A GIDELINE FOR CAMERA-READY PAPERS OF

Download sebesar 5,99, sedangkan keseimbangan perekonomian Indonesia terjadi pada Pendapatan Nasional ..... Kurva Keseimbangan Pasar Barang dan Pasa...

0 downloads 473 Views 945KB Size
Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

12 Pages

ISSN 2302-0172 pp. 85- 96

EFEKTIFITAS ANTARA KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : PENDEKATAN MODEL IS – LM Safriadi1, Raja Masbar2, Sofyan Syahnur3 1)

Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Email : [email protected] Telp : 081360038427

Abstract: This study aims to see the effective policy was implemented between monetary policy and fiscal policy for the Indonesian economy. The data used are secondary data from the annual time series from 1984 to 2012. The research variables are estimated by the IS-LM model using Simultaneous Equation method and solved by Two Stage Least Square (TSLS). The policy will be more effective if it will be able to influence Gross Domestic Product or National Income bigger than other policy. The ability of the policy influence Gross Domestic Product shows by its multiplier. The research results show that monetary multiplier is 3.21, fiscal multiplier is 5.99 and the equilibrium occurs in a national income at 2,021,379.65 billions and an interest rate at 14.74 percent. The conclusion of this research states that, fiscal policy is more effective on influencing Indonesia National Income rather than monetary policy. Based on the IS-LM equilibrium value is obtained, it is seen that there is considerable scope for the government to increase national income, which the government must consistently maintain a stable interest rates and encouraging policies that can improve the real sector to offset the loose monetary policy, so that the economy can continue to grow and stability is maintained. Keywords : fiscal policy, monetary policy, IS-LM model, fiscal policy multiplier, monetary policy multiplier, simultaneous equation. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat kebijakan mana yang efektif dilaksanakan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal bagi perekonomian Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder time series tahunan dari tahun 1984-2012. Variabel penelitian diestimasi dengan Model IS–LM dengan menggunakan Metode Persamaan Simultan dan diselesaikan dengan Two Stage Least Square (TSLS). Kebijakan dikatakan lebih efektif jika kebijakan tersebut mampu mempengaruhi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih tinggi dibandingkan kebijakan yang lain. Kemampuan kebijakan tersebut dalam mempengaruhi peningkatan PDB ditunjukkan oleh besaran multiplier dari kebijakan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa multiplier kebijakan moneter sebesar 3,21 dan multiplier kebijakan fiskal sebesar 5,99, sedangkan keseimbangan perekonomian Indonesia terjadi pada Pendapatan Nasional sebesar 2.021.379,65 miliar Rupiah dan tingkat bunga sebesar 14,74 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal akan lebih efektif dalam mempengaruhi Produk Domestik Bruto dibandingkan dengan kebijakan moneter. Berdasarkan nilai keseimbangan IS–LM yang diperoleh, terlihat bahwa masih terdapat ruang bagi pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Nasional, dimana pemerintah harus konsisten menjaga tingkat bunga yang stabil dan mendorong kebijakan yang dapat meningkatkan sektor riil dengan diimbangi kebijakan moneter yang longgar, sehingga perekonomian dapat terus tumbuh dan stabilitas tetap terjaga. Kata Kunci : kebijakan fiskal, kebijakan moneter, model IS-LM, multiplier kebijakan fiskal, multiplier kebijakan moneter, persamaan simultan.

peningkatan pendapatan. Untuk mewujudkan tujuan

PENDAHULUAN

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan 85 -

masyarakatnya

dalam

Volume 2, No. 4, November 2014

bentuk

tersebut, siklus ekonomi merupakan fenomena ekonomi yang tidak dapat dihindarkan, berupa fase

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala booming, kontraksi, normal maupun dalam keadaan

Pada kondisi ini tidak diperlukan adanya koordinasi

melesu (depressi). Untuk mengantisipasi fluktuasi

kebijakan. Dalam jangka pendek, tidak adanya

yang berlebihan pada siklus ekonomi, dikenal ada

koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan

dua kebijakan pemerintah yaitu kebijakan fiskal dan

moneter akan menyebabkan efektivitas kebijakan

kebijakan moneter.

menjadi berkurang.

