot telur yang rendah diduga karena temperatur lingkungan yang lebih tinggi dari zona nyaman ternak.

Persentase Putih Telur Rataan berat putih telur ayam pada penelitian ini berkisar antara 33.57 g sampai 35.02 g, dengan persentase berkisar antara 61.19 % sampai 62.04 %. Nilai rataan bobot dan persentase berat putih telur pada penelitian ini masih berada dalam kisaran normal standar putih telur, yaitu berkisar 60% - 63% (Yamamoto et al. 1996; Robert 2004). Suplementasi ekstrak gambir berpotensi sebagai antioksidan yang mempunyai pengaruh dalam mengurangi stres oksidatif yang disebabkan cekaman panas saat pemeliharaan sehingga, kebutuhan nutrien ternak terutama protein dapat tercukupi dari ransum yang diberikan yang akan mempengaruhi bobot dan persentase putih telur. Bell dan Weaver (2002) mengemukakan bahwa besar telur dalam batas tertentu akan meningkat apabila ketersediaan protein terpenuhi, karena diperlukan untuk membentuk albumen. Persentase Kuning Telur Rataan berat kuning telur ayam pada penelitian ini berkisar antara 13.69 g sampai 15.00 g, dengan persentase berkisar antara 25.19 % sampai 26.27 %. Persentase berat kuning telur ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan standar. Menurut Bell dan Weaver (2002), bahwa bobot kuning telur berkisar antara 30% - 32% dari total bobot telur. Rendahnya presentase berat kuning telur yang dihasilkan pada panelitian ini disebabkan karena selama penelitian suhu lingkungan kandang pada siang hari yang relatif tinggi yaitu 31.1°C – 31.6°C. Suhu lingkungan yang relatif tinggi dapat mempengaruhi fisiologis ayam secara langsung. Ternak akan lebih banyak mengkonsumsi air minum untuk mempertahankan suhu tubuhnya dibandingkan konsumsi ransum sehingga, kebutuhan nutrient tidak dapat terpenuhi dari ransum yang diberikan. Hal ini menyebabkan penuruan bobot dan persentase kuning telur. Amrullah (2004) melaporkan bahwa besar kecilnya kuning telur berkorelasi positif dengan besar kecilnya ukuran telur. Ukuran kuning telur akan meningkat ketika umur ayam bertambah yang diikuti oleh penurunan persentase kerabang dan albumen (Silversides dan Scott 2001). Warna Kuning Telur Nilai rataan warna kuning telur pada ayam umur 43 minggu penelitian ini adalah 8. Semakin tinggi skor warna kuning telur maka semakin baik kualitas telur tersebut (Muharlien 2010). Peningkatan warna kuning telur disebabkan karena kandungan karoten yang tinggi pada penggunaan jagung dalam ransum yaitu sebesar 55%. Selain itu juga karena zat warna kuning yang lebih dominan

