ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN DEMAM

Download 23 Mei 2017 ... Demam berdarah dengue (DBD) pada anak merupakan penyakit infeksi ..... Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, karena d...

1 downloads 814 Views 650KB Size
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSI IBNU SINA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

HIKMATUL FAUZIAH NIM: 143110247

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DAN AN. N DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSI IBNU SINA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

HIKMATUL FAUZIAH NIM: 143110247

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

ii Poltekkes Kemenkes Padang

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ibu Ns. Zola Amelly Ilda, S.Kep, M.Kep dan Delima, S.Pd, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini; (2) Bapak H. Sunardi, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang. (3) Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang. (4) Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang. (5) Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal peneliti. (6) Pihak RSI Ibnu Sina Padang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan; (7) Teristimewa kepada ayah, mama dan abang yang telah memberikan bantuan, semangat dan medengar keluh kesah selama pembuatan KTI ini. Kepada ayah dan mama maafkan selama kuliah peneliti banyak menghabiskan uang kalian. (8) Spesial kepada Fahcrul Imam yang telah menemani dan mendengarkan keluh kesah dari awal pembuatan KTI ini hingga sampai saat ini mudahan segera menyusul wisuda juga.

iii Poltekkes Kemenkes Padang

(9) Sahabat tercinta Indah Anggia Fisqi, Amd. Kep, Sintya Tinela, Amd. Kep, Safdara Tika, Amd. Kep, Fauziah Iswandi, Amd. Kep, dan Ladi Permata, Amd. Kep, yang selama 3 tahun ini bersama, susah senang hingga kita bersama-sama meraih gelar Amd. Kep. (10)

Terima kasih juga untuk kelompok 47 PKLT terutama Zahara Sakinah, Amd.

Keb dan Sri Fahnur Septiani, Amd. Kep senang bisa bertemu dengan kalian menghabiskan waktu selama kita PKL, pengalaman, pertemuan yang susah dilupakan juga sangat aneh dan sudah menemai sampai malam pembuataan KTI ini. Akhirnya sampai sekarang kita masih komunikasi dan menjadi sahabat yang baru. (11)

Terima kasih kepada teman satu pembimbing lidia dan zikri yang telah sama-

sama melalui pembuatan proposal hingga KTI ini, banyak kejadian yang samasama kita alami. Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenaan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Padang, 12 Juni 2017

Peneliti

iv Poltekkes Kemenkes Padang

v Poltekkes Kemenkes Padang

vi Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Hikmatul Fauziah

NIM

: 143110247

Tempat/Tanggal Lahir

: Padang/ 06 Mei 1996

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Orang Tua Ayah

: Agus Syafrial

Ibu

: Lida Defi

Alamat

: Komplek Taruko I Blok PP No 18 Padang

Riwayat Pendidikan : Pendidikan

Tahun

TK Raudhatul Atfal

2001-2002

MIN Gunung Pangilun Padang

2002-2008

MTsN Model Padang

2008-2011

SMAN 5 Padang

2011-2014

Poltekkes Kemenkes Padang

2014-2017

vii Poltekkes Kemenkes Padang

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017 Hikmatul Fauziah Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang Tahun 2017 Isi: xiii + 58 Halaman + 7 Lampiran ABSTRAK Demam berdarah dengue (DBD) pada anak merupakan penyakit infeksi tropis berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kematian. Angka kematian pada anak DBD Sekitar 2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia). Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DBD di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain studi kasus. Tempat penelitian di RSI Ibnu Sina Padang dari tanggal 22 Mei 2017 - 27 Mei 2017. Populasi semua pasien anak dengan DBD, sampel di ambil 2 partisipan dengan teknik purposive sampling. Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan asuhan keperawatan. Cara pengumpulan data dengan teknik observasi, pengukuran, wawancara dan studi dokumentasi. Rencana Analisis data yang telah didapatkan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori sesuai dengan proses keperawatan. Hasil penelitian yang didapatkan pada An. H dan An, N yaitu mengalami DBD dengan gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5oC, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Kedua pasien memiliki tetangga yang mengalami DBD sebelumnya. Didapatkan 4 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An. H, pada An. N 2 diagnosa yang muncul. Rencana keperawatan untuk diagnose hipertermi adalah perawatan demam, sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan didapatkan masalah teratasi. Disarankan kepada Direktur RSI Ibnu Sina Padang agar sering dilaksanakan palatihan secara berkala penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

Kata kunci (Key Word): Demam Berdarah Dengue (DBD), Asuhan Keperawatan Daftar Pustaka: 31 (2008-2017)

viii Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................

ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL ...................................................

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN ..............................................................

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................. viii DAFTAR ISI ..............................................................................................

ix

DAFTAR BAGAN .....................................................................................

xi

DAFTAR TABEL....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ A. B. C. D.

1

Latar Belakang ................................................................................ Rumusan Masalah ........................................................................... Tujuan Penelitian............................................................................. Manfaat Penelitian ...........................................................................

1 5 5 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

7

A. Konsep DBD ................................................................................... 1. Pengertian DBD ........................................................................ 2. Etiologi...................................................................................... 3. Klasifikasi ................................................................................. 4. Patofisiologi .............................................................................. 5. WOC ......................................................................................... 6. Manifestasi Klinis ...................................................................... 7. Respon Tubuh ........................................................................... 8. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................ 9. Panatalaksanaan......................................................................... B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan DBD ..................

7 7 7 8 9 11 12 13 14 14 17

ix Poltekkes Kemenkes Padang

1. Pengkajian ................................................................................. 17 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan ....................................... 21 3. Perencanaan Keperawatan ......................................................... 21 BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 30 A. B. C. D. E. F. G.

Desain Penelitian ............................................................................. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... Subjek Penelitian ............................................................................. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data ........................................... Cara Pengumpulan Data .................................................................. Jenis-Jenis Data ............................................................................... Rencana Analisis .............................................................................

30 30 30 30 32 33 34

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................. A. Deskripsi Kasus............................................................................... 1. Pengkajian ................................................................................. 2. Diagnosis Keperawatan ............................................................. 3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 4. Implementasi Keperawatan ........................................................ 5. Evaluasi Keperawatan ............................................................... B. Pembahasan .................................................................................... 1. Pengkajian ................................................................................. 2. Diagnosis Keperawatan ............................................................. 3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 4. Implementasi Keperawatan ........................................................ 5. Evaluasi Keperawatan ...............................................................

35 35 37 38 41 42 46 46 48 51 52 55

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 57 B. Saran .............................................................................................. 58 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

x Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 WOC DBD Pada Anak ............................................................... 10

xi Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue ............................

8

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien DBD ................................ 19 Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................. 35 Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................... 37 Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan ............................................................... 38 Tabel 4.4 Implemetasi Keperawatan............................................................ 41 Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 43

xii Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Inform Concent Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Lampiran 3 : Surat Selesai Melakukan Penelitian Lampiran 4 : Ganchart Lampiran 5 : Jadwal Bimbingan Proposal Lampiran 6 : Jadwal Bimbingan KTI Lampiran 7 : Dokumentasi Asuhan Keperawatan

xiii Poltekkes Kemenkes Padang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun (Kemenkes, 2015). DBD dapat menyerang semua kelompok umur, namun DBD masih merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak. DBD sering terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, dengan tingkat serangan tertinggi dalam umur 5-9 tahun (Rahma, 2011).

World Health Organization (WHO) (2016) tahun 2015, menyebutkan bahwa wabah demam berdarah tersebar di seluruh dunia. Filipina melaporkan lebih dari 169.000 kasus dan Malaysia melebihi 111.000 kasus dugaan demam berdarah, meningkat 59,5% dan 16% dalam jumlah kasus tahun sebelumnya. Diperkirakan 500.000 orang dengan dengue parah memerlukan rawat inap setiap tahunnya, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia).

Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga akhir Februari tahun 2016, kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3 Kota dari 11 Provinsi di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (Kemenkes RI, 2016). Jumlah penderita DBD di Provinsi Sumatra Barat yang dilaporkan pada tahun 2014 sebanyak 2.282 kasus dengan jumlah kematian 12 orang. Selama tahun 2014 lebih kurang terdapat 4 kabupaten/kota yang melaporkan terjadinya KLB DBD yaitu Kota Padang, Kabupaten lima Kota, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, karena daerah tersebut termasuk 1 Poltekkes Kemenkes Padang

2

daerah endemis DBD . Kasus tertinggi ada di Kota Padang (666 kasus), diikuti Kabupaten Pesisir Selatan (282 kasus), Kabupaten Tanah Datar (279 kasus) dan Kasus terendah adalah di Kota Padang Panjang (7 kasus), hanya Kabupaten Kepulauan Mentawai yang tidak punya kasus DBD (Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, 2015).

Kasus DBD di Kota Padang tahun 2014, lebih rendah dari tahun 2013 (998 kasus). Kasus ini lebih banyak terjadi pada perempuan (350 kasus) dibanding laki-laki (316 kasus), meninggal sebanyak 6 orang dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,9 %. Kasus DBD terbanyak pada tahun 2014 terdapat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya (67 kasus) diikuti oleh Puskesmas Andalas dan Belimbing (62 kasus) (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Kejadian DBD pada anak di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2015 dari bulan Juni sampai Desember sebanyak 63 kasus. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan kejadian DBD pada anak sebanyak 164 kasus.

DBD pada anak dapat menunjukkan gejala demam tinggi dan mendadak disertai sakit kepala, nyeri sendi atau otot, dan muntah. Gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena (Susilaningrum dkk, 2013).

Hasil penelitian Annisa, dkk (2015), menyebutkan bahwa tanda dan gejala lain yang terdapat pada anak DBD yaitu pembesaran hepar, epistaksis, purpura, juga hematemesis. Kemenkes RI (2010), menyebutkan bahwa tanda bahaya DBD adalah nyeri perut, muntah berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa, letargi, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

Poltekkes Kemenkes Padang

3

Pengkajian anak dengan DBD ditemukan adanya peningkatan suhu yang mendadak disertai mengigil, adanya pedarahan kulit seperti petekhie, ekimosis, hematom,

epistaksis,

hematemesis

bahkan hematemesis

melena. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri otot, sakit kepala, nyeri ulu hati, pembengkakan sekitar mata. Hasil pemeriksaan labor didapatkan adanya tromsitopenia dan hemokonsentrasi (Alimul, 2008).

Hemokonsentrasi dapat dinilai dari hematokrit. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Akibat kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak yang mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai hematokrit (Susilaningrum dkk, 2013).

Nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan terjadinya syok pada anak dengan gejala anak menjadi lemah, ujung-ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Gejala tersebut akan membahayakan anak bila tidak ditangani dengan cepat. Penanganan kasus DBD yang yang terlambat akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang menyebabkan kematian (Ngastiyah, 2014).

Alimul (2008), mengatakan bahwa salah satu diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak DBD adalah kurang volume cairan. Kurangnya volume cairan pada anak DBD ini dapat disebabkan oleh adanya perpindahan cairan intra vaskuler ke ekstravaskuler akibat peningkatan permeabilitas kapiler. Tindakan perawat yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah monitor tanda vital, keadaan umum, tanda-tanda syok dan asupan cairan. Asupan cairan dapat diberikan melalui pemberian minum peroral dan melalui intravena.

Poltekkes Kemenkes Padang

4

Orang tua perlu mengetahui gejala awal DBD pada anak. Biasanya orang tua membawa anak ke pelayanan kesehatan setelah mengalami perdarahan seperti peteki, gusi berdarah dan hematemesi. Oleh karena itu peran dan pengetahuan orang tua tentang penyakit DBD sangat penting agar tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan kasus DBD. Anak dan orang tua perlu dipersiapkan untuk tindakan invasif yang dibutuhkan saat proses perawatan (Ngastyah, 2014).

Hasil penelitian Marestika, dkk (2012) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan orang tua dalam penatalaksanaan masalah DBD pada anak di Kecamatan Buah Batu wilayah kerja Puskesmas Margahayu Raya Bandung pada bulan Juni 2012 lebih dari setengahnya termasuk dalam kategori cukup baik, dikarenakan orang tua sudah cukup familiar dengan penyakit demam berdarah. Orang tua belum memahami kapan anak harus dibawa ketempat pelayanan kesehatan terdekat untuk memeriksakan kondisi anak mereka. Supaya tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan kasus DBD. Sidiek (2012), menyatakan bahwa tingkat pengetahuan mengenai DBD tidak berhubungan dengan kejadian DBD pada anak. Tingkat pengetahuan ibu pada anak yang mengalami kejadian penyakit DBD dibanding pada anak yang tidak mengalami kejadian DBD tidak memiliki perbedaan yang bermakna.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Januari 2017 di RSI Ibnu Sina Padang terdapat 1 pasien anak DBD, dengan diagnosa keperawatan utama pada anak yaitu dengan hipertermi. Dari hasil pengamatan, peneliti mengamati perawat sudah melakukan pengkajian dengan baik. Hasil wawancara peneliti dengan perawat mengatakan tindakan keperawatan untuk pasien hipertermi menganjurkan anak untuk banyak minum dan melakukan kompres. Pengamatan peneliti perawat melakukan tindakan keperawatan tersebut ketika pada saat overan, ketika orang tua mengatakan pasien demam, dan saat pemberian obat.

Poltekkes Kemenkes Padang

5

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertatrik untuk melakukan penelitian studi kasus asuhan keparawatan pada anak dengan DBD di ruang rawat RSI Ibnu Sina Padang.

B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan DBD di RSI. Ibnu Sina Padang

C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Peneliti mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang. 2. Tujuan Khusus a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang. b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang. c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang. d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang. e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSI Ibnu Sina Padang

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Institusi Pelayanan Penulisan KTI diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada anak dengan DBD.

Poltekkes Kemenkes Padang

6

2. Pengembangan Keilmuan a. Bagi Peneliti Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DBD. b. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi pendidikan khususnya bagi mahasiswa sebagai acuan penelitian lebih lanjut dalam pemberian asuhan keperawatan anak dengan DBD

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR DBD 1. Pengertian Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthopodborn virus) da ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014).

DBD adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus ini. Sumber penularan utama adalah manusia, sedangkan penularannya adalah nyamuk Aedes (Soedarto, 2009).

2. Etiologi Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini terutama ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut. Di Indonesia, virus tersebut sampai sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. DEN-3 merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Infeksi salah satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain (Nursalam dkk, 2008).