Secara teoritis maupun empiris, kebijakan

Krisis ekonomi memberi pelajaran kepada

moneter dan fiskal mempunyai peranan yang sangat

bangsa Indonesia bahwa beberapa indikator–

strategis dalam rangka stabilisasi perekonomian,

indikator ekonomi makro yang memuaskan belum

yaitu melalui penyeimbangan permintaan agregat

menjadi jaminan bahwa kondisi ekonomi Indonesia

dan penawaran agregat. Walaupun kebijakan

memang

moneter dan fiskal berdampak pada struktur dan

pertumbuhan dan kegiatan ekonomi seperti pada

kondisi ekonomi yang berlainan, keduanya dapat

masa sebelum krisis ekonomi pada akhir dekade

digunakan secara simultan untuk mencapai dua

1990–an

sasaran

misalnya

menstabilisasi perekonomian adalah kebijakan fiskal

pencapaian keseimbangan internal (stabilitas harga)

dan moneter. Pada saat ekonomi dirasakan berjalan

dan keseimbangan eksternal (neraca pembayaran).

terlalu lambat dari yang seharusnya ditandai dengan

Dalam kondisi tersebut, kebijakan moneter dan

rendahnya pertumbuhan dan tingginya tingkat

fiskal

dikoordinasikan

pengangguran, maka dengan kebijakan fiskal dan

sedemikian rupa agar stimulus yang dihasilkan oleh

moneter yang tepat diharapkan dapat mendorong

kedua kebijakan tersebut dapat diarahkan untuk

perekonomian

mempengaruhi perekonomian, dalam artian tidak

pengangguran dapat ditekan. Sedangkan pada saat

saling meniadakan atau bahkan menimbulkan

perekonomian dianggap terlalu laju yang ditandai

pengaruh

dapat

dengan pertumbuhan yang tinggi dan tingkat inflasi

dan

yang juga tinggi, kebijakan fiskal dan moneter

pencapaian neraca pembayaran yang sehat secara

diharapkan dapat menekan dan mengarahkan

bersama-sama.

perekonomian agar terhindar dari dampak negatif.

stabilitas

dapat

mendukung

yang

dikelola

yang

berlainan,

atau

berlebihan,

pencapaian

sehingga

stabilitas

harga

Aplikasi kebijakan fiskal dan kebijakan

kuat.

Untuk

pilihan

mencapai

kebijakan

tumbuh

tingkat

ekonomi

lebih

cepat

untuk

dan

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter

moneter dalam perkembangannya melahirkan suatu

merupakan

campuran kebijakan (policy mix) yang kemudian

makroekonomi yang memiliki target yang harus

menyebabkan berkembangnya kajian–kajian tentang

dicapai baik dalam jangka pendek dan jangka

koordinasi kebijakan fiskal dan moneter. Beberapa

panjang. Sudah lama terjadi perdebatan antara

kajian tentang koordinasi kebijakan tersebut

kebijakan fiskal dan moneter. Di satu sisi, kebijakan

menemukan

panjang

moneter diarahkan pada pencapaian target menjaga

kebijakan fiskal dan moneter tidak bertentangan satu

stabilitas tingkat harga. Sementara itu disisi lain

sama lain dalam mencapai pertumbuhan ekonomi.

kebijakan

bahwa,

dalam

jangka

bagian

fiskal

integral

ditetapkan

dari

untuk

Volume 2, No. 4, November 2014

kebijakan

mencapai - 86

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pertumbuhan ekonomi. Hal ini kemudian yang

Variabel Eksogen:

menyebabkan

antara

Gt

= G0.................................................

(5)

pencapaian stabilitas harga dan pertumbuhan

Xt

= X0.................................................

(6)

ekonomi terutama dalam jangka pendek. Kebijakan

Mst = Ms0 ............................................

(7)

defisit fiskal yang tinggi dapat menyebabkan

Persamaan Identitas:

munculnnya

trade-off

kenaikan tingkat inflasi, sebaliknya perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi juga memberikan

= Ct + It + Gt + Xt – Mt .................

(8)

Mst = Mdt ..............................................

(9)

Yt

dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi. Perkembangan

perekonomian

yang

semakin

dinamis dan terintegrasi dengan perekonomian dunia memberikan implikasi penting bagi para pelaku ekonomi terutama dalam pengambilan kebijakan makroekonomi. Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi yang baik akan memberikan sinyal positif bagi pasar dan menjaga stabilitas makroekonomi.

