BAB I PENDAHULUAN prasarana bangunan - file.upi.edu

2 Karena plambing merupakan bagian dari utilitas bangunan, maka tujuan penempatan plambing dalam suatu bangunan gedung juga, agar penghuni bangunan ge...

216 downloads 286 Views 4MB Size
BAB I PENDAHULUAN

Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan oleh manusia untuk melakukan kegiatannya, agar supaya bangunan gedung yang dibangun dapat dipakai, dihuni, dan dinikmati oleh pengguna, perlu dilengkapi dengan prasarana lain, yang disebut prasarana bangunan atau utilitas bangunan. Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung, agar bangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu penghuninya akan merasa nyaman, aman, dan sehat.

Ruang lingkup dari Utilitas Bangunan diantaranya adalah :

Sistem plambing air minum Sistem plambing air kotor Sistem plambing air hujan Sistem pembuangan sampah Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran Sistem instalasi listrik Sistem pengkondisian udara Sistem transportasi vertikal Sistem telekomunikasi Sistem penangkal petir

Salah satu bagian dari utilitas bangunan adalah Plambing. Termasuk dalam ruang lingkup plambing diantaranya adalah : sistem penyediaan air minum, sistem pembuangan air kotor, dan sistem pembuangan air hujan didalam bangunan gedung. Plambing dapat didefinisikan sebagai berikut : Sistem Plambing suatu bangunan gedung adalah : perpipaan sistem penyediaan air minum, perpipaan sistem pembuangan air kotor, dan perpipaan sistem pembuangan air hujan.

1

Karena plambing merupakan bagian dari utilitas bangunan, maka tujuan penempatan plambing dalam suatu bangunan gedung juga, agar penghuni bangunan gedung tersebut merasa aman, nyaman, dan sehat.

2

BAB II SISTEM PLAMBING AIR MINUM

2.1 U M U M

Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam semua kehidupan, termasuk kehidupan manusia. Tidak saja karena sekitar (65-80) % dari tubuh manusia, terdiri dari cairan, tetapi juga karena di dalam air itu terdapat berbagai mineral dan unsur kimia, seperti Ca, Fe, F, J, dan lain-lain yang diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk menjaga kesehatan manusia. Selain dari pada itu air juga merupakan tempat hidup binatang–binatang air, mulai dari ikan sampai mikroorganisme. Mikroorganisme–mikroorganisme yang hidup di dalam air sangat bermacam–macam, ada yang pathogen (membahayakan bagi kesehatan manusia) dan ada yang tidak pathogen. Oleh karena itu, air disamping sebagai kebutuhan hidup juga sebagai media/sarana penularan penyakit. Sejumlah penyakit menular, terutama penyakit– penyakit perut yang tergolong dalam “ Water borne deseases” , seperti typus, cholera, dan gastrolenteritis ( common diarhea ), adalah penyakit–penyakit yang dapat berkembang dan ditularkan melalui air. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

“Bila sumur tidak

hygienis dan letaknya dekat sekali dengan kakus, dimana pada kakus itu ada faeses (kotoran manusia) yang mengandung kuman-kuman cholera, maka kuman-kuman cholera tadi akan ikut dengan air yang merembes masuk kedalam sumur. Bila air sumur yang telah terkontaminasi oleh kuman-kuman cholera digunakan oleh manusia tanpa pengolahan terlebih dahulu, maka kuman-kuman cholera itu akan masuk kedalam perut manusia dan akan berkembang biak, maka manusianya akan sakit”. Disamping air sebagai media penularan penyakit perut, air pun merupakan pelarut yang sangat baik. Oleh karena itu di dalam air banyak dijumpai zat-zat kimia atau mineral-mineral. Zat kimia dan mineral-mineral itu kadar di dalam air tergantung dari daerah yang di laluinya. Agar supaya air itu bisa digunakan oleh manusia secara aman (tidak mengganggu/membahayakan kesehatan), maka organisme-organisme, bahan-bahan kimia dan mineral-mineral tadi keberadaannya harus pada batas-batas tertentu, dengan kata lain air tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat ini dinamakan syarat kualitas air minum.

3

Air minum bisa didefinisikan sebagai berikut : “Air minum adalah air yang telah memenuhi syarat kualitas air minum (syarat fisik, kimiawi dan bakteriologi)”, yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2005, tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pasal 1 ayat 2. Air Minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Syarat-syarat kualitas air minum adalah :

Syarat fisik

: jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan sejuk (temperatur dibawah suhu kamar).

Syarat kimiawi

: air mengandung zat-zat kimia atau mineral-mineral dalam kadar tertentu.

Syarat bakteriologi : air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri pathogen.

Didalam bangunan gedung air minum digunakan untuk berbagai keperluan yang menunjang kegiatan penghuninya, diantaranya adalah : keperluan untuk memasak, mandi, minum, mencuci, penggelontor kakus, menyiram tanaman, kolam renang, dan lain sebagainya.

2.2 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Jenis penyediaan air minum didalam bangunan gedung ada 2 (dua), yaitu : Penyediaan air minum dingin, dan Penyediaan air minum panas.

4

2.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DINGIN

2.3.1 Sistem Penyediaan air Minum

Sistem penyediaan air minum dingin dalam suatu bangunan gedung ada 3 (tiga) sistem, yaitu :

a)

a)

Sistem sambungan langsung

b)

Sistem tangki tekan

c)

Sistem tangki atap

Sistem sambungan langsung

Sistem sambungan langsung adalah sistem dimana pipa distribusi kebangunan gedung disambung langsung dengan pipa cabang dari sistem penyediaan air minum secara kolektif/sistem perpipaan (dalam hal ini pipa cabang distribusi PDAM). Karena terbatasnya tekanan air di pipa distribusi PDAM, maka sistem ini hanya bisa untuk bangunan kecil atau bangunan rumah sampai dengan 2 (dua) lantai. Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal dari pipa cabang sistem penyediaan air minum secara kolektif (dalam hal ini pipa cabang distribusi PDAM). Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat pada Gambar 1

b) Sistem tangki tekan

Biasanya sistem ini digunakan bila air yang akan masuk kedalam bangunan, pengalirannya menggunakan pompa.

Prinsip kerja sistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Air dari sumur atau yang telah ditampung dalam tangki bawah dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga air yang ada didalam tangki tertutup tersebut dalam keadaan terkompresi. Air dari tangki tertutup tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan.

5

GAMBAR : 1 SISTEM SAMBUNGAN LANGSUNG

6

Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan dalam tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan, dan bekerja kembali setelah tekanan dalam tangki mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan. Daerah fluktuasi tekanan biasanya ditetapkan antara 1,00 kg/cm2 sampai 1,50 kg/cm2 . Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau dari PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah). Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2, dan Gambar 3.

c) Sistem tangki atap

Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai hal tidak dapat diterapkan, maka dapat diterapkan sistem tangki atap. Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah, lalu dipompakan ke tangki atas. Tangki atas dapat berupa tangki yang disimpan diatas atap atau dibangunan yang tertinggi, dan bisa juga berupa menara air. Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau dari PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah). Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat pada Gambar 4, dan Gambar 5.

