TEMPLAT TUGAS AKHIR S1

Download produk baru yang memiliki daya jual tinggi, membuka pangsa pasar baru di ... gizi (AKG), total gula, total asam, total plate count (mikroba...

0 downloads 442 Views 1MB Size
PENGEMBANGAN MODEL BISNIS MANISAN CABAI MERAH (Capsicum annum)

NABILAH AISYAH

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan model bisnis manisan cabai merah (Capsicum annum) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Nabilah Aisyah NIM F34090002

ABSTRAK NABILAH AISYAH. Pengembangan Model Bisnis Manisan Cabai Merah (Capsicum annum). Dibimbing oleh INDAH YULIASIH. Manisan cabai merah (Capsicum annum) merupakan salah satu inovasi hasil olahan sayuran dengan penambahan gula sebagai pengawet alami. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan profil produk dan mendapatkan rancangan model bisnis terbaik. Pada penelitian ini metode yang digunakan terdiri atas dua tahap yaitu pengembangan profil produk dan pengembangan model bisnis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan produk manisan cabai memiliki kadar air < 15 %, berwarna merah serta memiliki paduan rasa manis dan sedikit rasa pedas. Produk manisan cabai merah telah memenuhi standar mutu manisan kering SNI 01-37101995. Produk manisan memiliki nilai angka kecukupan gizi (% AKG) untuk lemak 3 %, protein 5 %, kabohidrat 27 % sehingga dalam 100 g kemasan dihasilkan 18 kalori. Kemasan produk manisan menggunakan kemasan primer yang merupakan kombinasi antara alumunium foil dan plastik PP (poli propilen) yang praktis dan mudah untuk dibuka. Model bisnis awal manisan cabai diasumsikan dari model usaha manisan sayuran di kota Surabaya dan usaha manisan di kota Bogor. Model bisnis mengalami perubahan setelah dilakukan pengembangan profil produk dan tahapan pengembangan model bisnis yaitu pengujian masalah dan pengujian solusi. Tahapan pengembangan profil produk mengubah empat elemen pada model bisnis yaitu patner utama, aktivitas kunci, sumber daya utama dan struktur biaya. Tahapan pengembangan model bisnis, mengubah empat elemen yaitu segmen pelanggan, proposisi nilai, saluran dan hubungan pelanggan. Hasil akhir dari iterasi yang dilakukan mengubah konsep manisan sebelumnya menjadi produk yang disenangi oleh konsumen. Kata kunci : model bisnis, manisan, cabai merah

ABSTRACT NABILAH AISYAH. Business Model Development of Candied Red Chilli (Capsicum annuum). Supervised by INDAH YULIASIH. Candied red chilli (Capsicum annuum) is one kind of processed vegetable innovation which added by sugar as natural preservative. The objective of research was to generate product profile and determine the best business model design. The method consisted of two stages such as of product profile development and business model development. Based on the result, candied chilli product has moisture content of < 15 %, red-colored and had combined sweet and few spicy flavor. Candied red chilli had met quality standard of dried candied product in SNI 01-3710-1995. Rate of diatery index (% RDI) of the product was 3 % of fat, 5 % of protein, carbohydrate content of 27 %, so that a single pack of 100 g could produce 18 % calori. The product was packaged using primary packaging by combination of aluminum foil and plastic PP (poly propilene) which was practical and easy to open. Initial business model was assumed based on sweets vegetables business models in Surabaya and sweets business in Bogor city.

The business model changed after development of the best product profile and business model development phase such as problem and solution tests. Product profile development phase changed elements of business model such as key partnership, key activities, key resources and cost structure. Business model development phase changed four elements of business model such as customer segment, value propotions, channels and customer relationship. Final result of iteration changed former concept of the product to be more favored by consumers. Keywords: business model, candied, red chilli

PENGEMBANGAN MODEL BISNIS MANISAN CABAI MERAH (Capsicum annum)

NABILAH AISYAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Industri Teknologi Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi : Pengembangan Model Bisnis Manisan Cabai Merah (Capsicum annum) Nama : Nabilah Aisyah NIM : F34090002

Disetujui oleh

Dr Indah Yuliasih STP, M Si Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Agustus 2013 dengan judul Pengembangan Model Bisnis Manisan Cabai Merah (Capsicum annum). Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini yaitu kepada Dr Indah Yuliasih STP, MSi selaku dosen pembimbing akademik, Prof Dr Ono Suparno, STP, MT dan Dr Ir Aji Hermawan, MM selaku dosen penguji tugas ujian akhir, Nasrul Velly dan Munawarah selaku orang tua penulis, RAMP IPB, beasiswa Karya Salemba Empat dan para donatur, rekan-rekan mahasiswa Teknologi Industri Pertanian 2009, rekan sebimbingan (Dika, Ihwan, Wenny, Velly, Meyta dan Fahmi), sahabat (Sri Suryaningsih, Alfiana, Nur Aziezah, Lisa, Rizqi Rohima, Renny S), rekanrekan TIN 46, mahasiswa IPB angkatan 46, paguyuban KSE IPB dan Badan Eksekutif Mahasiswa 2010-2013. Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga ide yang disampaikan dalam karya ilmiah ini dapat tersampaikan dengan baik dan memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2014 Nabilah Aisyah

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE Pengembangan Profil Produk

3

Pengembangan Model Bisnis

4

HASIL DAN PEMBAHASAN Model Bisnis Awal

5

Pengembangan Profil Produk

7

Model Bisnis Pertama

14

Pengembangan Model Bisnis

15

Verifikasi Model Bisnis

17

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR TABEL 1 2 3 4

Karakteristik bahan baku dan produk Standar mutu manisan buah kering SNI 01-3710-1995 Komposisi kimia manisan cabai merah (basis kering) Presentase AKG manisan cabai merah (takaran saji = 100 g)

9 11 12 13

DAFTAR GAMBAR 2 1 Diagram alir metodologi penelitian 2 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap parameter rasa manis, pedas, tekstur dan warna produk manisan cabai merah pada formula yang berbeda 8 3 Produk manisan cabai (a) Tampilan kemasan (b) Desain label kemasan 14

DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Metode identifikasi karakteristik produk Kuisioner panduan wawancara test the problem Kuisioner panduan wawancara test the solution Model bisnis kanvas awal Diagram alir pembuatan manisan cabai merah CV Toeniel Diagram alir proses pengolahan manisan cabai modifikasi I Hasil uji hedonik produk manisan cabai merah Hasil persentase penerimaan konsumen terhadap produk manisan cabai merah formula C Diagram alir proses pengolahan manisan cabai modifikasi II Diagram alir proses pengolahan manisan cabai modifikasi III Kadar air dan water activity (Aw) Model bisnis kanvas pertama Data responden test the problem dan test the solution Hasil wawancara test the problem Hasil wawancara test the solution Model bisnis kanvas kedua

20 22 24 25 26 27 28 30 31 32 33 34 35 36 37 38

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal kaya akan hasil pertanian (buah atau sayuran) dan hasil olahannya. Salah satu hasil olahan buah dan sayuran yang terkenal adalah manisan. Beberapa kota di Indonesia memiliki beragam khas manisan seperti manisan pala di Bogor, manisan asam glugur di Medan ataupun beragam manisan kota Malang. Secara umum, manisan ini dikelola oleh industri rumah tangga di lingkup pemukiman warga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2004) bahwa industri pengolahan di Indonesia sekitar 15,58 % termasuk industri pengolahan manisan. Cabai merupakan salah satu komoditi sayuran yang paling diminati masyarakat Indonesia setelah bawang merah dan tanaman palawija (BPS 2012). Pada tahun 2012 produksi cabai di Indonesia mencapai 1.650.831 ton. Hal ini dikarenakan cabai adalah tanaman yang mudah beradaptasi, mudah tumbuh dan berkembang sehingga banyak petani Indonesia yang melakukan budidaya tanaman cabai. Menurut Final (1995), tanaman cabai kaya akan kandungan vitamin A sebesar 470 SI dalam bentuk segar dan 576 SI dalam bentuk kering untuk 100 g sampel uji. Ketersediaan cabai begitu melimpah yaitu bulan Oktober dan November pada musim panen raya. Hal ini disebabkan lahan tanaman cabai yang masih berwarna hijau dibongkar menjadi lahan tanaman padi sehingga panen cabai hijau harus dilakukan. Cabai hijau yang melimpah pada bulan tersebut membuat harga cabai menjadi murah di pasar sehingga merugikan para petani. Tanaman cabai mengalami kerusakan yang cepat daripada jenis sayuran lain sehingga diperlukan penanganan pascapanen yang tepat untuk memperpanjang umur simpan. Tujuan dari proses penanganan pascapanen adalah untuk mempertahankan agar proses fisiologis tetap berjalan. Cara yang dapat dilakukan antara lain proses pendinginan, penyimpanan pada udara kontrol atau pengolahan menjadi produk baru yaitu manisan cabai. Selama ini, tanaman cabai banyak diolah sebagai bumbu masakan dan industri sauce karena mayoritas orang Indonesia menyukai rasa pedas sehingga pandangan ini menjadi alasan mengembangkan produk olahan baru yaitu manisan cabai di masyarakat. Di Indonesia, produk manisan sayuran adalah produk baru yang masih jarang dipasarkan. Hanya ada satu usaha kecil menengah (UKM) di kota Surabaya yang memproduksi manisan dari sayuran dan telah berhasil menjalankan usaha manisan tersebut. Berdasarkan informasi ini, terbentuk ide dasar untuk mengembangkan produk manisan sayuran dengan bahan baku cabai merah. Pengembangan produk inovatif ini didukung dengan ketersediaan bahan baku yang melimpah. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, banyak konsumen merasa jenuh akan manisan yang ada di pasar sehingga menginginkan produk inovasi olahan manisan. Produk manisan cabai merah diharapkan mampu menjadi produk baru yang memiliki daya jual tinggi, membuka pangsa pasar baru di industri pengolahan, dan disukai konsumen sebagai cemilan sehat yang kaya kandungan gizi.