Dimana: Yt = Produk domestik bruto (PDB) Ydt = Disposible income Ct = Konsumsi Ct-1 = Konsumsi sebelumnya It = Investasi It-1 = Investasi sebelumnya Gt = Pengeluaran pemerintah Xt = Ekspor Mt = Impor Mt-1 = Impor sebelumnya it = Tingkat bunga (Interest Rate) Kurst = Nilai Tukar

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan teknik analisa

Pada model persamaan simultan, dalam Hal

model Persamaan Simultan. Selanjutnya dari hasil

persamaan tersebut diidentifikasi, jumlah dari

estimasi persamaan dibuat model persamaan kurva

predeterminded yang dikeluarkan dari persamaan

IS dan kurva LM sebagai dasar untuk menentukan

tidak boleh lebih sedikit dari jumlah variabel

efektivitas antara kebijakan fiskal dan kebijakan

endogen yang dimasukkan dalam persamaan

moneter di Indonesia, yang nantinya kita akan bisa

dikurangi dengan 1, yaitu :

melihat kebijakan manakah yang mempunyai peran

K–k ≥ m−1

besar dalam kasus perekonomian di Indonesia. Berdasarkan variabel yang telah disusun dalam penelitian ini, maka dibuat model persamaan sebagai berikut: Persamaan Struktural: Ct

= β1 + α1Ydt + α2Ct-1 + et1...............

(1)

It

= β2 + α3Yt +α4it + α5It-1 + et2..........

(2)

Mt

= β3 + α6Yt + α7 Kurst + α8Mt-1 + et3 ......................................................

(3)

Mdt = β4 + α9Yt + α10it + et4...................

(4)

87 -

Volume 2, No. 4, November 2014

........................... (10)

Dimana : M : Jumlah variabel endogen dalam model. m : Jumlah variabel endogen dalam persamaan yang diberikan. K : Predeterminded variable dalam model. k : Predeterminded variable dalam persamaan yang diberikan. Kriteria yang digunakan untuk menentukan persamaan simultan adalah :

1. Jika K −κ = m −1 , maka persamaan tersebut just identified, persamaan just identified diselesaikan dengan Indirect Least Square (ILS)

2. Jika K −κ > m −1 , maka persamaan tersebut

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala over identified, persamaan over identified

Sedangkan kebijakan fiskal hanya menaikkan

diselesaikan dengan Two Stage Least Square

suku bunga dan tidak menimbulkan sesuatu

(2SLS).

perubahan terhadap pendapatan nasional. Kenaikan

3. Jika K −κ < m −1 maka persamaan tersebut

pendapatan nasional yang tidak menimbulkan

unidentified atau tidak dapat diidentifikasi.

kenaikan terhadap pendapatan nasional tersebut

Metode 2SLS digunakan untuk model regresi

disebut crowding out yaitu suatu proses dalam

persamaan simultan yang mengandung persamaan-

perekonomian di mana kenaikan pengeluaran

persamaan yang over identified. Meskipun demikian,

pemerintah diikuti dengan kemerosotan investasi

2SLS juga bisa digunakan untuk mnyelesaikan

oleh swasta. Kemerosotan investasi swasta tersebut

persamaan

ini

diakibatkan oleh kenaikan suku bunga. Dalam

dikembangkan oleh Henri Theil dan Robert

kondisi full crowding out pengeluaran agregat (AE)

Basmann (Gujarati, 2012).

tidak mengalami perubahan karena meskipun G

yang

identified.

Metode

meningkat disisi lain I menjadi berkurang. KAJIAN PUSTAKA

2)

Efektivitas Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam dunia nyata, pilihan kebijakan mana yang lebih tepat antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter senantiasa terus menjadi bahan perdebatan klasik. Bersamaan dengan itu telah dilakukan

penelitian-penelitian

dalam

rangka

memilih kebijakan yang lebih efektif, namun penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yang

Pandangan Keynesian Terhadap Kebijakan Fiskal Dan Moneter Keynesian lebih menekankan kebijakan fiskal

untuk mempengaruhi kegiatan perekonomian. Keynesian setuju ada kaitan antara uang beredar dengan aktivitas perekonomian, tetapi menolak pendapat monetaris yang mengatakan uang beredar sebagai penyebab utama berfluktuasinya kegiatan perekonomian. Pemikiran Keynesian berdasar pada:

berbeda untuk masing-masing negara dan waktu penelitian. Sampai sekarang perdebatan tersebut terus berlangsung, perbedaan mazhab pemikiran menghasilkan solusi yang berbeda.

