PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PEMANENAN KAYU JATI DI KPH RANDUBLATUNG
NUR HIKMAH SETIANI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas dan Biaya Pemanenan Kayu Jati di KPH Randublatung adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2016 Nur Hikmah Setiani NIM E14110071
ABSTRAK NUR HIKMAH SETIANI. Produktivitas dan Biaya Pemanenan Kayu Jati di KPH Randublatung. Dibimbing oleh JUANG R. MATANGARAN. Perum Perhutani merupakan salah satu penghasil Kayu Jati. Kayu jati sebagai kayu komersil banyak diminati oleh para pelaku usaha furnitur. Tingginya kebutuhan kayu jati membuat Perum Perhutani harus meningkatkan produksinya. Untuk meningkatkan produksi kayu, Perhutani harus mampu mengoptimalkan proses pemanenan dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung produktivitas kegiatan penebangan dan pembagian batang serta menghitung besarnya biaya kegiatan pemanenan dalam setiap tahap kegiatan pemanenan kayu (penebangan, pembagian batang, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran). Produktivitas pemanenan yang meliputi kegiatan penebangan dan pembagian batang sebesar 1,551 m3/jam. Total biaya pemanenan kayu jati pada kegiatan penebangan dan pembagian batang berdasarkan analisis jika perhutani memiliki alat sendiri yaitu Rp 16.630,92/m3. Berdasarkan hasil analisis biaya tersebut jika Perhutani memiliki alat chainsaw sendiri lebih murah dibandingkan biaya borongan. Kata kunci: Biaya pemanenan, Produktivitas penebangan, Pembagian batang
ABSTRACT NUR HIKMAH SETIANI. Productivity and Harvesting Cost of Teak at Randublatung District. Supervised by JUANG R. MATANGARAN. Perhutani is state owned company that produce teak in Indonesia. Teak as a commercial wood has high demand in furniture business so Perhutani has to increase its production. Perhutani should be able to optimize the harvesting process by considering the harvesting costs to raise the wood production. The objective of the study is to calculate the felling and bucking activity, and calculate the harvesting cost include felling, bucking, skidding, loading, hauling and unloading. Harvesting productivity include felling and bucking was 1,551 m3/ hour. The cost analysis showed that total harvesting cost for felling and bucking if Perhutani owned the chainsaw was Rp 16.630,92/m3. Nevertheles, the harvesting cost was lower than the wholesale cost if Perhutani owned the chainsaw. Keywords: Cost harvesting, productivity felling, bucking
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PEMANENAN KAYU JATI DI KPH RANDUBLATUNG
NUR HIKMAH SETIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Produktivitas dan Biaya Pemanenan Kayu Jati Di KPH Randublatung”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Juang R. Matangaran selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, pengetahuan, arahan dan masukan kepada penulis. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak BKPH Banyuurip, KPH Randublatung dan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah yang telah membantu dalam kelancaran dalam mengumpulkan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga dan teman-teman di Departemen Manajemen Hutan yang tidak bisa disebutkan satu per satu, serta pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Pada penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap atas masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun dan memotivasi penulis agar dapat menuliskan karya tulis yang lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Bogor, Oktober 2016 Nur hikmah Setiani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian METODE PENELITIAN
2 3 3 3 3
Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Jumlah contoh pengamatan Pengolahan Data Biaya pemanenan hutan jati HASIL DAN PEMBAHASAN
3 3 4 6 7 7 9
Keadaan Lokasi Penelitian Penebangan dan Pembagian Batang Waktu Kerja Penebangan dan Pembagian batang SIMPULAN DAN SARAN
9 10 11 17
Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
17 17 17
LAMPIRAN
20
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL 1 Berbagai penelitian produktivitas dan biaya pemanenan kayu 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pemanenan hutan 3 Spesifikasi chainsaw penebangan 4 Spesifikasi chainsaw pembagian batang 5 Waktu kerja penebangan per pohon menggunakan chainsaw 6 Waktu kerja kegiatan pembagian batang menggunakan chainsaw 7 Waktu, volume dan produktivitas penebangan dan pembagian batang 8 Analisis biaya operasional alat chainsaw 9 Total biaya pemanenan hutan tanaman jati di petak 16A KPH Randublatung
2 5 10 11 12 13 14 15 16
DAFTAR GAMBAR 1 Kegiatan pemanenan hutan tanaman jati di KPH Randublatung: 2 Kegiatan penebangan menggunakan chainsaw 3 Kegiatan Pembagian batang menggunakan chainsaw
4 10 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 Produktivitas penebangan dan pembagian batang 2 Data Perhitungan biaya penebangan dengan menggunakann chainsaw Tecogold 3 Data Perhitungan biaya penebangan dengan menggunakann chainsaw Stihl 070 4 Data hari hujan di KPH Randublatung
19 20 21 22
PENDAHULUAN Latar Belakang Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas untuk melakukan pengelolaan hutan di hutan negara yang berada di Pulau Jawa. Bagian wilayah pengelolaan hutan dalam wilayah kerja unit Perhutani yaitu Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH). Salah satu KPH yang produksi utamanya kayu jati adalah KPH Randublatung. KPH Randublatung termasuk dalam divisi regional I Jawa Tengah. Jati (Tectona grandis) merupakan pohon besar dengan memiliki tinggi mencapai 25 – 30 m, tergantung dari tingkat kesubururan tanahnya (Martawijaya 1981). Kayu jati juga telah lama dikenal di pasar internasional dan memiliki reputasi yang sangat baik dalam hal kualitas kayunya (Keogh 2009). Kayu jati juga merupakan kayu komersil yang banyak diminati oleh para pelaku usaha furnitur. Tingginya kebutuhan kayu jati membuat Perhutani sebagai salah satu produsen utama kayu jati di Indonesia harus dapat meningkatkan produksinya. Salah satu upaya meningkatkan produksi kayu, Perhutani harus mampu mengoptimalkan proses pemanenan dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan. Kegiatan pemanenan hutan tanaman jati di Perum Perhutani terdiri atas beberapa kegiatan antara lain yaitu: penebangan, pembagian batang, penyaradan, muat bongkar dan pengangkutan. Kegiatan penebangan adalah kegiatan awal dari serangkaian kegiatan pemanenan kayu sehingga hasil penebangan berupa sortimen-sortimen yang dapat dimanfaatkan. Dalam melakukan kegiatan penebangan dilakukan dengan menggunakan gergaji rantai (chainsaw). Penggunaan chainsaw yang tepat akan meningkatkan produktivitas penebangan. Sebaliknya, penggunaan chainsaw yang tidak tepat akan menyebabkan penurunan produktivitas. Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja penebangan secara umum lebih dipengaruhi oleh jenis peralatan, intesitas penebangan dan pengupahan yang digunakan. Semakin tinggi derajat mekanis peralatan yang digunakan maka semakin besar produktivitas kerja yang dihasilkan. Demikian juga jika dalam suatu areal terdapat banyak pohon yang akan ditebang maka produktivitas kerja akan semakin meningkat (Mujetahid 2008). Produktivitas kerja perlu dioptimalkan untuk mencapai target yang tinggi maka perhitungan biaya juga dapat mempengaruhi. Menurut Behjou et al. (2009) penelitian produktivitas dan biaya pada penebangan dapat membantu dalam memilih sistem yang sesuai pada tegakan tersebut. Perhitungan biaya pemanenan harus dilakukan dengan teliti karena akan berpengaruh pada keuntungan dan keberlanjutan proses produksi. Pada Perum Perhutani sendiri dilakukan dengan sistem borongan berdasarkan kubikasi yang diatur oleh KPH. Sinaga (2000) menyatakan bahwa sistem pengupahan secara borongan juga menyebabkan para pekerja kurang perduli terhadap mutu praktek pemanenan pohon. Sehingga menyebabkan banyaknya pohon yang rusak akibat kurangnya memperhatikan teknik pemotongan secara benar. Namun kenyataannya di lapang kegiatan penebangan jati dilakukan dengan sistem terget sehingga
2 teknik yang dilakukan pada umumnya hanya berdasarkan kebiasaan dan kemudahan saat bekerja. Hal ini dapat berpengaruh dengan hasil produktivitas pada kegiatan penebangan dan pembagian batang yang menyebabkan biaya kegiatan pemanenan menjadi tinggi. Berikut ini adalah berbagai Penelitian mengenai produktivitas dan biaya pemanenan dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 kegiatan penelitian dilakukan pada kondisi berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Mujetahid (2008) dan Mahendra (2003) dilakukan hanya pada penebangan. Penelitian produktivitas penebangan dan pembagian batang dan biaya pemanenan kayu jati belum dilakukan di KPH Randublatung. Tabel 1 Berbagai penelitian produktivitas dan biaya pemanenan kayu Jenis kegiatan Penebangan
Sumber Mujetahid (2008) Sinaga (2002) (penebangan)
Chainsaw Sthil 070 Chainsaw Husqvarna tipe 40
Behjou et al. (2009) Mousavi (2009) Mahendra (2003)
Chainsaw Chainsaw Chainsaw Sthil 070 Chainsaw
Retno (2001) (penebangan dan pembagian batang) Sulistiyanto (2001)
Pembagian batang
Alat
Chainsaw Husqvarna tipe 268
Produktivitas (m3/jam) 0,854 3,11
Biaya (Rp/m3) 4411
26,100 114,000 7,600
10 692 1 584 -
1,559
15 000
12,132
2098
Sulistianto (2016) Chainsaw Sthil (penebangan dan 381 pembagian batang) Mousavi (2009) Chainsaw
1,990
14 706
39,500
2508
Sulistiyanto (2001)
11,672
2.180
Chainsaw Husqvarna tipe 268
- : tidak ada data
Perumusan Masalah Salah satu kelas perusahaan yang telah dikelola dan diusahakan oleh Perum Perhutani adalah jati. Produk berbahan baku jati memiliki pangsa pasar yang luas, baik dalam negeri maupun luar negeri, karena jati termasuk kayu berkualitas tinggi. Akan tetapi, kondisi hutan tanaman jati di Pulau Jawa saat ini mengalami penurunan baik produktivitas maupun kualitas tegakannya. Pemanenan hutan jati di Perhutani mengacu pada prosedur kerja tebang habis jati tahun 2014. Khusus pembagian batang mengikuti prosedur pembagian batang kayu bundar jati Perhutani tahun 2014. Peralatan pemanenan tersebut merupakan milik penebang pohon yang dikontrak oleh Perhutani untuk melaksanakan kegiatan pemanenan.
3 KPH satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan sesuai dengan karakteristiknya baik dari segi kondisi di lapangan maupun sumberdaya manusianya. Berdasarkan hal tersebut maka pengeluaran yang dihasilkan pun berbeda, termasuk hasil kegiatan pemanenannya. Di setiap KPH memungkinkan terjadinya penurunan produktivitas serta besarnya biaya pemanenan kayu jati yang dikeluarkan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dirumuskan beberapa pertanyaan untuk kajian penelitian sebagai berikut: 1. Berapa produktivitas penebangan dan pembagian batang kayu jati di KPH Randublatung? 2. Berapa biaya pemanenan kayu jati apabila menggunakan sistem borongan dan sistem kepemilikan alat sendiri? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengukur produktivitas penebangan dan pembagian batang kayu jati di KPH Randublatung, serta menghitung dan membandingkan besarnya biaya pemanenan kayu jati di KPH Randublatung berdasarkan sistem kontrak atau borongan dan sistem kepemilikan alat sendiri. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Perum Perhutani sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam mengoptimalkan produktivitas dan kegiatan pemanenan. Selain itu penelitian juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan informasi dalam peningkatan kinerja perusahaan. Batasan Penelitian Penelitian ini difokuskan pada produktivitas penebangan dan pembagian batang serta biaya pemanenan kayu jati dari setiap kegiatan pemanenan (penebangan, penyaradan, bongkar-muat, dan pengangkutan).
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret–April 2016 di Perum Perhutani KPH Randublatung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Banyuurip, petak 16A. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu pita meter, phi band, tabel isi kayu bundar jati, alat tulis, tally sheet, kamera, tripod, kalkulator. Objek penelitian yaitu tanaman jati dan sortimen jati.
4 Prosedur Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang meliputi data penggunaan waktu dan analisis biaya, serta data sekunder yang meliputi kondisi umum dan tarif upah KPH Randublatung. Pengamatan waktu Time study merupakan pengukuran penggunaan waktu kerja. Pengamatan penggunaan waktu dilakukan pada setiap siklus kerja pemanenan. Siklus kerja pemanenan hutan tanaman jati diklasifikasikan menjadi enam, yaitu; penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran. Setiap siklus kerja memiliki elemen kerja yang pengukuran waktunya dilakukan dengan berbeda-beda. Kamera video digunakan untuk merekam dan mengukur waktu setiap proses pemanenan (siklus kerja). Proses pemanenan hutan dapat dilihat pada Gambar 1.