7

GAMBAR : 2 SISTEM TANGKI TEKAN DENGAN SUMBER AIR DARI SUMUR

GAMBAR : 3 SISTEM TANGKI TEKAN DENGAN SUMBER AIR DARI PDAM

8

GAMBAR : 4 SISTEM DENGAN TANGKI ATAP

GAMBAR : 5 SISTEM DENGAN MENARA AIR

9

Agar supaya sistem penyediaan air minum di dalam bangunan gedung (plambing air minum) dapat berfungsi secara optimal, maka perlu memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah :

a) Syarat kualitas b) Syarat kuantitas c) Syarat tekanan

a) Syarat kualitas :

Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem plambing air minum, harus memenuhi syarat kualitan air minum, yaitu syarat fisik, syarat kimiawi, dan syarat bakteriologi, yang sesuai dengan peraturan pemerintah, dalam hal ini Departmen Kesehatan.

b) Syarat kuantitas :

Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem plambing air minum, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu kapasitas air minum harus mencukupi berbagai kebutuhan air minum bangunan gedung tersebut.

Untuk menghitung besarnya kebutuhan air minum dalam bangunan gedung didasarkan pada pendekatan sebagai berikut :

Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun yang tidak permanen. Unit beban alat plambing Luas lantai bangunan

Perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas lantai banguan hanya digunakan untuk menentukan kebutuhan air pada waktu pra rancangan, tidak untuk bangunan

10

gedung yang sudah selesai rancangannya. Perhitungan berdasarkan jumlah penghuni, dipakai untuk bangunan gedung rumah tinggal.

Contoh perhitungan : a) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal sederhana dengan jumlah penghuni sebanyak 5 jiwa. Asumsikan kebutuhan air sebesar 100 l/jiwa/hari. Kebutuhan air sebesar : 5 jiwa X 100 l/jiwa/hari = 500 l/hari. b) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal mewah dengan jumlah penghuni sebanyak 8 jiwa. Asumsikan kebutuhan air sebesar 250 l/jiwa/hari. Kebutuhan air sebesar : 8 jiwa X 250 l/jiwa/hari = 2.000 l/hari. Perhitungan berdasarkan Unit Beban Alat Plambing, dipakai untuk bangunan gedung berlantai banyak. Contoh perhitungan berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UBAP). Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk bangunan hotel dengan jumlah lantai sebanyak 8 lantai. Asumsikan dalam hotel tersebut terdapat peralatan plambing sebagai berikut : Kakus dengan tangki gelontor sebanyak 50 unit Peturasan sebanyak 10 unit Bak cuci tangan sebanya 50 unit Bak mandi sebanyak 50 unit Dus sebanyak 10 unit Untuk menghitung besarnya kebutuhan air digunakan Tabel 1, dan Gambar/Grafik 6 Dari Tabel 1, didapat jumlah Unit Beban Alat Plambing (UBAP) sebagai berikut : Kakus dengan tangki gelontor

50 unit X 5

=

250 UBAP

Peturasan sebanyak

10 unit X 10 =

100 UBAP

Bak cuci tangan sebanya

50 unit X 2

=

100 UBAP

Bak mandi sebanyak

50 unit X 4

=

200 UBAP

Dus sebanyak

10 unit X 4

=

40 UBAP 11

Jumlah total unit beban alat plambing

690 UBAP

Dari Gambar/Grafik 6, didapat besarnya kebutuhan air minum, sebesar 680 l/menit TABEL : 1 BEBAN KEBUTUHAN ALAT PLAMBING

No

Alat Plambing

Hunian

Jenis Katup

Unit Bebang Alat Plambing (NUAP)

1

Kakus

Umum

Katup Gelontor

10

2

Kakus

Umum

Tangki Gelontor

5

3

Peturasan

Umum

Katup Gelontor 25 mm (1 inci)

10

4

Peturasan

Umum

Katup Gelontor 20 mm (1/2 inci)

5

5

Peturasan

Umum

Tangki Gelontor

3

6

Bak cuci Tangan

Umum

Kran

2

7

Bak mandi

Umum

Kran

4

8

Dus

Umum

Katup Pencampur

4

9

Bak cuci

Kantor, dan sebagainya

Kran

3

10

Bak cuci Dapur

Hotel, Restoran

Kran

4

11

Kakus

Pribadi

Katup Gelontor

6

12

Kakus

Pribadi

Tangki Gelontor

3

13

Bak cuci Tangan

Pribadi

Kran

1

14

Bak Mandi

Pribadi

Kran

2

15

Pancuran

Pribadi

Katup Pencampur

2

16

Kelompok Kamar Mandi

Pribadi

Katup Gelontor untuk Kakus

8

17

Dus Terpisah

Pribadi

Katup Campuran

2

18

Kelompok Kamar Mandi

Pribadi

Tangki Gelontor untuk Kakus

6

19

Bak cuci Dapur

Pribadi

Kran

3

20

Bak cuci Pakaian

Pribadi

Kran

3

21

Alat Plambing Gabungan

Pribadi

Kran

3

Beban alat plambing yang tidak tercantum dalam Tabel 1 harus diperkirakan dengan membandingkan alat plambing tersebut dengan alat plambing yang memakai air dalam debit yang sama. Beban yang tercantum dalam Tabel 1 adalah untuk seluruh kebutuhan. Alat plambing yang dilengkapi dengan air panas dan air dingin mempunyai beban masing-masing sebesar ¾ dari beban yang tercantum dalam Tabel 1

12

GAMBAR : 6 GRAFIK HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN AIR MINUM DENGAN UNIT BEBAN ALAT PLAMBING

13

c) Syarat tekanan Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena pancaran air serta mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada persyaratan pemakaian atau alat yang harus dilayani Tekana air yang berada pada sistem plambing (pada pipa) tekanannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diantaranya yaitu : Untuk Perumahan dan hotel antara 2,5 kg/cm2 atau 25 meter kolom air (mka) sampai 3,5 kg/cm2 atau 35 meter kolom air (mka) Untuk Perkantoran 4,0 kg/cm2 atau 40 meter kolom air (mka) sampai 5,0 kg/cm2 atau 50 meter kolom air (mka) Tekanan tersebut tergantung dari peraturan setempat. Tekanan yang dibutuhkan alat plambing dapat dibaca pada Tabel 2

TABEL : 2 TEKANAN YANG DIBUTUHKAN ALAT PLAMBING No

Nama alat Plambing

Tekanan yang dibutuhkan (kg/cm2) 0,70 1)

2)

1

Katup gelontor kloset

2

Katup gelontor peturasan

0,40 2)

3

Keran yang menutup sendiri, otomatik

0,70 3)

4

Pancuran mandi, dengan pancaran halus/tajam

0,70

5

Pancuran mandi (biasa)

0,35

6

Keran biasa

0,30

7

Pemanas air langsung, dengan bahan bakar gas

Catatan : 1)

2)

Tekanan standar (kg/cm2)

1.00

0,25 – 0,70 4)

Tekanan Minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset dan urinal yang dimuat dalam Tabel 2 ini adalah tekanan statik pada waktu air mengalir, dan tekanan maksimalnya adalah 4 kg/cm2

3)

Untuk keran dengan katup yang menutup secara otomatis, kalau tekanan airnya kurang dari yang minimum

14

dibutuhkan maka katup tidak akan dapat menutup dengan rapat, sehingga air masih akan menetes dari keran. 4)

Untuk pemanas air langsung dengan bahan bakar gas, tekanan minimum yang dibutuhkan biasanya dinyatakan/dicantumkan pada alat pemanas tersebut