(a). Sensitivitas permintaan uang untuk spekulasi, dimana

Pandangan Kaum Klasik Terhadap Kebijakan Fiskal dan Moneter Menurut ekonom klasik permintaan uang tidak

ditentukan oleh tingkat suku bunga tetapi ditentukan oleh permintaan masyarakat akan uang untuk membiayai transaksi. Menurut ekonom klasik uang tidak digunakan untuk spekulasi dan oleh sebab itu permintaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga.

suku

bunga

akan

menimbulkan perubahan yang besar terhadap permintaan

1)

perubahan

uang

untuk

spekulasi

(dan

berpengaruh terhadap permintaan uang secara keseluruhan). Secara grafik hal ini berarti kurva permintaan uang akan elastis/landai dan kurva LM juga akan menjadi elastis/landai. (b). Sensitivitas kurva MEI (Marginal Efficiency of Investment), dimana investasi oleh pihak swasta ditentukan oleh faktor-faktor: suku bunga, tingkat pengembalian modal, kemajuan teknologi dan Volume 2, No. 4, November 2014

- 88

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ramalan mengenai ekonomi masa datang dan

dan sifat ini secara grafis digambarkan kurva MEI

tingkat pendapatan nasional. Oleh karena investasi

yang landai, karena kurva MEI landai maka kurva

bergantung kepada banyak faktor maka kurva

IS juga landai.

MEI yang menggambarkan keinginan untuk investasi pada berbagai tingkat suku bunga adalah tidak elastis atau curam.

Menurut Keynesian karena kurva IS curam dan kurva LM landai maka kebijakan fiskal relatif lebih efektif karena pertambahan pendapatan nasional cukup besar dan kenaikan

HASIL PEMBAHASAN Perkembangan Sektor Riil Pertumbuhan

ekonomi

Indonesia

sangat

dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi domestik (C). Sebagaimana terlihat pada Gambar 1, tingkat konsumsi

masyarakat

terhadap

PDB

terus

meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun

suku bunga relatif kecil.

1998 yang sempat menurun karena terjadi krisis

3) Pandangan Monetaris Terhadap Kebijakan Fiskal Dan Moneter

ekonomi. Sepanjang tahun 1984 sampai 2012

Menurut moneteris kebijakan yang paling tepat

tingkat konsumsi masyarakat Indonesia dalam mempengaruhi PDB adalah sebesar 47,2 persen.

untuk menstabilkan perekonomian adalah kebijakan

Kontribusi pertumbuhan investasi terhadap

moneter. Mereka percaya kebijakan moneter

PDB sebesar rata–rata 30,4 persen, masih jauh dari

mempunyai dampak langsung terhadap kegiatan

yang diharapkan. Karena investasi merupakan

perekonomian. Pendapat ini didasarkan pada

komponen penting dalam menentukan prospek

pemikiran bahwa permintaan uang untuk spekulasi

ekonomi jangka panjang, peran investasi diharapkan

adalah tidak penting, menurut mereka uang terutama

meningkat di masa mendatang..

untuk membiayai transaksi.

Selanjutnya pengeluaran pemerintah setiap

Berdasarkan pendapat moneteris permintaan

tahunnya terus meningkat, akan tetapi rasionya

uang adalah tidak sensitif terhadap perubahan suku

terhadap PDB senantiasa berfluktuasi dari tahun ke

bunga, berarti permintaan uang tidak elastis dan

tahun, dan kalau dirata–ratakan tingkat pengeluaran

bentuk kurva LM curam. Kurva permintaan uang

pemerintah Indonesia dalam mempengaruhi PDB

yang tidak elastis akan menyebabkan kurva LM

adalah sebesar 20,2 persen. Ketika faktor–faktor lain

juga tidak elastis. Selain itu kaum moneteris

cenderung menurun perannya dalam perekonomian,

berpendapat suku bunga merupakan penentu utama

maka peran pemerintah yang harus meningkatkan

tingkat investasi yang akan dilakukan oleh pihak

kinerja

swasta. Dengan demikian pengeluaran ini sangat

meningkatkan pengeluaran belanja.

sensitif terhadap perubahan-perubahan suku bunga

89 -

Volume 2, No. 4, November 2014

perekonomian

tersebut

dengan

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Gambar 1. Perkembangan Sektor Rill Indonesia Tahun 1984–2012.