(a)
(d)
(b)
(e)
(c)
(f)
Gambar 1 Kegiatan pemanenan hutan tanaman jati di KPH Randublatung: (a) penebangan dengan chainsaw, (b) pembagian batang dengan chainsaw, (c) penyaradan dengan mobil hartop, (d) pemuatan manual, (e) pengangkutan menggunakan truk, (f) pembongkaran manual. Klasifikasi elemen kerja pada setiap proses penebangan dan pembagian batang kayu jati dapat dilihat pada Tabel 2. Pengukuran waktu kerja kegiatan penebangan dan pembagian batang dikelompokan menjadi beberapa kelompok waktu yaitu waktu efektif dan waktu tidak efektif. Waktu kerja adalah waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang telah ditetapkan. Waktu kerja dikelompokan menjadi dua yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu efektif merupakan waktu yang digunakan untuk melakukan siklus kerja tanpa penundaan waktu (delay). Waktu kerja tidak efektif merupakan waktu gangguan proses produktif
5 yang didefinisikan penundaan waktu (delay). Waktu aktual merupakan waktu digunakan untuk melakukan siklus kerja dan delay. Total waktu efektif dan waktu tidak efektif merupakan waktu aktual. Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pemanenan hutan Siklus kerja
Tipe waktu*
1
PENEBANGAN Elemen kerja efektif Berjalan menuju pohon
WE WE
2
Membersihkan area di sekitar pohon
WE
3
Menyalakan chainsaw
WE
4
Penentuan arah rebah
WE
5
Penebangan pohon
WE
6
Memotong pangkal atau ujung batang
WE
Waktu dimulai
Waktu berakhir
Operator berjalan meninggalkan pohon sebelumnya. Akhir elemen sebelumnya Akhir elemen sebelumnya Akhir elemen sebelumnya
Operator mencapai pohon yang akan ditebang
Akhir elemen sebelumnya Akhir elemen sebelumnya
Elemen kerja tidak efektif Operator menyiapkan alat yang akan digunakan Akhir elemen sebelumnya
Area sekitar pohon bersih Mesin chainsaw dinyalakan Pohon sudah di tentukan arah rebahnya Pohon menyentuh tanah Cabang dan ujung batang bersih dan sudah dipotong
1
Persiapan
WTE
Operator selesai menyiapkan semuanya
2
Istirahat
WTE
3
Mengisi bahan bakar
WTE
Akhir elemen sebelumnya
4
Mengikir mata rantai
WTE
Akhir elemen sebelumnya
5
Pembagian batang menjadi 2 batang
WTE
Akhir elemen sebelumnya
Batang bersih dari banir dan cabang
1
PEMBAGIAN BATANG Elemen kerja efektif Kepres cabang, tonjolan dan banir
WE
Akhir elemen sebelumnya
Batang bersih dari banir dan cabang
Pekerjaan dilanjutkan kembali Operator selesai mengisi bahan bakar Perbaikan atau pemeliharaan selesai
6 Tabel 2 Deskripsi elemen kerja dan pengamatan waktu pemanenan hutan (lanjutan) Siklus kerja
Tipe waktu* WE
Waktu dimulai
Waktu berakhir
Akhir elemen sebelumnya
Pemotongan selesai
2
Pemotongan batang dari pangkal ke ujung
3
Pengukuran dan pemberian tanda pada sortimen yang sudah di potong
WE
Akhir elemen sebelumnya
Semua sortimen selasai diukur diameternya
4
Pemberian nomor dengan menggunakan cat di batang
WE
Akhir elemen sebelumnya
Semua sortimen telah ditandai dengan cat dibatang
5
Pemberian nomor dengan menggunakan slag hammer
WE
Akhir elemen sebelumnya
Semua sortimen telah ditandai dengan slaghammer
6
Administrasi (TUHH)
WE
Akhir elemen sebelumnya
Hasil sortimen yang diperoleh telah dicatat
1
Elemen kerja tidak efektif Persiapan
WTE WTE
Operator menyiapkan alat yang akan digunakan
Operator selesai menyiapkan semuanya
2
Mengobrol
WTE
Akhir elemen sebelumnya
Pekerjaan dilanjutkan kembali
3
Istirahat
WTE
Akhir elemen sebelumnya
Pekerjaan dilanjutkan kembali
4
Mengisi bahan bakar
WTE
Akhir elemen sebelumnya
Operator selesai mengisi bahan bakar
5
Mengikir mata rantai
WTE
Akhir elemen sebelumnya
Perbaikan atau pemeliharaan selesai
*WE= Waktu efektif, WTE= Waktu tidak efektif Jumlah contoh pengamatan Kegiatan pemanenan terdiri atas penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan, dan pembongkaran. Masing-masing proses kegiatan pemanenan dilakukan pengukuran waktu sebanyak 30 siklus kerja. Setiap siklus kerja tersebut dianalisis elemen kerjanya kemudian diukur waktunya. Pengujian kecukupan jumlah siklus kerja mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
7 1. Menghitung rata-rata waktu pada setiap elemen kerja
x= x = Rata-rata waktu setiap elemen kerja Σt = Jumlah waktu setiap siklus kerja k = Jumlah siklus kerja 2. Menghitung standar deviasi Keterangan:
σ= Keterangan:
x
σ = Standar deviasi Xi = Waktu pengamatan ke-i x = Rata-rata waktu pengamatan n = Jumlah pengamatan waktu yang telah dilakukan
3. Menguji kecukupan data (ILO 1979) n’ = [
]2
n’= Jumlah pengamatan waktu yang seharusnya k = Tingkat keyakinan 95% 2 s = Derajat ketelitian (0,05) n = Jumlah pengamatan waktu yang telah dilakukan x = Waktu kerja untuk pengamatan dengan standar deviasi terkecil Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu: a. Apabila n’≤n, maka jumlah siklus kerja yang diamati cukup b. Apabila n’>n, maka jumlah siklus kerja yang diamati belum cukup. Keterangan:
Pengukuran variabel siklus kerja Setiap siklus pemanenan kayu jati dilakukan pengukuran variabel yang berbeda-beda. Secara umum setiap siklus dilakukan pengukuran volume kayu. Data volume kayu sebelum penebangan diperoleh dari dokumen daftar klem. Volume hasil penebangan diperoleh dari dokumen DK 316. Pada kegiatan penebangan dan pembagian batang alat yang digunakan dalam pemanenan hutan jati. Pada kegiatan penebangan dan pembagian batang alat yang digunakan yaitu chainsaw. Jenis alat yang digunakan dalam pemanenan kayu digunakan untuk perhitungan biaya pemanenan. Pengolahan Data Biaya pemanenan hutan jati Analisis biaya setiap proses pemanenan disesuaikan dengan sistem pemanenan yang dilakukan oleh Perhutani. Analisis biaya pemanenan kayu jati dihitung berdasarkan biaya setiap siklus kerja pemanenan kayu, selain itu biaya persiapan pemanenan yang meliputi teres, klem, her klem, dan cutting test pun dihitung biayanya. Perhitungan biaya pemanenan hutan jati mengacu pada Nugroho (2002) sebagai berikut: 1. Biaya persiapan pemanenan
8 Dalam kegiatan pemanenan, sebelum kegiatan penebangan dilakukan kegiatan persiapan. Kegiatan persiapan pemanenan di hutan tanaman jati antara lain yaitu pengkleman pohon (inventarisasi), peneresan pohon, her klem (inventarisasi ulang), persiapan sarana dan prasarana pemanenan dan cutting test (uji coba penebangan). Kegiatan-kegiatan tersebut tidak lepas dari kebutuhan biaya yang tidak sedikit. Oleh sebab itu perhitungan biaya persiapan pemanenan perlu dilakukan untuk mengetahui pengeluaran Perhutani. Biaya-biaya tersebut dihitung berdasarkan data sekunder dari Perhutani. 2. Biaya mesin Penebangan di Perhutani dengan menggunakan chainsaw dan pengangkutan menggunakan truk sehingga analisis biaya mesin juga dipertimbangkan. Biaya mesin terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi depresiasi atau penyusutan, bunga modal, investasi dan asuransi. Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Biaya mesin BM = BV +BT Keterangan: BV = Biaya variabel (Rp/jam) BT = Biaya tetap (Rp/jam) b. Biaya tetap Biaya tetap yaitu meliputi depresiasi atau penyusutan, bunga modal, investasi. Biaya tetap (TFC) = I + D +T Keterangan: T = Asuransi (Rp/jam) D = Depresiasi (Rp/jam) I = Bunga modal (Rp/jam) 1) Depresiasi/penyusutan Penyusutan adalah pengurangan nilai aset tetap atau modal sebagai akibat dari penggunaan, kerusakan, pelapukan. Rumus penyusutan suatu barang adalah sebagai berikut: D= Keterangan: D = Deprecation/penyusutan (Rp) M = Harga beli (Rp) R = Harga barang bekas (Rp) N = Masa Pakai (tahun) 2) Bunga modal dan investasi terikat dalam peralatan pemanenan yang membebankan biaya bagi perusahaan. Rumus Investasi yaitu sebagai berikut : A=( + R) x 0,0p Bunga Modal, Pajak dan Asuransi (Wiradinata 1989) Bunga modal I = i% x A (Rp/jam) Keterangan: A = Investasi per tahun (Rp/jam) M = Harga beli (Rp) R = Nilai barang bekas N = Masa pakai (tahun) I = Bunga modal (Rp/jam) I = Tingkat suku bunga alat berat = 20% c. Biaya Variabel
9 Biaya variabel merupakan penjumlahan dari biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya pemeliharaan dan perbaikan.