2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain : 1. Menghasilkan profil produk manisan cabai merah 2. Merancang pengembangan profil produk manisan cabai merah 3. Mendapatkan rancangan model bisnis terbaik untuk usaha produk manisan cabai merah

METODE Pada penelitian ini metode yang digunakan terdiri atas dua tahap yaitu pengembangan profil produk dan pengembangan model bisnis. Diagram alir metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Model bisnis awal

Pembuatan manisan cabai Pengembangan profil produk

Tidak

Iterasi proses pembuatan produk

Uji kesukaan panelis

Identifikasi nutrisi produk Desain kemasan Profil produk Pengujian masalah Tidak

Pengujian solusi Pengembangan model bisnis

Verfikasi model bisnis

Ya

Model bisnis terbaik Selesai Gambar 1 Diagram alir metodologi penelitian

Pivot model bisnis

3 Identifikasi Model Bisnis Awal Model bisnis adalah suatu metode dalam menentukan bisnis yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk dapat mempertahankan bisnisnya dan dapat menghasilkan pendapatan. Pengembangan usaha manisan cabai merah perlu dilakukan untuk mengidentifikasi model bisnis awal. Model bisnis awal manisan cabai merah diasumsikan berdasarkan hasil pengamatan dari usaha manisan sayuran CV Toeniel di Surabaya dan usaha manisan yang ada di kota Bogor. Pengembangan Profil Produk Pengembangan profil produk dilakukan untuk mendapatkan profil produk yang siap untuk dikembangkan model bisnisnya. Pengembangan profil produk dilakukan mulai dari identifikasi tahapan proses pengolahan dan formulasi manisan cabai, uji kesukaan panelis, identifikasi karakteristik dan nutrisi produk hingga desain kemasan. Secara lengkap masing-masing proses adalah sebagai berikut : Identifikasi tahapan proses pengolahan dan formulasi manisan cabai Identifikasi tahapan proses pengolahan dan formulasi manisan cabai dilakukan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama Praktik Lapang di salah satu industri rumah tangga di Surabaya. Proses pengolahan ini kemudian dimodifikasi dengan metode trial and error sehingga didapatkan proses pengolahan dan formulasi manisan terbaik. Tahapan proses pengolahan dimulai dengan proses sortasi dan proses pencucian untuk menghilangkan kotoran pada bahan baku dan memisahkan bahan baku yang dalam kondisi rusak dan kondisi baik. Selanjutnya, bahan baku direndam dalam larutan garam yang berfungsi mencegah timbulnya bercak hitam atau coklat yang disebabkan oleh reaksi browning. Menurut Henry (1998), warna daging buah dan sayuran setelah dikupas umumnya cepat menjadi coklat. Hal ini disebabkan oleh reaksi browning, baik secara enzimatis maupun non enzimatis. Hal ini dapat dicegah setelah proses pemotongan buah dan sayuran harus direndam dalam larutan garam. Larutan garam juga dapat berfungsi sebagai pengawet alami. Selain itu, garam dapat berperan sebagai penghambat selektif mikroba, berkaitan dengan terjadinya penurunan aktivitas air, penurunan tegangan oksigen dan intervensi kerja enzim (Desroise 1988). Selanjutnya, bahan baku dicuci lalu direndam dalam larutan kapur untuk memperlunak bahan baku agar mempermudah proses perebusan atau pemasakan. Proses perebusan dalam larutan gula untuk memberikan rasa manis dan sebagai pengawet alami. Gula dapat digunakan sebagai pengawet alami manisan apabila konsentrasi yang digunakan sebesar 70 %. Menurut Apriyanto (1985), umumnya konsentrasi gula 70 % dapat menghentikan seluruh aktivitas mikroba dalam makanan. Tahapan akhir adalah proses pengeringan menggunakan tray dryer yang dapat menurunkan kadar air pada produk. Menurut Taib et al. (1998), pengeringan dengan tray dryer akan menghasilkan tingkat pengurangan berat yang makin rendah seiring dengan jumlah dan letak bahan pada rak. Hipotesisnya adalah semakin dekat rak terhadap burner atau pemasok panas, maka kadar air yang hilang akan semakin banyak dan bobot akhir bahan akan semakin berkurang.

4 Uji kesukaan panelis Uji kesukaan panelis dilakukan dengan dua kali iterasi. Pada iterasi pertama ditentukan tiga sampel produk yaitu formulasi A, B dan C dengan variasi perbedaan jenis gula tingkat kepedasan. Produk yang terpilih dari iterasi pertama akan digunakan tahapan proses pengolahannya untuk membuat dua sampel produk yang akan diujikan pada iterasi kedua dengan parameter perbedaan rasa. Metode penilaian uji kesukaan panelis dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yaitu 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (netral), 4 (suka) dan 5 (sangat suka). Iterasi pertama menggunakan metode uji hedonik dengan parameter penilaian meliputi rasa manis, pedas, tekstur dan warna sedangkan iterasi kedua menggunakan uji persentase kesukaan panelis dengan parameter perbedaan rasa. Jumlah panelis setiap iterasi adalah 30 orang yang merupakan masyarakat umum, bukan panelis terlatih atau agak terlatih. Uji kesukaan panelis dilakukan untuk mendapatkan formulasi manisan terbaik. Identifikasi karakteristik dan nutrisi produk Pada tahap ini dilakukan identifikasi produk berupa kadar air, water activity (Aw), kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar kabohidrat, angka kecukupan gizi (AKG), total gula, total asam, total plate count (mikroba) dan kadar vitamin C. Pengamatan yang dilakukan mengacu pada standar mutu manisan kering SNI 013710-1995. Metode identifikasi karakteristik produk dapat dilihat pada Lampiran 1. Desain kemasan produk Desain kemasan produk dilakukan berdasarkan sifat produk dan tujuan pengemasan. Desain kemasan dibuat menarik dan praktis sehingga menjadi daya tarik bagi konsumen. Produk dikemas menggunakan kemasan kombinasi alumunium foil dan plastik PP (poli propilen) penuh warna yang praktis serta mudah dibuka. Pengembangan Model Bisnis Pengujian masalah (test the problem) Tahap perencanaan pengembangan produk didasari oleh hasil pengujian masalah yang dimiliki oleh calon konsumen. Pengujian masalah dilakukan dengan memilih 50 responden yang dianggap sebagai segmen konsumen manisan dan membuat pertanyaan untuk melakukan wawancara. Masalah yang diperoleh dari responden tersebut mendasari perencanaan proses pengembangan model bisnis produk manisan ini. Contoh kuisioner panduan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2. Pengujian solusi (test the solution) Setelah masalah di lapangan diketahui maka dilanjutkan ke tahap pengujian solusi terhadap responden terpilih dengan menawarkan produk baru. Responden terpilih merupakan 50 orang responden dari pengujian masalah (test the problem). Pengujian solusi juga dilakukan dengan wawancara dan menyertakan prototipe awal. Pertanyaan yang dibuat mengenai konsep produk sebagai solusi yang ditawarkan. Jika sesuai dengan konsumen maka dilanjutkan ke tahap berikutnya

5 yaitu verifikasi model bisnis. Contoh kuisioner panduan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 3. Verifikasi model bisnis Verfikasi model bisnis dilakukan setelah tahap pengujian masalah dan pengujian solusi selesai. Pada tahap ini dilakukan dengan mengevaluasi hipotesis model bisnis pertama sebagai hasil dari pengujian masalah (test the problem) dan pengembangan profil produk serta memperbaiki sembilan elemen model bisnis berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian solusi (test the solution). Model bisnis ini menyesuaikan dengan kebutuhan apa yang diinginkan konsumen sehingga terjadi perubahan-perubahan yang memperbaiki hipotesis model bisnis awal.

HASIL DAN PEMBAHASAN Model Bisnis Awal Model bisnis adalah suatu metode dalam menentukan bisnis yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk dapat mempertahankan bisnisnya dan dapat menghasilkan pendapatan (Chesbrough dan Rosenbloom 2002). Model bisnis juga dapat menggambarkan bagaimana posisi suatu perusahaan dalam rantai bisnis. Osterwalder dan Pigneur (2010) mengajukan apa yang disebut dengan business model canvas untuk membantu seseorang atau organisasi dalam merancang suatu model bisnis. Dalam model bisnis ini terdapat sembilan kotak yang mempresentasikan elemen secara umum yang dapat membantu dalam mengevaluasi tujuan bisnis. Usaha bisnis manisan cabai ini jarang ditemukan di kota Bogor sehingga pengambilan hipotesis model bisnis kanvas awal manisan diasumsikan dari model bisnis usaha manisan sayuran CV Toeniel di Surabaya dan usaha manisan yang ada di kota Bogor. Hipotesis model bisnis awal usaha produk manisan cabai merah adalah : 1.

Customer segments (Segmen pelanggan) Pada blok ini ditentukan segmen pasar atau target pasar untuk produk manisan. Pasar terdiri dari berbagai macam pembeli yang membeli suatu produk sesuai dengan keinginan. Pada usaha produk manisan, segmen pasar yang dipilih adalah ibu rumah tangga dan remaja yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi cemilan. 2.

Value propositions (Proposisi nilai) Value propositions adalah nilai tambah yang diberikan ke produk agar dapat menambah konsumen yang mengkonsumsi produk manisan. Pada usaha manisan, value propositions produk yang diinginkan adalah produk manisan cabai tanpa menggunakan bahan pengawet dan kaya akan kandungan gizi.

6 3.

Channels (Saluran) Channels adalah saluran untuk menghubungkan dengan para pelanggan. Komunikasi, distribusi dan jaringan penjual atau sales merupakan salah satu usaha perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Channels usaha produk manisan ini adalah penjualan melalui retail. 4.

Customer relationships (Hubungan pelanggan) Customer relationships adalah tipe hubungan yang ingin dijalin dengan para pelanggan dari segmen pasar yang spesifik. Pada usaha produk manisan ini customer relationships yang digunakan adalah mendapatkan konsumen melalui strategi promosi melalui media sosial, bazaar, selebaran, dan strategi pendekatan langsung ke konsumen (pasar, toko oleh-oleh dan pusat makanan). 5.

Revenue stearms (Arus pendapatan) Revenue stearms adalah pendapatan yang diterima perusahaan dari masingmasing segmen pasar atau dengan kata lain pemasukan yang biasanya diukur dalam bentuk uang yang diterima perusahaan dari konsumen. Pada usaha produk manisan revenue stearms yang ditargetkan adalah penjualan langsung dan penjualan ke pedagang kecil maupun besar. 6.

Key resources (Sumber daya utama) Key resources merupakan sumber daya utama yang dibutuhkan oleh perusahaan agar model bisnis dapat berjalan dengan baik. Sumber daya utama membuat sebuah perusahaan dapat membentuk dan menawarkan value propositions, mendapatkan pasar, mengawasi hubungan dengan segmen-segmen pasar, dan mendapatkan penghasilan. Key resources untuk usaha manisan ini adalah sumber daya fisik (fasilitas industri dan sarana produksi) dan marketing. 7.

Key activities (Aktivitas kunci) Key activities adalah kegiatan-kegiatan utama yang perlu dilakukan oleh organisasi ataupun perusahaan agar memberikan nilai tambah yang baik. Setiap model bisnis memiliki aktivitas-aktivitas utama. Aktivitas utama yang penting dalam pembuatan manisan cabai adalah produksi produk, membuat kemasan, product release ke pasar, start-up produk, pemasaran, dan promosi produk. 8.