10 pada senyawa fenol yang merupakan salah satu sifat tannin (Yeni 2007), misalnya dalam ekstrak gambir. Lenny (2006) melaporkan bahwa senyawa fenol merupakan zat warna merah, ungu, biru dan kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Pemberian pigmen warna kuning telur yang ada dalam ransum secara fisiologis akan diserap oleh organ pencernaan usus halus dan diedarkan ke organ target yang membutuhkan (Sahara 2011). Pigmen akan ditransfer ke kuning telur dan terjadi peningkatan warna kuning telur (Salma et al. 2007). Warna kuning telur dalam penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh kandungan karoten dalam ransum tetapi dipengaruhi juga oleh zat warna pada senyawa fenol yang terdapat dalam air minum mengandung ekstrak gambir. Persentase Kerabang Telur Nilai rataan berat kerabang telur pada ayam umur 43 minggu penelitian ini berada di atas kisaran normal. Rataan ini lebih besar dari hasil penelitian Mube et al. (2003) yang melaporkan bahwa persentase bobot kerabang telur untuk strain ISA-brown adalah 9.40-10.30%. Hal ini terjadi karena ayam betina yang dipelihara masih dalam usia produktif sehingga lebih efisien dalam membentuk dan mendeposit kalsium dan mineral lain yang diperlukan pada pembentukan kerabang (Romanoff dan Romanoff (1963). Kerabang telur mengandung sekitar 95% kalsium dalam bentuk kalsium karbonat dan sisanya seperti magnesium, fosfor, natrium, kalium, seng, besi, mangan, dan tembaga (Gary et al. 2009). Warna Kerabang Telur Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak gambir 40 mg kg-1 BB (R2) dalam ransum nyata meningkatkan (P<0.05) warna kerabang telur ayam umur 43 minggu (Tabel 5). Peningkatan warna kerabang dikarenakan kandungan tanin yang terdapat dalam gambir memiliki warna merah kecoklatcoklatan yang merupakan salah satu sifat dari tannin (Yeni 2007). Kandungan tannin yang berasal dari ekstrak gambir meningkatkan proses pigmentasi warna kerabang telur. Proses pigmentasi kerabang telur disebabkan oleh pigmen protoporphyrin. Protoporphyrin merupakan suatu senyawa yang diproduksi oleh sel-sel epitel yang ada di dinding uterus yang akan terdeposit di dalam permukaan kerabang telur (Liu et al. 2010). Anderson (2011) menyatakan bahwa beberapa senyawa protoporphyrin kemudian terserap ke dalam jaringan palisade kerabang telur. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan tannin ekstrak gambir meningkatkatkan pigmen protoporphyrin karena sifat yang dimiliki tannin sehingga berpengaruh terhadap warna kerabang telur. Rata-rata Tebal Kerabang Nilai rataan tebal kerabang telur ayam pada penelitian ini berkisar antara 0.35 mm sampai 0.37 mm. Nilai rataan tebal kerabang pada penelitian ini masih berada dalam kisaran normal, yaitu berkisar 0.30-0.40 mm (Yuwanta 2010). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak gambir mampu berperan dalam menyediakan kalsium yan digunakan untuk pembentukan kerabang. Ekstrak gambir mengandung zat aktif yang sebagian terdiri dari katekin yang berperan sebagai antioksidan alami. Antioksidan dapat meningkatkan kesehatan ternak, melalui mekanisme penurunan sistem laju respirasi, sehingga proses respirasi berjalan dengan baik terutama penurunan produksi karbondioksida (CO2) saat stres

11 oksidatif. Penurunan penguapan melalui panting menyebabkan penurunan produksi CO2 yang akan mempengaruhi peningkatan penyerapan kalsium karbonat (CaCO3) dalam ransum secara aktif. Menurut Gary et al. (2009), bahwa komposisi kerabang telur sekitar 95% adalah kalsium dalam bentuk kalsium karbonat. Kerabang telur memiliki sifat keras, halus, dilapisi kapur dan terikat kuat pada bagian luar dari lapisan membrane kulit luar (Winarno dan Koswara 2002). Kualitas kerabang telur tergantung dari kemampuan ternak ayam dalam mengabsorbsi kalsium yang ada dalam pakan. Kualitas kerabang telur ditentukan oleh tebal dan struktur kerabang telur. Indeks Telur Rataan indeks telur perlakuan berkisar antara 0.74 – 0.78. Nilai rataan indeks telur berada dalam kategori normal jika dibandingkan dengan nilai standar indeks telur. Menurut Nasution (2009), bahwa indeks telur yang baik berkisar 0.70-0.79. Indeks telur merupakan perbandingan antara lebar telur terhadap panjang telur (Suprijatna et al. 2005). Nilai indeks telur yang mendekati 1 artinya telur tersebut memiliki bentuk yang bulat sehingga kualitas telur rendah. Sodak (2011) melaporkan bahwa bentuk telur yang semakin bulat tersebut umumnya memiliki nilai indeks telur yang lebih tinggi. Hafez (2000) menyatakan bahwa kekurangan nutrien seperti Ca dan P dapat menimbulkan terjadinya bentuk kerabang telur yang tidak proporsional baik dari panjang maupun lebarnya. Bentuk kerabang telur yang tidak proposional akan sangat berpengaruh terhadap indeks telur yang dihasilkan. Tinggi Putih Telur dan Haugh Unit (HU) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak gambir 40 mgkg-1 BB (R2) dalam air mium nyata meningkatkan (p<0.05) tinggi putih telur dan Haugh Unit ayam umur 43 minggu. Tinggi putih telur merupakan indikator dalam pengukuran kualitas telur lainnya yaitu Haugh Unit. Level kadar katekin yang tinggi yang digunakan dalam penelitian dapat mempertahankan kekentalan putih telur. Suplementasi ekstrak gambir dalam air minum dapat mengurangi kehilangan gas CO2 dari telur sehingga dapat mempertahankan kemampuan ovomucin dalam menjaga kekentalan putih telur. Ovomucin merupakan glikoprotein berbentuk serabut dan dapat mengikat air membentuk struktur gel. Nilai Haugh Unit dipengaruhi oleh ketinggian albumin (putih telur) secara relatif terhadap bobot telur yang digunakan sebagai indikator kualitas penyimpanan telur (Wang et al. 2009). Tinggi putih telur dan Haugh Unit akan berkorelasi dalam penentuan kualitas telur. Semakin tinggi nilai Haugh Unit maka kualitas telur bagian dalam memiliki kesegaran telur yang semakin baik. Ovomucin sangat berperan dalam pengikatan air untuk membentuk struktur gel albumen, jika jala-jala ovomucin banyak dan kuat maka albumen akan semakin kental yang berarti viskositas albumennya tinggi. Selain itu, ketidakseimbangan antara kandungan protein kasar dan asam amino dapat menurunkan nilai Haugh Unit (Wu et al. 2005).