PDB (Y) C

Milyar (Rp)

I X M G

Tahun

Indikator sektor keuangan selanjutnya yang

Perkembangan Sektor Moneter Sektor keuangan yang menjadi variabel dalam

digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku

penelitian meliputi: jumlah uang beredar (Ms),

bunga (SBI). Perkembangan suku bunga deposito

jumlah permintaan uang (Md), tingkat suku bunga

tiga bulan di Indonesia selama tahun 1984 sampai

(i) dan kurs Rupiah terhadap US Dolar (kurs).

dengan 2012 yang menunjukkan angka berfluktuasi

Permintaan uang riil yang dipakai dalam penelitian

dari tahun ke tahun. Tingkat suku bunga tertinggi

ini adalah permintaan atas saldo riil uang kartal dan

adalah sebesar 25 % pada tahun 1999, serta yang

uang giral (M1). Karena permintaan uang

terendah ada pada tahun 2012 dengan tingkat suku

diasumsikan sama dengan penawaran uang, maka

bunga sebesar 5,77 persen. Namun kalau dirata–

jumlah permintaan uang (M1) menunjukkan tren

ratakan tingkat suku bunga di Indonesia selama

yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

kurun waktu 1984–2012 adalah sebesar 14,63

Indikator sektor keuangan yang lain adalah nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika (Kurs). Kurs dari tahun 1984 terus mengalami depresiasi hingga puncaknya saat krisis ekonomi tahun 1998, rupiah melemah sampai 244 persen. Pasca Krisis ekonomi

Tahun

1998

Kurs

mengalami

perkembangan yang fluktuatif, dimana sempat terapresiasi sebesar 21 persen pada tahun 1999, namun kembali terdepresiasi lagi sampai 28 persen pada tahun 2001, yang selanjutnya sampai dengan sekarang perkembangan Kurs Rupiah terhadap

persen. Hasil Uji Stasionaritas Untuk menghindari regresi lancung, peneliti melakukan

pengujian

sifat

data

dengan

menggunakan uji akar–akar unit (unit roots test). Pengujian akar–akar unit yang dipergunakan pada penelitian ini adalah uji Philips–Perron (PP), adapun hasil uji Philips–Perron (PP) untuk data series selama tahun 1984–2012 ditunjukkan oleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat bahwa hasil

Dollar Amerika mengalami tren naik turun. Volume 2, No. 4, November 2014

- 90

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala uji pada tingkat level belum ada data yang stasioner,

ada data yang stasioner pada tingkat level, maka

ditunjukkan dengan hasil tes masih belum lebih

kemudian diuji kembali pada tingkat difference.

negatif dari nilai kritis Mac Kinnon. Karena belum

Tabel 1. Hasil Uji Stasionaritas No 1 2 3 4 5 6 7

Variabel Produk Domestik Bruto (Y) Konsumsi (C) Investasi (I) Impor (M) Permintaan Uang (Md) Nilai Tukar (Kurs) Tingkat Bunga (i)

Level 2,323 0,751 4,930 0,507 13,418 -2,340 -2,839

Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada first difference, semua variabel sudah menghasilkan nilai tes sangat signifikan dengan tingkat kesalahan 1

Nilai Philips-Perron (PP) Differensi 1 Differensi 2 -5,290*** -24,199*** *** -5,824 -20,497*** *** -5,290 -22,549*** *** -6,874 -22,336*** -3,066 -13,339*** *** -6,523 -28,308*** *** -12,082 -13,671***

Kinnon. Sehingga diuji lagi pada second differences,

Signifikan pada level *** 1% ** 5% * 10%

dan hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel sudah stasioner. Identifikasi Persamaan Simultan

persen, kecuali variabel permintaan uang (Md) yang nilai tesnya belum lebih negatif dari nilai kritis Mac

Ket.

Sesuai dengan kriteria identifikasi persamaan simultan, identifikasi persamaan simultan dalam penelitian ini seperti terlihat pada tabel. 2.

Tabel 2. Identifikasi Persamaan Simultan Persamaan

K

k

M

(K-k)

(m-1)

Identifikasi

Konsumsi

6

1

2

5

1

Overidentified

Investasi

6

2

2

4

1

Overidentified

Impor

6

2

2

4

1

Overidentified

Permintaan Uang

6

1

2

5

1

Overidentified

Persamaan simultan dalam penelitian ini

Hasil regresi persamaan simultan dengan

adalah overidentified. Persamaan overidentified

metode TSLS menggunakan program eviews 7

diselesaikan dengan Two stage least squared (TSLS).

adalah sebagai berikut :

TSLS merupakan metode persamaan tunggal

1. Persamaan Konsumsi

dengan adanya korelasi antara variabel-variabel gangguan dan variabel-variabel

bebas, sehingga

teknik OLS diterapkan pada persamaan struktural secara terpisah, sehingga bias simultan dapat dihilangkan. Hasil Regresi Persamaan Simultan 91 -

Volume 2, No. 4, November 2014

Ct =

-24517,18 + 0,545Ydt + 0,111Ct-1 ........................