7 Poltekkes Kemenkes Padang

8

3. Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue DD/ DBD

Derajat

DD

Gejala Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital, sakit pada otot, sakit pada persendian

DBD

I

Gejala diatas ditambah uji bendung positif

DBD

II

Gejala diatas ditambah perdarahan spontan

DBD

III

Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah)

DBD

IV

Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur

Sumber : Soadjas, 2011

DBD dibedakan menjadi 4 derajat, sebagai berikut : 1) Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji turniket positif) 2) Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain 3) Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah 4) Derajat IV : ranjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur. (WHO, 2017)

Poltekkes Kemenkes Padang

9

4. Patofisiologi Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendaparkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi (Wijaya & Putri, 2016).

Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat yang menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibat pembesaran plasma terjadi pengurangan volume plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan (Ngastiyah, 2014).

Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian (Ngastiyah, 2014).

Trombositopenia terjadi akibat meningkatnya destruksi trombosit. Penyebab peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa faktor dapat menjadi penyebab seperti yaitu virus dengue, komponen aktif system

Poltekkes Kemenkes Padang

10

komplemen, dan kerusakan sel endotel. Trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan system koagulasi dianggap sebagai penyebab utama perdarahan pada DBD (Soedarmo dkk, 2008).

Poltekkes Kemenkes Padang

11

Poltekkes Kemenkes Padang

12

5. Manifestasi Klinis Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014) Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak menjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin, dan lembap. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah, 2014) Gejala klinis untuk diagnosis DBD, sebagai berikut : 1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab jelas 2) Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena atau hematemesis 3) Pembesaran hati ( sudah dapat diraba sejak permulaan sakit) 4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun ( menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

Poltekkes Kemenkes Padang

13

6. Respon Tubuh a. Sistem pernafasan Adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi aliran intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas (Soedjas, 2011) b. Sistem sirkulasi Dengue syok sindrom biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan. c. Sistem kardiovaskuler Pada pasien DBD akan mengalami peningkatan hematokrit sehingga terjadi pengentalan darah dan mengakibatkan aliran darah ke jantung menjadi lambat atau berkurang. Ketika aliran darah ke jantung melambat curah jantung akan menurun. d. Sistem otak Otak akan mengalami kekurangan oksigen karena awal permulaan nya terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah ke ekstravaskuler menyebabkan terjadi peningkatan hematokrit, sehingga darah menjadi kental dan suplai oksigen ke otak juga akan berkurang. Pasien menjadi gelisah bahkan menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran.

7. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan darah 1) Pemeriksaan Darah lengkap (a) Hemoglobin

biasanya

meningkat,

apabila

sudah

terjadi

perdarahan yang banyak dan hebat Hb biasanya menurun

Poltekkes Kemenkes Padang

14

Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL (b) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi kebocoran plasma Nilai normal: 33- 38% (c) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia kurang dari 100.000/ml Nilai normal: 200.000-400.000/ml (d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal Nilai normal: 9.000-12.000/mm3 2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan: hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia 3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa: (a) pH darah biasanya meningkat Nilai normal: 7.35-7.45 (b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik mengakibatkan pCO2 menurun dari nilai normal (35 – 40 mmHg) dan HCO3 rendah. b. Pemeriksaan rontgen thorak Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di rongga pleura yang meyebabkan terjadinya effusi pleura. (Wijayaningsih, 2013)

8. Penatalaksanaan Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa penatalaksanaan pasien DBD ada penantalaksanaan medis dan keperawataan diantanya : a. Penatalaksanaan Medis 1) DBD tanpa renjatan Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum pada anak sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres

Poltekkes Kemenkes Padang

15

hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan dosis : anak yang berumur <1 tahun 50mg IM, anak yang berumur >1 tahun 75mg. atau antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien teruss menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancan terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat. 2) DBD disertai renjatan Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila renjatan sudah

teratasi,

kecepatan

tetesan

dikurangi

menjadi

10

ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan berulang perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.

b.

Penatalaksanaan keperawatan 1) Perawatan pasien DBD derajat I Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak, observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping kompres hangat jika pasien demam. 2) Perawatan pasien DBD derajat II Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang

Poltekkes Kemenkes Padang

16

infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin serta trombosit. 3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS) Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.

Poltekkes Kemenkes Padang

17

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA ANAK DBD 1. Pengkajian a. Identitas pasien Nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak dengan usia kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua. b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah. 2) Riwayat kesehatan sekarang Didapatkan adanya

keluhan panas

mendadak

yang disertai

menggigil. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis. 3) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak biasanya mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain. 4) Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat beberapa faktor predisposisinya. Anak yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsumakan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. c. Kondisi lingkungan

Poltekkes Kemenkes Padang

18

Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju kamar) d. Pola kebiasaan 1) Nutrisi dan metabolisme Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang. 2) Eliminasi alvi (buang air besar) Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD grade IV bisa terjadi melena. 3) Eliminasi urin (bang air kecil) Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD grade IV sering terjadi hematuria. 4) Tidur dan istirahat Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk. 5) Kebersihan Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan 3m plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan menebar bubuk abate.

e. Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum : 1) Tingkat kesadaran Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah mengental dan oksigen ke otak berkurang.

Poltekkes Kemenkes Padang

19

2) Keadaan umum Lemah 3) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC) 4) Kepala Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam. 5) Mata Konjungtiva anemis 6) Hidung Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. 7) Telinga Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV) 8) Mulut Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan

gusi,

dan

nyeri

telan.

Sementara

tenggorokkan

mengalami hyperemia pharing 9) Leher Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran 10) Dada/thorak I

: Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV. 11) Abdomen I

: Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Poltekkes Kemenkes Padang

20

Pal : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) Per : Terdengar redup A : Adanya penurunan bising usus 12) Sistem integument Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniket. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah (Soedarmo, 2008). 13) Genitalia Biasanya tidak ada masalah 14) Ekstremitas Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku sianosis/tidak

Poltekkes Kemenkes Padang

21

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN a) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme. b) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi. d) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera. e) Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah f) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen ke jaringan g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (mual, muntah dan anoreksia) h) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya cairan di rongga pleura. (Nanda, 2015)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien DBD Diagnosis keperawatan Kekurangan cairan

NOC

volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi Definisi : penurunan cairan keseimbangan cairan intravaskular, interstisial, dengan kriteria hasil : dan atau intraseluler. Ini a) Tekanan darah tidak mengacu pada dehidrasi. terganggu b) Keseimbangan intake dan output tidak Faktor risiko : a) Perubahan status mental terganggu b) Penurunan tekanan c) Berat badan stabil tidak darah terganggu c) Penurunan tekanan nadi d) Turgor kulit tidak d) Penurunan volume nadi terganggu e) Penurunan turgor kulit e) Hematokrit sedikit f) Membran mukosa terganggu

NIC Manajemen cairan a) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat b) Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah) c) Monitor vital sign d) Monitor masukan atau cairan dan hitung intake kalori harian e) Monitor status nutrisi f) Dorong pasien untuk menambah asupan oral

Poltekkes Kemenkes Padang

22

kering g) Kulit kering h) Peningkatan suhu tubuh Faktor yang berhubungan dengan : a) Kehilangan cairan aktif b) Kegagalan mekanisme regulasi

Hipertermia Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal Batasan karakteristik : a) Kunvulsi b) Kulit kemerahan c) Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal d) Kejang e) Takhikardi f) Takhipnea g) Kulit terasa hangat Faktor yang berhubungan dengan : a) Anastesia b) Penurunan respirasi c) Dehidrasi d) Pemajanan lingkungan yang panas

f) Berat jenis urin sedikit terganggu

(misalnya, memberikan sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan) Setelah dilakukan g) Tawari makanan tindakan keperawatan ringan(misalnya diharapkan hidrasi minuman ringan dan tidak terjadi dengan buahan segar/ jus buah) kriteria hasil : pemberian a) Turgor kulit tidak h) Kolaborasi cairan IV terganggu hasil b) Membran mukosa i) Monitor laboratorium lembab tidak terganngu c) Intake cairan tidak terganggu d) Output urin tidak terganggu e) Perfusi jaringan tidak terganggu f) Tidak ada haus g) Tidak ada peningkatan hematokrit h) Tidak ada nadi cepat dan lemah Setelah dilakukan Perawatan Demam tindakan keperawatan a) Pantau suhu dan tandatanda vital lainnya diharapkan termoregulasi normal b) Monitor warna kulit dan suhu dengan kriteria hasil: a) Tidak ada c) Berikan obat atau cairan peningkatan suhu IV (misalnya, antipiretik, tubuh agenantibakteri, dan agen anti menggil) b) Tidak ada hipertermia c) Tidak ada sakit kepala d) Monitor penurunan d) Tidak ada sakit otot tingkat kesadaran e) Tidak ada perubahan e) Tutup pasien dengan warna kulit selimut atau pakaian f) Tidak ada dehidrasi ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam f) Dorong konsumsi cairan g) Fasilitasi istirahat

Poltekkes Kemenkes Padang

23

e) Penyakit f) Peningkatan metabolisme Resiko perdarahan

h) Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila

laju

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Definisi : beresiko diharapkan keparahan mengalami penurunan kehilangan darah tidak volume darah yang dapat terjadi dengan kriteria mengganggu kesehatan hasil : a) Tidak ada kehilangan darah yang terlihat Faktor resiko : a) Aneurisme b) Tidak ada hematuria b) Defisiensi pengetahuan c) Tidak ada keluar darah dari anus d) Tidak ada hematemesis e) Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik f) Tidak ada penurunan tekanan darah diastolik Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koagulasi darah membaik dengan kriteria hasil: a) Tidak ada deviasi dari kisaran normal pembentukan bekuan b) Tidak ada deviasi dari kisaran normal waktu prtrombin (PT) c) Tidak ada deviasi dari kisaran normalwaktu parsial tromboplastin (PTT) d) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hematokrit (Hct) e) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hemoglobin (Hb) f) Tidak ada peradarahan g) Ringan petekie h) Tidak ada ekimosis i) Tidak ada BAB berdarah

Pencegahan Perdarahan a) Monitor ketat tandatanda perdarahan b) Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan c) Monitor nilai labor d) Monitor status cairan yang meliputi intake dan ouput e) Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh f) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K g) Instruksikan keluarga untuk memonitor tandatanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

Poltekkes Kemenkes Padang

24

j) Tidak ada hematuria k) Tidak ada hematemesis l) Tidak ada gusi darah Nyeri akut Defenisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa Batasan karakteristik : a) Perubahan selera makan b) Perubahan tekanan darah c) Perubahan frekuensi jantung d) Perubahan frekuensi pernapasan e) Mengekspresikan perilaku f) Masker wajah g) Gangguan tidur

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri berkurang dengan kriteria hasil: a) Tidak ada nyeri yang dilaporkan b) Tidak ada mengerang dan menangis c) Tidak ada menyeringit d) Tidak ada ketegangan otot e) Tidak ada kehilangan nafsu makan f) Tidak ada Ekspresi wajah nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kontrol nyeri teratasi dengan kriteria hasil : a) Sering menunjukkan mengenali kapan nyeri terjadi b) Secara konsisten menunjukkan menggambarkan faktor Faktor yang berhubungan dengan : agen cedera ( nyeri misal biologis, zat kimia, c) Sering menunjukkan fisik, psikologis) menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgetik d) Sering menunjukkan melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada professional kesehatan Setelah tindakan

dilakukan keperawatan

Manajemen nyeri a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi b) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan i) Kurangi faktor presipitasi nyeri j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non

Poltekkes Kemenkes Padang

25

diharapkan status kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil: a) Tidak terganggu kesejahteraan fisik b) Tidak terganggu control terhadap gejala (Sambungan) c) Tidak terganggu kesejahteraan kesejahteraan psikologis d) Tidak terganggu lingkungan fisik e) Tidak terganggu suhu ruangan f) Tidak terganggu dukungan sosial dari keluarga

k)

l) m) n)

o)

farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Dukung tingkatkan istirahat/ tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Pemberian analgetik a) Tentukan lokasi, karakteristik,kualitas,da n derajat nyeri sebelum pemberian obat b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi c) Cek riwayat alergi d) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri f) Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian,dan dosis optimal g) Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secara teratur h) Monitor vital sign

Poltekkes Kemenkes Padang

26

Resiko syok Defenisi : berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa Faktor resiko : a) Hipotensi b) Hipovolemia c) Hipoksemia d) Hipoksia e) Infeksi f) Sepsis g) Sindrom respons inflamasi sistemik

sebelum dan sesudah pemberian anlgesik pertama kali i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat j) Evaluasi efektifitas analgesic,tanda dan gejala (efek samping) Setelah dilakukan Manajemen hipovolemi tindakan keperawatan status diharapkan keparahan a) Monitor hemidinamik, meliputi syok: hipovolemik tidak nadi, tekanan darah. terjadi dengan kriteria b) Monitor adanya tandahasil: tanda dehidrasi a) Tidak ada penurunan (misalnya: turgor kulit tekanan nadi perifer buruk, capillary refill b) Tidak ada penurunan terlambat, nadi lemah, tekanan darah sistolik membrane mukosa c) Tidak ada penurunan kering, dan penurunan tekanan darah diastolik urin output d) Tidak ada c) Monitor adanya sumbermelambatnya waktu sumber perdarahan pengisian kapiler (misalnya: perdarahan, e) Tidak ada nadi lemah muntah, keringat yang dan halus berlebihan) f) Tidak ada akral dingin, d) Monitor adanya bukti kulit lembab/ basah laboratorium terkait g) Tidak ada penurunan dengan kehilangan tingkat kesadaran darah (misalnya: hemoglonin, Setelah dilakukan hematoktrit, tindakan keperawatan trombombosit) diharapkan tanda-tanda vital dalam rentang e) Dukung asupan cairan oral (misalnya: berikan normal dengan kriteria cairan lebih dari 24 jam hasil: a) Tekanan darah sistolik dan berikan cairan tidak ada deviasi dari dengan makanan), jika kisaran normal tidak ada kontraindikasi b) Tidak ada deviasi dari f) Berikan cairan IV kisaran normal tekanan isotonic (misalnya darah diastolic cairan normal saline c) Tidak ada deviasi dari atau Ringer Laktat) kisaran normal tekanan untuk rehidrasi nadi ekstraseluler dengan