Key partnership (Patner utama) Key patnership adalah mitra utama dalam bisnis, misalnya supplier sehingga model bisnis dapat berjalan. Mitra utama yang diperlukan dalam usaha ini adalah petani lokal. 9.

Cost structure (Struktur biaya) Cost structure adalah komponen-komponen biaya yang digunakan agar organisasi atau perusahaan bisa berjalan sesuai dengan model bisnisnya. Cost structure dalam usaha manisan adalah biaya produksi produk, biaya alat mesin, biaya distribusi tak langsung dan biaya distribusi langsung (potongan harga dan komisi). Selengkapnya gambaran model bisnis kanvas awal dapat dilihat pada Lampiran 4.

7 Pengembangan Profil Produk Identifikasi tahapan proses pengolahan dan formulasi manisan Proses identifikasi tahapan proses pengolahan terbaik dilakukan dengan membuat manisan cabai menggunakan beberapa jenis formula dengan metode trial and error. Pembuatan manisan cabai pertama dilakukan dengan menggunakan formulasi manisan yang dilakukan pemilik manisan CV Toeniel di Surabaya (Lampiran 5). Berdasarkan formulasi tersebut diketahui bahwa manisan terbaik dihasilkan dengan melakukan proses perendaman dalam larutan gula selama 24 jam. Formulasi tersebut digunakan untuk membuat manisan cabai pertama dan tidak terjadi modifikasi pada tahapan proses pengolahan. Produk manisan cabai yang dibuat dengan formulasi manisan CV Toeniel berhasil. Produk manisan cabai memiliki rasa manis dan pedas tetapi memiliki warna agak kusam dan mudah hancur. Hal ini disebabkan proses perendaman kapur yang terlalu lama dan proses pengeringan yang menggunakan sinar matahari. Konsentrasi kapur yang tinggi, membuat produk menjadi lunak dan mudah hancur sehingga mempersulit proses selanjutnya. Selain itu, penggunaan konsentrasi kapur yang tinggi dapat membahayakan kesehatan sehingga dilakukan modifikasi konsentrasi kapur yang digunakan menjadi konsentrasi 0,40 % dengan lama waktu perendaman 1-6 jam berdasarkan hasil penelitian Pratiwi (2007). Menurut Nuraeni (2004), pengeringan bahan hasil pertanian yang baik menggunakan aliran udara pengeringan dengan suhu antara 45-70 0C yang membuat mikroba dan jamur tidak dapat hidup sehingga daya simpan produk lebih lama. Proses pengeringan CV Toeniel masih menggunakan bantuan sinar matahari (metode penjemuran) sehingga tidak diketahui suhu yang digunakan. Metode pengeringan dengan sinar matahari menghasilkan produk akhir yang keras, berkerut, warna agak kusam, mutu tidak seragam dan higienisnya kurang baik (Wijono 1993). Tahapan proses pengeringan mengalami modifikasi menjadi pengeringan buatan menggunakan tray dryer yang memiliki suhu 50-60 0C dan lama waktu pengeringan adalah 5 jam. Tahapan proses pengolahan manisan cabai modifikasi ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Uji kesukaan panelis Proses pembuatan manisan kedua dilakukan dengan merujuk kepada tahapan proses pengolahan yang telah dimodifikasi. Produk manisan yang dihasilkan diuji ke panelis untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap produk. Metode pengujian ini disebut uji hedonik. Pengujian hedonik dilakukan dengan jumlah panelis 30 orang. Uji ini dilakukan untuk mendapatkan formulasi terbaik dari ketiga produk tersebut. Uji hedonik menggunakan tiga formula produk yaitu formula A, B dan C. Ketiga formula dibuat berdasarkan tahapan proses pengolahan manisan yang telah dimodifikasi dengan bahan baku cabai merah. Perbedaan ketiga formula adalah penggunaan jenis gula dan tingkat kepedasaan. Formula A menggunakan sukrosa dan ada rasa pedas. Formula B menggunakan glukosa dan ada rasa pedas sedangkan formula C menggunakan sukrosa tanpa ada rasa pedas dengan cara membuang biji cabai dari kulit pada proses sortasi. Parameter penilaian ketiga formula tersebut adalah rasa manis, pedas, tekstur dan warna. Rasa manis dan

8 pedas adalah parameter yang sangat penting dalam suatu produk yang mempengaruhi penerimaan konsumen. Tekstur berpengaruh terhadap penampilan dan tingkat kekeringan produk sedangkan warna adalah daya tarik awal suatu produk yang mempengaruhi penerimaan konsumen. Pada Gambar 2 menunjukan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap ketiga formula tidak berbeda secara signifikan pada keempat parameter. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa pada taraf 5 % tidak berbeda nyata untuk parameter rasa manis, rasa pedas dan tekstur. Formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap parameter warna produk pada taraf 5 %. Formula C memiliki warna produk yang berbeda signifikan dengan formula A dan B. Data hasil uji hedonik manisan cabai merah dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil uji hedonik yang dilakukan kepada 30 orang panelis menyatakan bahwa penerimaan umum memilih produk C. Produk C dipilih oleh panelis sebagai produk manisan cabai terbaik karena memiliki perpaduan rasa manis dan sedikit rasa pedas. Akan tetapi, produk C masih memiliki kekurangan untuk warna yang agak kusam, tekstur yang tidak kering dan lengket sehingga tidak nyaman ketika dikonsumsi oleh panelis.

Rata-rata kesukaan panelis

4 A (sukrosa dan ada rasa pedas) 3

B (glukosa dan ada rasa pedas)

2

C (sukrosa dan tidak ada rasa pedas)

1

0

Manis

Pedas

Tekstur Warna Parameter Gambar 2 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap parameter rasa manis, pedas, tekstur dan warna produk manisan cabai merah pada formula yang berbeda Berdasarkan hasil uji hedonik, dilakukan modifikasi tahapan proses pengolahan manisan cabai dari proses pengolahan sebelumnya yaitu pembersihan biji dari kulit cabai saat proses sortasi, perendaman dalam larutan kapur selama 2 jam, dan proses pengeringan manisan lebih lama (> 5 jam) sehingga dapat dihasilkan produk manisan yang kering dan tidak lengket ketika dikonsumsi. Setelah uji hedonik selesai, dilakukan iterasi kedua yaitu uji persentase kesukaan panelis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap parameter rasa. Uji persentase kesukaan panelis dilakukan pada masyarakat umum yang berjumlah 30 orang (Lampiran 8).

9 Produk yang diujikan pada iterasi kedua adalah produk yang dibuat menggunakan tahapan proses pengolahan formula C pada uji hedonik yang telah dimodifikasi pada proses sortasi, perendaman dalam larutan kapur, dan proses pengeringan (Lampiran 9). Pengujian ini menggunakan dua jenis sampel produk dengan formula C1 dan C2. Perbedaan kedua sampel adalah penggunaan konsentasi gula saat proses perebusan. Formula C1 menggunakan konsentrasi gula 60 % sedangkan C2 menggunakan konsentrasi gula 70 %. Berdasarkan pengujian, didapatkan hasil persentase kesukaan produk untuk formula C1 63,30 %, C2 33,30 %, dan sisanya tidak memilih 3,33 %. Produk terpilih dari iterasi kedua adalah formula C1. Alasan panelis memilih produk tersebut karena produk memiliki paduan rasa manis dan sedikit pedas (rasa alami cabai) sehingga menciptakan keunikan untuk panelis. Selain itu, panelis menyatakan bahwa produk dengan formula C2 cocok untuk dikonsumsi oleh konsumen manisan yang tidak menyukai rasa pedas. Berdasarkan hasil pengujian persentase kesukaan panelis terjadi modifikasi formulasi manisan cabai yaitu penggunaan konsentrasi gula 70 % menjadi konsentrasi gula 60 % saat proses perebusan (Lampiran 9). Dengan demikian didapatkan tahapan proses pengolahan dan formulasi manisan terbaik untuk menghasilkan produk manisan cabai yang sesuai dengan keinginan panelis sebagai calon konsumen. Identifikasi karakteristik dan nutrisi Setelah mendapatkan formulasi terbaik untuk produk manisan perlu dilakukan identifikasi karakteristik dan nutrisi produk. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui kandungan apa yang terdapat dalam produk manisan cabai. Pengujian yang dilakukan meliputi karakteristik bahan baku dan produk, rendemen produk, kadar air, water activity (Aw), total gula, total asam, total plate count (TPC), kadar vitamin C, dan analisis proksimat untuk menghitung angka kecukupan gizi (AKG). Penjelasan uji-uji tersebut adalah sebagai berikut : Karakteristik bahan baku dan produk Setelah mendapatkan formulasi manisan terbaik perlu dilakukan pengujian karakteristik bahan baku dan produk manisan. Pengujian karakteristik bahan baku dan produk dilakukan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Jika bahan baku yang digunakan cacat atau berbeda maka akan berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan nantinya. Karakteristik bahan baku dan produk manisan cabai merah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik bahan baku dan produk Bahan baku Produk Jenis cabai merah besar Kadar air < 15 % Kadar air 85 % Aw < 0,70 Tidak busuk dan warna merah Warna merah pH 5 Rasa manis dan sedikit rasa pedas Rendemen produk Pengukuran rendemen perlu dilakukan karena berkaitan dengan perhitungan ekonomis dari bahan baku. Makin tinggi rendemen produk yang dihasilkan maka