2. Persamaan Investasi It = 188811,3 + 0,33Yt – 12104,98 it – 0,16It-1 ............................ (12) 3. Persamaan Impor Mt = 18265,12 + 0,015Yt – 1,048Kurst + 0,211Mt-1 .......................... (13)

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 0

G = 365010,28 ........................

4. Persamaan Permintaan Uang Mdt = 434233,3 + 0,05Yt – 22599,1(it) .............................................. (14)

(19)

6. Ekspor Nilai ekspor (X) diasumsikan eksogen, X=X0 dan nilainya adalah rata–rata ekspor selama

Tranformasi Persamaan. Dalam mengestimasi model persamaan untuk mendapatkan nilai masing-masing persamaan, diasumsikan nilai tahun sebelumnya (t-1) adalah

masa penelitian yaitu sebesar : 66962,07. 0

X = 66962,07 ..........................

(20)

7. Penawaran Uang

nilai rata–rata yang dihitung dari 1984 sampai

Nilai penawaran uang (Ms) diasumsikan

dengan tahun 2012. Nilai Yt dan it adalah nilai

eksogen, Ms=Ms0 dan nilainya adalah rata–

keseimbangan yang hendak dicari. Berdasarkan

rata penawaran uang selama masa penelitian

asumsi–asumsi

yaitu sebesar : 202076,79.

tersebut

maka

hasil

dari

transformasi data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Persamaan Konsumsi Berdasarkan hasil pers. (11) maka nilai C dapat

0

Ms = 202076,79 ...................... Perhitungan Persamaan Pasar Barang (Kurva IS)

(21)

Keseimbangan

Berdasarkan hasil estimasi yang telah

di hitung, serta hasilnya sebagai berikut : Ct = 0,545 (Yt) – 39.916,52 ....... (15)

dilakukan maka persamaan keseimbangan

2. Persamaan Investasi

pasar barang (kurva IS) dapat dihitung sebagai

Berdasarkan hasil pers. (12) maka nilai I dapat di hitung, serta hasilnya sebagai

berikut : Y= C + I + G + X – M. Sehingga diperoleh :

berikut :

0,14 (Yt) = 461.420,55 –12.104,98 (it) It = 92.637,63 + 0,33(Yt) – 12104,98(it)......................................................... (16) Y = 3.295.861,07–86.464,14 (i (22) t t) .... 3. Persamaan Impor it = 38,12 – 0,0000116 (Yt) ........... (23) Berdasarkan hasil pers. (13) maka nilai M dapat di hitung, serta hasilnya sebagai berikut :

Dari pers. (22) dan (23) dapat disimpulkan bahwa, apabila tingkat suku bunga (i) = 0 maka

Mt = 23.272,89 + 0.015 (Yt)....... (17)

pendapatan nasional (Y) = 3.295.861,07 milyar

4. Persamaan Permintaan Uang Berdasarkan hasil pers. (14) maka nilai Md

rupiah, sedangkan bila pendapatan nasional (Y) = 0

dapat di hitung, serta hasilnya sebagai berikut :

maka tingkat suku bunga (i) = 38,12 persen. Selain

Mdt = 434233,3 + 0,05Yt – 22599,1(it) .............................................. (18)

itu juga dapat diketahui besaran multiplier C, I, G dan X adalah α = 1/0,14 = 7,14. Sedangkan besaran

5. Pengeluaran Pemerintah

multiplier M adalah –α = - 7,14.

Nilai pengeluaran pemerintah (G) diasumsikan 0

eksogen, G=G pengeluaran

dan nilainya adalah rata–rata pemerintah

selama

penelitian yaitu sebesar : 365010,28.

masa

Perhitungan Persamaan Pasar Uang (Kurva LM)

Keseimbangan

Kurva LM dibentuk dari perpotongan pers. (21) dengan pers. (18). Berdasarkan hasil Volume 2, No. 4, November 2014

- 92

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala perhitungan

yang

telah

dilakukan

maka

persamaan kurva LM dapat dihitung sebagai berikut : Ms0 = Md, sehingga diperoleh : 0.05 (Yt) =

Perhitungan Keseimbangan Pasar Barang dengan Pasar Uang Berdasarkan hasil pers. (22) dan Pers. (24)