Untuk bangunan yang berlantai banyak, misalnya 64 tingkat, maka tekanan air dilantai bawah (untuk sistem pengaliran air dengan menggunakan tangki atap) akan sangat besar, yaitu sebasar 64 X 3,50 m = 224 meter kolom air (mka). Oleh karena itu, agar tekana air tidak melampoi batas yang ditentukan, maka bangunan tersebut harus dibagi menjadi beberapa bagian atau zona, dimana setiap zona tekanan airnya tidak melampoi tekanan yang terlah ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7 GAMBAR : 7 PEMBAGIAN ZONA TEKANAN

15

2.3.2 Komponen-komponen yang penting

Komponen-komponen atau bagian-bagian yang penting didalam sistem penyediaan air minum suatu bangunan diantaranya adalah :

1) Sumber air 2) Pompa air 3) Pipa air dan perlengkapannya (assesories) 4) Tangki air 5) Peralatan plambing air minum

2.3.2.1 Sumber air

Sumber air untuk sistem penyedian air minum suatu bangunan gedung ada 2 (dua) macam yaitu : secara individu dan secara kolektif

Secara individu : adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya diambil secara perorangan atau rumah tangga/bangunan.

Secara kolektif : adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya diambil secara bersama-sama atau kolektif yang diselenggarakan oleh suatu badan atau perusahaan, yang pada umumnya badan atau perusahaan yang menyelenggarakannya adalah Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM). Sistem yang digunakan untuk

mendistribusikan airnya menggunakan sarana perpipaan. Oleh karena itu sistem ini juga disebut : “penyediaan air minum sistem perpipaan”.

Sistem penyediaan air minum dengan sumber air secara individu dapat dijelaskan sebagai berikut :

16

Air dari sumber air yang ada didalam tanah melalui sumur diangkat kepermukaan tanah dengan menggunakan timba/pompa, lalu air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ada juga air dari sumber air yang ada didalam tanah melalui sumur di pompa

langsung ke alat-alat

plambing atau di pompa ke menara air, lalu air dari menara air dialirkan secara gravitasi ke alat-alat plambing.

Ada juga yang menggunakan

sumber air dari mata air atau dari air permukaan (sungai atau kolam).

Sistem penyediaan air minum dengan sumber air secara kolektif dapat dijelaskan sebagai berikut : Air dari sumber air (air tanah tertekan, mata air, atau air permukaan) di alirkan melalui saluran transmisi (saluran pembawa) air baku, baik secara gravitasi maupun secara pemompaan ke bangunan atau unit pengolahan air minum (water treatment plan) untuk diolah agar supaya air dari sumber air yang belum memenuhi syarat kualitas air minum menjadi memenuhi syarat kualitas air minum. Air minum dari unit pengolahan air minum (water treatment plan) dialirkan melalui pipa transmisi (pipa pembawa) air minum secara gravitasi atau pemompaan ke reservoir. Air minum dari reservoir didistribusikan ke konsumen atau pemakai melalui pipa atau jaringan pipa distribusi (pipa atau jaringan pipa pembagi) secara gravitasi atau secara pemompaan atau gabungan pemompaan dan gravitasi”. Tekanan air pada pipa distribusi, maksimal 40 meter kolom air (mka), dan pada ujung pipa distribusi minimal 10 meter kolom air (mka).

Dari pipa distribusi air dialirkan ke bangunan gedung, bisa secara langsung keperalatan plambing, bisa juga secara tidak langsung (menggunakan menara air). Air dari sistem penyediaan air minum kota (PDAM) pada umumnya kualitasnya sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum, kalau air dari sumber air individu, ada yang sudah memenuhi syarat kualitas air minum ada juga yang belum memenuhi. Kalau belum memenuhi syarat kualitas air minum, maka air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi persyaratan air minum, sebelum masuk ke dalam sistem plambing bangunan gedung.

17

2.3.2.2 Pompa air

Pompa air adalah suatu alat untuk menaikan air dari level yang rendah ke level yang lebih tinggi. Dilihat dari jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu pompa hisap dan pompa hisap-tekan. Pompa hisap hanya menaikan air dari level dibawah pompa kelevel sama dengan level pompa. Pompa hisap-tekan menaikan air dari level dibawah pompa ke level diatas pompa. Dari cara kerjanya, pompa dapat dibedakan menjadi pompa tangan dan pompa mekanik (digerakan dengan cara mekanik). Untuk lebih jelasnya pompa tangan dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9

Dilihat dari cara meletakan pompa, pompa mekanik dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :

Pompa yang diletakan diatas permukaan air (pompa centrifugal dan pompa jet). Pompa yang diletakan didalam air, yang disebut pompa rendam (submersible pump).

Untuk lebih jelasnya pompa mekanik dapat dilihat pada Gambar 10 sampai dengan Gambar 16.

Pompa centrifugal akan efektif digunakan untuk menaikan air dari kedalaman lebih kecil atau sama dengan 7.00 meter (jarak dari pompa sentrifugal dengan permukaan air yang akan di pompa < 7.00 meter). Untuk menaikan air, bila kedalaman muka air lebih besar dari 7.00 meter dari permukaan tanah, sebaiknya digunakan pompa jet (jet pump), atau pompa rendam (submersible pump). Agar pompa bisa berfungsi secara optimal (terutama pada pompa centrifugal), maka udara tidak boleh masuk kedalam pipa hisap.

18

GAMBAR : 8 POMPA TANGAN

19

GAMBAR : 9 CARA KERJA POMPA TANGAN

20

GAMBAR : 10 POMPA MEKANIK

21

GAMBAR : 11 DETAIL POMPA MEKANIK

22

GAMBAR : 12 PEMASANGAN FOOT VALVE

23

GAMBAR : 13 LAYOUT POMPA JET

24

GAMBAR : 14 POMPA JET

25

GAMBAR : 15 DETAIL JET PADA POMPA JET

26

GAMBAR : 16 POMPA SUBMERSIBLE

27

Peralatan (assesories) yang harus ada sekitar pompa adalah :

Foot valve Pipa hisap dan peralatannya Pompa itu sendiri Fleksible joint Sambungan peredam getaran Pipa tekan Katup (valve) Katup searah (swing valve) Saringan (strainer) Kadang-kadang manometer Fungsi dari peralatan-peralatan yang ada sekitar pompa tersebut diatas diantaranya adalah sebagai berikut :

Foot valve, dari jenis katup searah

: berfungsi untuk mencegah air turun kembali.

Pipa hisap dan peralatannya (soket, knie)

: berfungsi sebagai jalan air ke pompa air

Pompa air

: berfungsi untuk menaikan air.

Fleksible joint

: berfungsi agar pada waktu pompa akan dipasang setelah diperbaiki (dilepas), pada waktu pemasangnya kembali tidak mengalami kesulitan.

Sambungan peredam getaran

: berfungsi untuk meredam getaran pompa agar tidak merambat ke pipa. Sambungan peredam getaran biasanya dipasang pada pompa dengan kapasitas yang besar. 28

Pipa tekan

: berfungsi sebagai jalan air dari pompa air.

Katup (valve)

: berfungsi untuk mengatur aliran air, biasanya yang digunakan adalah dari jenis gate valve (katup sorong).