3)
4)
5) 6)
7)
8)
Keterangan B = Biaya variabel (Rp/jam) Bo = Biaya oli (Rp/jam) BB = Biaya bahan bakar (Rp/jam) Bpp = Biaya pemeliharaan dan perawatan (Rp/jam) Bahan bakar minyak (BBM) dan pelumas yaitu biaya bahan bakar yang digunakan dalam masing-masing siklus kerja. Biaya bahan bakar minyak dan pelumas tergantung dari konsumsi mesin yang digunakan. Biaya pemeliharaan dan perbaikan yaitu biaya menjaga alat pemanenan agar tetap dalam keadaan baik atau biaya pemulihan alat agar alat dapat digunakan kembali. Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya rantai, biaya bar, biaya kikir, dan biaya busi. Harga upah operator tergantung dengan harga yang telah ditetapkan oleh Perhutani KPH Randublatung. Biaya usaha Biaya usaha merupakan penjumlahan biaya mesin dan upah operator. Biaya usaha dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Biaya usaha (Rp/jam) = Biaya mesin + upah pekerja (Rp/jam) Biaya mesin Biaya mesin merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel dalam setiap siklus kerja. Rumusnya adalah sebagai berikut: Biaya mesin (Rp/jam) = Biaya tetap + biaya variabel (Rp/jam) Biaya total Biaya total merupakan perbandingan biaya usaha dengan produktivitas kegiatan setiap siklus kerja. Rumusnya adalah sebagai berikut: Biaya total (Rp/m3)
=
Produktivitas (m³/jam)
=
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lokasi Penelitian Pengelolaan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung berada di bawah manajemen Unit I Jawa Tengah yang secara administratif terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan. Luas KPH Randublatung 32.438,7 Ha. KPH Randublatung mempunyai batas kawasan hutan yang terdiri dari: 1. Sebelah Utara : berbatasan dengan KPH Blora 2. Sebelah Timur : berbatasan dengan KPH Cepu
10 3. Sebelah Selatan 4. Sebelah Barat
: berbatasan dengan KPH Ngawi Unit II Jawa Timur : KPH Gundih Penebangan dan Pembagian Batang
Penebangan Penebangan atau felling merupakan langkah awal dari serangkaian kegiatan pemanenan kayu dengan salah satu tujuannya untuk memperoleh bahan baku industri perkayuan (Suhartana dan Yuniawati 2010). Kegiatan penebangan meliputi persiapan penebangan, penebangan, pemotongan ujung serta pembersihan cabang sehingga kayu siap untuk disarad. Dari hasil pengamatan dilapangan, waktu penebangan dilakukan mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB, dengan waktu istirahat rata-rata kurang lebih satu jam yaitu pada pukul 12.00 – 13.00 WIB, tetapi kadang-kadang lebih pukul 16.00 kegiatan masih dilakukan. Hal ini dikarenakan volume kayu belum mencukupi untuk diangkut. Dalam seminggu sejumlah hari kerja efektif adalah enam hari karena pada setiap hari Jumat libur atas keinginan para pekerja yang menganggap hari Jumat adalah hari yang digunakan untuk beribadah. Alat yang digunakan dalam kegiatan penebangan ini adalah gergaji rantai (chainsaw) merek Tecogold E-700 dan Stihl 070. Adapun spesifikasi chainsaw yang digunakan dalam kegiatan penebangan dan pembagian batang dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 Spesifikasi chainsaw penebangan Uraian Merek Tipe Negara pembuat Tahun pembelian Kondisi Harga beli Mesin Kekuatan mesin Kapasitas tank oli rantai Kapasitas tank bahan bakar Kecepatan mesin Isi silinder Berat mesin Panjang bilah Bahan bakar Kapasitas tangki
Spesifikasi Tecogold E-700 German 2015 Baik Rp 4.900.000 2 Tak 4,8kW 0,53 liter 1,2 liter 7 500 rpm 106 cc 11.7 kg 90 cm Bensin 1,2 L
Gambar 2 Kegiatan penebangan menggunakan chainsaw
11
Pembagian Batang Pembagian batang adalah pekerjaan membagi dan mengerjakan batang yang sangat penting perannya dalam pemanenan kayu. Batang bila tidak dibagi jarang sekali dapat dijual dan selain itu, bila sortimen yang dibagi terlalu panjang dan kayunya mempunyai berat jenis yang besar maka menghasilkan kayu itu tidak dapat disarad dan diangkut keluar. Kegiatan ini dapat mempermudah dalam kegiatan pengangkutan. Kegiatan pembagian batang (bucking) yang dilakukan di petak tebang 16 A setelah kayu ditumpuk dilakukanlah pembagian batang. Tabel 6 menunjukan hasil pengukuran waktu kerja kegiatan pembagian batang per pohon dengan alat chainsaw Stihl 070. Tabel 4 Spesifikasi chainsaw pembagian batang Uraian Merek Tipe Negara pembuat Tahun pembelian Kondisi Harga Mesin Kekuatan mesin Kapasitas tank oli rantai Kapasitas tank bahan bakar Berat mesin Isi silinder Panjang bilah Bahan bakar Kecepatan max Kapasitas tangki Sumber : www.indoteknik.co.id
Spesifikasi STIHL 070 German 2015 Baik Rp 6.000.000 2 Tak 4,8 kW 0,53 liter 1,2 liter 10,7 kg 105,7 cc 90 cm Bensin 7.500 rpm 1,2 L
Gambar 3 Kegiatan Pembagian batang menggunakan chainsaw Waktu Kerja Penebangan dan Pembagian Batang Pengukuran waktu kerja dibagi menjadi 2 yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu kerja efektif adalah waktu yang digunakan oleh operator untuk melakukan kegiatan utama. Sedangkan waktu kerja tidak efektif adalah waktu yang digunakan oleh operator untuk melakukan kegiatan diluar kegiatan utama seperti beristirahat (meminum, merokok, mengobrol) dan kerusakan alat. Pengukuran waktu kerja bertujuan mengetahui penggunaan waktu pada setiap elemen kerja, sehingga dapat diketahui waktu kerja yang berlebih dan dapat dikurangi atau penggunaan