12 Pengaruh Perlakuan terhadap MDA Kuning Telur Tabel 5 Kadar MDA kuning telur ayam umur 43 minggu

-1

Kadar MDA (µg g sampel) Penurunan MDA kuning telur (%)

R0 5.67 ± 2.16 0

Perlakuan R1 5.46 ± 1.01 3.70

R2 5.56 ± 1.70 1.94

Keterangan : Hasil pengukuran MDA kuning telur (umur ayam 43 minggu); R0 (Ransum kontrol), R1 (R0 + air minum mengandung ekstrak gambir 20 mgkg-1 BB), R2 (R0 + air minum mengandung ekstrak gambir 40 mgkg-1 BB)

Malondialdehida (MDA) adalah salah satu indikator dari peroksidasi lipida dalam tubuh yang sering digunakan dan berhubungan dengan stres oksidatif (Sahin et al. 2007). Menurut Helliwell dan Gutteridge (1999) MDA merupakan produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas. Konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel. Suplementasi ekstrak gambir 20 mgkg-1 BB (R2) menurunkan kadar MDA sebesar 3.70 %, walaupun secara statistik tidak nyata dibandingkan perlakuan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Rayani (2015), bahwa pemberian ekstrak gambir dalam air minum untuk ayam petelur umur 40-43 minggu dapat menurunkan kadar MDA dalam darah mencapai 27.38%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak gambir berpotensi sebagai antioksidan untuk mengurangi pengaruh stres oksidatif pada ayam walaupun persentate penurunnya pada MDA kuning telur lebih rendah dibandingkan MDA dalam darah. Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA. Adanya katekin mengindikasikan bahwa ekstrak gambir mempunyai aktivitas antioksidan pada ayam petelur. Gambir sebagai antioksidan yang bereaksi dengan radikal bebas untuk membentuk produk yang lebih stabil. Peran antioksidan adalah untuk mengubah bentuk radikal bebas ke dalam ikatan-ikatan yang aman sehingga menghentikan proses peroksidasi lipid. Efek antioksidan senyawa fenolik dikarenakan sifat oksidasi yang berperan dalam menetralisasi radikal bebas (Panovska et al. 2005). Besarnya kandungan antioksidan yang terkandung dalam ekstrak gambir maka akan semakin besar potensinya dalam menurunkan MDA karena peran antioksidan yaitu menghambat terjadinya peroksidasi lipid.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Suplementasi ekstrak gambir 40 mg kg-1 BB meningkatkan warna kerabang telur, tinggi putih telur dan Haugh Unit serta berpotensi sebagai antioksidan pada ayam petelur Isa Brown umur 39-43 minggu yang ditunjukkan oleh menurunnya kadar MDA dalam telur.