Katup searah (swing valve)

: berfungsi untuk menahan air balik agar tidak menekan pompa.

Saringan (strainer)

: berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak masuk kedalam pompa.

Manometer

: berfungsi untuk mengukur tekanan air. Biasanya dipasang pada pompa dengan kapasitas yang besar.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 17

Pipa hisap yang tegak harus dipasang tegak lurus, dan pipa hisap yang mendatar harus dipasang agak miring ke atas kearah pompa agar udara tidak terjebak pada pipa hisap. Pada pipa hisap, udara tidak boleh masuk kedalam pipa, oleh karena itu pada pipa hisap sedapat mungkin jangan terlalu banyak sambungan. Karena pada sambungan tersebut udara mudah masuk

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar. 18

Cara pemasangan alat otomatis untuk menghidupkan dan mematikan pompa dapat dilihat pada Gambar 19.

29

GAMBAR : 17 PERALATAN YANG HARUS DIPASANG PADA POMPA CESTRIFUGAL

10 5 3 P 4

64

7

8

9

2 1

30

GAMBAR : 18 CARA PEMASANGAN PIPA HISAP

31

GAMBAR : 19 CARA PEMASANGAN OTOMAT POMPA

32

2.3.2.3 Pipa air dan peralatannya (assesories)

Air yang mengalir dalam pipa, mengalir dibawah tekanan (under pressure) atau disebut juga air mengalir dengan tekanan, yaitu air mengalir dalam pipa dalam kondisi pipa terisi penuh oleh air, jadi tidak ada udara didalam pipa. Oleh karena itu air bisa mengalir kebawah, keatas, atau kesamping. Jadi pipa dapat dipasang tegak, miring keatas, miring kebawah, atau mendatar. Pada waktu air mengalir dalam pipa, akan timbul gesrekan-gesrekan antar molekul air dan gesrekan-gesrekan antara air dengan dinding pipa,

hal ini mengakibatkan

timbulnya kehilangan tekanan (head loss) pada waktu air mengalir didalam pipa.

Besarnya kehilangna tekan dalam pipa tergantung dari :

Kekasaran dinding pipa

: makin kasar dinding pipa makin besar kehilangan tekanannya.

Panjang pipa

: makin panjang pipa, makin besar kehilangan tekanannya.

Kecepatan air dalam pipa

: makin cepat air mengalir dalam pipa makin besar kehilangan tekanannya.

Banyaknya perlengkapan (assesories) pipa : makin banyak perlengkapan pipa makin besar kehilangan tekanannya.

Menghitung besarnya kehilangan tekanan air dalam pipa dapat menggunakan rumus “Hazen William” yang sudah dirubah menjadi “Nomogram”. Lihat Tabel 3, dan Tabel 4.

33

TABEL : 3 NOMOGRAM UNTUK MENENTUKAN KEHILANGAN TEKANAN DALAM PIPA KECIL DARI HAZEN DAN WILLIAMS (UNTUK C = 100)

34

TABEL : 4 NOMOGRAM UNTUK MENENTUKAN KEHILANGAN TEKANAN DALAM PERALATAN PIPA DARI HAZEN DAN WILLIAMS (UNTUK C = 100)

35

Pipa yang digunakan untuk digunakan dalam sistem plambing air minum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Pipa yang terbuat dari bahan yang kuat menahan tekanan air Tidak mudah berkarat Tidak mudah bocor Tidak merubah kualitas air dalam pipa Tidak berubah kualitasnya oleh cuaca (terutama kalau pipa dipasang diluar bangunan gedung).

Peralatan (assesories) pipa harus terbuat dari bahan yang sama dengan bahan pipa yang akan dipasang. Peralatan pipa diantaranya terdiri dari : soket, knie, tee, reduser, croos, valve, dan Dop.

Soket

: berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa lurus.

Knie

: berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa berubah arah

Tee

: berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) pipa yang bertemu

Reduser : berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa dengan garis tengah berbeda. Croos

: berfungsi untuk menyambung 4 (empat) pipa lurus

Valve

: berfungsi untuk mengatur atau menutup aliran air

Dop

: berfungsi untuk menutup ujung pipa

Macam-macam peralatan pipa dapat dilihat pada Gambar 20. Dan cara penempatan katup (valve) di dalam sistem plambing air minum dapat dilihat pada Gambar 21. Pada umumnya garis tengan pipa air minum bergaris tengan kecil, oleh karena itu pipa air minum dapat dipasang dengan cara menanam pipa dalam dinding bangunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22.

36

GAMBAR : 20 MACAM-MACAM PERALATAN PIPA

37

GAMBAR : 21 LOKASI PENEMPATAN KATUP (VALVE)

Contoh Lubang Pemeriksa di dinding

38

GAMBAR : 22 PENEMPATAN PIPA DALAM DINDING

39

Garis tengan pipa air minum yang ada adalah : ½” , ¾” , 1”, 1 ¼ “, 1 ½ “, 2”, 2 ½ “, 3”, 4”, 6”, 8” 10”. Pada umunya yang dipergunakan, yang bergaris tengan ½ “ sampai dengan 1 ¼ “ untuk rumah tinggal. Sebelum menghitung besarnya garis tengah pipa dan menentukan perletakan peralatang pipa perlu dibuat dulu gambar isometri. Contoh gambar isometri dapat dilihat pada Gambar 23. Untuk menentukan garistengah pipa dapat digunakan Tabel 5 dan Tabel 6

TABEL : 5 UKURAN MINIMUM PIPA PENYEDIAAN AIR ALAT PLAMBING Ukuran Nominal No

Alat Plambing

mm

inci

1

Bak mandi

15

½

2

Gabungan bak cuci dan dulang cuci pakaian

15

½

3

Pancuran air minum

15

½

4

Mesin cuci piring untuk rumah tangga

15

½

5

Bak cuci dapur untuk rumah tangga

15

½

6

Bak cuci dapur komersiil

20

¾

7

Bak cuci tangan

15

½

8

Bak cuci pakaian (1,2 atau 3 bagian)

15

½

9

Dus (untuk tiap dus)

15

½

10

Bak cuci (service slop)

15

½

11

Bak cuci (jenis bibir penggelontor)

20

¾

12

Peturasan (katup glontor ¾ “)

20

¾

13

Peturasan (katup glontor 1 ”)

25

1

14

Peturasan tangki glontor

15

½

15

Kakus (tangki glontor)

15

½

16

Kakus (katup glontor)

25

1

17

Kran untuk penyembung slang

15

½

18

Hidran dinding

15

½

TABEL : 6 THE NUMBER OF ½ IN PIPES THAT WILL DISCHARGE AS MUCH AS A SINGLE PIPE OF ANY OTHER SIZE FOR THE SAME PRESSURE LOSS Size of pipe (inch) Number of ½ inch. Pipes with same capacity

½

5/8

¾

1





2



3

4

6

8

10

1

1,7

2,9

6,2

10,9

17,4

37,8

65,5

110,5

189

527

1.200

2.090

40

GAMBAR : 23 CONTOH GAMBAR ISOMETRI

41

Contoh Perhitungan menentukan dimensi pipa air minum

Tentukan dimensi pipa air minum pada gambar berikut :

1

4 3 B

C

A

D

G H

2

5

F 4

E

2 K

J

Keterangan : 1.