Poltekkes Kemenkes Padang

27

d) Tidak ada deviasi dari kisaran normal tingkat dan irama pernapasan

Ketidakefektifan jaringan perifer

perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Perfusi Defenisi: penurunan jaringan: perifer tidak sirkulasi darah ke perifer terganggu dengan yang dapat mengganggu kriteria hasil: kesehatan a) Tidak ada deviasi dari kisaran normal pengisian kapiler jari Batasan karakteristik: a) Tidak ada nadi dan jari kaki b) Perubahan fungsi b) Tidak ada deviasi dari motorik kisaran normal Suhu c) Perubahan karakteristik kulit ujung kaki dan kulit (warna, elastisitas, tangan kelembapan, kuku, c) Kekuatan denyut nadi suhu) karotis, brakialis, d) Perubahan tekanan radial, femoralis, pedal darah di ekstremitas bagian kiri dan kanan e) Warna tidak kembali ke dalam kisaran normal

tetesan aliran yang tepat g) Instruksikan pada pasien dan/atau keluarga untuk mencatat intake dan output, dengan tepat h) Instruksikan pada pasien dan/atau keluarga tindakn-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hopivolemi Monitor tanda-tanda vital a) Minitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan b) Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara terusmenerus dengan tepat c) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban d) Monitor sianosis sentral dan perifer e) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital Manajemen Hipovolemi a) Monitor status hemodinamik, meliputi nadi, tekanan drah, MAP, CVP, PAP, CO. b) Monitor adanya tandatanda dehidrasi (misalnya., turgor kulit buruk, capillary refill terlambat, nadi lemah, sangat haus, membrane mukosa kering, dan penurunan urin output c) Monitor adanya sumbersumber kehilangan cairan (misalnya., perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan, dan takpnea)

Poltekkes Kemenkes Padang

28

tungkai saat diturunkan d) Tekanan darah sistolik f) Kelambatan dan diastolik tidak ada penyembuhan luka deviasi dari kisaran perifer normal tekanan darah g) Penurunan nadi sistolik dan diastolik h) Edema dalam kisaran normal i) Nyeri ekstremitas e) Tidak ada muka pucat j) Pemendekan jarak total f) Tidak ada kelemahan yang ditempuh dalam otot uji berjalan enam menit k) Warna kulit pucat saat elevasi

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Kebutuhan Tubuh

d) Posisikan untuk perfusi perifer Monitor tanda-tanda vital a) Minitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan b) Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara terusmenerus dengan tepat c) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban d) Monitor sianosis sentral dan perifer e) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital Manajemen Nutrisi a) Kaji adanya alergi makanan b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien c) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Setelah dilakukan Dari tindakan keperawatan status nutrisi: asupan makanan dan cairan Defenisi: asupan nutrisi teratasi dengan kriteria tidak cukup untuk hasil: memenuhi kebutuhan a) asupan makanan metabolic secara peroral sepenuhnya adekuat b) Asupan cairan secara Batasan Karakteristik: peroral sepenuhnya a) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang adekuat berat badan ideal c) Asupan cairan Monitor Nutrisi b) Bising usus hiperaktif intravena sepenuhnya a) Monitor adanya adekuat c) Kelemahan otot untuk penurunan berat badan mengunyah d) Asupan nutrisi b) Monitor lingkungan d) Kelemahan otot untuk parenteral sepenuhnya selama makan menelan adekuat c) Monitor kulit kering dan e) Kehilangan rambut perubahan pigmentasi berlebihan d) Monitor kekeringan, f) Membran mukosa pucat rambut kusam, dan g) Ketidakmampuan mudah patah memakan makanan e) Monitor mual muntah h) Nyeri abdomen f) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht Faktor yang g) Catat adanya edema, Berhubungan: a) Faktor biologis hiperemik, hipertonik, b) Ketidakmampuan papilla lidah dan cavitas

Poltekkes Kemenkes Padang

29

mencerna makanan c) Kurang asupan makanan Ketidakefektifan Pola Napas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas Defenisi: Inspirasi dan/ atau efektif dengan kriteria ekspirasi yang tidak member hasil: ventilasi adekuat a) Frekuensi pernapasan tidak ada deviasi dari normal Faktor Resiko: a) Perubahan kedalaman b) Suara perkusi nafas pernapasan tidak ada deviasi dari b) Perubahan ekskursi dada kisaran normal c) Kapasitas vital tidak c) Mengambil posisi tiga ada deviasi dari kisaran titik normal d) Bradipnea e) Penurunan tekanan ekspirasi f) Penurunan tekanan inspirasi g) Penurunan ventilasi semenit h) Penurunan kapasitas vital i) Dispnea j) Pernapasan cuping hidung k) Fase kespirasi memanjang l) Takipnea

oral Terapi Oksigen a) Pertahankan kepatenan jalan napas b) Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier c) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan (Sambungan) d) Monitor aliran oksigen e) Monitor efektifitas terapi oksigen f) Atur posisi untuk meringankan sesak napas g) Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya

Faktor Berhubungan: a) Ansietas b) Posisi tubuh c) Deformitas tulang d) Deformitas dinding dada e) Keletihan f) Hiperventilasi g) Sindrom hipoventilasi Sumber: Nanda (2015); Nursing Interventions Classification (NOC) (2013); Nursing Outcome Classification (NIC) (2013)

Poltekkes Kemenkes Padang

30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan DBD di RSI Ibnu Sina Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2017. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari-Mei 2017.

C. Subjek Penelitian Penelitian menggunakan 2 responden dengan kriteria: 1. Kriteria Inklusi a. Anak yang mengalami DBD pada grade II, III, dan IV di ruang rawat RSI Ibnu Sina Padang. b. Orang tua setuju berpatisipasi dengan peneliti. 2. Kriteria Ekslusi a. Anak dengan DBD memiliki penyakit komplikasi lain seperti penyakit kelainan darah leukemia, thalasemia.

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan proses keperawatan anak mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan studi dokumentasi.

Poltekkes Kemenkes Padang

31

Proses keperawatan meliputi : 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kali nya di fasilitas kesehatan terdari dari: identitas pasien, identifikasi penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, data spikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium, dan program pengobatan. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada di analisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai berikut: a. Analisa data Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya. Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang didapat saat interaksi dengan pasien, biasanya apa yang dikeluhkan oleh pasien, dan data objektif yaitu data yang diperoleh perawat dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik. b. Menegakkan diagnosa Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES (Problem+Etiologi+Symptom)

dan

menggunakan

istilah

diagnosa

keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA.

3. Intervensi Rencana keperawatan terdiri dari beberapa komponen sebagai berrikut: a. Diagnosa yang diprioritaskan b. Tujuan dan kriteria hasil c. Intervensi Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA NIC-NOC. 4. Implementasi Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:

Poltekkes Kemenkes Padang

32

a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan. b. Diagnosa keperawatan. c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan. d. Tanda tangan perawat pelaksana.

5. Evaluasi Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen: a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan. b. Diagnosa kepoerawatan. c. Evaluasi keperawatan. Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. E. Cara Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik data dan sumber data yang telah ada. Triagulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan observasi, pengukuran, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014). 1. Observasi Dalam obeservasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga mengobservasi tindakan apa saja yang telah dilakukan pada pasien, misalnya pasien terpasang infus, kompres hangat, pemberian obat, terpasang oksigen dan tranfusi. Observasi pemeriksaan fisik seperti pemantauan tanda perdarahan yaitu petekie, perdarahan gusi, ekimosis, hematemesis dan melena. Pemantauan tanda-tanda vital yaitu nadi, pernapasan, tekanan darah dan suhu. Pemantauan laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, dan trombosit.

Poltekkes Kemenkes Padang

33

2. Pengukuran Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan fisik, seperti melakukan pengukuran suhu, menimbang berat badan, dan mengukur tinggi anak, uji touniket, pengkuran napas, nadi, dan tekanan darah. 3. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahn yang diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya pewawancara diberi kebebasan yang diharapkan dan responden secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin. Wawancara dilakukan tentang identitas pasien, riwayat kesehatan (keluhan masuk rumah sakit, riwayat kesehayan sekarang, riwayat penyakit yang diderita sebelumnya dan riwayat kesehatan keluarga yang sebelumnya, kondisi lingkungan pasien), dan activity daily (ADL) seperti makan, minum, BAB, BAK, istirahat dan tidur.

4. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dari rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan. Data pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, hematokrit, trombosit), data pemeriksaan diagnostik (rontgen thorax), dan data pengobatan pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang

34

F. Jenis-Jenis Data 1. Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti pengkajian kepada pasien, meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien. 2. Data sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari rekam medik, serta dari dokumentasi di ruang rawat RSI Ibnu Sina Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang (pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik), catatan atau laporan historis

yang telah tersusun dalam

arsip yang tidak

dipublikasikan.

G. Rencana Analisis Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien anak dengan DBD. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus DBD. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kasus 1. Pengkajian Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan 1 An. H berumur 10 tahun dirawat di Ruang Rawat Inap Zam Zam RSI Ibnu Sina Padang dengan diagnosa DBD grade I. Partisipan 2 An. N berumur 7 tahun dirawat di Ruangan Inap Syafa RSI Ibnu Sina Padang dengan diagnosa DBD grade II. Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan PARTISIPAN 1 An. H masuk RSI Ibnu Sina pada tanggal 23 Mei 2017 pada jam 09.45 wib melalui IGD dengan keluhan demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Tanda- tanda vital: S: 37,5oC, HR: 90 x/I, TD: 100/60 mmHg.

PARTISIPAN 2 Keluarga mengatakan An. N masuk ke RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada tanggal 21 Mei 2017 pada jam 19.00 dengan keluhan demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seleruh tubuh. Tanda- tanda vital: S: 39,1oC HR: 80 x/i.

Pengkajian dilakukan pada hari selasa pada tanggal 23 Mei 2017 jam 13.15 WIB. Keluarga mengatakan kondisi An. H sekarang badan teraba hangat, sakit kepala masih, perut masih terasa sakit, nyeri pada persendian dan nafsu makan berkurang. Saat dilakukan pengkajian merupakan hari rawat pertama klien. Selama dirawat terdapat beberapa data penunjang seperti pemeriksaan labor.

Pengkajian dilakukan pada hari senin pada tanggal 22 Mei 2017 pada jam 10.00. Keluarga mengatakan kondisi An. N sekarang demam sudah berkurang, badan teraba hangat, tampak lemah, nafsu makan berkurang dan kurang minum. Tampak bintik-bintik merah di seluruh tubuh masih ada. Saat dilakukan pengkajian merupakan hari rawat kedua klien. Selama dirawat terdapat beberapa data penunjang seperti pemeriksaan labor. An. H mengatakan tidak pernah di rawat An. H mengatakan tidak pernah di rawat sebelumnya dengan penyakit yang lain sebelumnya dengan penyakit yang lain maupun sakit DBD sebelumnya. maupun sakit DBD sebelumnya. Salah satu keluarga An. H juga sedang Keluarga mengatakan tidak ada keluarga mengalami sakit DBD yaitu kakak yang mengalami sakit seperti An. N kandung An. H yang tinggal serumah.

35 Poltekkes Kemenkes Padang

36

PARTISIPAN 1 An. H tinggal di lingkungan komplek yang padat. Keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu. Keluarga mengatakan di sekitar rumah juga ada yang mengalami DBD.

PARTISIPAN 2 An. N tinggal di lingkungan komplek di tengah kota. Keluarga mengatakan di rumah menggunakan ember tidak menggunakan bak mandi. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah mengalami DBD sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik tingkat kesadaran An. H kompos mentis dengan GCS 15, wajah tampak kemerahan, tidak ada lesi, dan tidak ada benjolan. Pada mata skelera tidak ikterik, konjungtiva anemis, dan adanya edema pada palpebra. Hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung dan tidak ada epistaksis. Pada mulut warna bibir pucat dan mukosa kering, bibir tampak pecah-pecah serta nyeri saat menelan, tidak ada perdarahan gusi. Telinga simetris kiri kanan, pendengaran baik. Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening dan pembesaran kelenjer limfe. Pada pemeriksaan dada An. H dinding dada tampak simteris, tidak ada tarikan dinding dada, fremitus kiri dan kanan sama, perkusi sonor dan saat auskultasi terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis teraba, jantung dalam batas normal, irama jantung reguler. Pemeriksaan abdomen simetris, nyeri tekan pada ulu hati, bising usus (+). Pada pemeriksaan integument turgor kulit kembali cepat, kulit kering dan tampak kemerahan. Terpasang infuse RL 20 tts/i pada ekstremitas atas bagian kiri, tidak ada edema, capillary refil < 3 dtk, nyeri pada persendian. Pada ekstremitas bawah akral teraba hangat, capillary refil < 3, nyeri pada persendian.

Pada pemeriksaan fisik kesadaran An. N kompos mentis dengan GCS 15, wajah tampak kemerahan dengan bintikbintik merah, tidak ada lesi, dan tidak ada benjolan. Pada mata sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, dan tidak ada edema palbebra. Hidung simetris, tidak ada pernapsan cuping hidung, tidak ada epistaksis. Pada mulut warna bibir kemerahan, mukosa lembab dan gusi berdarah. Telinga simetris kiri dan kanan, pendengaran baik. Tidak pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan dada An. N dinding dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tampak bintik merah pada dada, fremitus kiri dan kanan sama, perkusi sonor dan saat auskultasi terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis terbab, jantung dalam batas normal, irama jantung ireguler. Pemeriksaam abdomen simetris, tampak bintik pada abdomen, nyeri tekan pada ulu hati, bising usus (+). Pada pemeriksaan integument turgor kulit kembali cepat, kulit kering dan tampak bintik merah kemerahn. Terpasang IVFD RL 20 tts/I pada ekstremitas bagian atas sebelah kiri, tidak ada edema, capillary refill < 3 detik, tidak ada sianosis, akral teraba hangat. Pada ektremitas bawah tampak bintik merah pada kaki, akral teraba hangat, tidak edema, tidak sianosis, capillary refill < 3 detik, dan nyeri pada persendian.