10 makin tinggi jumlah produk yang dihasilkan per satuan berat awal. Berdasarkan proses pengolahan manisan diperoleh nilai rendemen sebesar 30 % yang didapatkan dari hasil pembagian total bobot bahan baku segar sebesar 500 g dan total bobot produk setelah pengeringan sebesar 154 g. Kadar air dan water activity (Aw) Pengujian kadar air pada produk mendapatkan hasil terbaik yaitu sebesar 14,90 %. Pengujian kadar air dilakukan mulai dari proses sortasi bahan baku hingga proses pengeringan (Lampiran 10). Kadar air mengalami penurunan yang signifikan saat proses pengeringan dilakukan. Hasil yang didapatkan sesuai dengan pernyataan Apriyanto (1985) bahwa manisan kering memiliki kadar air < 15 %, manisan semi basah memiliki kadar air 15-40 %, dan manisan basah memiliki kadar air > 40 %. Kadar air pada produk manisan cabai telah memenuhi syarat sebagai manisan kering karena sesuai dengan SNI 01-3710-1995 pada Tabel 2. Berkurangnya kadar air pada suatu produk akan memperpanjang umur simpan sehingga produk lebih tahan lama. Penentuan nilai kadar air dianggap penting dalam menentukan mutu suatu produk. Menurut Fitriani (2008), jumlah kandungan air pada bahan hasil pertanian akan mempengaruhi daya tahan bahan tersebut terhadap serangan mikroba, yang dinyatakan sebagai water activity (jumlah air bebas bahan yang dapat dipergunakan oleh mikroba untuk pertumbuhan). Aktivitas air pada produk manisan diperoleh sebesar 0,59 (Lampiran 10). Hal ini menunjukan selama proses pengolahan berlangsung terdapat sejumlah air yang berdifusi ke luar. Semakin berkurangnya kadar air dalam produk, aktivitas air (Aw) produk menurun, maka terciptanya kondisi lingkungan yang tidak baik bagi mikroba. Aktivitas mikroba yang terhambat menyebabkan daya simpan produk menjadi semakin lama. Total gula Hasil pengukuran absorbansi larutan standar gula yang berada dalam konsentrasi rentang kerja (linier range) gula pada panjang gelombang 630 nm diperoleh persamaan garis regresi y = 0,004x – 0,0095 dengan koefisien korelasi r = 0,99. Cabai segar memiliki total gula yang rendah yaitu 5,25 % (USDA Nutrient Database 2013). Setelah diolah menjadi manisan, total gula meningkat menjadi 92 %. Tingginya total gula disebabkan oleh penurunan kadar air bahan sehingga massa bahan ikut berkurang dan adanya pengaruh dari proses perendaman dalam larutan gula. Penurunan kadar air dan peningkatan kadar gula pada produk tidak hanya bertujuan menciptakan efek manis tetapi dapat memperpanjang umur simpan produk. Hasil perhitungan total gula yang didapatkan diatas konsentrasi 70 %. Menurut Damayhanti dan Eddy (1994) bahwa penambahan gula sampai konsentrasi 65 % dapat bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, kapang dan yeast karena efek dehidrasi mikroorganisme itu sendiri yang timbul akibat adanya tekanan osmotik tinggi dari gula sehingga daya simpan produk semakin lama. Total asam Cabai segar umumnya memiliki total asam sebesar 27,56 %. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh total asam produk manisan cabai sebesar 1,53 % maka terjadi penurunan total asam yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan pada proses perendaman menggunakan konsentrasi gula yang tinggi

11 sehingga total gula pada bahan meningkat dan jumlah air yang keluar semakin besar sehingga terjadi pengurangan rasa asam pada cabai merah tersebut. Kandungan asam organik banyak ditemukan dalam cabai merah seperti asam askorbat. Proses perebusan dan perendaman dalam larutan garam dapat menaikkan supply kalsium pada sayuran cabai sehingga terjadi pengurangan kadar askorbat pada produk. Total plate count (TPC) Metode angka lempeng total (total plate count) merupakan salah satu metode analisis mikrobiologi yang dihitung berdasarkan kuantitatif. Prinsip kerja dari analisis TPC adalah perhitungan jumlah koloni bakteri yang ada di dalam sampel dibagi dengan jumlah pengenceran yang digunakan dan dilakukan secara duplo. Masa perhitungan bakteri cepat sehingga mesofil aerob dapat dihitung sebagai koloni angka lempengan total per g. Berdasarkan SNI pada Tabel 2, jumlah koloni yang dihitung pada manisan adalah 25-250 koloni/g. Hasil pengamatan yang diperoleh menyatakan bahwa angka lempengan total pada manisan cabai lebih kecil dari SNI yaitu sebesar 1,60 x 102 koloni/g. Angka lempengan total pada sampel manisan tersebut membuktikan bahwa manisan bersih dan tidak mengandung mikroba melebihi standar maksimum sehingga produk layak untuk dikonsumsi. Tabel 2 Standar mutu manisan buah kering SNI 01-3710-1995 No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan : 1.4. Penampakan Normal 1.5. Bau Normal 1.6. Rasa Normal 2 Air (% b/b) Maks 31 3 Bahan tambahan : Maks 1 1.1. Pemanis buatan Negatif 1.2. Pewarna SNI 01-022201995 1.3. Pengawet SNI 01-022201995 4 Cemaran Arsen mg/kg Maks 1 5 Cemaran Logam : mg/kg Maks 2 5.1. Timbal (Pb) mg/kg Maks 5 5.2. Tembaga (Cu) mg/kg Maks 40 5.3. Seng (Zn) mg/kg Maks 40/251 5.4. Timah (Hg) mg/kg Maks 0,03 5.5. Raksa (Hg) mg/kg Maks 1 5 Cemaran mikroba : koloni/g 25-250 Vitamin C Metode pengujian kadar vitamin C dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan kadar vitamin C yang ada pada buah dan sayuran. Pada produk manisan cabai perlu untuk diketahui kadar vitamin C yang ada. Menurut Final (1995) terdapat kandungan vitamin C dalam cabai merah kering sebesar 50 mg per 100 g bahan. Literatur dan hasil pengujian sampel yang dilakukan berbeda. Hasil pengujian kadar vitamin C pada sampel sebesar 30,80 mg untuk 100 g manisan

12 cabai. Penurunan kadar vitamin C terjadi akibat proses perebusan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan suhu 80 0C dan proses pengeringan yang dilakukan dengan suhu 50-60 0C. Pada proses pengolahan bahan menjadi produk, perlakuan-perlakuan tertentu dapat menyebabkan kerusakan nilai gizi terutama kandungan vitamin C. Kerusakan vitamin C dapat dikurangi dengan memperhatikan sifat-sifat vitamin C dalam proses penanganannya. Adapun sifat-sifat vitamin C antara lain larut dalam air, mudah teroksidasi karena panas, cahaya dan udara bebas (dalam bentuk larutan), proses pengeringan, pemasakan, dan penyimpanan yang lama (Satuhu 1994). Setelah didapatkan formulasi manisan terbaik dan hasil pengujian karakteristik produk perlu dilakukan pengujian kandungan nutrisi produk (nutrition fact). Kandungan nutrisi produk diketahui setelah melakukan analisis uji proksimat pada produk manisan cabai. Hasil pengujian analisis proksimat produk manisan cabai dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi kimia manisan cabai merah Komposisi kimia (%) Kadar air 14,15 Kadar abu 0,74 Kadar lemak 1,86 Kadar protein 2,82 Kadar kabohidrat 80,43 Kadar abu Sebagian besar bahan makanan, yaitu 96 % terdiri dari bahan organik dan air, sisanya terdiri dari unsur mineral. Unsur mineral juga dikenal sebagai zat organik atau abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik akan terbakar sedangkan zat anorganiknya tidak terbakar. Zat anorganik ini yang disebut kadar abu (Winarno 1984). Kadar abu formula manisan cabai sangat dipengaruhi oleh kadar abu bahan penyusunnya terutama garam dan CaCl2 (kalsium klorida). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kadar abu manisan cabai merah adalah 0,74 %. Kadar lemak Kadar lemak yang dianalisis pada penelitian ini adalah kadar lemak kasar yaitu tidak hanya lemak (true fat) tetapi juga lilin, fosfolipida, sterol, hormon, minyak atsiri dan pigmen (Ketaren 1986). Kadar lemak manisan cabai merah analisis menunjukkan nilai 1,86 %. Kadar lemak yang rendah ini mempunyai keuntungan yaitu dapat mengurangi reaksi oksidasi selama penyimpanan. Reaksi oksidasi lemak dapat menyebabkan penurunan mutu produk karena menimbulkan ketengikan dan pembentukan radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh. Kadar protein Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun, dan pengatur (Winarno 1984). Data hasil analisis menunjukkan bahwa kadar protein manisan cabai merah yang dihasilkan adalah 2,82 %.

13 Kadar karbohidrat Penentuan kadar kabohidrat dalam penelitian ini dihitung secara by difference yaitu dengan menghitung selisih antara 100 % dengan total kadar air, kadar abu, protein, dan lemak. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar kabohidrat manisan cabai merah adalah 80,43 %. Berdasarkan hasil analisis uji proksimat yang diperoleh pada produk manisan cabai maka dilakukan perhitungan persentase angka kecukupan gizi (AKG) dan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4 Persentase AKG manisan cabai merah (takaran saji = 100 g) Zat Gizi Komposisi Jumlah zat gizi/ Standar % AKG takaran saji AKG Lemak 1,86 g/100 g 2g 62 g 3 Protein 2,82 g/100 g 3g 60 g 5 Karbohidrat 80,43 g/100 g 80 g 300 g 27 Kalori 350 kkal/100 g 350 kkal 220 kkal 18 Desain kemasan Kemasan dapat diartikan sebagai tempat atau wadah dari produk yang akan dikemas (Shacharow dan Griffin 1980). Secara umum kemasan dibagi menjadi tiga yaitu kemasan primer, sekunder, dan tersier. Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersentuhan dengan produk yang dapat langsung mempengaruhi rasa, aroma, dan penampilan produk. Kemasan sekunder adalah kemasan lapis dua yang lebih bersifat melindungi produk sedangkan kemasan tersier adalah kemasan yang dimaksudkan untuk memudahkan transportasi dan distribusi. Pada produk manisan cabai ini digunakan satu jenis kemasan yaitu kemasan primer. Kemasan yang digunakan merupakan kombinasi antara alumunium foil dan plastik PP (poli propilen) penuh warna yang praktis serta mudah dibuka. Tampak depan kemasan dibuat transparan agar memudahkan konsumen melihat isi di dalam kemasan sedangkan bagian belakang kemasan dibuat tidak transparan. Nama produk yaitu Tropical Taste yang ditulis pada label kemasan. Desain label kemasan dibuat full color dengan gambar layout sayuran cabai. Tampilan kemasan dibuat menarik dengan warna dominan merah. Pemilihan kemasan kombinasi tersebut karena bahan kemasan yang fleksibel, sedikit lebih kaku daripada PE (poli etilen), ringan, dapat menahan pemindahan (transmisi) uap air, tahan terhadap minyak (grease), memiliki permukaan yang halus dan aman untuk digunakan sebagai kemasan produk manisan. Ukuran dimensi kemasannya adalah 9,50 cm × 13 cm (panjang dan lebar) dengan tebal 1,25 cm. Selain kemasan, adapun label kemasan yang terdiri dari nama produk, netto atau berat bersih, nama dan alamat perusahaan, komposisi bahan, tanggal kadarluarsa, informasi angka kecukupan gizi (AKG) atau nutrition fact, cara penyimpanan, dan keterangan lain jika perlu diketahui. Tampilan produk manisan cabai dapat dilihat pada Gambar 3.