– 232.156,51 +22.599,1 (it)

maka dapat dihitung keseimbangan pendapatan

Yt = 451.982 (it) – 4.643.130,2 ......... (24)

nasional

it = 0,00000221 (Yt) + 10,27 ............ (25)

menghubungkan antara pasar barang dengan

Dari pers. (24) dan (25) dapat disimpulkan bahwa, apabila tingkat suku bunga (i) = 0 maka pendapatan nasional (Y) = -4.643.130,2 milyar

dan

tingkat

suku

bunga

yang

pasar uang adalah sebagai berikut : IS = LM, dengan hasil i = 14,74. Apabila diketahui tingkat bunga 14,74 %

rupiah, sedangkan bila pendapatan nasional (Y) = 0

maka Y keseimbangan sebesar =

maka tingkat suku bunga (i) = 10,27 persen.

2.021.379,65. Secara grafis keseimbangan kurva IS–LM adalah sebagaimana digambarkan pada Gambar 2 berikut :

Tingkat Suku Bunga (i) Persen

Gambar 2. Kurva Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0

KURVA IS KURVA LM

(Triliun Rupiah)

Pendapatan Nasional (Y)

Multiplier Kebijakan Fiskal Angka multiplier kebijakan fiskal (Mkf) dapat dihitung : hα

Mkf = ℎ:𝑘𝑏α

akan meningkat sebesar 5,99 kali penambahan jumlah pengeluaran pemerintah dengan asumsi tidak ada perubahan kebijakan moneter. Multiplier Kebijakan Moneter

(22599,1)(7,14)

Angka

multiplier

Mkf = 22599,1:*(0,05)(12104,98)(7,14)+

(Mkm) dapat dihitung :

Mkf = 5,99

Mkm = ℎ:𝑘𝑏α

Hasil ini berarti apabila pengeluaran pemerintah ditambah satu satuan maka PDB 93 -

Volume 2, No. 4, November 2014

kebijakan



(12104,98)(7,14)

Mkm = 22599,1:*(0,05)(12104,98 )(7,14)+

moneter

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Simulasi kebijakan bertujuan untuk mengukur

Mkm = 3,21 Hasil ini berarti apabila jumlah uang yang beredar ditambah satu satuan maka PDB akan meningkat sebesar 3,21 kali penambahan jumlah uang beredar, dengan asumsi tidak ada

seberapa

besar

perubahan

nilai

variabel

endogen apabila variabel eksogen didalam model

diubah.

Hasil

simulasi

perubahan

variabel eksogen dalam persentase (%) terhadap nilai pendapatan nasional dan tingkat bunga,

perubahan kebijakan fiskal.

sebagaimana tercantum dalam Tabel 3. Simulasi Kebijakan Tabel 3. Hasil Simulasi Kebijakan

Varia bel Pengel uaran Pemeri ntah

Nilai Awal

Naik 10%

Turun 10%

401,511.31 328,509.25

Peneri maan Pajak

Ket Ye

ie

Ye

ie

2,239,865.90

15.23

10.81

3.31

1,802,156.45

14.26

(10.85)

(3.26)

2,061,160.63

14.83

1.97

0.63

1,980,861.71

14.66

(2.00)

(0.57)

2,085,910.50

13.99

3.19

(5.06)

1,956,111.84

15.49

(3.23)

5.12

1,942,262.37

14.57

(3.91)

(1.15)

2,099,759.96

14.92

3.88

66,962.07 60,265.86

Penaw aran Uang

Persentase

365,010.28

73,658.28 Ekspor

Hasil

222,284.47 202,076.79 181,869.11 265,087.52 240,988.65 216,889.79

1.21

Dengan asumsi variabel lain tetap Dengan asumsi variabel lain tetap Dengan asumsi variabel lain tetap Dengan asumsi variabel lain tetap

Volume 2, No. 4, November 2014

- 94

Jurnal Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Analisis Efektivitas Antara Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Multiplier

kebijakan

fiskal

lebih

besar

daripada multiplier kebijakan moneter, maka kebijakan

fiskal

lebih

efektif

didalam

mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi atau peningkatan PDB. Dengan penambahan pengeluaran yang sama kebijakan fiskal akan

3. Berdasarkan bentuk kurva keseimbangan IS– LM dimana kurva IS lebih Curam dan kurva LM lebih landai, serta angka Mkf lebih besar dari angka Mkm, dapat disimpulkan yang bahwa kebijakan fiskal akan lebih efektif diterapkan daripada kebijakan moneter dalam mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

meningkatkan PDB sebesar 5,99 kali nilai perubahan, sedangkan kebijakan moneter akan