Bak mandi

2.

Kakus (katup gelontor)

3.

Bak Cuci dapur untuk Rumah tangga

4.

Kakus (tangki gelontor)

5.

Pancuran air minum

6.

Bak Cuci tangan

6 I

L P

Menghitung Dimensi Pipa Air Minum

Dari Tabel 5 diperoleh garis tengah (

) pipa yang berhubungan dengan alat

plambing air minum adalah sebagai berikut :

1. Bak Mandi garis tengah (

) pipa ½ inch

2.

Kakus (katup gelontor) garis tengah (

) pipa 1 inch

3.

Bak cuci dapur untuk rumah tangga garis tengah (

4.

Kakus (tangki gelontor) garis tengah (

5.

Pancuran air minum garis tengah (

6.

Bak cuci tangan garis tengah (

) pipa ½ inch

) pipa ½ inch

) pipa ½ inch

) pipa ½ inch

Dari data tersebut dapat dihitung garis tengah (

) pipa dengan menggunakan

Tabel 6, sebagai berikut :

42

Pipa A – B : Garis tengah ( (

) pipa sama dengan pipa ke bak mandi yaitu pipa dengan garis tengah

) pipa ½ inch.

Jadi garis tengah (

) pipa A – B

½

inch

Pipa B – C : Beban pipa B – C adalah : - Bak mandi (

) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1

- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1 _________________________________ + Total 2 Dari tabel 6 diperoleh garis tengah (

) pipa B – C adalah ¾ inch (number of ½ inch.

Pipes with same capacity) sebesar 2,9 Jadi garis tengah (

) pipa B – C adalah ¾ inch

Pipa C – D Beban pipa C – D adalah : - Bak mandi (

) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1 1

- Bak cuci dapur untuk rumah tangga pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1 _________________________________ + Total 3 Dari tabel 6 diperoleh garis tengah (

) C – D adalah ¾ inch (number of ½ inch. Pipes

with same capacity) sebesar 2,9 (antara angka 2,9 dan angka 3 perbedaannya kecil sekali) Jadi garis tengah (

) pipa C – D adalah ¾ inch

Pipa D – H Pipa D – H sama bebannya dengan pipa C – D. Jadi garis tengah (

) pipa D – H

adalah ¾ inch

43

Pipa E – F Garis tengah ( garis tengah (

) pipa sama dengan pipa ke Pancuran air minum yaitu pipa dengan ) pipa ½ inch.

Jadi garis tengah (

) pipa E – F

½

inch

Pipa F – G Beban pipa F – G adalah : - Pancuran air minum (

) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1

- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga 6,2 _________________________________ + Total 7,2 Dari tabel 6 diperoleh garis tengah (

) pipa F – G adalah 1¼ inch (number of ½ inch.

Pipes with same capacity) sebesar 10,9 Jadi garis tengah (

) pipa F – G adalah 1¼ inch

Pipa I – J Garis tengah ( tengah (

) pipa sama dengan pipa ke bak cuci tangan yaitu pipa dengan garis

) pipa ½ inch.

Jadi garis tengah (

) pipa I – J

½

inch

Pipa J – K Beban pipa J – K adalah : - Bak cuci tangan (

) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1

- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1 _________________________________ + Total 2 Dari tabel 6 diperoleh garis tengah (

) pipa J – K adalah ¾ inch (number of ½ inch.

Pipes with same capacity) sebesar 2,9 Jadi garis tengah (

) pipa J – K adalah ¾ inch

44

Pipa K – G Beban pipa K – G adalah : - Bak cuci tangan (

) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1

- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1

- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga 6,2 _________________________________ + Total 8,2 Dari tabel 6 diperoleh garis tengah (

) K – G adalah 1¼ inch (number of ½ inch. Pipes

with same capacity) sebesar 10,2 Jadi garis tengah (

) pipa K – G adalah 1¼ inch

Pipa G – H Beban pipa G – H adalah : - Pancuran air minum (

) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1

- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga

6,2

- Bak cuci tangan (

1

) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1

- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga 6,2 _________________________________ + Total 15,4 Dari tabel 6 diperoleh garis tengah (

) pipa G – H adalah



inch (number of ½ inch.

Pipes with same capacity) sebesar 17,4 Jadi garis tengah (

) pipa G – H adalah 1½ inch

45

Pipa H – L Beban pipa H – L adalah : - Bak mandi (

) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1 1

- Bak cuci dapur untuk rumah tangga pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1 - Pancuran air minum (

) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1

- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga

6,2

- Bak cuci tangan (

1

) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga

1

- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel 6 didapat harga 6,2 _________________________________ + Total 18,4 Dari tabel 6 diperoleh garis tengah (

) pipa H – L adalah 1½ inch (number of ½ inch.

Pipes with same capacity) sebesar 17,4 (antara angka 18,4 dan angka 17,4 perbedaannya kecil sekali) Jadi garis tengah (

) pipa H – L adalah 1½ inch

Pipa L – P Pipa L – P sama bebannya dengan pipa H – L. Jadi garis tengah ( 1½

) pipa L – P adalah

inch

2.3.2.4 Tangki air

Tangki air biasa disebut juga reservoir, berfungsi sebagai tempat menyimpan air minum sementara. Tangki air bisa diletakan dibawah atau diatas tanah (ground reservoir), pada atap bangunan atau bangunan yang tertinggi, dan pada menara air. Sebaiknya tangki bawah untuk bangunan gedung tidak diletakan didalam tanah (ditanam), tetapi diletakan diatas tanah dengan ketinggian sekitar 45 cm sampai 60 cm diatas tanah, agar tidak mudah terkotori, dan mudah untuk pemeliharaan. Untuk lebih jelasnya perletakan tangki diatas tanah dapat dilihat pada Gambar 24.

46

GAMBAR : 24 PERLETAKAN TANGKI DIATAS TANAH

47

Dalam pemasangan tangki air diperlukan ruang bebas yang cukup sekeliling tangki untuk pemeriksaan dan perawatan, seperi : disebelah atas, disebelah dinding, dan di bawah dasar reservoir, agar supaya dapat dilakukan pemeriksaan dan perawatan dengan baik. Ruang bebas tersebut sekurang-kurangnya 45 cm, tetapi lebih baik dibuat sekitar 60 cm agar mamudahkan pengecatan dinding luar tangki. Pada tangki air harus dilengkapi perlengkapan sebagai berikut :

Penutup tangki

: agar tangki terhindar dari pengotoran.

Ventilasi

: agar ada hubungan antara udara didalam tangki dan udara diluar tangki

Man hole

: agar orang bisa masuk untuk membersihkan tangki.

Pipa peluap

: agar air bisa meluap kaluar tangki bila tangki sudah penuh.

Pipa inlet

: untuk memasukan air kedalam tangki.

Pipa outlet

: untuk mengalirkan air kebangunan gedung.

Pipa drain

: untuk pengurasan.