Poltekkes Kemenkes Padang

37

PARTISIPAN 1 Selama dirawat di rumah sakit An. H biasanya buang air besar satu dua kali sehari karena mencret, sedangkan untuk buang air kecilnya lebih sering ± 7-8 kali. An. H sering mual dan muntah, An. H sering terbangun saat malam hari dan tidak nyenyak, pada saat sehat An. H tidak ada tidur siang atau sore karena An. H beraktivitas dan sekolah. Pada saat sakit An. H minum 4-5 gelas/hari Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 23 Mei 2017 a. Hemaglobin: 13,0 g/dl (normalnya: 10-16 g/dl) b. Lekosit: 2.500/ mm3 (normalnya: 9.000-12.000/mm3) c. Hematokrit: 42 % (normalnya: 33-38 %) d. Trombosit: 133.000/mm3 (normalnya: 200.000-400.000/mm3)

PARTISIPAN 2 Selama dirawat di rumah sakit An. N biasanya buang air besar satu kali sehari dengan konsistensi padat dan berwarna coklat kehitaman, sedangkan untuk buang air kecilnya lebih sering ± 6-7 kali. An. N sering terbangun saat malam hari, pada saat sehat An. N sering tidur pada sore hari sekitar pukul 16.30. pada saat sakit An. N minum 4-5 gelas/hari. Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi, pada tanggal 22 Mei 2017, a. Hemaglobin: 11,1 g/dl (10-16 g/dl) b. Lekosit: 4.200/ mm3 (9.00012.000/mm3) c. Hematokrit: 34 % (33-38 %) d. Trombosit: 126.000/mm3 (200.000400.000/mm3)

IVFD RL 20 tts/menit 12 jam/ kolf, IVFD RL 20 tts/menit 12 jam/ kolf,, Paracetamol 500mg 3x1, Trolit 3x1, paracetamol syr 3x11/2 sth, puyer 3x1 Ranitidine syrp 2x1

2. Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan diangkat berdasarakan data yang didapatkan berupa data subjektif dan objektif. Pada partisipan 1 An. H ditemukan 4 diagnosis keperawatan, sedangkan pada partisipan 2 An. N ditemukan 2 diagnosis keperawatan. Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan PARTISIPAN 1 Partisipan 1 An. H ditemukan 4 diagnosis keperawatan yaitu hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

PARTISIPAN 2 Partisipan 2 An. N ditemukan 2 diagnosis keperawatan yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, dan resiko perdarahan berhubungan trombositopenia Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

Poltekkes Kemenkes Padang

38

berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism diagnose tersebut diangkat karena suhu klien 38,2oc demam hari ke-4, badan teraba hangat, kulit tampak kemerahan, dan leokosit 2.500/mm3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Diagnosis tersebut diangkat karena tampak anak tampak muntah, bibir kering, mukosa bibir pucat, pecah-pecah dan hematokrit meningkat 42%.

diagnosa tersebut diangkat karena suhu klien suhu: 38oC demam hari ke-5, tampak wajah kemerahan, kulit teraba hangat, lekosit: 4.200/ mm3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Diagnosis tersebut diangkat karena suhu : 38oc, rr : 21 x/m, hr : 81 x/m, hemobglobin: 11,1 g/dl, trombosit: 126.000/mm3, konjungtiva anemis, mukosa bibir tampak kemerahan, adanya tampak bintik merah pada seluruh tubuh.

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit. Diagnosis tersebut diangkat karena klien mengatakan perut terasa nyeri, kepala nyeri, tampak memengangi perut, skala nyeri 2-3, nyeri tekan pada ulu hati. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan Diagnosis tersebut diangkat karena diit hanya dihabiskan ¼ porsi saja, konjungtiva anemis, mukosa bibir pucat, tampak memuntahkan makanan yang dimakan, BB: 36 kg sebelum sakit: 38 kg, Hb: 13,0 g/dl. 3. Rencana Asuhan Keperawatan Rencana asuhan keperawatan dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada NIC dan NOC. Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua partisipan. Tabel 4.3 Rencana Asuhan Keperawatan PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2 Hipertemi berhubungan dengan Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism. Setelah peningkatan laju metabolism. Setelah

Poltekkes Kemenkes Padang

39

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. Intervensinya adalah Perawatan Demam pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil), tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam, dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila.

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil: tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. Intervensinya adalah Perawatan Demam pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil), tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam, dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dengan kriteria hasil : tekanan darah tidak terganggu, hematokrit sedikit terganggu turgor kulit tidak terganggu, membran mukosa lembab tidak terganngu, intake cairan tidak terganggu, output urin tidak terganggu, tidak ada haus, tidak ada peningkatan hematokrit, tidak ada nadi cepat dan lemah. Intervensinya adalah Manajemen Cairan yaitu pertahankan catatan intake dan output yang akurat, monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah), monitor vital sign, monitor masukan atau cairan dan hitung intake kalori harian, dorong pasien untuk menambah asupan oral (misalnya, memberikan sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan), tawari makanan ringan (misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah), kolaborasi pemberian

Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan kehilangan darah tidak terjadi dengan kriteria hasil : tidak ada kehilangan darah yang terlihat, tidak ada hematuria, tidak ada keluar darah dari anus, tidak ada hematemesis, tidak ada penurunan tekanan darah sistolik, tidak ada penurunan tekanan darah diastolic. Intervensinya adalah Pencegahan Perdarahan yaitu monitor ketat tanda-tanda perdarahan, monitor nilai labor, monitor status cairan yang meliputi intake dan ouput, observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh (BAB), instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin k, instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat).

Poltekkes Kemenkes Padang

40

cairan IV, moniotor hasil laboratorium. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri berkurang dengan kriteria hasil: tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada mengerang dan menangis, tidak ada menyeringit, tidak ada ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, tidak ada ekspresi wajah nyeri. Intervensinya adalah manajemen nyeri yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien, kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri, bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan, kurangi faktor presipitasi nyeri, pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan inter personal),kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi, tingkatkan istirahat, kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kurangnya asupan makanan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi: asupan makanan dan cairan teratasi dengan kriteria hasil: asupan makanan secara peroral sepenuhnya adekuat, asupan cairan secara peroral sepenuhnya adekuat, asupan cairan intravena sepenuhnya adekuat, asupan nutrisi parenteral sepenuhnya adekuat. Intervensinya adalah manajemen nutrisi yaitu kaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, berikan

Poltekkes Kemenkes Padang

41

informasi tentang kebutuhan nutrisi, tawarkan makanan ringan yang padat gizi, anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara berada di rumah sakit. Monitor nutrisi yaitu monitor adanya penurunan berat badan, monitor lingkungan selama makan, monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi, monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering, monitor mual muntah, monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht. 4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai. Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan PARTISIPAN 1 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (S: 38,2oc), monitor warna kulit dan suhu, diberikan obat atau cairan IV (paracetamol 500 mg jam 13.35, cairan IV RL 20 tts/i/12 jam), menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar, Dorong konsumsi cairan setiap jam 11/2-2 liter dalam 24 jam (air putih, teh manis, susu), kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila (menggunakan handuk kecil).

PARTISIPAN 2 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (S: 38oC), monitor warna kulit dan suhu, diberikan obat atau cairan IV (paracetamol syrup dan RL 20 tts/i/12jam), menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar, Dorong konsumsi cairan setiap jam (air putih), kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila (menggunakan handuk kecil).

Kekurangan volume cairan adalah pertahankan catatan intake dan output yang akurat, memonitor status hidrasi (membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah), memonitor

Resiko perdarahan adalah monitor nilai labor monitor, status cairan yang meliputi intake dan ouput, observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh (BAB), instruksikan pasien untuk

Poltekkes Kemenkes Padang

42

vital sign, menganjurkan keluarga memberikan makanan ringan minuman ringan dan buahan segar/ jus buah), lembabkan bibir yang kering dan pecahpecah (menggunakan air dan madu), kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD RL 20 tts/i), memonitor hasil laboratorium (hematokrit)

meningkatkan makanan yang kaya vitamin k (kacang kedelai, anggur), instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat).

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi yaitu penyakit melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan (pasien tampak meringis, dan memengangi perut yang sakit), mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan, melakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian), menganjurkan tingkatkan istirahat, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri pada abdomen (Ranitidine sirup). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu mengkaji adanya alergi makanan (menanyakan apakah ada alergi terhadap makanan), anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering, menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang disukai pasien (roti, biscuit), monitor mual muntah

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan setiap hari selama 5 hari. Berikut adalah hasil evaluasi yang dilakukan pada kedua partisipan.

Poltekkes Kemenkes Padang

43

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan PARTISIPAN 1 Perkembangan yang dialami oleh An. H setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari yaitu pada hari ke 4 untuk masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme teratasi, ditemui data objektif: suhu anak sudah dalam batas normal yaitu 36,5oC, kulit tidak dampak kemerahan lagi, Kulit tidak teraba hangat lagi, Leokosit: 5000/mm3, data subjektif: keluarga mengatakan badan An. H tidak teraba hangat. Kriteria hasil tercapai yaitu tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. Hasil evaluasi untuk masalah keseimbangan cairan dan hidrasi pada diagnosis keperawatan yang kedua yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif tertatasi pada hari ke 4, dengan kriteria hasil tekanan darah tidak terganggu masih dalam batas normal, hematokrit sedikit terganggu karena belum dalam batas normal tetapi tidak mengalami peningkatan, membran mukosa lembab, dan tidak ada penurunan dan kenaikan nadi.

PARTISIPAN 2 Perkembangan yang dialami oleh An. N setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari didapatkan hasil evaluasi termogulasi pada diagnosis hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme teratasi pada hari ke 3, dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu yang awal masuk suhu An. N 38oC turun menjadi 36oC, kembalinya warna kulit yang permulaan kulit An. H kemerahan, dan tidak ada tanda dehidrasi, leokosit 4500/mm3. Keluarga mengatakan suhu dan badan pasien tidak ada mengalami kenaikan dan tidak ada teraba hangat Hasil evaluasi untuk masalah resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia teratasi pada hari ke 5, dengan kriteria hasil bintik merah pada seluruh tubuh sudah mulai berkurang, gusi beradarah tidak ada lagi, dan pemeriksaan labor hemoglobin: 11 g/dl, trombosit: 125.000/mm3.

Hasil evaluasi untuk masalah nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, control nyeri dan status kenyamanan pada diagnosis ketiga teratasi pada hari ke 5, dengan kriteria hasil tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada wajah yang menyeringit, tidak ada ekspresi wajah nyeri, tidak terganggu kesejahteraan fisik karena pasien kurang tidur.

Poltekkes Kemenkes Padang

44

Hasil evaluasi untuk masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, status nutrisi: asupan makanan dan cairan teratasi pada hari ke 5 dengan kriteria hasil asupan makanan secara peroral sepenuhnya adekuat An. H sudah menghabiskan diitnya lebih ½ piring, asupan cairan secara peroral sepenuhnya adekuat, asupan cairan intravena sudah sepenuhnya adekuat.

Poltekkes Kemenkes Padang

45

Poltekkes Kemenkes Padang

46

B. Pembahasan Kasus Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dengan aplikasi atau prakrek asuhan keperawatan pada An. H dan An. N dengan kasus yang telah dilakukan sejak tanggal 22 – 27 mei 2016. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Pada partisipan 1 An. H hasil pengkajian riwayat kesehatan An. H didapatkan demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala, sedangkan pada partisipan 2 An. N didapatkan demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seluruh tubuh.

Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejalagejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam

dimulai dari yang paling

ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif.

Hasil analisa peneliti, kasus yang ditemukan pada An. H dan An. N sesuai dengan teori karena pada teori mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut dan adanya bentuk perdarahan.

Partispan 1 An. H keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu, banyak gantungan baju di kamar. Poltekkes Kemenkes Padang

47

Keluarga mengatakan di 2-3 rumah juga ada yang mengalami DBD, sedangkan pada partisipan 2 An. N keluarga mengatakan di rumah menggunakan ember tidak menggunakan bak mandi. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah mengalami DBD sebelumnya. Pola tidur An. N sering tidur pada sore hari sekitar pukul 16.30.

Wati (2009) menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah sakit DBD teradapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD. Penelitian yang dilakukan Dardjito pada tahun 2008 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan kejadian DBD.

Nursalam

dkk

(2008)

menyatakan

bahwa

kondisi

lingkungan

yang

menyebabkan DBD sering kali di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang, bak yang jarang di kuras dan gantungan baju di kamar). Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Menurut Soedjas, 2011 menyebutkan bahwa nyamuk dari tetangga mungkin terbang ke rumah sekitarnya, karena nyamuk memiliki daya jelajah hingga 100 meter.

Menurut analisa penenliti faktor penyebab dari penyakit DBD yang ditemukan pada An. H dan An. N sama dengan teori dari aspek lingkungan. Sedangkan pada aspek pola kebiasan tidur anak pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00 tidak sama dengan teori karena pola tidur pada siang hari dan sore tidak selalu berhubungan dengan kejadian DBD.

Pemeriksaan fisik pada An. H didapatkan adanya edema palpebra, nyeri ulu hati, nyeri persendian dan tidak ada tanda perdarahan, sedangkan pada An. N didapatkan pemeriksaan fisik ada nya petekie di seluruh tubuh, gusi berdarah, nyeri ulu hati dan persendian.

Poltekkes Kemenkes Padang

48

Hasil penelitian Annisa dkk (2015), menyebutkan bahwa perdarahan spontan yang lebih banyak terjadi pada anak adalah peteki (51,9%), epistaksis (16,5%), ekimosis (11,4%), hematemesis (6,3%) dan perdarahan gusi (2,5%). Susilaningrum dkk (2013) Gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Menurut Nursalam dkk (2008) mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifetasi klinis perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa peradarahan spontan mulai dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan peradarahan gusi.

Menurut analisa peneliti bahwa gejala perdarahan pada anak DBD sama dengan teori. Perdarahan tersebut diakibatkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler, gangguan fungsi trombosit dan kelainan koagulasi.

Menurut penelitian Zein dkk (2015) mengatakan bahwa didapatkan jumlah anak yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita (68%). Menurut Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan manifestasi klinis pada anak DBD adanya nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.

Menurut analisa peneliti adanya gejala nyeri ulu hati, nyeri abdomen dan nyeri persendian sesuai dengan teori. Adanya tersebut diakibatkan kebocoran plasma endothelium kapiler sehingga tertumpuknya cairan.

2. Diagnosa Keperawatan Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An. H yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,

nyeri

akut

berhubungan

dengan

inflamasi

penyakit,

dan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Poltekkes Kemenkes Padang

49

kurangnya asupan makanan. Pada An. N diagnosa yang muncul yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan berhubungan trombositopenia. Diagnosis yang muncul pada dokumentasi rumah sakit pada An. H terdapat 2 diagnosis yaitu hipertermi dan ketidakseimbanagn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, sedangkan pada An. N hanya satu diagnosis yaitu hipertermi.