12 waktu yang sedikit dapat ditambahkan. Dengan demikian penggunaan waktu tersebut sesuai dengan elemen kerja yang bersangkutan (Mujetahid 2008). Menurut Rinawati et al. (2012), pengukuran waktu kerja (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha menentukan lamanya waktu kerja yang diperlukan oleh seorang operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu kerja dalam sebuah pekerjaan dapat dibagi menjadi 2, yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu kerja efektif adalah waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan inti pada suatu pekerjaan. Penebangan Pada siklus kerja penebangan, penggunaan waktu paling banyak yaitu pada elemen penebangan pohon yaitu sebesar 215,4 detik/pohon atau sebesar 31.42%. Hal ini sangat berbeda dengan hasil penelitian Mousavi (2009); Behjou et al. (2009) penggunaan waktu penebangan menggunakan chainsaw paling banyak yaitu pada pembuatan takik rebah dan takik balas. Penggunaan waktu penebangan dapat dilihat di Tabel 5. Tabel 5 Waktu kerja penebangan per pohon menggunakan chainsaw No
Unsur Kerja
1
Unsur kerja efektif a. Berjalan menuju pohon b. Membersihkan area sekitar pohon c. Menyalakan chainsaw d. Penentuan arah rebah e. Penebangan Pohon f. Memotong pangkal atau ujung batang Total unsur kerja efektif Unsur kerja tidak efektif a. Persiapan b. Istirahat c. Mengisi bahan bakar d. Mengikir mata rantai e. Pembagian batang menjadi 2 batang Total unsur kerja tidak efektif Jumlah total
2
Waktu rata-rata (detik/pohon)
Persentase (%)
16,6 45,2 6,26 13,33 215,4 35,1 331,89
2,42 6,59 0,91 1,94 31,42 5,12 48,42
29,7 157,23 29 46,03 91,5 353,46 685,36
4,33 22,94 4,23 6,71 13,35 51,57 100
Dari hasil pengukuran waktu efektif rata-rata penebangan dilapangan untuk melakukan satu siklus penebangan yaitu 390 detik. Jumlah contoh siklus penebangan pada penelitian ini yaitu 100 siklus. Jumlah contoh tersebut mencukupi karena untuk siklus dengan penggunaan waktu 360 detik menurut ILO (1979) yaitu sebanyak 21 siklus. Tabel 5 menunjukan total unsur kerja efektif sebesar 331,89 detik per pohon atau 48,42 % dari total waktu kerja dan waktu tidak efektif rata-rata sebesar 353,46 detik atau 51,57 % dari total waktu kerja, sehingga waktu total kegiatan penebangan rata-rata adalah 685,36 detik atau 0,190 jam/pohon. Unsur kerja tidak efektif terbilang besar karena adanya faktor yang mempengaruhi yaitu keadaan lereng dan keadaan cuaca yang panas.
13 Pembagian Batang Kegiatan pembagian batang (bucking) yang dilakukan di petak tebang 16 A setelah kayu ditumpuk dilakukanlah pembagian batang. Tabel 6 menunjukan bahwa rata-rata waktu produktif (tanpa delay) yang digunakan untuk melakukan satu siklus pembagian batang yaitu 390 detik. Jumlah contoh siklus penebangan pada penelitian ini yaitu 100 siklus. Jumlah contoh tersebut mencukupi karena untuk siklus dengan penggunaan waktu 360 detik menurut ILO (1979) yaitu sebanyak 17 siklus. Tabel 6 Waktu kerja kegiatan pembagian batang menggunakan chainsaw No 1
2
Unsur Kerja Unsur kerja efektif 1. Kepres cabang, tonjolan dan banir 2.Pengukuran dan penentuan garis batas sortimen AIII, AII dan AI 3. Pemotongan batang dari pangkal ke ujung 4.Pengukuran dan pemberian tanda pada sortiemen yang sudah di potong 5.Pemberian nomor dengan menggunakan cat di batang 6.Pemberian nomor dengan menggunakan slaghammer 7. Administrasi Total unsur kerja efektif Unsur kerja tidak efektif 1. Persiapan 2. Mengobrol 3. Istirahat 4. Mengisi bahan bakar 5. Mengikir mata rantai Total unsur kerja efektif Jumlah total
Waktu rata-rata (detik/pohon)
Persentase (%)
242,46 263
7,93 8,60
853,76 391,56
27,93 12,81
487,63 53,17 380,66 3151,15
15,95 1,74 12,45 15,95
15,23 0 267,96 19,96 80,3 383,46 3534,6
1,74 0 8,76 0,65 2,62 12,54 100
Waktu kerja rata-rata yaitu sebesar 3151,15 detik atau 87,450% dari total waktu kerja tidak efektif rata-rata 383,46 detik atau 12,54% dari total waktu kerja. Waktu tidak efektif ini disebabkan karena adanya waktu kegiatan diluar elemen kerja seperti persiapan, mengobrol, istirahat, mengikir rantai dan isi ulang BBM saat kegiatan berlangsung. Total waktu kerja kegiatan pembagian batang sebesar 3534,6 detik/pohon. Waktu rata-rata unsur kerja tidak efektif lebih besar dibandingkan waktu rata-rata efektif karena peluang istirahat chainsawman sangat banyak, yaitu pada saat kegiatan penebangan berlangsung sehingga dapat beristirahat dengan leluasa, sehingga chainsawman sudah menyimpan tenaganya dengan waktu yang banyak. Produktivitas Penebangan dan Pembagian Batang Suhartana et al. (2013) menyatakan bahwa yang dimaksud produktivitas adalah hasil kerja suatu kegiatan dalam waktu tertentu. Produktivitas pemanenan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: dimensi kayu, waktu kerja, jarak sarad, keterampilan kerja serta kondisi lapangan. Produktivitas ini erat hubungannya dengan biaya pemanenan. Semakin besar produktivitas, semakin rendah biaya pemanenannya, demikian juga sebaliknya. Produktivitas penebangan dan pembagian batang sangat sangat dibutuhkan pada kegiatan pemanenan hutan.