13 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan level ekstrak gambir yang sesuai untuk melihat penggunaan ekstrak gambir yang optimal dan kadar antioksidan dalam ekstrak gambir yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Ed ke-3. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunungbudi. Anderson KE, Al-Batshan HA, Scheideler SE, Black BL, Garlich JD. 1994. Duodenal calcium uptake, femur ash, and eggshell quality decline with age and increase following molt. Poult Sci. 73:1590–1596. Arakawa H, Masako M, Robuyusi S, Miyazaki. 2004. Role of Hydroge Peroxide in Bactericidal Action of Catechin. Biological and Pharmaceutical Bulletin. 27: 227- 288. Bell D, Weaver WD. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. Ed ke-5. New York (US): Springer Science and Business Media. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Prakiraan Cuaca Indonesia 2013. Jakarta (ID): Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia 2013. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. Gary D, Butcher DVM, Miles R. 2009. Ilmu Unggas, Jasa Ekstensi Koperasi, Lembaga Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida. Florida (US): Gainesville. Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7. Lea & Febiger. Philadelphia (P): 385-393. 394-398. Hasti S, Husni M, Amri B. 2012. Uji aktivitas hepatoproteksi dan toksisitas akut dari ekstrak gambir terstandarisasi. Penelitian Farmasi Indonesia. 1:34-38. Halliwell B, Gutteridge JMG. 1999. Free Radical in Biology and Medicine. Ed ke-3. Oxford (GB): Oxford Univ Pr. 105 -220. ISA. 2011. Isa Brown Commercial Layer Production Chart. A Hendrix Genetics Company. Kusumasari DP, Mangisah I, Estiningdriati I. 2013. Pengaruh penambahan vitamin a dan e dalam ransum terhadap bobot telur dan mortalitas embrio ayam kedu hitam.J Anim Agri. 2(1): 191 – 200 Lemmens RHMJ, Wulijarni Soetjipto N. 1999. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. Bogor (ID): Balai Pustaka. Leeson S, Summers JD. 2001. Nutrition of the Chicken. 4th Ed. Ontarion, Canada (CA): University Books, Guelph. Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. Ed ke-3. Nottingham (US): Nottingham Univ Pr. Lenny S. 2006. Senyawa flavonoida, fenilpropanoida dan alkaloida [skripsi] Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

14 Liu HN, Liu Y, Hu LL, Suo YL, Zhang L, Jin F, Feng XA, Teng N, Li Y. 2014. Effects of dietary supplementation of quercetin on performance, egg quality, cecal microflora populations, and antioxidant status in laying hens. Poult Sci 93 : 347–353 Mube I, Rapp C, Bain MM, Nyss V. 2003. Supplementation of corn-soybean meal diet with manganese, copper and zinc from organic or inorganic sourcesimproves eggshell quality in age laying hens. Poult Sci. 82:1903 1913. Muharlien. 2010. Meningkatkan kualitas telur melalui penambahan teh hijau dalam pakan ayam petelur. Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 5: 32-37. Mujahid A, Akiba Y, Toyomizu M. 2007. Acute heat stres incudes oxidative stres and decreases adaption in young white leg-horn cockerels by down regulation of avian uncoupling protein. Poult Sci. 86:364-371. Nasution, Saddat, Adrizal. 2009. Pengaruh Pemberian Level Protein-Energi Ransum Yang Berbeda Terhadap Kualitas Telur Ayam Buras. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang. Nazir N. 2000. Gambir, budidaya, pengolahan hasil dan prospek diversifikasinya. Padang (ID): Yayasan Hutanku. Panovska TK, Kulevanova S, Stefova. 2005. In Vitro Antioxidant Activity of Some Teucrium Spesies (Lamiaceae). Acta Pharm. 55 : 207-214. Rayani TF. 2015. Pemberian ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai antioksidan dalam air minum terhadap performa ayam petelur Isa Brown umur 40-43 minggu [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor Rice Evans C, Anthony TD. 1991. Techniques In Free Radical Research. Elsevier. Pp 146-202 Roberts JR. 2004. Factors affecting egg internal quality and egg shell quality in laying hens. Poult Sci. 41: 161-177. Romanoff AL, Romanoff AJ. 1963. The Avian Egg. Ed ke-2. New York (US): John Willey Sons Inc. Sahara E. 2011. Penggunaan kepala udang sebagai sumber pigmen dan kitin dalam pakan ternak. Agrinak. 1(1) : 31-35. Sahin N, Orhan C, Tuzcu M, Sahin K, Kucuk O. 2007. The effect of tomato powder supplementation on performance and lipid peroxidation in quail. Poult Sci.87:276–283. Salma U, Miah AG, Tareq KMA, Maki T, Tsujii H. 2007. Effect of Dietary Rhodobacter capsulatus on Egg-Yolk Cholesterol and Laying Hen Performance. Poult Sci. 86 : 714–719. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2008. Telur Ayam Konsumsi SNI-3926:2008. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional. Silversides FG, T A Scott. 2001. Effect of storage and layer age on quality of eggs from two line of hens. Poult Sci. 80: 1240-1245. Sodak FJ. 2011. Karakteristik Fisik Dan Kimia Telur Ayam Arab Pada Dua Peternakan Di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Ke-3. Terjemahan. Jakarta (ID): PT Gramedia. Suprijatna EU, Atmomarsono, R Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