Menurut NANDA (2015) terdapat 8 diagnosis keperawatan yang muncul yaitu hipertermia , resiko perdarahan, kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.

Diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan teori pada An. H diantaranya resiko syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dan ketidakefektifan pola napas.

a. Resiko syok adalah berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa. Dengan faktor resiko hipotensi, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, infeksi, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik (Nanda, 2015) Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnose resiko syok pada An. H karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. H seperti penurunan tekanan darah, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, dan infeksi.

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan karakteristik: tidak ada nadi, perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, kelembapan, kuku, suhu), perubahan tekanan darah di ekstremitas, warna tidak kembali ke tungkai saat diturunkan, kelambatan penyembuhan luka perifer, penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas,

Poltekkes Kemenkes Padang

50

pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit, warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015). Menurut

analisa

peneliti

tidak

munculnya

diagnosis

keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. H seperti tidak ada nadi, perubahan tekanan darah, adanya edema, dan pengisian capillary refill >2 detik. c. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik, bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015). Menurut

analisa

peneliti

tidak

munculnya

diagnosis

keperawatan

ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. H seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. H dalam batas normal, tidak adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.

Sedangkan pada An. N diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan teori diantaranya kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.

a. Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi. Faktor risiko : perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan suhu tubuh (Nanda, 2015). Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan kekurangan volume cairan karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti tidak ada penurunan tekanan darah, tidak ada penurunan tekanan nadi,

Poltekkes Kemenkes Padang

51

penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, dan tidak terjadi peningkatan hematokrit.

b. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Batasan karakteristik : perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernapasan, mengekspresikan perilaku, masker wajah, gangguan tidur (Nanda, 2015). Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan nyeri akut karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti tidak adanya meringis dan menangis, keluarga mengatakan tidak terganggunya tidur An. N karena nyeri ulu hati.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic. Batasan karakteristik: berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal, bising usus hiperaktif, kelemahan otot untuk mengunyah, kelemahan otot untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran mukosa pucat, ketidakmampuan memakan makanan, nyeri abdomen. Menurut

analisa

peneliti

tidak

munculnya

diagnosis

keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal, kelemahan otot untuk mengunyah, kelemahan otot untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran mukosa pucat, dan ketidakmampuan memakan makanan.

d. Resiko syok adalah berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa. Dengan faktor resiko hipotensi, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, infeksi, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik (Nanda, 2015) Poltekkes Kemenkes Padang

52

Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnose resiko syok pada An. N karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti penurunan tekanan darah, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, dan infeksi.

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan karakteristik: tidak ada nadi, perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, kelembapan, kuku, suhu), perubahan tekanan darah di ekstremitas, warna tidak kembali ke tungkai saat diturunkan, kelambatan penyembuhan luka perifer, penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas, pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit, warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015). Menurut

analisa

peneliti

tidak

munculnya

diagnosis

keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti tidak ada nadi, perubahan tekanan darah, adanya edema, pengisian capillary refill >2 detik, tidak adanya akral dingin dan tidak ada sianosis.

f. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik, bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015). Menurut

analisa

peneliti

tidak

munculnya

diagnosis

keperawatan

ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. N dalam batas normal, tidak adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.

3. Intervensi Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang

53

Berdasarkan kasus An. H dan An. N, tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosa Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme rencana tindakan terdiri dari pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti menggil), dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila.

Berdasarkan NIC (2013) tindakan yang dilakukan untuk diagnosa hipertermi adalah pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan iv (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil), monitor penurunan tingkat kesadaran, tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam, dorong konsumsi cairan, fasilitasi istirahat, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila

Berdasarkan analisi peneliti, rencana tindakan yang dilakukan untuk diagnosa hipertemi belum sama dengan teori. Didalam teori rencana tindakan yang tidak di lakukan adalah pemberian selimut hangat pada pasien karena di ruangan belum ada fasilitas untuk selimut hangat, diruangan hanya diberikan selimut tebal biasa saja.

4. Implemetasi Keperawatan Implementasi Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme pada kedua partisipan tindakan keperawatan yang dilakukan kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila. Menurut penelitian Sri Purwanti, dkk (2008) pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien anak hipertermia di ruang rawat inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta, setelah memberi tindakan kompres hangat selama 10 menit dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh. Menurut peneliti Poltekkes Kemenkes Padang

54

melakukan kompres hangat terhadap pasien yang mengalami hipertermi sama dengan teori, karena pada saat kompres denga air hangat akan membuat pembuluh darah melebar sehingga panas akan keluar dan bukan masuk lagi ke dalam tubuh.

Tindakan keperawatan yang dilakukan selanjutnya diberikan obat atau cairan IV (paracetamol, cairan IV RL 20 tts/i/12 jam), dorong konsumsi cairan setiap jam 11/2-2 liter dalam 24 jam (air putih, teh manis, susu). Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi DBD pada anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik. Terapi suportif pada penderita DBD berupa pergantian cairan intravena akibat terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif terbanyak ialah pemberian cairan kristaloid sebanyak 62 penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II jenis cairan yang diberikan ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%. Sedangkan untuk terapi simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah satunya terapi antipiretik. Pada terapi antipiretik, data hasil penelitian menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian parasetamol sebanyak 58 penderita (78.38%).

Ngastyah (2014) mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanaya bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi seperti paracetamol. Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,52 liter dalam 24 jam, infus diberikan pada pasien apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat.

Berdasarkan analisa peneliti, pelaksanaan implementasi dorong pasien untuk minum dan kolaborasi pemberian obat dan cairan intra vena (IV) sesuai dengan teori. Karena kekurangan cairan pada tubuh akan menyebabkan pengurangan volume plasma yang berakibatkan terjadinya peningkatan hematokrit dan Poltekkes Kemenkes Padang

55

pengentalan darah, sehingga bisa menyababkan anak menjadi syok hipovolemik. Kejadian tersebut terjadi pada fase akut dimana cairan akan keluar dari intraseluler ke eskstraseluler dan masuk pada organ yang berongga.

Implementasi nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit salah satu intervensinya yaitu pemberian obat ranitidine sirup pada An. H. menurut penelitian setianyngrum (2016) mengatakan bahwa penggunaan ranitidin sebanyak 15 pasien (37,5%). Pada pasien DBD dapat terjadi perdarahan spontan, salah satunya pada saluran cerna. Untuk mencegah terjadinya perdarahan spontan pada saluran cerna sehingga perlu diberikan obat anitukak.

Menurut peneliti pemberian obat ranitidine untuk mengatasi nyeri pada An. H sesuai dengan teori karena pada anak DBD anak mengalami nyeri perut dan nyeri tekan pada ulu hati, apabila tidak diatasi bisa penyebab perdarahan saluran pencernaan. Perdarahan saluran cerna terjadi akibat anak tidak makan, dan mual muntah sehingga akan meningkatkan asam lambung mengakibatkan terkikis dinding lambung hingga lambung menjadi berdarah.

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan pada An. H dengan masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat teratasi pada hari ke 4 rawatan dengan kriteria hasil data subjektif keluarga mengatakan anak tidak demam lagi setelah demam hari ke 7, suhu: 36,5oC, leokosit: 5000/mm3 kulit tampak tidak kemerahan lagi, dan tidak ada tanda dehidrasi seperti mukosa lembab, tidak pucat dan bibir tidak pecah-pecah.

Evaluasi keperawatan pada An. N dengan masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat teratasi pada hari ke 3 rawatan dengan kriteria hasil data keluarga mengatakan An. N tidak demam lagi dan badan tidak teraba hangat lagi, data objektif S: 36 oC, kulit tidak teraba hangat lagi, tidak ada tanda dehidrasi dan hasil leokosit 4500/mm3. Poltekkes Kemenkes Padang

56

Menurut penelitian Suciwati (2014) kriteria hasil tercapai pada diagnosis hipertermi pada hari rawatan ketiga yaitu suhu dalam batas normal 36oC. pada penelitian suciwati pasien masuk pada demam hari kelima. Menurut soedjas (2011) mengatakan bahwa fase penyembuhan yang terjadi pada hari ke-6 atau ke-7, ditunjukkan adanya keadaan umum membaik dan demam sudah turun sebagai bagian dari rekasi tahap ini.

Berdasarkan analisa peneliti, kriteria hasil diagnosis hipertermi sesuai dengan teori karena pada kedua partisipan menunjukkan bahwa suhu anak turun hari ke7. Sehingga diagnosis keperawatan hipertermi pada An. H dan An. N sudah teratasi pada hari ke 4 (hari ke 7 demam) dan hari ke 3 (hari ke 7 demam) pelaksanaan asuhan keperawatan. Fase penyembuhan terjadi pada hari ke-6 atau ke-7 dimana virus sudah mulai melemah, ditunjukkan adanya keadaan umum membaik, nafsu makan sudah ada dan demam sudah turun sebagai bagian dari rekasi tahap ini

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. H dan An. N dengan demam berdarah dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2017, peneliti dapat mengambil kesimpulan: 1. Hasil pengkajian pada An. H dan An. N didapatkan data mengalami DBD dengan gejala yang sama yaitu demam dengan suhu > 37,5oC, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Sebelum nya kedua pasien memiliki tetangga yang mengalami DBD sebelumnya. 2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus An. H yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan dengan inflamasi penyakit, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. Pada An. N diagnosa yang muncul pada kasus An. N yaitu Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan berhubungan trombositopenia. 3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama hipertermi pada kedua pasien yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil), dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila. 4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari, Implementasi sesuai dengan intervensi. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan. 5. Hasil evaluasi keperawatan pada masalah hipertermi pada An. H teratasi pada hari ke 4 dan pada An. N teratasi pada hari ke 3 pelaksanaan asuhan keperawatan dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi 57

58

B. Saran 1. Bagi Direktur RSI Ibnu Sina Padang Melalui Pimpinan RS agar sering dilaksanakan palatihan secara berkala penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam penerapan asuhan keperawatan lainnya.

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR PUSTAKA Adriani, N.W.E., Tjitrosantoso, H., Yamlean, P.V.Y. 2013. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Pada Penderita Anak Yang Menjalani Perawatan Di Rsup Prof. Dr. R.D Kandou Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 No. 2. https://ejournal.unsrat.ac.id (Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2017) Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. Annisa, D. R. G., Hapsari, M., & Farhanah, N. 2015. Perbedaan Profil Klinis Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Anak Dan Dewasa. Jurnal Media Medika Muda. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/medico (Diakses Pada tanggal 11 Januari 2017) Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia Dengue And Severe Dengue. (World Health Organization (WHO), 2016). Dengue Haemoragic Fever: Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. (World Health Organization (WHO), 2017) Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2014. https://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2015/07/profil-tahun-2014-edisi2015.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2017) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Barat Tahun 2014. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat Kemenkes Kesehatan RI. 2016. Wilayah Klb Dbd Ada Di 11 Provinsi.Senin 7 Maret 2016. http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-adadi-11-provinsi.html (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2017) _________. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Sekretaris Jenderal. _________. 2015. Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari. 08 Januari 2015 http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarahbiasanya-mulai-meningkat-di-januari.html (Diakses Pada Tanggal 10 Januari 2017) _________. 2010. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi

Poltekkes Kemenkes Padang

Marestika, D.D., Ropi, Helwiyah., & Simagunsong, B. 2012. Pengetahuan Orang Tua Dalam Penatalaksanaan Dbd Pada Anak Di Puskesmas Margahayu Raya Bandung. Jurnal Padjajaran. Volume (2012). http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=103881 (Diakses Pada Tanggal 06 Januari 2017) Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., Swanson, Elizabeth. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia Herdman, H., Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 20152017. Jakarta:EGC Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC Purwanti, Sri. 2009. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan. Vol.1 No. 2. journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/download/3741/2410 (Diakses Pada Tanggal 5 Juni 2017) Nursalam, Susilaningrum, R., & Utami, S. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Rahma, Muliya. 2011. Manifestasi klinis dan hematologi dan serologi temuan pada anak-anak dengan infeksi dengue. Jurnal Pediatrica Indonesiana, Volume 51. https://paediatricaindonesiana.org (Diakses Pada Tanggal 08 Januari 2017) Setianyngrum, N.M.I. 2016. Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Periode Agustus 2015-Maret 2016. http://perpusnwu.web.id. (Diakses Pada Tanggal 18 Juni 2017) Sidiek, Aboesina. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Penyakit DBD Terhadap Kejadian Penyakit DBD Pada Anak. Jurnal Media Medika Muda. Suciwati. 2014. Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Demam Berdarah Dengue Di Ruang B Iii Kiri R Umah Sakit Telogorejo Semarang. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. 2013. Asuhan Keperawata Bayi dan Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Soedarmo, S.S.P. 2009. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Jakarta: Penerbit Univertas Indonesia (UI-Press)

Poltekkes Kemenkes Padang

Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., Satari, H.I,. 2008. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Soedjas, Triwibowo. 2011. Bila Anak Sakit. Yogyakarta: Amara Books Soedarto. 2009. Penyakit Menular Di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto Wijaya, A.S., Putri, Y.Z.,. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Jakarta: Medical Book. Wijayaningsih, K.S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media Zein, D.A, Hapsari, M.D, Farhanah, N. 2015. Gambaran Karakteristik Warning Sign WHO 2009 Pada Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak dan Dewasa. Jurnal Universitas Diponegoro. Volume 4 No 4. (Diakses Pada Tanggal 5 Juni 2017)

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 1

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 1

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 2

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 2

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 3

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 4

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 5

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 5

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 6

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 6

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DENGAN DBD DI RUANGAN ZAM ZAM RSI IBNU SINA PADANG

Waktu Pengkajian

Hari

Tanggal

Jam

Selasa

23 Mei 17

13.15

Rumah Sakit

: RSI Ibnu Sina Padang

Ruangan

: Zam Zam 9

Tanggal Masuk RS

: 23 Mei 2017

No. Rekam Medik

: 067084

Sumber informasi

: Pasien dan Keluarga

I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA 1. IDENTITAS ANAK Nama / Panggilan An. H Tanggal lahir / Umur 18-12-2007 / 10 tahun Jenis kelamin Laki-laki Agama Islam Pendidikan SD Anak ke / jumlah 2/2 saudara Diagnosa Medis DHF grade I 2. IDENTITAS IBU AYAH ORANGTUA Nama Ny. N Tn. A Umur 44 tahun 50 tahun Agama Islam Islam Suku bangsa Minang Minang Pendidikan SMA SI Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS Alamat Griya karisma permai 3 blok Griya karisma permai 3 blok B.28 B.28 Kubu dalam Kubu dalam 3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH No 1.