Tangki-tangki yang digunakan untuk menyimpan air minum harus dibersihkan secara teratur, agar kualitas air minum tetap terjaga. Disamping itu sinar matahari tidak boleh masuk atau menembus kedalam tangki, agar lumut (ganggang) tidak tumbuh. Disyaratkan juga agar tangki air tidak merupakan bagian struktural dari bangunan, serta lokasinya tidak berdekatan dengan tempat pembuangan air kotor atau kotoran lainnya. Serta lokasi tangki juga tidak boleh di tempat yang sering didatangi orang, kecuali petugas yang akan melakukan perawatan dan pembersihan. Gambar 25, menunjukan beberapa contoh pemasangan tangki air. Gambar 25 (a) adalah yang paling umum dilaksanakan. Gambar 25 (b) adalah contoh dimana suatu bangunan tidak mempunyai ruang bawah tanah, dan menunjukan pemasangan tangki di ruang khusus di bawah lantai terbawah dari bangunan. Untuk bangunan yang tidak mempunyai ruang bawah tanah, tangki air tidak boleh ditanam langsung dalam tanah di bawah lantai terbawah. Gambar 25 (c) menunjukan keadaan dimana tangki dipasang pada lantai terbawah, dengan menyingkirkan sebagian dari pelat lantai yang bersangkutan.

48

Kalau di bawah lantai ini ada bak penampung air kotor atau air buangan, maka jarak dengan tangki air tersebut di atas tidak boleh kurang dari 5 m. GAMBAR : 25 CONTOH PENEMPATAN TANGKI AIR YANG BENAR

49

GAMBAR : 26 CONTOH PENEMPATAN TANGKI AIR YANG KURANG BENAR

50

Tangki air harus terbuat dari bahan sebagai berikut :

Tidak mudah bocor Tahan terhadap tekanan air Tahan terhadap perubahan cuaca (bila tangki air diletakan diluar bangunan) Tidak menyebabkan air berubah kualitasnya

Didalam tangki air tidak boleh ada air mati, jadi air yang masuk duluan harus keluar duluan (antri). Kedalam tangki air tidak boleh ada binatang atau serangga yang masuk, oleh karena itu lubang ventilasi harus ditutup oleh bahan yang tidak bisa ditembus serangga, tetapi udara bisa masuk (biasanya bahan yang digunakan adalah kasa nyamuk).

A.

Menentukan volume tangki air

Untuk menentukan volume tangki air, perlu data-data mengenai :

Kebutuhan air per orang per hari, Jumlah penghuni bangunan gedung, Lama waktu pemompaan.

Contoh perhitungan Misalnya jumlah penghuni bangunan gedung sebanyak 7 jiwa Kebutuhan air sebanyak 200 l/hari/jiwa Maka kebutuhan air sebanyak : 7 jiwa X 200 l/hari/jiwa = 1.400 l/hari. Kalau pompa dijalankan 1 kali dalam 1 hari, maka volume tangki air sebesar minimal 1.400 l atau 1, 4 m3 . Kalau pompa dijalankan 2 kali dalam 1 hari, maka volume tangki air sebesar minimal 700 l atau 0,70 m3 . Kalau pompa dijalankan 3 kali dalam 1 hari, maka volume tangki air sebesar minimal 467 l atau 0,47 m3 , atau 500 l.

51

Berat tangki air adalah berat tangki itu sendiri ditambah berat air di dalam tamgki. Kalau volume air 1 (satu) liter sama dengan berat air 1 (satu) kg, jadi bila volume air 1.000 liter, atau 1 m3 sama dengan berat air sebesar 1.000 kg atau 1 ton.

B.

Menentukan tinggi tangki atas air (menara air)

Untuk menentukan tinggi tangki atas air atau menara air, diperlukan data-data diantaranya adalah :

Tinggi statis peralatan plambing Kehilangan tekanan dalam pipa Sisa tekanan pada peralatan plambing

Contoh perhitungan Misalnya tinggi statis peralatan plambing dalam hal ini dari jenis water heater setinggi 5.00 meter Kehilangan tekanan air pada pipa diperhitungkan 1,50 meter Sisa tekanan pada water heater 7,00 meter (lihat Tabel 2). Tinggi tangki atas air (menara air) = Tingggi statis peralatan plambing + Kehilangan tekanan pada pipa + Sisa tekanan pada peralatan plambing. Tinggi tangki atas air (menara air) = 5 m + 1,50 m + 7,00 m = 13,50 m

Yang disebut tinggi menara air, adalah jarak vertikal antara permukaan tanah setempat dengan dasar tangki air. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar. 27.

2.3.2.5 Peralatan plambing air minum

Peralatan plambing adalah peralatan yang dipasang di dalam maupun di luar bangunan gedung, untuk menyediakan (mengeluarkan) air minum, atau dengan kata lain peralatan yang dipasang pada ujung akhir pipa untuk menyediakan (mengeluarkan) air minum. Peralatan plambing tersebut diantaranya adalah : Katup (kran), dan Shower.

52

GAMBAR : 27 LAYOUT PEMASANGAN MENARA AIR

WH

5m

Keterangan : WH = Water Heater (pemanas` air)

53

LANGKAH-LANGKAN PERANCANGAN SISTEM PLAMBING AIR MINUM

1. Tentukan letak masing-masing alat plambing air minum 2. Buat gambar lay out jaringan pipa air minum 3. Buat gambar isometri jaringan pipa air minum 4. Tentukan garis tengan pipa air minum dengan mengacu pada Tabel 5 (Ukuran minimum pipa penyediaan air alat plambing) dan Tabel 6 (The number of ½ inch pipes that will discharge as much as a single pipe of any other size for the same pressure loss)

5. Tentukan letak peralatan pipa (accessories pipes) pada gambar isometri jaringan pipa air minum

6. Tentukan sisa tekanan pada masing-masing alat plambing sesuai dengan sisa tekan yang dibutuhkan oleh masing-masing alat plambing sesuai denga Tabel 2 (Tekanan yang dibutuhkan alat plambing)

7. Hitung kehilangan tekanan pada pipa dan peralatannya (kehilangan tekanan pada pipa dan peralatannya untuk rumah tinggal sebesar 1 mka sampai 2 mka)

8. Untuk menentukan Head Pompa (Hp) digunakan rumus sebagai berikut : Hp = Kehilangan tekanan + sisa tekan pada alat plambing + Hst Hst adalah jarak vertikal antara pompa dan pipa out let pada menara

9. Untuk menentukan tinggi menara air digunakan rumus sebagai berikut : Hst adalah jarak vertikal antara permukaan tanah dan alat plambing yang tertinggi atau alat plambing dengan total kehilangan tekanan (kehilangan tekanan dalam pipa + sisa tekanan) yang paling besar

54

2.4

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PANAS

Sistem penyediaan air minum yang panas (air panas) dalam bangunan gedung ada 2(dua) sistem, yaitu : sistem individu dan sistem kolektif. Sistem individu adalah sistem penyediaan air panas dalam bangunan gedung secara parsil, dimana setiap alat plambing yang membutuhkan air panas, mempunyai sumber air panas tersendiri. Misalnya untuk kamar mandi mempunyai satu sumber air panas sendiri, yaitu berupa unit water heater, dimana sumber pemanasnya bisa dari gas atau listrik. Sistem kolektif adalah sistem penyediaan air panas secara bersama-sama dalam satu bangunan gedung, dimana setiap alat plambing yang membutuhkan air panas, memperoleh air panas dari satu sumber. Pipa yang dipergunakan untuk mengalirkan air panas harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap air panas, biasanya dari bahan besi (cast iron). Bila pipanya panjang untuk menjaga agar air panas tidak terlalu banyak kehilangan kalornya (panasnya), maka pipa tersebut harus diisolasi oleh bahan yang bisa menahan panas. Untuk bangunan gedung yang memerlukan air panas selama 24 jam terus menerus, diperlukan pengaliran air panas “secara tertutup”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 28 dan Gambar 29.