14

(a) (b) Gambar 3 Produk manisan cabai (a) Tampilan kemasan (b) Desain label kemasan Model Bisnis Pertama Selama proses pengembangan profil produk terjadi perubahan pada empat elemen model bisnis kanvas awal. Elemen-elemen tersebut adalah key patnership, key activities, key resource, dan cost structure. Petani lokal dibutuhkan sebagai patner utama pengembangan bisnis manisan cabai. Pada proses pengembangan profil produk berhasil didapatkan petani cabai di daerah Jawa Barat yang bersedia menjadi supplier bahan baku usaha manisan ini. Apabila petani mengalami kesulitan memasok bahan baku cabai ditemukan alternatif lain yaitu membeli bahan baku di pasar induk Kemang. Di pasar induk ini, perjualanan cabai segar mencapai ratusan ton dalam frekuensi waktu harian. Cabai merah berasal dari hasil panen petani di Sukabumi dan Jawa Tengah. Cabai ini sesuai dengan karakteristik bahan baku manisan. Patner utama lain yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha manisan adalah produsen kemasan. Produsen kemasan di daerah Cengkareng Indah bersedia memproduksi kemasan primer manisan yaitu kemasan kombinasi alumunium foil dan PP (poli propilen). Patner utama (key patnership) manisan cabai mengalami perubahan lebih spesifik yaitu petani lokal di daerah Jawa Barat, pasar induk Kemang di Bogor, dan usaha kecil menengah (UKM) kemasan di daerah Cengkareng Indah, Jakarta. Key activities pada model bisnis kanvas awal adalah produksi produk, membuat kemasan, product release ke pasar, start-up produk, pemasaran, dan promosi produk. Pengembangan bisnis manisan juga membutuhkan aktivitas lain seperti penentuan formulasi manisan, pengujian analisis kesukaan panelis, pengujian analisis karakteristik dan nutrisi produk serta sertifikasi produk. Aktivitas-aktivitas ini diperlukan untuk menjaga kualitas produk manisan sehingga aman untuk dikonsumsi konsumen. Sumber daya fisik dan marketing diperlukan dalam pengembangan bisnis manisan cabai. Namun, perlu penambahan kebutuhan akan tenaga kerja dan mitra kerjasama. Tenaga kerja dibutuhkan untuk mempercepat proses pengolahan bahan baku dan membantu proses penjualan manisan ke konsumen sedangkan mitra kerjasama berperan dalam kelancaran pengembangan usaha mulai dari membantu proses produksi hingga strategi pemasaran dan perluasan usaha manisan. Mitra

15 kerjasama yang dibutuhkan adalah petani lokal, produsen mesin dan kemasan, retail, dan investor. Key resource pada model bisnis kanvas awal mengalami perubahan. Cost structure dalam model bisnis kanvas awal mengalami perubahan menjadi biaya investasi (bangunan dan mesin), biaya bahan baku dan bahan penunjang, biaya produksi produk, biaya marketing, biaya distribusi tak langsung, dan biaya distribusi langsung (potongan harga dan komisi). Semua biaya ini dibutuhkan untuk pendirian dan pengembangan usaha manisan cabai. Perubahan cost structure diketahui saat tahapan pengembangan profil produk dilakukan. Selengkapnya perubahan model bisnis dapat dilihat pada model bisnis kanvas pertama di Lampiran 12. Pengembangan Model Bisnis Pengujian masalah (test the problem) Pengujian masalah dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis model bisnis yang dirancang sesuai dengan masalah yang dihadapi konsumen. Menurut Blank dan Dorf (2012) dalam tahap ini adalah melakukan survei langsung terhadap minimal 50 calon konsumen potensial untuk menguji permasalahan dalam model bisnis. Survei ini dilakukan pada 52 orang calon konsumen (responden) yang dibagi berdasarkan usia yaitu usia < 25 tahun sebanyak 18 orang dan usia > 25 tahun sebanyak 34 orang (Lampiran 13). Berdasarkan survei, 52 responden yang dianggap sebagai segmen pelanggan manisan yaitu ibu rumah tangga dan remaja lebih mengetahui manisan buah daripada manisan sayuran. Beberapa contoh manisan yang sering disebutkan adalah manisan pepaya, mangga, salak, dan buah pala. Pada saat survei dilakukan, kebanyakan konsumen manisan adalah ibu rumah tangga. Anak-anak dan remaja akan mengkonsumsi manisan apabila para ibu membeli produk manisan tersebut. Hal ini disebabkan ibu rumah tangga sebagai pemegang keputusan (konsumsi) dalam rumah tangga. Perempuan memiliki kecenderungan mengkonsumsi manisan lebih tinggi. Hal tersebut merubah segmen pelanggan manisan menjadi ibu rumah tangga. Sebanyak 57 % responden mengkonsumsi manisan sebagai cemilan sehari-hari dengan frekuensi pembelian yang kecil sehingga produk manisan sebagai makanan sekunder atau tersier. Berdasarkan hasil survei, hanya 62 % dari total responden yang mengetahui penggunaan bahan pengawet berbahaya pada manisan, sisanya tidak mengetahui bahkan tidak peduli akan penggunaan pengawet berbahaya ini. Masalah akan produk manisan dari kebanyakan responden adalah ketidakpraktisan penggunaan kemasan dan banyaknya penggunaan pemanis yang tidak alami. Sebanyak 38 % responden memutuskan membeli produk manisan karena rasa dan aroma produk yang enak. Penggunaan pemanis buatan mempengaruhi rasa dan aroma pada produk manisan tersebut. Masalah yang lain adalah rasa jenuh terhadap produk manisan yang sudah ada di pasar dan menginginkan inovasi baru dari produk manisan. Sebanyak 90 % responden setuju apabila ada inovasi terkait produk manisan yang beredar di pasar. Media infromasi untuk membeli manisan adalah lokasi tempat konsumen berbelanja. Toko oleh-oleh adalah salah satu tempat yang dituju oleh konsumen manisan dengan hasil survei sebesar 43 %. Beberapa dari responden juga

16 menginginkan kemudahan akses dalam pembelian manisan karena manisan cenderung hanya ditemukan di pasar dan di toko oleh-oleh. Solusi untuk masalah yang dihadapi responden dengan menawarkan produk manisan sayuran (cabai) tanpa bahan pengawet dan tanpa pemanis buatan dengan kemasan menarik dan praktis sehingga dapat dikonsumsi sehari-hari sebagai cemilan. Hasil survei pengujian masalah (test the problem) dapat dilihat secara detail pada Lampiran 14. Pengujian solusi (test the solution) Setelah masalah konsumen ditemukan dan dipahami maka solusi untuk masalah manisan tersebut dibuat dan dituliskan dalam model bisnis kanvas. Uji solusi dilakukan untuk mengetahui apakah solusi yang dibuat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi konsumen sehingga konsumen tertarik untuk membeli produk ini (Blank dan Dorf 2012). Survei pada tahap pengujian solusi (test the solution) menggunakan kuisioner panduan wawancara. Pengujian solusi dilakukan dengan melakukan survei kepada responden dari pengujian masalah kemudian menawarkan solusi dari masalah responden akan manisan yaitu produk manisan cabai merah. Elemen yang diujikan pada pengujian solusi adalah customer segment, value propotions, channels, dan customer relationship. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan (Lampiran 15) dari 52 total responden, sebanyak 77 % menyatakan kesan suka pada manisan cabai merah. Responden yang menyukai manisan tidak hanya dari kaum perempuan melainkan kaum laki-laki. Produk manisan ini dinyatakan oleh responden sebagai produk yang unik dan inovasi baru dalam industri pengolahan sayuran. Sebanyak 58 % menyatakan bahwa produk ini tidak mengandung bahan pengawet kimia dan cocok dikonsumsi sebagai cemilan sehat sehari-hari. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, sebanyak 61 % dari total responden setuju apabila produk ini dikonsumsi untuk usia 6-12 tahun (anak-anak) sebab manisan cabai dapat menjadi solusi untuk kebiasaan anak-anak yang tidak suka mengkonsumsi sayuran. Sebanyak 23 % responden menyatakan tidak setuju apabila produk ini dikonsumsi untuk usia 6-12 tahun sebab rasa pedas pada manisan dapat mengganggu sistem pencernaan anak-anak. Beberapa responden memberikan masukan untuk memproduksi manisan cabai yang tidak ada rasa pedas sehingga dapat dikonsumsi oleh anak-anak usia 6-12 tahun. Lokasi pemasaran produk manisan cabai yang banyak dipilih sebanyak 53 % adalah supermarket dan 25 % di toko manisan, sisanya menginginkan kemudahan akses dalam pembelian manisan karena manisan cenderung dijumpai di pasar dan di toko oleh-oleh. Harga yang ditawarkan tergolong normal yang dibuktikan dengan sebanyak 63 % yang memilih setuju. Jika responden merasa harga yang ditawarkan mahal maka responden dapat menyatakan tidak setuju dan memberikan masukan harga yang diinginkan. Beberapa masukan harga produk yang disebutkan adalah manisan cabai ini dijual dengan harga Rp 5.000,00 untuk kemasan 50 g. Sisi penampilan kemasan dianggap cukup menarik yang dibuktikan dengan sebanyak 88 % dari total responden. Responden menyatakan kemasan yang digunakan praktis dan mudah untuk dibuka. Panduan warna-warna pada kemasan sudah tepat dan informasi kemasan cukup detail hanya perlu ditambahkan informasi kadarluasa dan logo kehalalan produk. Produk manisan cabai ini