14 Sistem kerjasama antar operator dengan Perum Perhutani adalah sistem borongan atau sistem kubikasi yang di atur oleh KPH, artinya keperluan terhadap tenaga operator didasarkan apabila ada kegiatan penebangan. Dalam perhitungan analisis biaya, produktivitas penebangan dan pembagian batang digabung untuk membandingkan de ngan biaya yang diterapkan oleh Perhutani. Tabel 7 menunjukan penggunaan waktu, volume, dan produktivitas kegiatan penebangan dan pembagian batang minimal, maksimal, dan rata-rata. Volume total rata-rata hasil penebangan dan pembagian batang yaitu 1,744 m3. Produktivitas rata-rata waktu efektif penebangan dan pembagian batang yaitu 1,813 m3 /jam, sedangkan produktivitas rata-rata waktu aktual yaitu 1,551 m3 /jam. Hasil produktivitas penelitian ini juga lebih besar dibandingkan dengan penelitian Sinaga (2002) di PT INHUTANI II Pulau Laut. Produktivitas yang di peroleh yaitu 3,11 m3 /jam. Perbedaan ini disebabkan karena waktu kerja rata-rata lebih lama yaitu 215,4 detik. Waktu kerja lebih lama karena menggunakan chainsaw berukuran kecil dengan panjang bilah 40cm dengan menggunakan tenaga yang kecil 1,5 kw, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan kegiatan penebangan. Selain itu dipengaruhi oleh diameter yang bervariasi dan keadaan cuaca, serta hambatan dalam kegiatan penebangan maka waktu tebang akan meningkat yang menyebabkan produktivitas menjadi rendah. Produktivitas pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Sulistyanto (2001) di PT Tanjung Redeb Hutani yang menghasilkan rata-rata produktivitas sebesar 12.132 m3/jam. Perbedaan ini dipengaruhi oleh volume pohon yang ditebang. Pada penelitian ini volume yang diperoleh lebih besar dari penelitian Sulistyanto (2001) yaitu sebesar 0,37 m3. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Sulistianto (2016) yang dilakukan di KPH Ciamis memiliki produktivitas penebangan dan pembagian batang lebih besar, yaitu waktu efektif sebsar 2,042 m3/jam dan waktu aktual 1,990 m3/jam. Hal tersebut dikarenakan kegiatan penebangan dan pembagian batang dalam penelitian Sulistianto (2016), hanya dilakukan dengan satu orang sehingga waktu tidak efektif lebih sedikit. Selain itu pekerja dalam penelitian Sulistianto (2016) lebih berpengalaman. Tabel 7 Waktu, volume dan produktivitas penebangan dan pembagian batang
Nama kegiatan
Penebangan Pembagian batang Total
Waktu kerja rata-rata (detik/siklus) Waktu Waktu efektif aktual
Volume rata-rata (m3/siklus)
Produktivitas rata-rata (m3/jam)
Waktu efektif
Waktu aktual
Waktu efektif
Waktu actual
331,9
685,36
1,751
1,751
19,67
13,01
3151,15
3534,6
1,737
1,737
2,012
1,831
3483,03
4219,97
1,744
1,744
1,813
1,551
15 Biaya Kegiatan Pemanenan Kayu Dalam bidang kehutanan, kegiatan pemanenan kayu memerlukan biaya yang paling tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Biaya-biaya yang diperhitungkan untuk analisis biaya pemanenan kayu terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat (depresiasi) dan suku bunga bank, sedangkan biaya variabel meliputi biaya pemeliharaan dan perawatan serta biaya bahan bakan dan pelumas. Biaya mesin merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya usaha adalah hasil jumlah dari biaya mesin dengan upah operator atau pekerja. Alat yang digunakan kegiatan penebangan dan pembagian batang yaitu dengan chainsaw Tecogold E-700-11, Stihl 070 yang dibeli pada tahun 2015 dan tahun 2014. Biaya pembelian chainsaw Tecogold E-700-11 sebesar Rp 4.900000 dan Stihl 070 sebesar Rp 6.000.000 dengan masa pakai ekonomis selama 5 tahun. Tingkat suku bunga yaitu 20% dari hasil menghasilkan investasi per tahun sebesar 237,08468 yaitu dengan cara awal perhitungan harga beli dikurangi dengan harga bekas dikali dengan masa pakai alat ditambah dengan 1 setelah hasil di dapat alat dikalikan dengan 2 dibagi lagi dengan masa pakai alat setelah hasil yang didapat ditambahkan dengan harga bekas. Biaya yang dihitung diantaranya, biaya kegiatan persiapan, depresiasi/penyusutan, bunga modal, biaya tetap, biaya variable, biaya mesin, biaya usaha serta biaya kegiatan (penebangan dan pembagian batang). Waktu kerja per hari 8 jam dari 221 hari efektif selama 1 tahun. Tabel 8 menunjukkan analisis biaya penggunaan alat penebangan dan pembagian batang berdasarkan komponen biaya operasional. Tabel 8 Analisis biaya penggunaan alat chainsaw Komponen biaya
Chainsaw Tecogold E-700
Biaya tetap (Rp/jam)
1114,932
Biaya variabel (Rp/jam)
14 554,56
Biaya mesin (Rp/jam)
15 669,50
Biaya usaha (Rp/jam)
23 169,50
Komponen biaya
Chainsaw Stihl 070
Biaya tetap (Rp/jam)
13 65,223
Biaya variabel (Rp/jam)
14 550,76
Biaya mesin (Rp/jam)
15 915,98
Biaya usaha (Rp/jam)
28 415,98
Dari hasil Tabel 8 pada kegiatan penebangan menggunakan chainsaw Tecogold E-700-11, kemudian pembagian batang menggunakan chainsaw Stihl 070. Pengamatan dilakukan secara berurutan untuk satu pohon dari penebangan hingga pembagian batang. Dari hasil yang didapat adanya selisih di biaya usaha sebesar Rp 5250,29 dikarenakan selisih yang didapatkan yaitu harga awal pembelian kedua alat tersebut berbeda. Dengan demikian rata-rata biaya usaha yang di peroleh pada kegiatan di lapangan sebesar Rp 25.794,645 sehingga
16 dengan hasil perhitungan yang perolehan pada produktivitas aktual sebesar 1.571 m3/jam maka biaya usaha yang dipeoleh sebesar Rp 16.630,97/jam sedangkan perhitungan yang diperoleh dengan hasil produktivitas secara efektif sebesar 1.8168 m3/jam diperoleh biaya usaha sebesar Rp 14.227,60/jam. Biaya usaha ini merupakan hasil perhitungan dengan upah operator berjumlah 2 orang. Besarnya biaya pemanenan kayu jati dengan teresan di petak 16 A KPH Randublatung meliputi biaya persiapan pemanenan dan biaya pelaksanaaan pemanenan. Pada kegiatan persiapan pemanenan yang meliputi kegiatan peneresan, pembagain blok, klem, pembuatan sarana dan prasarana tebangan tercantum dalam Tabel 9. Tabel 9 Total biaya pemanenan hutan tanaman jati di Randublatung
petak 16A KPH Randublatung
Nama kegiatan Standar Biaya peneresan (Rp/m³) Biaya pembagian tanda batas blok (Rp/m³) Biaya klem (Rp/m³) Biaya her klem (Rp/m³) Biaya pembuatan plang tebangan (Rp/m³) Biaya pembuatan plang larangan (Rp/m³) Biaya selamatan P3K (Rp) Biaya air minum (Rp/m³) Biaya penebangan (Rp/m³) Biaya penyaradan (Rp/m³) Biaya pemikul (Rp/m³) Biaya pengangkutan (Rp/m³)
918,77 32,49 229,69 214,38 60,17 30,08 150.42 51.14 650 22000 25000 95000
Biaya pemuatan dan pembongkaran (Rp/m³) Total biaya (Rp/m³)
28000 172.337,15
Perhitung 918,77 32,49 229,69 214,38 60,17 30,08 150.42 51.14 650 16.630,97 25000 95000 28000 166.968,12
Tabel 9 menunjukkan bahwa biaya total pemanenan mulai dari tahap persiapan pemanenan sampai pemanenan di petak tebang berdasarkan tarif upah dan alat milik operator yaitu Rp 172.337,15/m3. Berdasarkan hasil analisis biaya jika chainsaw dihitung kepemilikannya milik Perhutani biaya persiapan sampai pemanenan yaitu Rp 166.968,12/m3. Selisih biaya tersebut yaitu sebesar Rp 5.369,03 /m3 lebih murah bila kepemilikan chainsaw milik Perhutani. Tingginya biaya total pemanenan disebabkan oleh rendahnya produktivitas para kerja, jumlah pekerja, keterampilan dan pengalaman pekerja. Seperti yang dinyatakan oleh Suhartana et al (2013) bahwa semakin besar produktivitas, maka biaya pemanenannya akan semakin rendah, demikian juga sebaliknya.