15 Valko M, D Leibfritz J, Moncol M T, Cronin MM, Telser J. 2006. Free Radical, metal and antioxidant in oxidative stres induced cancer. Chem Biol. 160:1-40. Wang JP, Yoo JS, Lee JH, Zhou TX, Jang HD, Kim HJ, Kim IH. 2009. Effects of phenyllactic acid on production performance, egg qualityparameters, and blood characteristics in laying hens. J. Appl. Poult. Res.18:203–209 Winarno FG, Koswara S. 2002. Telur:Komposisi, Pengamatan dan Pengolahannya. Bogor (ID): M-Brio Pr. Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID): Kanisius. Wu G, Bryant MM, Voitle RA, Roland SDA. 2005. Effect of dietary energy on performance and egg composition of Bovans white and Dekalb white hens during phase I. Poult Sci. 84:1610–1615. Yamamoto T, Juneja LR, Hatta H, Kim M. 2007. Hen Eggs: Basic and Applied Science. Canada (CA): Alberta Univ Pr. Yeni G. 2007. Diversifikasi Produk Gambir. Padang (ID): Balai Riset dan Standarisasi Industri dan Perdagangan Padang Yuwanta T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.

16 Lampiran 1 Hasil analisis ragam panjang telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK 9.185 31.137 40.322

KT 4.592 2.595

Fhit 1.770

Sig .212

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 2 Hasil analisis ragam lebar telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK .412 16.020 16.432

KT .206 1.335

Fhit .154

Sig .859

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 3 Hasil analisis ragam indeks telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK .003 .013 .015

KT .001 .001

Fhit 1.215

Sig .331

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 4 Hasil analisis ragam bobot telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK 21.066 55.608 76.674

KT 10.533 4.634

Fhit 2.273

Sig .146

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 5 Hasil analisis ragam bobot putih telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK 6.175 53.694 59.869

KT 3.087 4.475

Fhit .690

Sig .520

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 6 Hasil analisis ragam bobot kuning telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK 4.291 18.325 22.616

KT 2.145 1.527

Fhit 1.405

Sig .283

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

17 Lampiran 7 Hasil analisis ragam bobot kerabang telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK .090 2.403 2.493

KT .045 .200

Fhit .226

Sig .801

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 8 Hasil analisis ragam tinggi albumen SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK 2.608 2.727 5.335

KT 1.304 .227

Fhit 5.739

Sig .018

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 9 Hasil uji lanjut duncan tinggi albumen Subset for alpha = 0.05

Perlakuan

N

0

5

8.5160

1

5

8.7240

2

5

1

2

9.4860 .503

Sig.

1.000

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 10 Hasil analisis ragam skor warna kuning telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK .033 1.800 1.833

KT .017 .150

Fhit .111

Sig .896

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 11 Hasil analisis ragam skor warna kerabang telur SK Perlakuan Galat Total

db 2 12 14

JK 1.633 2.300 3.933

KT .817 .192

Fhit 4.261

Sig .040

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

18 Lampiran 12 Hasil uji lanjut duncan skor warna kerabang telur Subset for alpha = 0.05

Perlakuan

N

0

5

8.2000

1

5

8.5000

2

5

1

2 8.5000 9.0000

.300

Sig.

.096

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 13 Hasil analisis ragam haugh unit SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK 42.907 44.039 86.946

KT 21.454 3.670

Fhit 5.846

Sig .017

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 14 Hasil uji lanjut duncan Haugh Unit Subset for alpha = 0.05

Perlakuan

N

0

5

93.5940

1

5

94.0800

2

5

1

2

97.4000 .695

Sig.