17 dinyatakan layak untuk dijual karena sebanyak 84 % responden menyatakan bersedia membeli produk ini apabila telah beredar di pasaran. Verifikasi Model Bisnis Setelah dilakukan pengujian solusi akan masalah konsumen terhadap manisan, langkah selanjutnya adalah evaluasi model bisnis pertama dan verifikasi model bisnis. Elemen yang diujikan pada pengujian solusi adalah customer segment, value propotions, channels, dan customer relationship yang memungkinkan terjadi perubahan model bisnis. Segmen pelanggan (customer segment) yang ditargetkan sebelumnya adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan survei yang dilakukan, segmen pelanggan tepat, banyaknya konsumen manisan adalah ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan ibu rumah tangga sebagai pemegang keputusan (konsumsi) dalam rumah tangga. Perempuan memiliki kecenderungan mengkonsumsi manisan lebih tinggi. Namun, saat survei dilakukan diketahui bahwa laki-laki juga memiliki ketertarikan mengkonsumsi manisan. Hasil survei ini menambah segmen pelanggan manisan yaitu ibu rumah tangga dan penyuka manisan dan cemilan (perempuan dan lakilaki). Responden yang telah mencoba manisan cabai menyukai rasa produk manisan karena paduan rasa manis dan sedikit rasa pedas yang tepat. Banyak yang berpendapat bahwa produk manisan ini tidak menggunakan bahan pengawet dan pemanis buatan, kaya akan kandungan gizi, kemasan praktis dan cocok dikonsumsi sebagai cemilan sehat sehari-hari. Artinya solusi untuk masalah konsumen pada value propositions dapat diterima oleh responden. Setelah melakukan uji masalah, channels yang ditentukan ada dua, yaitu penjualan melalui retail dan penjualan dengan sistem delivery sesuai dengan pesanan. Pada uji solusi, diuji apakah dengan sistem channels tersebut dapat membuat produk dengan mudah sampai ke tangan konsumen dan mampu menjangkau konsumen. Hasil dari uji tersebut menyatakan bahwa penjualan melalui retail (toko oleh-oleh, pasar dan supermarket) mudah menjangkau konsumen sehingga penjualan melalui retail menjawab solusi pada channels. Adapun penjualan delivery dapat menjadi solusi pilihan untuk konsumen yang ingin mengkonsumsi manisan secara rutin. Customer relationship adalah salah satu cara untuk menarik konsumen agar membeli produk secara terus menerus. Customer relationship produk manisan cabai dengan sistem mendapatkan konsumen melalui media sosial, iklan, dan retail, menjaga konsumen dengan memberikan fasilitas pelayanan konsumen dan memperbanyak konsumen dengan memperluas lokasi penjualan. Berdasarkan survei, media infromasi untuk membeli manisan adalah lokasi tempat konsumen berbelanja dan toko oleh-oleh adalah salah satu tempat yang dituju. Beberapa responden juga menginginkan kemudahan akses dalam pembelian karena manisan cenderung hanya ditemukan di pasar dan di toko oleh-oleh. Hal ini menyebabkan customer relationship mengalami sedikit perubahan, dengan ditambahkan penyediaan fasilitas pelayanan konsumen secara online. Model bisnis kanvas produk manisan cabai merah dapat dilihat pada Lampiran 16.

18

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Manisan cabai merah merupakan produk inovasi yang diharapkan memiliki daya jual tinggi, membuka pangsa pasar baru di industri manisan, dan menjadi produk cemilan sehat yang kaya kandungan gizi. Karakteristik produk manisan cabai adalah memiliki kadar air < 15 %, berwarna merah serta memiliki paduan rasa manis dan sedikit rasa pedas. Produk manisan cabai telah memenuhi standar mutu manisan kering SNI 01-3710-1995. Produk ini memiliki nilai angka kecukupan gizi (% AKG) untuk lemak 3 %, protein 5 %, kabohidrat 27 % sehingga dalam 100 g kemasan dihasilkan 18 % kalori. Kemasan produk manisan menggunakan kemasan primer yang merupakan kombinasi antara alumunium foil dan plastik PP (poli propilen) yang praktis dan mudah untuk dibuka. Model bisnis terbaik untuk manisan cabai merah ini adalah customer segments untuk ibu rumah tangga serta penyuka manisan dan cemilan (perempuan dan laki-laki). Value propositions manisan ini adalah produk manisan cabai merah tanpa menggunakan bahan pengawet dan tanpa pemanis buatan yang kaya kandungan gizi dengan kemasan praktis sehingga cocok dikonsumsi sebagai cemilan sehat sehari-hari. Channels dari produk manisan cabai adalah penjualan melalui retail dan penjualan dengan sistem delivery sesuai dengan pesanan. Customer relationship yang digunakan adalah mendapatkan konsumen melalui media sosial, iklan, dan retail, menjaga konsumen dengan memberikan fasilitas pelayanan konsumen secara online, memperbanyak konsumen dengan memperluas lokasi penjualan. Revenue streams melalui penjualan langsung dan penjualan ke pedagang kecil maupun besar. Key resource berupa sumber daya fisik (fasilitas industri dan sarana produksi), tenaga kerja, mitra kerjasama (bahan baku, mesin, kemasan, retail, dan investor), dan marketing. Key activities dimulai dari bahan baku hingga penjualan meliputi penentuan formulasi manisan terbaik, pengujian analisis kesukaan panelis, pengujian analisis karakteristik produk, sertifikasi produk, produksi produk, desain kemasan, product release ke pasar, start up produk, pemasaran, dan promosi produk. Key patnership adalah petani lokal di daerah Jawa Barat, pasar induk Kemang di Bogor, dan usaha kecil menengah (UKM) kemasan di daerah Cengkareng Indah, Jakarta. Cost structure usaha manisan meliputi biaya investasi (bangunan dan mesin), biaya bahan baku dan bahan penunjang, biaya produksi produk, biaya marketing, biaya distribusi tak langsung, dan biaya distribusi langsung (potongan harga dan komisi). Saran Model bisnis akan terus berubah seiring perkembangan zaman maupun teknologi sehingga tahapan customer validation (persiapan penjualan, penjualan, positioning) dan validasi model bisnis perlu dilakukan sehingga didapatkan model bisnis validasi terbaik.

19

DAFTAR PUSTAKA Apriyanto A. 1985. Panduan Praktikum Pembuatan Manisan Buah-buahan di dalam Pendidikan dan Pelatihan Penyuluh Lapangan Spesialis Industri Kecil Pengolahan Pangan, Buku III Pengolahan dan Pengawetan Pangan Kerja Sama Departemen Perindustrian dengan FATETA IPB. Bogor. Badan Pusat Statistik. Statistik Industri Pengolahan Indonesia. 2004. Badan Pusat Statistik. Hasil Holtikultura Indonesia. 2012. Blank S, Dorf B. 2012. The Startup Owner’s Manual and The Step-by Step Guide Building a Great Company. United State of America: K&&S Ranch, Inc. Publisher. Chesbrough, Rosenbloom. 2002. Business Model Canvas McGraw Hill BookCo., Inc. New York. Cruess WV. 1985. Commercial Fruits & Vegetable products. McGraw Hill BookCo., Inc. New York. Departemen Perindustrian. 1983. Laporan Up Grading Tenaga Pembina Industri Kecil pengolahan dan Pengawetan Buah-buahan dan Sayuran. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Balai Besar Litbang Industri Hasil Pertanian. Bogor. Desroiser N. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan (terjemahan). Universitas Indonesia. Jakarta. Final P. 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. Swadaya, Jakarta. Greenleaf WH. 1986. Pepper breeding, p. 67-134. In Basett M.J., (Eds). Breeding Vegetable Crops. AVI Pub. Co. Inc. Connecticut. Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta. Kusandriani Y. 1996. Botani tanaman cabai merah, hal. 20-27. Dalam A.S. Duriar, A. Widjaja W.H A.S., dan L. Prabanigrum (Eds). Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang. Nuraeni I. 2004. Rekayasa Proses Pengeringan untuk Produksi Buah Pepaya. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Potter N. 1980. Food Science. The AVI Publishing Co., Inc., Westport, Conneticut. Pramono H. 1995. Aktivitas Air dan Perannya Dalam Pengawetan Pangan. UIPress, Jakarta. Rubatzky V, M Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3. Edisi Ketiga. Penerbit ITB Bandung. Bandung. 320 hal. Taib G, E.G Said, S. Wiraatmaja. 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Winarno. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.

20 Lampiran 1 Metode identifikasi karakteristik produk Kadar air (AOAC 1984) Sejumlah bahan yang telah dihaluskan, ditimbang sebanyak 2 - 5 g dalam cawan aluminium yang telah diketahui beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110 0C sampai diperoleh berat tetap. Manisan cabai yang telah dikeringkan didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang. Rumus kadar air adalah sebagai berikut :

Dimana: A B

: berat contoh sebelum dikeringkan (g) : berat contoh setelah dikeringkan (g)

Kadar gula total (Metode Anthrone) Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis bahan makanan yang mempunyai prinsip bahwa anthrone (9,10-dihydro-9-oxsantherene) merupakan hasil reduksi antraquinone. Anthrone bereaksi secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru kehijauan yang khas. a. Pereaksi Pereaksi anthrone 0,10 % dalam asam sulfat pekat dibuat hanya pada waktu hari akan digunakan karena bersifat tidak stabil jadi hanya bertahan 1 tahun. Larutan glukosa standar 0,20 mg/mℓ. Larutan 200 mg glukosa dalam 300 mℓ akuades dimabil 100 mℓ diencerkan menjadi 100 mℓ ( 1 mℓ = 0,20 mg glukosa). b. Pembuatan sampel Masukkan 1 mℓ sampel lalu ditambahkan dengan cepat 5 mℓ perekasi anthrone ke dalam masing-masing tabung reaksi. Tutup tabung reaksi dan campur merata. Tempatkan ke dalam water bath 100 0C selama 12 menit (rendam dalam air mendidih). Dinginkan dengan cepat menggunakan air mengalir. Pindahkan kedalam kuvet, baca absorbansi pada 630 nm. Tentukan konsentrasi gula dalam sampel. Total asam Sebanyak 10 g bahan dihancurkan dalam mortar dengan penambahan 100 mℓ air destilata. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mℓ, diencerkan sampai tepat tera dengan menggunakan air destilata yang juga digunakan sebagai pembilas mortar. Saring dengan kapas, ambil 100 mℓ filtrat yang diperoleh, dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 3 tetes phenolpethalein kemudian titrasi dengan menggunakan NaOH 0,10 N sampai timbul warna merah jambu. Total asam diukur sebagai jumlah NaOH 0,10 N per 100 g bahan. Total plate count (TPC) Tahapan TPC adalah pipet beberapa mℓ kultur bakteri campurkan ke dalam beberapa mℓ aquades sesuai dengan dilusi yang dikehendaki. Kemudian diaduk hingga merata dengan cara memutar tabung reaksi dengan telapak tangan selama beberapa kali. Pipet larutan dilusi sebanyak + 1 mℓ ke dalam cawan petri. Lalu tuang media agar yang masih cair (suhu + 50 0C) ke dalam cawan petri tadi. Cawan petri diputar secara perlahan-lahan di atas meja horizontal untuk

21 mengaduk campuran media agar dengan dilusi pada kultur mikroba. Inkubasi dan amati pertumbuhan koloni bakteri. Kadar vitamin C Daging buah dan sayuran ditimbang sebanyak 10 g, ditambah air destilata 100 mℓ dan dihancurkan dalam mortar. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mℓ, ditepatkan sampai tanda tera dengan menambahkan air destilata yang digunakan sebagai pembilas mortar dan selanjutnya disaring dengan menggunakan kapas. Filtrat yang diperoleh sebanyak 25 mℓ dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 1 mℓ larutan kanji 10 %. Kemudian titrasi dengan cepat memakai larutan yod 0,01 N sampai timbul perubahan warna. Setiap mℓ yod 0,01 N sebanding dengan 0,88 mg asam askorbat sehingga kadar asam askorbat (vitamin C) dari bahan dapat dihitung dengan rumus :