55

GAMBAR : 28 SISTEM PIPA PENGISI KE ATAS (TANGKI AIR PANAS DIPASANG DI ATAP)

56

GAMBAR : 29 SISTEM KOMBINASI PIPA PENGISI KE ATAS DAN KEBAWAH

57

58

BAB III SISTEM PLAMBING AIR KOTOR

3.1 U M U M

Sebelum melanjutkan pada materi sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung, ada beberapa istilah yang perlu diketahui, diantaranya adalah :

Limbah : adalah bahan buangan (bahan yang sudah tidak terpakai). Limbah terdiri dari limbah padat dan limbah cair.

Limbah padat : adalah bahan buangan yang berbentuk padat, biasanya disebut sampah.

Limbah cair : adalah bahan buangan yang berbentuk cair. Termasuk dalam limbah cair diantaranya adalah : air kotoran, air bekas, dan air hujan.

Air kotoran : adalah air buangan yang mengandung kotoran manusia.

Air bekas : adalah air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak mandi (termasuk bath tub), bak cuci tangan, bak cuci dapur, dan lain-lainnya yang tidak mengandung kotoran manusia.

Air kotor : adalah air buangan yang terdiri dari air kotoran dan air bekas.

Air hujan : adalah air yang jatuh dari atas (langit).

Riol (riool) : adalah pipa yang digunakan untuk menyalurkan air limbah. Sistem yang digunakan di indonesia adalah sistem terpisah, oleh karena itu riol (riool) hanya digunakan untuk mengalirkan air kotor.

Riol Gedung : adalah bagian dari sistem pembuangan air kotor yang membentang

59

dari ujung saluran pembuangan gedung dan menyalurkan buangannya ke saluran pembuangan kota, pribadi, atau tempat pembuangan lainnya yang dibenarkan.

Riol (riool) kota : adalah jaringan saluran pembuangan air kotor di kota, yang menghubungkan saluran riol gedung dengan unit pengolahan air kotor kota. Karena di Indonesia sistem pengaliran air kotor dengan sistem pengaliran air hujan terpisah. Oleh karena itu fungsi dari riol kota hanya untuk mengalirkan air kotor, lebih spesifik lagi air kotor rumah tangga atau limbah cair rumah tangga.

Air kotor dari bangunan gedung disebut juga air limbah domestik atau air limbah rumah tangga. Seperti telah dijelaskan diatas, air kotor adalah air bekas atau air buangan yang berasal dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, yaitu semua jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari : mandi, dapur, mencuci, kakus, dan lain sebagainya. Jadi air kotor juga mengandung kotoran manusia (excreta, faeces). Faeses mengandung zat organik, anorganik, bakteri (baik yang pathogen, maupun yang tidak pathogen, seperti bakteri coli) dan kadang-kadang juga cacing atau telur cacing. Disamping itu, proses pembusukan faeses, terutama didalam air terus berlangsung, sehingga akan menimbulkan bau yang kurang baik. Oleh karena itu faeses, perlu dikelola dengan baik dan benar, agar tidak menimbulkan bau yang kurang baik, dan penyebaran penyakit. Karena air kotor mengandung faeses, maka air kotor pun perlu dikelola secara baik dan benar.

Sistem pembuangan air kotor pada bangunan gedung ada 2 (dua) cara yaitu :

Sistem individu (on site) Sistem terpusat (of site) Sistem individu atau disebut juga “on site system” adalah sistem pembuangan air kotor rumah tangga dari tiap-tiap rumah tangga/bangunan gedung atau beberapa rumah/bangunan gedung.

60

Sistem terpusat atau disebut juga “off site system” adalah sistem pembuangan air kotor dari tiap-tiap rumah/bangunan gedung, dialirkan/dibuang bersama-sama dengan menggunakan sistem perpipaan (disebut sistem rioolering) ke unit pengolahan air kotor untuk suatu kawasan atau kota.

3.2 SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR

Bagian-bagian yang penting dalam sistem plambing air kotor diantaranya adalah sebagai berikut :

Perpipaan (sistem perpipaan) Perangkap Pipa ven Lubang pembersih Bak penampung dan pompa

3.2.1

Perpipan (Sistem perpipaan) Sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung dapat dijelaskan sebagai

berikut : “Air kotor yang dibuang malalui alat-alat saniter, dialirkan melalui pipa pembuangan air kotor ke tempat pengolahan air kotor (septic tank atau unit pengolahan air kotor melalui riool kota)”.

Pada umumnya air kotor mengalir secara gravitasi, penggunaan pompa hanya untuk memompa air kotor dari bak penampung air kotor yang berlokasi di bagian bawah bangunan (basement) ke unit pengolahan air kotor. Sarana pengaliran air kotor pada umumnya berupa perpipaan. Bahan pipa yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Tidak mudah bocor Tahan terhadap asam Tahan terhadap cuaca, untuk pipa yang diletakan di luar bangunan gedung

61

Nama-nama perpipaan yang ada dalam sistem plambing air kotor diantaranya adalah : Pipa cabang mendatar Pipa tegak Saluran pembuangan gedung Pipa ven

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 28 dan Gambar 29

Fungsi dari pipa-pipa tersebut adalah :

Pipa cabang mendatar : adalah pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan. Berfungsi untuk mengalirkan air kotor dari alat plambing ke pipa tegak air kotor. Dalam sistem plambing air kotor, sistem pembuangan harus mampu mengalirkan air buangan dengan cepat, dan biasanya air buangan mengandung bagian-bagian padat. Oleh karena itu pipa pembuangan cabang mendatar harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus dialirkan. Pada umumnya kemiringan pipa pembuangan cabang mendatar sebesar 2 %.

Pipa tegak : adalah pipa pembuangan air kotor yang menghubungkan pipa cabang mendatar dengan pipa saluran pembuangan gedung.

Saluran pembuangan gedung : adalah bagian jaringan pipa terendah dari sistem pembuangan air kotor yang menerima air kotor dari seluruh jaringan pipa air kotor, dan menyalurkannya ke tempat pengolahan air kotor. Kemiringan saluran pembuangan gedung sebesar (0,50 – 4) %.

Pipa ven : adalah pipa yang dipasang untuk sirkulasi udara ke seluruh bagian sistem pembuangan air kotor, dan mencegah terjadinya kerja sifon dan tekanan balik pada perangkap.

62

GAMBAR : 28 LAYOUT PLAMBING AIR KOTOR

63

GAMBAR : 29 LAYOUT PLAMBING AIR KOTOR

64

Garis tengah pipa air kotor pada umumnya lebih besar dari garis tengah pipa air minum, untuk garis tengah air kotor yang terkacil adalah 2 inci, bila tidak mengangkut faeses. Untuk pipa yang bersal dari 1(satu) kloset (wc), diameter pipa terkecil adalah 3 inci. Oleh karena itu pemasangan pipa air kotor tidak dapat ditanam didalam dinding, tetapi harus diluar dinding, agar tidak terlihat perlu ditutup oleh penutup yang serasi dengan kondisi dinding yang bersangkutan. Bisa juga pipa mendatar diletakan pada lokasi antara lantai atas dengan plafon. Dan pipa tegak diletakan pada shaf. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 30.