Nama (Inisial) Tn. A

Usia (bl/th) 14 th

Jenis Kelamin L

Hub.dg KK Saudara

Pendi dikan SMP

Status kesehatan

Ket

Mengalami DBD

Kandung

35 Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

II. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA

Keluarga mengatakan An. H masuk ke RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada tanggal 23 Mei 2017 jam 09.45 dengan keluhan demam sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, dan sakit kepala. Tanda- tanda vital: S: 37,5oC, HR: 90 x/I, TD: 100/60 mmHg

1. Riwayat Kesehatan Sekarang Pengkajian dilakukan pada hari selasa pada tanggal 23 mei 2017 jam 13.15 WIB. Keluarga mengatakan kondisi An. H sekarang badan teraba hangat, sakit kepala masih, perut masih terasa sakit, nyeri pada persendian dan nafsu makan berkurang. 2. Riwayat kesehatan dahulu Keluarga mengatakan An. R tidak ada pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit lain (seperti anemia, leukomias, thalasemia dan lainnya) maupun sakit yang sama. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pernah sakit Ada Riwayat penyakit keturunan Tidak ada Genogram Ket : ฀ : Laki-laki O : Perempuan ©/฀ : Klien ฀/O : Meninggal : Menikah ╫ : Cerai : Saudara : Tinggal serumah V. Lingkungan

Penyakit DBD -

An. H tinggal di lingkungan komplek yang padat. Keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu. Keluarga mengatakan di sekitar rumah juga ada yang mengalami DBD

VI. PENGKAJIAN KHUSUS A. ANAK 1) Pemeriksaan Fisik a. Kesadaran Compos Mentis GCS : E 4 M 6 V 5 Jumlah : 15 KU: sedang Suhu : 38,2oC RR : 21 x/m HR : 81 x/m TD : 110/ 80 mmHg b. Tanda Vital c. Posture d. Kepala

BBsebelum sakit : 38 kg BB saat sakit : 36 kg Bentuk : Normal Kebersihan : Bersih Tidak ada lesi

PB/TB : - cm

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan) Benjolan : tidak ada Data lain : wajah tampak kemerahan, kepala terasa nyeri e. Mata

Simetris Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis Reflek cahaya : positif Palbebra : edema Pupil : isokor

f. Hidung

Letak : Simetri Pernapasan cuping hidung :Tidak ada Kebersihan : Bersih Tidak ada epistaksis Warna bibir: bibir tampak pucat dan kering Kebersihan rongga mulut : bersih Data lain : nyeri saat menelan, bibir tampak pecah-pecah, tidak ada gusi berdarah

g. Mulut

h. Telinga

Bentuk : Simetris Kebersihan : Bersih Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata Pemeriksaan pendengaran : baik

i. Leher

Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada

j. Dada - Toraks

Inspeksi

- Jantung

k. Abdomen

l. Kulit

Auskultasi

: Dinding dada tampak simetris, tidak ada tarikan dinding dada : Vesikuler

Palpasi

: Fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi

: Sonor

Inspeksi

: Iktus cordis tidak terlihat

Auskultasi

: Irama teratur

Palpasi

:

Iktus cordis teraba

Perkusi

:

Jantung dalam batas normal

Inspeksi

:

Simetris kiri dan kanan, tidak ada asites

Auskultasi

: Bising usus (+)

Palpasi

: nyeri tekan pada ulu hati

Perkusi

: tymphani

Turgor : Kelembaban:

Kembali cepat Kering Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan) Warna: tampak kemerahan Data lain : ...................................................................................... Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : akral teraba hangat, tidak ada edema, terpasang IVFD RL 20 tts/I di tangan sebelah kiri, nyeri otot dan persendian

m. Ekstremitas Atas

n. Ekstremitas Bawah

Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : akral teraba hangat, tidak ada edema, neri otot dan persendian

o. Genitalia dan Tidak ada masalah anus 2) Kebiasaan sehari-hari a. Nutrisi Sehat : Makan : makan 3x sehari dengan komponen nasi, lauk pauk dan juga sayur Minum : 5-6 gelas/ perhari Sakit : Makan : mendapat diit ML, makan hanya 1-2 sendok dan dimuntahkan, tidak nafsu makan Minum : 4-5 gelas/ perhari, sulit untuk minum b. Istirahat dan Siang Malam tidur Sehat : keluarga mengatakan Sehat: keluarga mengatakan klien klien jarang tidur siang karena tidur teratur 8 jam/ perhati dengan beaktivitas dan sekolah nyenyak Sakit: klien sering tidur ± 2 jam/ perhari

Sakit: klien sering terbangun saat malam karena nyeri pada perut, demam. Tidur ± 6 jam/ perhari.

BAK Sehat: klien BAK 5x/ perhari Sakit : keluarga mengatakan klien BAK ±7-8 kali

c. Eliminasi

BAB Sehat : klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, bau khas,warna kekuningan. Sakit: klien BAB 2 kali sehari dengan konsitensi cair, bau khas warna kekuningan Frek. Mandi: 1 x/hr Cuci rambut : - x/mg Sikat gigi : 1 x/hr d. Personal higiene Masalah :............................................................................. VI. DATA PENUNJANG Laboratorium Hasil pemeriksaan hematologi Pada tanggal 23 Mei 2017 Hemaglobin : 13,0 g/dl (10-16 g/dl) Lekosit : 2.500/ mm3 (9.000-12.000/mm3) Hekamtokrit : 42 % (33-38 %) Trombosit : 133.000/mm3 (200.000-400.000/mm3) Radiologi Terapi medis

-

Paracetamol 250mg 3x1 Trolit 3x1 Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan) -

Ranitidine syrp 2x1 Perawat Yang Melakukan Pengkajian

(___________________________) Nama lengkap & tanda tangan

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

ANALISA DATA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. H No MR : 067084 N O 1.

2.

DATA DS: - Keluarga mengatakan An. H badan teraba hangat dan kulit kemerahan DO: - Suhu: 38,2oC - TD: 110/80 mmHg - Tampak wajah kemerahan - Kulit teraba hangat - Lekosit:: 2.500/mm3 DS: - Keluarga mengatakan An. H mual dan muntah - Keluarga mengatakan An. H BAB mencret

ETIOLOGI

MASALAH KEPERAWATAN Hipertermi

Peningkatan laju metabolisme

Kehilangan cairan aktif

Kekurangan volume cairan

Inflamasi penyakit

Nyeri Akut

DO: - Suhu : 38,2oC, RR : 21 x/m, HR : 81 x/m, TD : 110/ 80 mmHg - Hematokrit: 42 % - Trombosit: 133.000/mm3 - Mukosa bibir kering dan pecah-pecah - Kulit kering 3.

DS: - An. H mengatakan nyei pada bagian perut di ulu hati, nyeri kepala dan nyeri pada persendian - An. H mengatakan nyeri saat menelan - Keluarga mengatakan An. H kurang tidur karna nyeri pada nyeri pada ulu hati DO: - Skala nyeri 2-3 - Tampak wajah An. H meringis

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

DS: -

4.

-

TD: 110/80 mmHg Tampak memengangi perut Nyeri tekan pada ulu hati Keluarga mengatakan An. H makan hanya 1-2 sendok dan dimuntahkan An. H mengatakan sakit saat menelan

Kurangnya asupan makanan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DO: - Tampak diit hanya dihabiskan sedikit hanya ¼ porsi - Membran mukosa bibir pucat - Diit yang diberikan ML - Konjungtiva anemis - Tampak pasien memuntahkan makanan - BB: 36 kg sebelum sakit: 38 kg, - Hb: 13,0 g/dl.

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN NO DX 1 2

TANGGAL 23 Mei 2017 23 Mei 2017

3 4

23 Mei 2017 23 Mei 2017

DIAGNOSIS KEPERAWATAN Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi penyakit Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

RENCANA KEPERAWATAN Nama Pasien : An. H No MR : 067084 Diagnosis keperawatan

NOC

NIC

Kekurangan cairan

volume Setelah dilakukan Manajemen Cairan catatan tindakan keperawatan j) Pertahankan intake dan output yang diharapkan terjadi Definisi : penurunan cairan keseimbangan akurat cairan intravaskular, interstisial, dengan kriteria hasil : k) Monitor status hidrasi dan atau intraseluler. Ini g) Tekanan darah tidak (misalnya membrane mengacu pada dehidrasi. terganggu mukosa lembab, denyut h) Hematokrit sedikit nadi adekuat, dan Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

Faktor risiko : i) Perubahan status mental j) Penurunan tekanan darah k) Penurunan tekanan nadi l) Penurunan volume nadi m) Penurunan turgor kulit n) Membran mukosa kering o) Kulit kering p) Peningkatan suhu tubuh Faktor yang berhubungan dengan : c) Kehilangan cairan aktif d) Kegagalan mekanisme regulasi

Hipertermia

terganggu Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hidrasi tidak terjadi dengan kriteria hasil : i) Turgor kulit tidak terganggu j) Membran mukosa lembab tidak terganngu k) Intake cairan tidak terganggu l) Output urin tidak terganggu m) Tidak ada haus n) Tidak ada peningkatan hematokrit o) Tidak ada nadi cepat dan lemah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Defenisi : peningkatan suhu diharapkan tubuh diatas kisaran normal termoregulasi normal dengan kriteria hasil: g) Tidak ada Batasan karakteristik : h) Kunvulsi peningkatan suhu i) Kulit kemerahan tubuh j) Peningkatan suhu tubuh h) Tidak ada hipertermia diatas kisaran normal i) Tidak ada sakit kepala k) Kejang j) Tidak ada sakit otot l) Takhikardi k) Tidak ada perubahan m) Takhipnea warna kulit n) Kulit terasa hangat l) Tidak ada dehidrasi Faktor yang berhubungan dengan : g) Anastesia h) Penurunan respirasi i) Dehidrasi j) Pemajanan lingkungan yang panas k) Penyakit l) Peningkatan laju metabolisme

tekanan darah) l) Monitor vital sign m) Monitor masukan atau cairan dan hitung intake kalori harian n) Monitor status nutrisi o) Dorong pasien untuk menambah asupan oral (misalnya, memberikan sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan) p) Tawari makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus buah) q) Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering r) Kolaborasi pemberian cairan IV s) Monitor hasil laboratorium

Perawatan Demam i) Pantau suhu dan tandatanda vital lainnya j) Monitor warna kulit dan suhu k) Berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil) l) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam m) Dorong konsumsi cairan n) Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

Nyeri akut Defenisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa Batasan karakteristik : h) Perubahan selera makan i) Perubahan tekanan darah j) Perubahan frekuensi jantung k) Perubahan frekuensi pernapasan l) Mengekspresikan perilaku m) Masker wajah n) Gangguan tidur

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri berkurang dengan kriteria hasil: g) Tidak ada nyeri yang dilaporkan h) Tidak ada mengerang dan menangis i) Tidak ada menyeringit j) Tidak ada ketegangan otot k) Tidak ada kehilangan nafsu makan l) Tidak ada Ekspresi wajah nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil: g) Tidak terganggu kesejahteraan fisik terganggu Faktor yang berhubungan h) Tidak control terhadap gejala dengan : agen cedera ( terganggu misal biologis, zat kimia, i) Tidak kesejahteraan fisik, psikologis) kesejahteraan psikologis j) Tidak terganggu lingkungan fisik k) Tidak terganggu suhu ruangan l) Tidak terganggu dukungan sosial dari keluarga

Ketidakseimbangan

Setelah

Manajemen nyeri p) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi q) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan r) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien s) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri t) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan u) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan v) Kurangi faktor presipitasi nyeri w) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan inter personal) x) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi y) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri z) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri aa) Tingkatkan istirahat bb) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

dilakukan Manajemen Nutrisi Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

adanya alergi Dari tindakan keperawatan d) Kaji makanan status nutrisi: asupan makanan dan cairan e) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan Defenisi: asupan nutrisi teratasi dengan kriteria jumlah kalori dan tidak cukup untuk hasil: nutrisi yang dibutuhkan memenuhi kebutuhan e) asupan makanan pasien metabolic secara peroral f) Berikan informasi sepenuhnya adekuat tentang kebutuhan f) Asupan cairan secara Batasan Karakteristik: nutrisi peroral sepenuhnya i) Berat badan 20% atau g) Tawarkan makanan adekuat lebih dibawah rentang ringan yang padat gizi g) Asupan cairan berat badan ideal keluarga intravena sepenuhnya h) Anjurkan j) Bising usus hiperaktif untuk membawa adekuat k) Kelemahan otot untuk makanan favorit pasien h) Asupan nutrisi mengunyah sementara berada di parenteral sepenuhnya l) Kelemahan otot untuk rumah sakit adekuat menelan m) Kehilangan rambut berlebihan Monitor Nutrisi h) Monitor adanya n) Membran mukosa pucat penurunan berat badan o) Ketidakmampuan i) Monitor lingkungan memakan makanan selama makan p) Nyeri abdomen j) Monitor kulit kering dan Faktor yang perubahan pigmentasi Berhubungan: k) Monitor kekeringan, d) Faktor biologis rambut kusam, dan e) Ketidakmampuan mudah patah mencerna makanan l) Monitor adanya warna f) Kurang asupan makanan pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering m) Monitor mual muntah n) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht Nutrisi Kurang Kebutuhan Tubuh

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Nama Pasien : An. H No MR : 067084 Hari/ Tanggal Selasa/ 23 mei 2017

Diagnosa Keperawatan

Tindakan Keperawatan

Hipertermi

1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (38,2oc) 2. Monitor warna kulit (kemerahan)dan suhu 3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol 250 mg jam 13.35) 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 5. Menganjurkan keluarga untuk membrikan pakaian yang longgar 6. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam 7. Fasilitasi istirahat 8. Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila menggunakan handuk kecil