22 Lampiran 2 Kuisioner panduan wawancara test the problem Dengan Hormat, Peneliti bernama Nabilah Aisyah, mahasiswi Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kuisioner ini digunakan dalam rangka penyusunan skripsi “Pengembangan Model Bisnis Manisan Cabai Merah (Capsicum annum)”. Kuisioner ini murni bertujuan ilmiah dan menjamin kerahasiaan jawaban yang diberikan. Tidak ada jawaban yang bernilai benar atau salah tetapi stiap jawaban yang anda berikan sangat membantu saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Terima kasih atas kesediaannya mengisi kuisioner ini. A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : tahun 4. No Telepon : 5. Alamat : 6. Status Pernikahan : 7. Pendidikan Terakhir a. SD d. Diploma (D1/D2/D3) b. SLTP e. Sarjana (S1/S2/S3) c. SLTA/SMK 8. Pekerjaan a. Mahasiswa/Pelajar d. Wiraswasta b. Pegawai Negeri Sipil e. Ibu Rumah Tangga c. Pegawai Swasta f. Lainnya 9. Pendapatan anda perbulan a. Orang tua/wali d. Lainnya b. Suami c. Sendiri 10. Pendapatan Anda perbulan a. Kurang dari Rp 500.000,00 b. Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 c. Rp 1.000.001,00 – Rp 2.500.000,00 d. Rp 2.500.001,00 – Rp 5.000.000,00 e. > Rp 5.000.001,00 B. Mengetahui Masalah Yang Terdapat Pada Masalah Manisan Kering di Pasaran 1. Apakah Anda mengetahui produk manisan buah/sayuran kering ? (jika iya, mohon berikan 2 contoh) 2. Dimana biasanya Anda mendapatkan atau membeli manisan buah/sayuran kering ? a. Pasar b. Toko Oleh-oleh c. Keluarga/Saudara/Teman

23

3.

4.

5.

6. 7.

d. Supermarket e. Lainnya Media/sumber informasi apa yang paling mempengaruhi Anda dalam membeli manisan kering ? a. Tempat berbelanja b. Televise c. Radio d. Koran/majalah e. Internet f. Teman g. Keluarga/saudara h. Lainnya Apa alasan yang mendorong Anda mengkonsumsi manisan buah/sayuran kering ? a. Makanan selingan b. Coba sesuatu yang baru c. Memiliki pengetahuan kegunaannya (bermanfaat) d. Perwujudan gaya hidup e. Melihat orang lain membeli f. Memiliki sumber daya ekonomi yang cukup g. Alasan lainnya Dalam pembelian manisan buah/sayuran, atribut produk apa yang anda pertimbangkan ? a. Kandungan gizi b. Harga produk c. Label produk d. Kemasan produk e. Rasa dan aroma produk f. Kehalalan produk g. Keamanan produk Menurut Anda, adakah kekurangan produk manisan buah/sayuran kering yang telah ada dipasar ? (Jika iya, mohon dijelaskan dengan singkat) Apakah Anda mengetahui manisan saat ini banyak yang menggunakan bahan pengawet kimia ?

24 Lampiran 3 Kuisioner panduan wawancara test the solution Mengetahui Penyelesaian Masalah Produk Manisan Kering 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Bagaimana kesan Anda terhadap manisan cabai merah “Tropical Taste” ? a. Suka b. Agak Suka c. Tidak suka Menurut Anda, manisan cabai ini mengandung bahan pengawet ? a. Tidak b. Ragu-ragu c. Iya Menurut Anda, manisan cabai ini cocok untuk dikonsumsi sebagai cemilan sehat sehari-hari ? a. Tidak b. Ragu-ragu c. Iya Menurut Anda, manisan cabai ini cocok untuk dikonsumsi untuk usia 6-12 tahun ? a. Tidak b. Ragu-ragu c. Iya Menurut Anda dimanakah lokasi yang tepat memasarkan produk manisan cabai ? a. Supermarket b. Toko makanan c. Daerah wisata d. Pasar e. Lainnya Jika harga 1 bungkus manisan cabai ukuran 50 g dijual Rp 8.000, menurut Anda bagaimana harga manisan cabai ini dibandingkan dengan manisan di pasar ? a. Mahal, harga yang diinginkan (isi) b. Biasa c. Murah Bagaimana kemasan dari manisan cabai ini ? a. Kemasan menarik b. Kemasan biasa c. Kemasan tidak menarik Menurut Anda, apakah manisan cabai ini layak untuk dijual ? a. Ya b. Tidak Apakah Anda berminat membeli manisan cabai ini ? a. Ya b. Tidak

25 Lampiran 4 Model bisnis kanvas awal Key Patnership: Petani lokal

Key Activities: 1. Produksi produk 2. Membuat kemasan 3. Product release ke pasar 4. Start-up produk 5. Pemasaran dan promosi produk

Value Propositions: 1. Tanpa bahan pengawet 2. Kaya kandungan gizi

Key Resources: 1. Sumber daya fisik (fasilitas industri dan sarana produksi) 2. Marketing Cost Structure: 1. Biaya produksi produk 2. Biaya alat dan mesin 3. Biaya distribusi (potongan harga dan komisi) 4. Biaya distribusi tak langsung

Costumer Relationship: 1. Strategi promosi melalui media sosial, bazaar dan selebaran 2. Strategi pendekatan langsung ke konsumen (pasar, toko oleh-oleh dan pusat makanan) Channels: Penjualan melalui retail

Customer Segments: 1. Ibu rumah tangga 2. Remaja yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi cemilan

Revenue Streams: 1. Penjualan langsung 2. Penjualan ke pedagang kecil maupun besar

26 Lampiran 5 Diagram alir pembuatan manisan cabai merah CV Toeniel Cabai

Pencucian (3 kali) dan sortasi

Air kotor

Pengecilan ukuran

Perendaman dalam larutan garam (selama 1 jam)

Pencucian dan penirisan

Air kotor

Perendaman dalam Larutan Kapur (24 jam) Pencucian dan penirisan

Perebusan dalam larutan gula (15-20 menit) selama 3 hari

Pengeringan menggunakan sinar matahari (24 jam)

Pemberian gula tabur

Pengemasan

Manisan cabai kering

Air kotor

27 Lampiran 6 Diagram alir proses pengolahan manisan cabai modifikasi I Cabai

Sortasi dan pencucian

Perendaman dalam larutan garam 3 % (t = 1 jam) Pencucian dan blansir Perendaman dalam larutan kapur 0,40 % (t = 4 jam) Pencucian dan penirisan Gula Air Jeruk nipis

Perebusan dalam larutan gula konsentrasi 30 % (t = 3-5 menit)

Pendinginan dan peredaman (24 jam)

Gula

Perebusan dalam larutan gula konsentrasi 25 % (t = 3-5 menit) Pendinginan dan peredaman (24 jam)

Gula

Perebusan dalam larutan gula konsetrasi 25 % (t = 3-5 menit)

Pendinginan dan peredaman (24 jam) Penirisan Pengeringan tray dryer 50 – 60o C (5 jam)

Manisan cabai kering

28 Lampiran 7 Hasil uji hedonik produk manisan cabai merah

Parameter rasa manis Sumber keragaman db JK JKR Fhit F Tabel (5 %) Contoh 2 1,16 0,58 0,73 3,16 Panelis 29 37,12 1,29 1,63 Error 58 45,51 0,78 Total 149 83,79 Nilai F hitung < F tabel, maka tidak ada perbedaan nyata pada formula Parameter rasa pedas Sumber keragaman db JK JKR Fhit F Tabel (5 %) Contoh 2 0,42 0,21 0,23 3,16 Panelis 29 21,95 0,76 0,81 Error 58 54,24 0,93 Total 149 76,62 Nilai F hitung < F tabel, maka tidak ada perbedaan nyata pada formula Parameter tekstur Sumber keragaman db JK JKR Fhit F Tabel (5 %) Contoh 2 0,56 0,28 0,54 3,16 Panelis 29 22,98 0,79 1,57 Error 58 29,44 0,50 Total 149 52,98 Nilai F hitung < F tabel, maka tidak ada perbedaan nyata pada formula Parameter warna Sumber keragaman Contoh Panelis Error Total Nilai F hitung > F tabel

db 2 29 58 149

JK 8,29 9,39 24,38 42,06

JKR 4,14 0,35 0,42

Standar Error = 0,1 P Ranges Least Significant Ranges (LSR)

2 2,83 0,28

3 4 2,98 3,08 0,30 0,31

Fhit 9,87 0,77

F Tabel (5 %) 3,16

29 Perlakuan Rata-rata A-C B-C B-A A-C B-C B-A A-C B-C B-A

C 3,30 0,57 0,70 0,13 0,57 0,70 0,13 0,57 0,70 0,13

A 3,87 > > < > > < > > <

B 4 0,28 0,28 0,28 0,30 0,30 0,30 0,31 0,31 0,31

Berbeda nyata Berbeda nyata Tidak berbeda nyata Berbeda nyata Berbeda nyata Tidak berbeda nyata Berbeda nyata Berbeda nyata Tidak berbeda nyata

30 Lampiran 8 Hasil persentase penerimaan konsumen terhadap produk manisan cabai untuk formula C No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.

Nama BFS Mis Lia SW AS Sul DS TS Muk Lel US DE NN End Edi Tin AT TR Mel HR NT IR Rin EM UV RF MY Mul NI BY

Umur (tahun) 62 45 27 33 73 45 39 33 23 23 29 18 40 44 58 40 56 32 13 13 31 19 18 19 37 8 28 49 29 20

Formula C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 C1 -

C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2

31 Lampiran 9 Diagram alir proses pengolahan manisan cabai modifikasi II Cabai

Sortasi dan pencucian Perendaman dalam larutan garam 3 % (t = 1 jam) Pencucian dan blansir Perendaman dalam larutan kapur 0,40 % (t = 2 jam) Pencucian dan penirisan Gula Air Jeruk nipis

Perebusan dalam larutan gula konsentrasi 30 % (t = 3-5 menit)

Pendinginan dan peredaman (24 jam)

Gula

Perebusan dalam larutan gula konsentrasi 25 % (t = 3-5 menit)

Pendinginan dan peredaman (24 jam) Gula

Perebusan dalam larutangula konsetrasi 25 % (t = 3-5 menit)

Pendinginan dan peredaman (24 jam) Penirisan Pengeringan tray dryer 50 – 60 0C (8 jam)

Manisan cabai kering

Biji cabai

32 Lampiran 10 Diagram alir proses pengolahan manisan cabai modifikasi III Cabai

Sortasi dan pencucian

Perendaman dalam larutan garam 3 % (t = 1 jam) Pencucian dan blansir Perendaman dalam larutan kapur 0,40 % (t = 2 jam) Pencucian dan penirisan Gula Air Jeruk nipis

Perebusan dalam larutan gula konsentrasi 20 % (t = 3-5 menit)