17
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Produktivitas pemanenan yang meliputi kegiatan penebangan dan pembagian batang pada 30 siklus data yang diambil yaitu 1,551 m3/jam. Total biaya pemanenan kayu jati pada kegiatan penebangan dan pembagian batang berdasarkan analisis jika perhutani memiliki alat sendiri yaitu Rp 16.630,92/m3. Berdasarkan hasil analisis biaya tersebut jika Perhutani memiliki alat chainsaw sendiri lebih murah dibandingkan biaya borongan. Saran Penulis menyarankan kepada Perum Perhutani KPH Randublatung untuk mempertimbangkan hasil penelitian ini agar biaya pemanenan kayu jati lebih murah. Selain itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut pada kegiatan penyaradan, pemuatan, pengangkutan, dan pembongkaran.
DAFTAR PUSTAKA Alasi MRD. 2003. Penebangan Jati (Tectona grandis) Studi kasus di BKPH Karang Asem KPH Purwodadi [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Behjou FK, Majnounian B, Dvorak J, Namiranian M, Saeed A, Feghhi J. 2009. Productivity and cost of manual felling with a chainsaw in Caspian Forest. J For Sci. 55 (2): 96–100. Gautama I. 2008. Prestasi pekerja dalam kegiatan pembagian batang pada kegiatan pemanenan di hutan jati rakyat desa lili riattang kabupaten bone. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 3: 111–234. [ILO] International Labour Office. 1979. Introduction to Work Study (Third Edition). Geneva (CH): Impression Couleurs Weber. INDOTEKNIK. 2015. Stihl Chainsaw Bensin 070. [Internet]. [diunduh 2016 Agustus 14]. Tersedia pada : http://indoteknik.co.id/v1/pi/070-chain-sawbensin-bar-36 Keogh RM. 2009. The future of teak and the high-grade tropical hardwood sector. Planted Forests and Tress Working Paper Series. Rome (IT): FAO. Mahendra MG. 2003. Pengukuran waktu standar dan prestasi kerja penebangan Jati (Tectona grandis) Di Perum Perhutani Unit II Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Martawijaya, 1981. Atlas Kayu Indonesia 2. Bogor (ID): Balai Penelitian Hasil Hutan, Badan Litbang Pertanian. Mousavi R. 2009. Comparison of productivity, cost and environmental impacts of two harvesting methods in Nothern Iran: short-log vs. long-log [dissertation]. Finland (FI): University of Joensuu. Mujetahid A. 2008. Produktivitas penebangan pada hutan jati (Tectona Grandis) rakyat Di Kabupaten Bone. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 5(1): 53–58.
18 Ningrum W. (2014). Produktivitas alat berat dan efisiensi waktu kerja kegiatan pemanenan kayu di IUPHHK HA di Papua Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nugroho B. 2002. Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Bogor (ID): Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan (YPFK). Perhutani. 2014. Prosedur Kerja Penatausahaan Kayu Hasil Pemanenan Yang Berasal Dari Wilayah Pengelolaan Perum Perhutani 2014. Tidak diterbitkan. Priyonggo BP. 2014. Analisis kerusakan komponen dan produktivitas gergaji rantai Di Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur KPH Madiun [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Retno Ismail.2001. Evaluasi elemen dan prestasi kerja pemanenan di Hutan Jati (studi kasus pemanenan kayu jati di BPKH Sadang KPH Purwakarta [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Rinawati DI, Puspitasari D, Muljadi F. 2012. Penentuan waktu standar dan jumlah tenaga kerja optimal pada produksi batik cap (studi kasus: IKM batik Saud Effendy, Laweyan). J J@ti Undip. 8(3):143–150. Setiawa H. 2001. Prestasi kerja penebangan sistem semi mekanis Short Wood Method (Studi kasus di HPHTI Inhutani III, Kalimantan Selatan). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sinaga M. 2000. Produktivitas dan biaya produksi penebangan hutan tanaman industri di PT Inhutani II Pulau Laut [skripsi]. Bogor (ID): Balai Penelitian Hasil Hutan. Suhartana S, Yuniawati, Rahmat 2007. Penggunaan Jumlah Chainsaw Yang Tepat dan Efisien Pada Penebangan (Studi Kasus Di Satu Perusahaan Hutan Di Kalimantan Timur). Kalimantan (ID) : Universitas Mulawarman Suhartana S, Yuniawati. 2010. Studi komparasi aplikasi penebangan ramah lingkungan di Riau dan Jambi. Jl Penel Hasil Hutan. 28(2): 119–129. Suhartana S, Yuniawati, Dulsalam. 2013. Biaya dan produktivitas penyaradan dan pembuatan/pemeliharaan kanal di HTI Rawa Gambut di Riau dan Jambi (Cost and Productivity of Skidding and Canal Establishment at Peat Swamp Forest Plantation in Riau and Jambi). Jl Penel Hasil Hutan. 31(1): 36 –48. Sulistianto A. 2016. Produktivitas, Biaya kegiatan penebangan dan pembagian batang kayu jati di KPH Ciamis [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sulistiyanto B .2001. Prestasi kerja dan biaya pemanenan pada hutan tanaman industri studi kasus di HPHTI PT Tanjung redep Hutani, Barau Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wiradinata S. 1989. Manual Perhitungan Biaya Pembalakan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
19
LAMPIRAN Lampiran 1 Produktivitas penebangan dan pembagian batang Waktu : 22 Maret – 10 April 2016 Lokasi : Petak 16 A V (m³)
Efektif
Aktual
Efektif
Aktual
Efektif
Aktual
efektif
Aktual
421 462 724 773 766 774 761 757 758 759 760 765 769 770 771 779 784 781 782 227 238 225 224 230 223 221 240 209/25 9 244 449 Ratarata
1,535 1,531 3,6 1,993 2,303 0,891 1,985 1,27 1,558 2,298 1,882 1,336 1,88 1,693 1,998 2,434 1,571 1,011 1,813 1,587 2,279 1,282 0,795 2,824 1,235 0,815 1,661
3185 3065 2539 3200 3323 3245 3155 3025 3035 2971 3074 2748 3073 3263 3165 2570 3241 3555 2666 3770 3317 3486 3486 3236 3216 2957 3138