Evaluasi Keperawatan S: -

Paraf

Keluarga mengatakan An. H badan teraba hangat

O: - S: 37,8oC, TD: 110/ 80 mmHg, RR: 21x/I, HR: 80 x/i - Tampak kulit kemerahan - Kulit teraba hangat - Intake: minum 1000ml - Leokosit: 2500/mm3 A: masalah termogulasi belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Pantau suhu - Anjurkan konsumsi cairan - Kompres hangat dan output S: - Keluarga mengatakan An. H masih (misalnya mencret denyut nadi - Keluarga mengatakan An. H masih mual dan muntah

Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake yang akurat 2. Monitor status hidrasi membrane mukosa lembab, adekuat, dan tekanan darah) 3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan O: oral (menawarkan cairan diantara waktu - Tampak An. H masih muntah makan) - Hematokrit: 42 % 35

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

Nyeri Akut

5. Menganjurkan keluarga memberikan - Trombosit: 133.000/mm3 makanan ringan(misalnya minuman - Mukosa bibir kering dan masih ringan dan buahan segar/ jus buah) pecah-pecah 6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah- - Kulit masih kering pecah - Intake: minum: 1000 ml, IVFD RL 7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD 12jam/ kolf (1000 ml) RL 20 tts/i) A: masalah cairan belum teratasi 8. Monitor hasil laboratorium P: intervensi dilanjutkan - Pertahankan catatan intake - Menganjurkan pasien menambah supan oral - Lembabkan bibir yang kering dan pecah-pecah - Monitor hasil laboratorium 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S: komprehensif termasuk lokasi, - An. H mengatakan nyei pada bagian karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas perut di ulu hati, nyeri kepala dan dan faktor presipitasi nyeri pada persendian 2. Observasi reaksi non verbal dari - Keluarga mengatakan An. H masih ketidaknyamanan kurang tidur karna nyeri pada nyeri 3. Kontrol lingkungan yang dapat pada ulu hati mempengaruhi nyeri seperti suhu O: ruangan, pencahayaan dan kebisingan - S: 37, 8oC, TD: 110/ 80 mmHg, RR: 4. Lakukan penanganan nyeri (non 21x/I, HR: 80 x/i farmakologis yaitu teknik napas dalam - Wajah An. H masih tampak meringis dan alihkan perhatian) - Tampak An. H memenganhi 5. Menganjurkan tingkatkan istirahat perutnya - Skala nyeri masih 2-3 A: masalah manajemen nyeri beum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Observasi reaksi non verbal dari Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

-

Ketidakseimbangan nutrsi 1. kurang dari kebutuhan 2. tubuh 3.

4.

Rabu/ 24 Mei 2017

Hipertermi

Kaji adanya alergi makanan S: Anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang disukai pasien Monitor mual muntah O: -

ketidaknyamanan Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian) Menganjurkan tingkatkan istirahat Keluarga mengatakan masih sulit untuk makan Keluarga mengatakan memuntahkan apa yang dimakan Keluarga mengatakan An. H tidak ada alergi terhadap makanan

Diit hanya dihabis ¼ piring saja atau 1-2 sendok saja - Tampak pasien memuntahkan apa yang dimakan - Tampak mukosa bibir masih pucat A: Masalah nutrsi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering - Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang disukai pasien - Monitor mual muntah 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S: lainnya (S: 38oC) - Keluarga mengatakan An. H badan 2. Monitor warna kulit (kulit kemerahan) masih teraba hangat dan suhu O: 3. Berikan obat atau cairan IV ( antipiretik: - S: 37,5oC, TD: 110/ 90 mmHg, RR: paracetamol 250 mg jam 12.00) 20x/I, HR: 84 x/i Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

4. Monitor penurunan tingkat kesadaran - Tampak kulit masih kemerahan 5. Menganjurkan keluarga untuk - Kulit teraba hangat memberikan pakaian yang longgar - Intake: minum 1300ml 6. Dorong konsumsi cairan setiap jam - Leokosit: 3.500/mm3 7. Fasilitasi istirahat A: masalah termogulasi belum teratasi 8. Kompres hangat pasien pada lipat paha P: intervensi dilanjutkan dan aksila - Pantau suhu - Dorong konsumsi cairan setiap jam - Fasilitasi istirahat Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output S: yang akurat - Keluarga mengatakan An. H masih 2. Monitor status hidrasi (misalnya mencret membrane mukosa lembab, denyut nadi - Keluarga mengatakan An. H masih adekuat, dan tekanan darah) mual dan muntah 3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan O: oral (menawarkan cairan diantara waktu - Tampak An. H masih muntah makan) - Hematokrit: 41 % 5. Menganjurkan keluarga memberikan - Trombosit: 137.000/mm3 makanan ringan(misalnya minuman - Mukosa bibir kering dan masih ringan dan buahan segar/ jus buah) pecah-pecah 6. Lembabkan bibir yang kering dan pecah- - Kulit masih kering pecah - Intake: minum: 1300 ml, IVFD RL 7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD 12jam/ kolf (1000 ml) RL 20 tts/i) A: masalah cairan belum teratasi 8. Monitor hasil laboratorium P: intervensi dilanjutkan - Monitor status dehidrasi - Dorong pasien untuk menambah asupan oral - Lembabkan bibir yang kering dan pecah-pecah - Monitor hasil laboratorium Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

Nyeri Akut

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian) 5. Menganjurkan tingkatkan istirahat 6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri abdomen (Ranitidine sirup jam 18.00)

Ketidakseimbangan nutrsi 1. kurang dari kebutuhan 2. tubuh 3. 4.

S: -

-

An. H mengatakan nyeri pada bagian perut di ulu hati, nyeri kepala dan nyeri pada persendian Keluarga mengatakan An. H masih kurang tidur karna nyeri pada nyeri pada ulu hati

O: - S: 38oC, TD: 110/ 90 mmHg, RR: 19x/I, HR: 84 x/i - Wajah An. H masih tampak meringis - Tampak An. H masih memengaghi perutnya - Skala nyeri masih 3-4 A: masalah manajemen nyeri belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif - Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan - Menganjurkan tingkatkan istirahat - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri abdomen (Ranitidine sirup) Kaji adanya alergi makanan S: Berikan informasi tentang kebutuhan - Keluarga mengatakan masih sulit nutrisi untuk makan Anjurkan keluarga memberikan makan - Keluarga mengatakan memuntahkan sedikit tapi sering apa yang dimakan Monitor mual muntah - Keluarga mengatakan mengerti tentang kebuthan nutrisi pasien O: Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

-

Kamis/ 25 Mei 2017

Hipertermi

1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (37,5 oC) 2. Monitor warna kulit dan suhu 3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol 250 mg jam 12.00) 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran 5. Menganjurkan keluarga untuk membrikan pakaian yang longgar 6. Dorong konsumsi cairan setiap jam 7. Fasilitasi istirahat

Diit masih hanya dihabiskan ¼ piring saja atau 1-2 sendok saja - Tampak pasien masih memuntahkan apa yang dimakan - Tampak mukosa bibir masih pucat A: Masalah nutrsi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan - Anjurkan keluarga memberikan makan sedikit tapi sering - Monitor mual muntah S: - Keluarga mengatakan An. H badan masih demam An. H sudah turun O: - S: 36,8oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR: 20x/I, HR: 85 x/i - Tampak kulit masih kemerahan - Kulit masih teraba sedikit hangat - Intake: minum 1800ml - Leokosit: 4.200/mm3 A: masalah termogulasi teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan S: - Keluarga mengatakan An. H sudah tidak mencret lagi - Keluarga mengatakan An. H tidak muntah lagi tapi mual masih

Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah) 3. Monitor vital sign 4. Dorong pasien untuk menambah asupan O: oral (menawarkan cairan diantara waktu - Tampak An. H tidak muntah lagi makan) saat makan 5. Menganjurkan keluarga memberikan - Hematokrit: 40 %

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

makanan ringan(misalnya minuman - Trombosit: 130.000/mm3 ringan dan buahan segar/ jus buah) - Mukosa bibir sudah tampak sedikit 6. Lembabkan bibir yang kering dan pecahlembab dan masih pecah-pecah pecah - Kulit masih kering 7. Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD - Intake: minum: 1800 ml, IVFD RL RL 20 tts/i) 12jam/ kolf (1000 ml) 1. Monitor hasil laboratorium A: masalah cairan belum teratasi P: intervensi dilanjutkan Nyeri Akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S: komprehensif termasuk lokasi, - An. H mengatakan nyei pada bagian karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas perut di ulu hati masih terasa, nyeri dan faktor presipitasi kepala dan nyeri pada persendian 2. Observasi reaksi non verbal dari sudah tidak lagi ketidaknyamanan O: 3. Kontrol lingkungan yang dapat - S: 36,8oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR: mempengaruhi nyeri seperti suhu 20x/I, HR: 85 x/i ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Wajah An. H masih tidak tampak 4. Lakukan penanganan nyeri (non meringis lagi farmakologis yaitu teknik napas dalam - Skala nyeri masih 2 dan alihkan perhatian) - Tampak An. H sudah melakukan 5. Menganjurkan tingkatkan istirahat penaganan nyeri dengan alihkan 6. Berikan analgetik untuk mengurangi perhatian yaitu berbincang dengan nyeri abdomen (Ranitidine sirup jam saudaranya 18.00) A: masalah manajemen nyeri teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan Ketidakseimbangan nutrsi 1. Anjurkan keluarga memberikan makan S: kurang dari kebutuhan sedikit tapi sering - Keluarga mengatakan masih sulit tubuh 2. Monitor mual muntah untuk makan 3. Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga mengatakan An. H tidak memberikan makanan yang disukai muntah lagi pasien O: Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

-

Diit masih hanya dihabiskan ¼ piring saja atau 1-2 sendok saja - Tampak mukosa bibir masih pucat - Tampak An. H tampak sudah makan makanan ringan yg disukainya A: Masalah nutrsi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan Jumat/ 26 Mei 2017

Hipertermi

1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S: lainnya - Keluarga mengatakan An. H sudah 2. Monitor warna kulit dan suhu tidak demam lagi 3. Berikan obat atau cairan IV (antipiretik: O: paracetamol 250 mg jam 12.00) - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR: 4. Menganjurkan keluarga untuk 20x/I, HR: 80 x/i membrikan pakaian yang longgar - Leokosit: 5000/mm3 5. Dorong konsumsi cairan dua jam sekali - Tampak kulit tidak kemerahan lagi 6. Fasilitasi istirahat - Kulit tidak teraba hangat lagi - Intake: minum 1500ml - Leokosit: -/mm3 A: masalah termogulasi teratasi P: intervensi dihentikan Kekurangan volume cairan 1. Pertahankan catatan intake dan output S: yang akurat - Keluarga mengatakan An. H sudah 2. Monitor status hidrasi (misalnya banyak untuk minum membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah) O: 3. Monitor vital sign - Hematokrit: 39 % 4. Dorong pasien untuk menambah asupan - Trombosit: 139.000/mm3 oral (menawarkan cairan diantara waktu - Mukosa bibir sudah tampak lembab makan) dan masih tidak pecah-pecah lagi 5. Menganjurkan keluarga memberikan - Kulit sudah lembab makanan ringan(misalnya minuman - Intake: minum: 1500 ml, IVFD RL Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

6. 7.

Nyeri Akut

8. 1.

2. 3.

4.

5. 6.

Ketidakseimbangan nutrsi 1. kurang dari kebutuhan tubuh 2. 3.

ringan dan buahan segar/ jus buah) Lembabkan bibir yang kering dan pecahpecah Kolaborasi pemberian cairan IV(IVFD RL 20 tts/i) Monitor hasil laboratorium Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian) Menganjurkan tingkatkan istirahat Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri abdomen (Ranitidine sirup)

12jam/ kolf (1000 ml) A: masalah cairan teratasi P: intervensi dihentikan

S: -

-

An. H mengatakan nyei pada bagian perut di ulu hati masih terasa sedikit, nyeri kepala dan nyeri pada persendian sudah tidak lagi Keluarga mengatakan nafsu makan An. H masih kurang

O: - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR: 20x/I, HR: 80 x/i - Wajah An. H tidak tampak meringis lagi - Skala nyeri 1 A: masalah manajemen nyeri teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan Anjurkan keluarga memberikan makan S: sedikit tapi sering - Keluarga mengatakan An. H mual Monitor mual muntah dan muntah tidak ada lagi Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga mengatakan nafsu makan memberikan makanan yang disukai An. H masih kurang pasien O: - Diit masih hanya dihabiskan 1/2 piring - Tampak mukosa bibir masih sedikit pucat Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

-

Sabtu/ 27 Mei 2017

Nyeri Akut

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 4. Lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan alihkan perhatian) 5. Menganjurkan tingkatkan istirahat

Ketidakseimbangan nutrsi 1. Anjurkan keluarga memberikan makan kurang dari kebutuhan sedikit tapi sering tubuh 2. Monitor mual muntahs 3. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang disukai pasien.

Tampak An. H tampak sudah makan makanan ringan yg disukainya A: Masalah nutrsi teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan S: - An. H mengatakan nyeri pada bagian perut di ulu hati masih terasa sedikit, nyeri kepala dan nyeri pada persendian sudah tidak lagi - Keluarga mengatakan nafsu makan An. H masih kurang - Dokter mengatakan An. H boleh pulang O: - S: 36,5oC, TD: 120/ 90 mmHg, RR: 20x/I, HR: 80 x/i - Wajah An. H tidak tampak meringis lagi - Skala nyeri 1 A: masalah manajemen nyeri teratasi P: Intervensi dihentikan S: - Keluarga mengatakan An. H mual dan muntah tidak ada lagi - Keluarga mengatakan nafsu makan An. H masih kurang - Dokter mengatakan pasien boleh pulang dan control ulang O: - Diit masih hanya dihabiskan 1/2 piring - Tampak mukosa bibir masih sedikit Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

pucat - Tampak An. H tampak sudah makan makanan ringan yg disukainya A: Masalah nutrsi teratasi P: Intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN DBD DI RUANGAN SYAFA RSI IBNU SINA PADANG

Waktu Pengkajian

Hari

Tanggal

Jam

Senin

22 Mei 2017

10.00

Rumah Sakit

: RSI Ibnu Sina Padang

Ruangan

: Syafa 11

Tanggal Masuk RS

: 21 Mei 2017

No. Rekam Medik

: 113269

Sumber informasi

: Keluarga

J. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA 4. IDENTITAS ANAK Nama / Panggilan An. N Tanggal lahir / Umur 29-8-2009 / 7 tahun Jenis kelamin Perempuan Agama Islam Pendidikan TK Anak ke / jumlah 1/1 saudara Diagnosa Medis DHF 5. IDENTITAS IBU ORANGTUA Nama Ny. M Umur 53 tahun Agama Islam Suku bangsa Minang Pendidikan S1 Pekerjaan PNS Alamat Jln. Delima 77D Padang

AYAH Tn. K 52 tahun Islam Minang S1 PNS Jln. Delima 77D Padang

6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH No

Nama (Inisial)

Usia (bl/th)

Jenis Kelamin

Hub.dg KK

Pendi dikan

Status kesehatan

Ket

35 Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

III. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA

Keluarga mengatakan An. N masuk ke RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada tanggal 21 Mei 2017 pada jam 19.00 dengan keluhan demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa sakit, nyeri pada persendian, sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seleruh tubuh. Tanda- tanda vital: S: 39,1oC HR: 80 x/i.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang Pengkajian dilakukan pada hari senin pada tanggal 22 mei 2017 10.00. Keluarga mengatakan kondisi An. N sekarang demam sudah berkurang, badan teraba hangat, tampak lemah, nafsu makan berkurang dan kurang minum. Tampak bintik-bintik merah di seluruh tubuh masih ada. 2. Riwayat kesehatan dahulu Keluarga mengatakan An. R tidak ada pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit lain maupun sakit yang sama. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pernah sakit Tidak Ada Riwayat penyakit keturunan Tidak ada Genogram Ket : ฀ : Laki-laki O : Perempuan ©/฀ : Klien ฀/O : Meninggal : Menikah ╫ : Cerai : Saudara : Tinggal serumah V. Lingkungan

-

An. N tinggal di lingkungan komplek yang padat. Keluarga mengatakan di rumah tidak memakai bak mandi hanya menggunakan ember, banyak baju yang bergantungan. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah mengalami DBD sebelumnya.