Pendinginan dan peredaman (24 jam)

Gula

Perebusan dalam larutan gula konsentrasi 20 % (t = 3-5 menit) Pendinginan dan peredaman (24 jam)

Gula

Perebusan dalam larutan gula konsetrasi 20 % (t = 3-5 menit)

Pendinginan dan peredaman (24 jam) Penirisan Pengeringan tray dryer 50 – 60 0C (8 jam)

Manisan cabai kering

Biji cabai

33 Lampiran 11 Kadar air dan water activity (Aw) Tahapan Proses Bahan baku segar

Kadar Air (%)

Aw

80

0,73

Proses perendaman dalam larutan garam

83,50

0,76

Proses perendaman dalam larutan kapur

84,50

0,77

Perebusan I

68,50

0,79

Perebusan II

66,50

0,85

58

0,82

14,50

0,59

Perebusan III Pengeringan

34 Lampiran 12 Model bisnis kanvas pertama Key Patnership: 1. Petani lokal di daerah Jawa Barat 2. Pasar induk Kemang di Bogor 3. UKM kemasan di daerah Cengkareng Indah

Key Activities: 1. Penentuan formulasi produk 2. Pengujian kesukaan panelis 3. Pengujian analisis karakteristik dan nutrisi produk 4. Sertifikasi produk 5. Produksi produk 6. Membuat kemasan 7. Product release ke pasar 8. Start-up produk 9. Pemasaran dan promosi produk Key Resources: 1. Sumber daya fisik (fasilitas industri dan sarana produksi) 2. Tenaga kerja 3. Mitra kerjasama (petani lokal, produsen mesin dan kemasan retail), investor dan marketing

Value Costumer Propositions: Relationship: 1. Tanpa bahan 1. Strategi pengawet promosi 2. Kaya melalui media kandungan gizi sosial, bazaar dan selebaran 2. Strategi pendekatan langsung ke konsumen (pasar, toko oleh-oleh dan pusat makanan)

Cost Structure: 1. Biaya investasi 2. Biaya bahan baku dan bahan penunjang 3. Biaya produksi produk 4. Biaya marketing 5. Biaya distribusi (potongan harga dan komisi) 6. Biaya distribusi tak langsung

Customer Segments: 1. Ibu rumah tangga 2. Remaja yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi cemilan

Channels: 1. Penjualan melalui retail

Revenue Streams: 1. Penjualan langsung 2. Penjualan ke pedagang kecil maupun besar

35 Lampiran 13 Data responden test the problem dan test the solution No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52.

Inisial SO AHA AN AR AR SSN CAT AS ZA AR AM AL AN UT H EK SS WW AN MG NR IN NZ LN FJ ZR TW NN TT LN RH TM EV MG SR WR KR NLZ FT UZ EP NS AIP AG WR TT DN RN ET WL RT AN

Jenis Kelamin (L/P) L L P P L P P P L L P L L P L P L P L L L P P P P P P P P P P P P P P L P P P L P P P P P P P P P P P L

Usia (tahun) 18 14 44 22 44 21 21 50 24 23 22 33 23 52 43 36 36 51 20 53 17 50 36 33 32 59 32 26 38 35 32 62 40 71 44 36 30 20 (rahasia) 20 39 49 22 35 33 49 32 34 50 22 22 22

Profesi Pegawai Swasta Pelajar Ibu Rumah Tangga Mahasiswi Pegawai Swasta Pegawai Swasta Mahasiswi Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Wiraswasta Pegawai Swasta Wiraswasta Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Pegawai Swasta Pelajar Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Pegawai Swasta Pensiunan Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Pensiunan Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Mahasiswi Wiraswasta Pegawai Swasta Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Pegawai Negeri Sipil Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Asisten Dosen Wiraswasta Pegawai Swasta

36 Lampiran 14 Hasil wawancara test the problem 1.

Responden yang mengetahui manisan kering % Responden Jenis Kelamin Mengetahui Tidak mengetahui Laki-laki 27 2 Perempuan 71 2.

Tempat pembelian manisan buah atau sayuran Tempat pembelian % Responden Laki-laki Perempuan Pasar Tradisional 6 Toko oleh-oleh 8 Keluarga/saudara/teman 15 Supermarket Lainnya -

17 23 21 8 2

3.

Media informasi untuk membeli manisan Media infromasi % Responden Laki-laki Perempuan Tempat berbelanja 10 33 Televisi 2 Teman 8 16 Keluarga/saudara 11 17 Lainnya 1 3 4. Alasan mengkonsumsi manisan Alasan mengkonsumsi manisan Cemilan Sesuatu yang baru Manfaat Melihat orang lain

% Responden Laki-laki Perempuan 17 40 5 28 4 2 1 2

5.

Atribut produk yang dipertimbangkan saat membeli manisan Atribut Produk % Responden Laki-laki Perempuan Kandungan gizi 10 6 Harga 15 Label 2 Kemasan 8 4 Rasa dan aroma 13 21 Kehalalan 6 13 Keamanan 4

6.

Mengetahui penggunaan bahan pengawet pada produk manisan % Responden Jenis Kelamin Mengetahui Tidak mengetahui Laki-laki 12 17 Perempuan 50 21 7.

Inovasi produk manisan buah dan sayuran kering % Responden Jenis Kelamin Setuju Tidak setuju Laki-laki 27 Perempuan 63

2 8

37 Lampiran 15 Hasil wawancara test the solution 1.

Kesan terhadap manisan cabai

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Suka 26 51

% Responden Agak suka Tidak suka 2 13

Manisan mengandung bahan pengawet % Responden Jenis Kelamin Tidak Ragu – ragu Laki-laki 15 6 Perempuan 43 13

2 4

2.

Manisan cocok dikonsumsi sebagai cemilan sehat % Responden Jenis Kelamin Tidak Ragu – ragu Laki-laki 4 Perempuan 4 9

Iya 8 15

3.

Manisan cocok dikonsumsi untuk usia 6 - 12 tahun % Responden Jenis Kelamin Tidak Ragu – ragu Laki-laki 2 7 Perempuan 21 9

Iya 25 58

4.

Iya

Lokasi penjualan produk manisan cabai Lokasi penjualan % Responden Laki-laki Perempuan Supermarket 13 Toko makanan 10 Daerah wisata 6 Pasar tradisional -

21 40

5.

40 15 10 6

6.

Harga yang ditawarkan untuk produk 50 g adalah Rp 8.000,00 % Responden Jenis Kelamin Mahal Biasa Murah Laki-laki 8 15 6 Perempuan 13 48 10 7.

Penampakan atau tampilan kemasan % Responden Jenis Kelamin Menarik Biasa Tidak Menarik Laki-laki 26 2 Perempuan 62 8 2 8.

Produk layak untu dijual

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Iya 29 64

% Responden Tidak 7

9.

Berniat untuk membeli manisan cabai % Responden Jenis Kelamin Iya Tidak Laki-laki 23 Perempuan 61

4 8

38 Lampiran 16 Model bisnis kanvas kedua Key Patnership: 1. Petani lokal di daerah Jawa Barat 2. Pasar induk Kemang di Bogor 3. UKM kemasan di daerah Cengkareng Indah

Key Activities: 1. Penentuan formulasi produk 2. Pengujian kesukaan panelis 3. Pengujian analisis karakteristik dan nutrisi produk 4. Sertifikasi produk 5. Produksi produk 6. Membuat kemasan 7. Product release ke pasar 8. Start-up produk 9. Pemasaran dan promosi produk

Value Propositions: 1. Tanpa bahan pengawet 2. Tanpa pemanis buatan 3. Kaya kandungan gizi 4. Kemasan praktis 5. Cemilan sehat

Key Resources: 1. Sumber daya fisik (fasilitas industri dan sarana produksi) 2. Tenaga kerja 3. Mitra kerjasama (petani lokal, produsen mesin dan kemasan dan retail), investor dan marketing Cost Structure: 1. Biaya investasi 2. Biaya bahan baku dan bahan penunjang 3. Biaya produksi produk 4. Biaya marketing 5. Biaya distribusi (potongan harga dan komisi) 6. Biaya distribusi tak langsung

Costumer Relationship: 1. Mendapatkan konsumen melalui media sosial, iklan dan retail 2. Menjaga konsumen dengan penyediaan fasilitas pelayanan online 3. Memperbanyak konsumen dengan memperluas usaha Channels: 1. Penjualan melalui retail 2. Penjualan dengan sistem delivery sesuai dengan pesanan

Customer Segments: 1. Ibu rumah tangga 2. Penyuka cemilan dan manisan (laki-laki dan perempuan)

Revenue Streams: 1. Penjualan langsung 2. Penjualan ke pedagang kecil maupun besar

39

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lhoksemauwe (Aceh Utara) pada tanggal 10 Juni 1991 dari ayah Nasrul Velly dan ibu Munawarah. Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara, adik dari Prima Pratama S.Si dan Fandika Almudana. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMP Negeri 11 Medan dan diterima di SMAN 3 Medan. Penulis lulus dari SMA pada tahun 2009 dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Teknologi Pengemasan, Distribusi dan Transportasi pada tahun ajaran 2010/2011, Analisa Bahan dan Produk Agroindustri pada tahun ajaran 2011/2012, Teknologi Pengemasan, Distribusi dan Transportasi dan Teknologi Bahan Penyegar pada tahun ajaran 2013/2014. Pada bulan Juli-Agustus 2012 penulis melaksanakan Praktik Lapang di CV Toeniel Surabaya dengan judul Studi Aspek Teknologi Penangan Dan Pengolahan Manisan Buah Dan Sayuran Di Industri Toeniel Surabaya. Penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2012 dan menjadi peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Kategori Kewirausahaan ke XXV di Yogjakarta. Peserta 104 Inovasi Indonesia dengan karya ilmiah berjudul ”Kormesialisasi Pengembangan Bisnis Pupuk Cair Beraroma Buah Fruity Ferts” oleh Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia. Penulis juga menjadi juara 2 lomba Model bisnis RAMP-IPB tahun 2013, 50 besar inovasi mahasiswa IPB 2013 dan semifinalis IPB Business Festival 2013. Penulis pernah aktif pada beberapa organisasi yaitu Sekretaris Pokja SPP Departemen Advokasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian pada tahun 2011, Bendahara Kementerian Kebijakan Kampus BEM KM IPB tahun 2012 dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB tahun 2013 sebagai bendahara kabinet. Selain itu, penulis juga pernah mendapatkan program beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) periode 2011, 2012 dan 2013 dan terpilih sebagai penerima beasiswa unggulan. Penulis juga aktif berperan sebagai Kepala Departemen Komunikasi dan Informasi paguyuban KSE IPB tahun 2012 dan steering committee pada tahun 2013.