3185 4960 3414 3323 3104 3245 3155 3025 5713 2971 3074 2925 3074 2925 3073 3263 3165 2570 5876 3555 2666 3770 3317 3486 3236 2957 5769
410 278 422 280 407 351 338 155 284 328 484 267 320 297 356 331 231 235 497 237 301 252 218 333 249 243 258
547 402 2567 739 520 456 459 286 361 2423 617 405 1238 421 512 405 354 235 592 601 301 366 277 354 272 243 382
3595 3343 2961 3480 3730 3596 3493 3180 3319 3299 3558 3015 3393 3560 3521 2901 3472 3790 3163 4007 3618 3738 3704 3569 3465 3200 3396
3732 5362 5981 4062 3624 3701 3614 3311 6074 5394 3691 3330 4312 3346 3585 3668 3519 2805 6468 4156 2967 4136 3594 3840 3508 3200 6151
1,537 1,648 4,376 2,061 2,222 0,891 2,045 1,437 1,689 2,507 1,904 1,595 1,994 1,712 2,042 3,020 1,628 0,960 2,063 1,425 2,267 1,234 0,772 2,848 1,283 0,916 1,760
1,480 1,027 2,166 1,766 2,287 0,866 1,977 1,437 1,689 1,533 1,835 1,444 1,569 1,821 2,006 2,388 1,607 1,297 1,009 1,374 2,765 1,115 0,796 2,647 1,267 0,916 0,972
3247 3327
3641 3247 3327
643 521 431
873 2922 431
4284 3768 3758
4514 6169 3758
1,465 1,344 1,842
1,390 0,821 1,842
3163,96
3500,366
331,9
685,36
3495,86
4185,733
1,813
1,551
1,744
3641
Felling (detik)
Produktivitas (m3/jam)
No Pohon
1,744 1,407 1,923
Bucking (detik)
Jarak tanam : 3 x 3 meter Luas petak : 2,2 ha Total
20
Lampiran 2 Data Perhitungan biaya penebangan dengan menggunakann chainsaw Tecogold Komponen Biaya Harga beli (M) Harga bekas (R) Masa pakai (N) Jam kerja alat Tingkat suku bunga (i) Investasi per tahun (A) Bunga modal (I) Depresiasi (D) Asuransi (T) Biaya Tetap Biaya pemeliharaan (MR) (maintenance) Harga Rantai (CP) (maintenance) Masa pakai rantai (CL) Biaya rantai (CC) Harga bilah (maintenance) Masa pakai rantai Harga bilah Harga kikir (maintenance) Masa pakai kikir Biaya kikir Harga busi (maintenance) Masa pakai Biaya busi Jumlah pekerja (Np) Standar upah pekerja dari perhutani (Sp) Jam kerja (T) Upah pekerja (Up) BBM Pelumas Biaya variabel (TVC) Biaya mesin Biaya usaha Biaya total aktual Biaya total efektif Produktivitas Aktual Produktivitas Efektif
Harga 4900000 0 5 1547 20 1900,452 380,090 633,484 101,357 1114,932 2840,28 230000 14 2053,57 800000 360 277,778 20000 7 357,142 17000 14 151,79 2 12500 8 22000 9357,14 2357,142 14554,56 15669,50 37669,50 23981,09 20733,77 1,571 1,8168
Satuan Rp Rp Tahun Jam/tahun % Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp Hari Rp/jam Rp Hari Rp/jam Rp Hari Rp/jam Rp Hari Rp/jam Orang Rp/jam Jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/m³ Rp/m³ m³/jam m³/jam
21
Lampiran 3 Data Perhitungan biaya penebangan dengan menggunakann chainsaw Stihl 070 Komponen Biaya Harga beli (M) Harga bekas (R) Masa pakai (N) Jam kerja alat Tingkat suku bunga (i) Investasi per tahun (A) Bunga modal (I) Depresiasi (D) Asuransi (T) Biaya Tetap Biaya pemeliharaan (MR) (maintenance) Harga Rantai (CP) (maintenance) Biaya pemeliharaan (MR) (maintenance) Biaya rantai (CC) Harga bilah (maintenance) Masa pakai bilah Biaya bilah Harga kikir (maintenance) Masa pakai kikir Biaya kikir Harga busi (maintenance) Masa pakai busi biaya busi Jumlah pekerja Standar upah pekerja dari perhutani (Sp) Jam kerja (T) Upah pekerja (Up) BBM Pelumas Biaya Variabel (TVC) Biaya mesin Biaya usaha Biaya total aktual Biaya total efektif Produktivitas Aktual Produktivitas Efektif
Harga 6000000 0 5 1547 20 2337,084 465,419 775,694 124,111 1365,223 2840,28 230000 14 2053,57 800000 360 277,778 20000 7 357,142 17000 14 151,79 2 12500 8 22000 9357,14 2357,142 14554,56 15919,79 37919,79 24140,43 20871,75 1,571 1,8168
Satuan Rp Rp Tahun Jam/tahun % Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Hari Rp/jam Rp Hari Rp/jam Rp Hari RP/jam Rp Hari Rp/jam Orang Rp/jam Jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/jam Rp/m³ Rp/m³ m³/jam m³/jam
22
Lampiran 4 Data hari hujan di KPH Randublatung Tahun 1995 1996 1997 1998 1990 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah hari hujan 76 81 68 112 82 92 69 58 44 74 73 80 86 90 84 133 105 86 108 93
Jumlah
1694
Rata-rata
80,7
23
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tegal pada tanggal 3 Oktober 1993. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Hadi Prayino (Alm) dan Ibu Sukiyati. Penulis lulus dari SMAN 2 Slawi pada tahun 2011 dan melanjutkan pendidikan di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi) Undangan. Penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di jalur Gunung Sawal - Pangandaran dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan sekitarnya. Selain itu, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT INHUTANI II Pulau Laut Kalimantan Selatan 2015. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dibeberapa kegiatan diluar akademik. Penulis juga aktif di Organisasi Lawalata IPB serta aktif juga dalam Himpunan Profesi FMSC (Forest Management Student Club). Selain aktif di beberapa organisasi, penulis juga pernah terlibat dalam beberapa kepanitiaan kegiatan mahasiswa, seperti pada kegiatan Ekspedisi Siberut Utara tahun 2012, kegiatan Tapak Baduy 2012, kegiatan SKE (Scientific kast Exploration) 2013, kegiatan ISG (Indonesia Speleo Gathering) di Cibubur 2014, kegiatan SOS (Save our Situ) 2012 dan 2014, kegiatan magang mandiri di Perum Perhutani KPH Balapulang Jawa Tengah 2013 Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Produktivitas dan Biaya Pemanenan Kayu Jati Di KPH Randublatung dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir Juang R. Matangaran, MS. .