Saran

menambah PDB sebesar 3,21 kali nilai perubahan,

1. Berdasarkan nilai keseimbangan IS–LM yang

dengan asumsi variabel-variabel yang lain tetap.

diperoleh, terlihat bahwa masih terdapat

Atau dapat dilihat juga dari bentuk kurva

ruang bagi pemerintah untuk meningkatkan

keseimbangan pasar barang dan pasar uang (IS–

Pendapatan Nasional, dimana pemerintah

LM), dimana kurva IS lebih curam daripada

harus konsisten menjaga tingkat bunga yang

kurva LM sebagaimana di jelaskan oleh Froyen

stabil dan mendorong kebijakan yang dapat

(2002:171), “Kebijakan Fiskal lebih efektif

meningkatkan

daripada kebijakan moneter apabila : Kurva IS

perekonomian

lebih curam daripada kurva LM. Dalam kondisi

stabilitas tetap terjaga;

sektor

riil,

dapat terus

sehingga

tumbuh dan

tersebut kebijakan fiskal relatif lebih efektif

2. Dengan diketahuinya nilai Mkf dan Mkm,

karena dengan adanya peningkatan pengeluaran

maka pemerintah dapat melakukan simulasi

pemerintah akan menggeser kurva IS ke sebelah

untuk memilih kebijakan apa yang lebih tepat

kanan sehingga terjadi pertambahan pendapatan

digunakan di Indonesia antara kebijakan

nasional yang cukup besar dengan adanya

fiskal dan moneter;

kenaikan suku bunga relatif kecil”.

3. Pemerintah menjalankan

SIMPULAN DAN SARAN

kebijakan Pendapatan

terus

aktif

kebijakan

APBN

yang

ekspansif, namun disisi lain harus diimbangi

Simpulan 1. Keseimbangan

disarankan

Nasional

moneter

yang

longgar

agar

perekonomian dapat tumbuh dengan stabil.

Indonesia berada pada angka 2.021.379,65 miliar Rupiah atau 2.021,38 trilliun Rupiah dengan tingkat bunga sebesar 14,74 %. 2. Hasil Penelitian diperoleh angka multiplier kebijakan fiskal (Mkf) sebesar = 5,99, dan angka multiplier kebijakan moneter (Mkm) sebesar = 3,21. Volume 2, No. 4, November 2014

- 96

Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala DAFTAR PUSTAKA Abdullah S.I. 1990. Model Makro Ekonomi Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Abdur R. 2009, Analisis Efektivitas Kebijakan Fiskal Dan Moneter Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia, Tesis USU, tidak dipublikasikan. Albatel, H, Abdullah, 2003, Government Activity and Policy and Economic Development in Saudi Arabia, Journal of Economics and Administrative Sciences. Ali W. 2002. Kebijakan Fiskal Dan Moneter Di Indonesia: Perbandingan Efektivitas, Jurnal Ekobis, vol.1, No. 2, Agustus 2002 Aliman.

2004. Analisis Efektivitas Penerapan Kebijakan Moneter dan Fiskal Dalam Perekonomian Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol 4 No.1, Januari 2004, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).

Almizan U. dan Yasin, A. 2004, Issu-issu Kebijakan Fiskal Kontemporer: Suatu Survei Literatur, Jurnal Keuangan dan Moneter, Vol 7 N0.1 Th.2004, Jakarta. Amril A. 2002. Peranan Kebijakan Moneter Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional, Jurnal Ekonomi Dan Studi Pembangunan, Vol.3 Nomor 1, April 2002, Yogyakarta. Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, berbagai edisi, Jakarta. Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Departemen Keuangan RI, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, berbagai edisi, Jakarta. Dornbusch, Rudiger, Fischer Stanley, 2001, Macroeconomics, eighth Edition, Mc Graw Hill, New York Froyen, R. T, 2002. Macroeconomics Theories and Policies, seventh edition, Pearson Education, New Jersey. Giavazzi, F. 2003. Inflation Targeting and The

97 -

Volume 2, No. 4, November 2014

Fiscal Policy Regime : The Experience in Brazil, Bank of England Quarterly Bulletin Goeltom, M. S. 1999. Perubahan Perspektif dalam Mencari Kebijakan Moneter: Kasus Indonesia, Analisis CSIS, Tahun XXVIII/1999 No.4 Gujarati, D. 2012. Dasar – Dasar Ekonometrika, (terjemahan) edisi kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.