1.000

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 15 Hasil analisis ragam rata-rata tebal kerabang SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK .001 .002 .003

KT .000 .000

Fhit 3.650

Sig .058

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

19 Lampiran 16 Hasil analisis ragam persentase bobot putih telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK 2.270 57.836 60.106

KT 1.135 4.820

Fhit .235

Sig .794

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 17 Hasil analisis ragam persentase bobot kuning telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK 3.181 60.840 64.020

KT 1.590 5.070

Fhit .314

Sig .737

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 18 Hasil analisis ragam persentase berat kerabang telur SK Perlakuan Galat Total

Db 2 12 14

JK .312 9.225 9.537

KT .156 .769

Fhit .203

Sig .819

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

20

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Januari 1993 di Lampung Tengah dari ayah I Made Liyah dan ibu Made Diasmiati. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanakkanak Xaverius Seputih Mataram, Lampung Tengah pada tahun 1997 dan diselesaikan pada tahun 1999. Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 1999 di SD Negeri 1 Fajar Mataram, Seputih Mataram dan diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTP N 1 Kurnia Mataram, Seputih Mataram dimulai pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTA N 1 Fajar Mataram, Seputih Mataram pada tahun 2008 dan diselesaikan pada tahun 2011. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Penulis aktif dalam divisi kerohanian dan sosial lingkungan UKM Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma IPB periode 20011-2013. Penulis aktif dalam Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) periode 2013-2015 sebagai Penaggung Jawab Kebun. Penulis aktif dalam Organisaasi Brahmacarya Bogor sebagai pengurus periode 2013-2015. Penulis pernah mengikuti lomba atletik lompat jauh dan sprint 10 meter dalam acara DEKAN CUP Fakultas Peternakan dan menjadi juara 1 lompat jauh putri dan juara 1 sprint 100 meter putri secara berturut-turut dari tahun 2013-2014 dan juara 3 sprint 100 meter putri pada tahun 2015. Penulis pernah mengikuti lomba atletik lompat jauh dan sprint 10 meter dalam acara Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) dan menjadi juara 3 lompat jauh putri. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa Mandiri Edukasi pada tahun 2011-2013. Selain itu penulis juga menjadi penerima beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) dari donatur Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA) pada tahun 2013-2014 dan penerima beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) dari donatur Perusahaan Gas Negara (PGN) pada tahun 2014-2015.

UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas asung kerta wara nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi sebagai salah satu syarat mendapat gelar kesarjanaan dari program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang kepada Ibu Prof Dr Ir Sumiati, MSc selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi I, Ibu Dr Ir Rita Mutia, MAgr selaku dosen pembimbing skripsi II atas segala bimbingan, kesabaran, dukungan, sumbangan ide dan materi

21 yang telah diberikan. Terima kasih sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Asep Sudarman, MRur Sc dan Ibu Dr Ir Niken Ulupi, MS selaku dosen penguji sidang pada Jumat tanggal 19 Juni 2015 atas segala saran dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dilla Mariestia Fassah, SPt, MSc selaku dosen pembahas seminar yang telah memberikan saran yang sangat bermanfaat pada Kamis tanggal 27 November 2014. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayah (I Made Liyah) dan Ibu (Made Diasmiati) sebagai orang tua yang telah membantu dalam berbagai hal terutama kasih sayangnya yang tulus, motivasi dan inspirasi yang sangat membangun, serta kakak dan adik-adik saya (Ni Wayan Marliasari, Ni Komang Elma Liana, I Putu Wahyu Diasmika, Ni Made Regina Prameswari) dan juga teman terkasih saya (I Wayan Samudra Kusuma Wijaya) yang selalu menjadi semangat untuk penulis. Terima kasih penulis sampaikan pula kepada Ibu Lanjarsih, SPt, Bapak Arif Darmawan, SPt, MSc dan Bapak Ucup sebagai staf Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas dan Laboratorium Lapang Nutris Unggas Blok C, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan yang telah membantu selama penelitian ini dilaksanakan, kepada Tera Fit Rayani selaku teman satu penelitian selama pengumpulan data atas semua dukungan, suka duka, dan bantuannya. Kepada teman-teman yang telah ikut membantu serta keluarga Nutrisi 48 (DESOLATOR) atas semua bantuan dan dukungannya. Kepada keluarga KMHD IPB terima kasih atas doa dan dukunganya. Semoga atas selesainya tugas akhir ini, gelar kesarjanaan penulis dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya untuk semua kalangan masyarakat.