VI. PENGKAJIAN KHUSUS A. ANAK 2) Pemeriksaan Fisik a. Kesadaran Compos Mentis GCS : E 4M 6V5 Jumlah :15 KU : sedang Suhu : 38oC RR : 19 x/m HR : 84 x/m TD : - mmHg b. Tanda Vital

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan) c. Posture

BB :

d. Kepala

Bentuk : Normal, simetris Kebersihan : Bersih Tidak ada lesi, benjolan: tidak ada, wajah tampak kemerahan dan tampak bintik merah.

e. Mata

Simetris Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis Reflek cahaya : positif Palbebra : tidak edema Pupil : isokor

f. Hidung

Letak : Simetri Pernapasan cuping hidung : Tidak Ada Kebersihan : Bersih Tidak ada perdarahan epistaksis Warna bibir: kemerahan, bibir lembab Kebersihan rongga mulut : bersih Ada perdarahan gusi Bentuk : Simetris Kebersihan : Bersih Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata Pemeriksaan pendengaran : baik

g. Mulut

h. Telinga

gr atau kg

PB/TB :

cm

i. Leher

Pembesaran kelenjer getah bening : Tidak ada

j. Dada - Toraks

Inspeksi Auskultasi

: simetris, tampak bintik merah, tidak ada tarikan dinding dada : Vesikuler

Palpasi

: Fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi - Jantung

k. Abdomen

Inspeksi

: iktur cordis tidak terlihat

Auskultasi

: irama jantung reguler

Palpasi

:

Iktus kordis teraba

Inspeksi

:

Simetris, tampak bintik merah pada abdomen

Auskultasi

: Bising usus (+)

Palpasi Perkusi l. Kulit

: Sonor

: Nyeri tekan pada ulu hati : Tymphani

Turgor : Kembali cepat Kelembaban: Kering Warna: kemerahan Data lain : Tampak bintik merah pada seluruh tubuh Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan) m. Ekstremitas Atas

Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : terpasang IVFD RL 20 tts/i. tampak bintik merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri pada otot dan persendian

n. Ekstremitas Bawah

Capillary refill : < 3 dtk Data lain yang ditemukan : terpasang IVFD RL 20 tts/i. tampak bintik merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri pada otot dan persendian

o. Genitalia dan Tidak ada masalah anus 2) Kebiasaan sehari-hari e. Nutrisi dan Sehat : cairan Makan : makan 2x sehari dengan komponen nasi, lauk pauk dan juga sayur Minum : 6 gelas/ perhari

Sakit : Makan : mendapat diit ML, kadang makan 1-2 sendok, kadang tidak makan. Minum : 4-5 gelas/ perhari, sulit untuk minum f. Istirahat dan tidur

Siang Sehat : keluarga mengatakan klien sering tidur pada sore hari skitar pukul 16.30 Sakit: klien sering tidur ± 2 jam/ perhari

Malam Sehat: keluarga mengatakan klien tidur teratur 8 jam/ perhati dengan nyenyak Sakit: klien tidur ± 8 jam/hari tetapi sering terbangun dan kurang nyenyak

BAK Sehat: klien BAK 5x/ perhari Sakit : keluarga mengatakan klien BAK ±6-7 kali BAB Sehat : klien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi padat, bau khas,warna kekuningan. Sakit: klien BAB 1 kali sehari dengan konsitensi padat, bau khas, warna coklat kehitaman Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : - x/mg Sikat gigi : 1 x/h

g. Eliminasi

h. Personal higiene

VI. DATA PENUNJANG Laboratorium Hasil pemeriksaan hematologi Pada tanggal 22 Mei 2017 Hemaglobin : 11,1 g/dl (10-16 g/dl) Lekosit : 4.200/ mm3 (9.000-12.000/mm3) Hekamtokrit : 34 % (33-38 %) Trombosit : 126.000/mm3 (200.000-400.000/mm3) Radiologi

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan) Terapi medis

-

Paracetamol syr 3x11/2 sth Puyer 3x1 Perawat Yang Melakukan Pengkajian

(___________________________) Nama lengkap & tanda tangan

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

ANALISA DATA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. N No MR : 113269 N O 1.

2.

DATA

ETIOLOGI

DS: - Keluarga mengatakan An. N badan teraba hangat dan kulit kemerahan DO: - Suhu: 38oC - Tampak wajah kemerahan - Kulit teraba hangat - Lekosit:: 4.200/ mm3 DS: - Keluarga mengatakan An. N tampak bintik merah sejak hari minggu - Keluarga mengatakan BAB An. N berwarna coklat kehitaman

MASALAH KEPERAWATAN Hipertermi

Peningkatan laju metabolisme

Trombisitopenia

Resiko perdarahan

DO: - Suhu : 38oC, RR : 21 x/m, HR : 81 x/m - Hemobglobin: 11,1 g/dl - Trombosit: 126.000/mm3 - Konjungtiva anemis - Mukosa bibir tampak kemerahan - Adanya tampak bintik merah pada seluruh tubuh

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN NO DX 1 2

TANGGAL 23 Mei 2017 23 Mei 2017

DIAGNOSIS KEPERAWATAN Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme Resiko perdarahan berhubungan dengan trombisitopenia

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. N No MR : 113269 Diagnosis keperawatan Hipertermia

NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan Defenisi : peningkatan suhu diharapkan tubuh diatas kisaran normal termoregulasi normal dengan kriteria hasil: m) Tidak ada Batasan karakteristik : o) Kunvulsi peningkatan suhu p) Kulit kemerahan tubuh q) Peningkatan suhu tubuh n) Tidak ada hipertermia diatas kisaran normal o) Tidak ada sakit kepala r) Kejang p) Tidak ada sakit otot s) Takhikardi q) Tidak ada perubahan t) Takhipnea warna kulit r) Tidak ada dehidrasi u) Kulit terasa hangat Faktor yang berhubungan dengan : m) Anastesia n) Penurunan respirasi o) Dehidrasi p) Pemajanan lingkungan yang panas q) Penyakit r) Peningkatan laju metabolisme Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Definisi : beresiko diharapkan keparahan mengalami penurunan kehilangan darah tidak volume darah yang dapat terjadi dengan kriteria mengganggu kesehatan hasil : g) Tidak ada kehilangan darah yang terlihat Faktor resiko : c) Aneurisme h) Tidak ada hematuria d) Defisiensi pengetahuan i) Tidak ada keluar darah dari anus j) Tidak ada hematemesis k) Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik l) Tidak ada penurunan tekanan darah diastolik

NIC Perawatan Demam o) Pantau suhu dan tandatanda vital lainnya p) Monitor warna kulit dan suhu q) Berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti menggil) r) Monitor penurunan tingkat kesadaran s) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk demam t) Dorong konsumsi cairan u) Fasilitasi istirahat v) Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila Pencegahan Perdarahan h) Monitor ketat tandatanda perdarahan i) Monitor nilai labor j) Monitor status cairan yang meliputi intake dan ouput k) Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh l) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K m) Instruksikan keluarga untuk memonitor tandatanda perdarahan dan mengambil tindakan Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koagulasi darah membaik dengan kriteria hasil: m) Tidak ada deviasi dari kisaran normal pembentukan bekuan n) Tidak ada deviasi dari kisaran normal waktu prtrombin (PT) o) Tidak ada deviasi dari kisaran normalwaktu parsial tromboplastin (PTT) p) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hematokrit (Hct) q) Tidak ada deviasi dari kisaran normal hemoglobin (Hb) r) Tidak ada peradarahan s) Ringan petekie t) Tidak ada ekimosis u) Tidak ada BAB berdarah v) Tidak ada hematuria w) Tidak ada hematemesis x) Tidak ada gusi darah

yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Nama Pasien : An. N No MR : 113269

Hari/ Tanggal Senin/ 22 mei 2017

Diagnosa Keperawatan

Tindakan Keperawatan

Hipertermi

9. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (38oc) 10. Monitor warna kulit (kemerahan)dan suhu 11. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol syrup jam 12.00 dan IVFD RL 20 tts/i/12 jam) 12. Menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar 13. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam 14. Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila menggunakan handuk kecil

Resiko Perdarahan

1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan (BAB berwarna coklat kehitaman) 2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang-

Evaluasi Keperawatan S: -

Paraf

Keluarga mengatakan badan An. N sudah tidak panas lagi

O: - S: 37oC, RR: 21x/I, HR: 80 x/i - Tampak kulit kemerahan - Kulit teraba hangat - Intake: minum 1250ml - Leokosit: 4200/mm3 A: masalah termogulasi belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Pantau suhu - Berikan obat - Dorong konsumsi cairan setiap jam - Kompres hangat S: - Keluarga mengatakan BAB berwarna kehitaman O: - Tampak bintik merah di seluruh tubuh - Hb: 11,1 g/dl - Trombosit: 126.000/mm3 - Mukosa bibir masih tampak

35 Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

kacangan, anggur) 6. Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

Selasa/ 23 mei 2017

Hipertermi

Resiko Perdarahan

1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya (36,8oc) 2. Monitor warna kulit (kemerahan)dan suhu 3. Berikan obat atau cairan IV (paracetamol syrup jam 12.00 dan IVFD RL 20 tts/i/12 jam) 4. Menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian yang longgar 5. Dorong konsumsi cairan setiap jam (air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam

kemerahan A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat) S: -

Keluarga mengatakan badan An. N sudah tidak panas lagi

O: - S: 36,5oC, RR: 20x/I, HR: 92 x/i - Tampak masih kemerahan - Kulit tidak teraba hangat - Intake: minum 1500ml - Leokosit: 3900/mm3 A: masalah termogulasi teratasi P: intervensi dilanjutkan

1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan S: (BAB berwarna coklat kehitaman, gusi berdarah) 2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi O: intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi

Keluarga berwarna berdarah

mengatakan BAB kehitaman dan gigi

Tampak bintik merah di seluruh tubuh Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacangkacangan, anggur) 6. Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

Rabu/ 24 mei 2017

Resiko Perdarahan

-

Tampak gusi berdarah Hb: 11,4 g/dl Trombosit: 106.000/mm3 Mukosa bibir masih tampak kemerahan A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat) - Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)

1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan S: (BAB berwarna coklat kehitaman, gusi berdarah) 2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) 3. Monitor status cairan yang meliputi O: intake dan ouput 4. Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang- -

Keluarga mengatakan BAB berwarna masih kehitaman dan gigi berdarah Tampak bintik merah di seluruh tubuh Tampak masih ada gusi berdarah Hb: 11,2 g/dl Trombosit: 108.000/mm3 Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

kacangan, anggur) 6. Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat)

Kamis/ 25 mei 2017

Resiko Perdarahan

-

Mukosa bibir masih tampak kemerahan A: masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat) - Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)

1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan ( S: gusi berdarah) - Keluarga mengatakan BAB 2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) berwarna masih kehitaman sudah 3. Monitor status cairan yang meliputi tidak ada dan gigi berdarah masih intake dan ouput O: 4. Observasi adanya darah dalam sekresi - Tampak bintik merah di seluruh cairan tubuh tubuh masih 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan - Tampak masih gusi berdarah sudah makanan yang kaya vitamin K (kacangberkurang kacangan, anggur) - Hb: 11,0 g/dl 6. Instruksikan keluarga untuk memonitor - Trombosit: 125.000/mm3 tanda-tanda perdarahan dan mengambil - Mukosa bibir sudah tampak tidak tindakan yang tepat jika terjadi kemerahan lagi perdarahan (misalnya: lapor kepada A: masalah belum teratasi Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

perawat)

Jumat/ 26 mei 2017

Resiko Perdarahan

P: intervensi dilanjutkan - Monitor ketat tanda-tanda perdarahan - Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) - Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada perawat) - Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan, anggur)

1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan ( S: gusi berdarah) - Keluarga mengatakan BAB 2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, Trombosit) berwarna masih kehitaman sudah 3. Monitor status cairan yang meliputi tidak ada dan tidak ada lagi gigi intake dan ouput berdarah 4. Observasi adanya darah dalam sekresi - Keluarga mengatakan An. N cairan tubuh dibolehkan pulang 5. Instruksikan pasien untuk meningkatkan O: makanan yang kaya vitamin K (kacang- - Tampak bintik merah di seluruh kacangan, anggur) tubuh masih 6. Instruksikan keluarga untuk memonitor - Tampak gusi beradarh tidak ada lagi tanda-tanda perdarahan dan mengambil - Hb: - g/dl tindakan yang tepat jika terjadi - Trombosit: -mm3 perdarahan (misalnya: lapor kepada - Mukosa bibir sudah tampak tidak perawat) kemerahan lagi A: masalah teratasi P: intervensi dihentikan Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 (Lanjutan)

Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7

Poltekkes Kemenkes Padang