Perlengkapan (assessoris) pipa air kotor diantaranya adalah sebagai berikut : Soket, belokan (elbow), reducer, tee, dop, Cleanout (CO) atau lubang pembersih.

Fungsi dari perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut :

Soket , berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang lurus.

Belokan (elbow), berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang berubah arah (belok). Dalam sistem pembuangan air kotor, karena yang terangkut dalam pengaliran air adalah benda kasar (faeses), maka belokan tidak boleh terlalu tajam, oleh karena itu untuk belokan dipergunakan elbow, bukan knie seperti air minum.

Reducer.

Pada sistem pengaliran air kotor sebenarnya tidak dikenal reducer, tetapi

pembesaran pipa, dimana fungsinya untuk menyambung pipa kecil dengan pipa yang lebih besar. Reducer yang dipergunakan juga dari type long radius reducer.

Tee, berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) buah pipa menjadi satu.

Dalam sistem

pembuangan air kotor, karena yang terangkut dalam pengaliran air adalah benda kasar (faeses), maka pertemuan pipa tidak boleh terlalu tajam, oleh karena itu untuk sambungan ini dipergunakan “Tee Y”, bukan tee seperti air minum.

Dop, berfungsi untuk menutup ujung pipa.

Lubang pembersih (cleanout), berfungsi untuk pemeliharaan pipa

65

GAMBAR : 30 CONTOH PENEMPATAN PIPA AIR KOTOR

66

Untuk menentukan ukuran pipa air kotor baik pipa cabang mendatar, pipa tegak, saluran pembuangan gedung, dan pipa ven tergantung dari banyaknya dan jenisnya alatalat saniter yang ada didalam bangunan gedung tersebut

Contoh perhitungan

Diasumsikan bangunan gedung 3 (tiga) lantai dengan alat-alat plambing air kotor yang ada adalah sebagai berikut : No 1. Peturasan dengan tangki gelontor No 2. Bak mandi dengan perangkap 50 mm No 3. Kakus dengan katup gelontor No 4. Bidet dengan perangkap 40 mm No 5. Kakus dengan tangki gelontor No 6. Lubang pengering lantai No 7. Kakus dengan katup gelontor No 8. Bak cuci tangan dengan lubang pengeluaran air kotor sebesar 40 mm No 9. Kakus dengan tangki gelontor No 10. Dus pada ruang dus

Lay out pemasangan pipa dapat dilihat pada Gambar. 31 Yang akan dihitung adalah dimensi pipa, baik pipa cabang mendatar, pipa tegak, maupun pipa pembuangan gedung. Untuk menentukan dimensi pipa dapat digunakan Tabel 17 (Beban maksimum yang diizinkan untuk perpipaan drainasi saniter, dinyatakan dalam unit alat plambing).Dan untuk menentukan besarnya nilai unit alat plambing (NUAP), dapat dipergunakan Tabel 16 (Nilai unit alat plambing untuk drainasi saniter)

Cara menghitungnya adalah sebagai berikut :

Menentukan garis tengah pipa A-B : Pipa A-B (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa A-B sebesar 50 mm (2 inci).

67

GAMBAR : 31 LAYOUT PEMASANGAN PIPA AIR KOTOR

68

Menentukan garis tengah pipa B-C : Pipa B-C (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, dan No 2 dengan NUAP sebesar 3, jadi jumlah NUAP sebesar 7, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa B-C sebesar 65 mm (21/2 inci).

Menentukan garis tengah pipa C-D : Pipa C-D (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, No 2 dengan NUAP sebesar 3, dan No 3 dengan NUAP sebesar 8, jadi jumlah NUAP sebesar 15, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa C-D sebesar 80 mm (3 inci).

Menentukan garis tengah pipa D-E : Pipa D-E (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, No 2 dengan NUAP sebesar 3, No 3 dengan NUAP sebesar 8, dan No 4 dengan NUAP sebesar 3, jadi jumlah NUAP sebesar 18, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa D-E sebesar 80 mm (3 inci).

Menentukan garis tengah pipa E-Y : Pipa E-Y (pipa tegak) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, No 2 dengan NUAP sebesar 3, No 3 dengan NUAP sebesar 8, dan No 4 dengan NUAP sebesar 3, jadi jumlah NUAP sebesar 18, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa E-Y sebesar 65 mm (21/2 inci), oleh karena ada kakus, maka garis tengah pipa diambil 80 mm (3 inci), ini juga karena pipa D-E sudah bergaris tengah 80 mm (3 inci). Dalam pipa air kotor tidak boleh air kotor mengalir dari pipa besar ke pipa yang lebih kecil.

Menentukan garis tengah pipa F-G : Pipa F-G (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No5 dengan NUAP sebesar 4, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa F-G sebesar 50 mm (2 inci), oleh karena ada kakus, maka garis tengah pipa diambil 80 mm (3 inci),

Menentukan garis tengah pipa G-H : Pipa G-H (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No5 dengan NUAP sebesar 4, dan No 6 dengan NUAP sebesar 1, jadi jumlah NUAP sebesar 5, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa G-H sebesar 50 mm (2 inci). oleh karena ada kakus, maka garis

69

tengah pipa diambil 80 mm (3 inci), ini juga karena pipa F-G sudah bergaris tengah 80 mm (3 inci). Dalam pipa air kotor tidak boleh air kotor mengalir dari pipa besar ke pipa yang lebih kecil.

Menentukan garis tengah pipa H-I : Pipa H-I (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No5 dengan NUAP sebesar 4, No 6 dengan NUAP sebesar 1, dan No 7 dengan NUAP sebesar 8, jadi jumlah NUAP sebesar 13, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa H-I sebesar 80 mm (3 inci). oleh karena ada 2 (dua) kakus, maka garis tengah pipa diambil 100 mm (4 inci).

Menentukan garis tengah pipa I-Y : Pipa I-Y (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No5 dengan NUAP sebesar 4, No 6 dengan NUAP sebesar 1, No 7 dengan NUAP sebesar 8, dan No 8 dengan NUAP sebesar 2, jadi jumlah NUAP sebesar 15, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa I-Y sebesar 80 mm (3 inci). oleh karena ada 2 (dua) kakus, maka garis tengah pipa diambil 100 mm (4 inci), ini juga karena pipa H-I sudah bergaris tengah 100 mm (4 inci). Dalam pipa air kotor tidak boleh air kotor mengalir dari pipa besar ke pipa yang lebih kecil.

Menentukan garis tengah pipa Y-M : Pipa Y-M (pipa tegak) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, No 2 dengan NUAP sebesar 3, No 3 dengan NUAP sebesar 8, No 4 dengan NUAP sebesar 3, No5 dengan NUAP sebesar 4, No 6 dengan NUAP sebesar 1, No 7 dengan NUAP sebesar 8, dan No 8 dengan NUAP sebesar 2, jadi jumlah NUAP sebesar 33, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa Y-M sebesar 100 mm (4 inci).

Menentukan garis tengah pipa K-L : Pipa K-L (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No 9 dengan NUAP sebesar 4, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa K-L sebesar 50 mm (2 inci). oleh karena ada kakus, maka garis tengah pipa diambil 80 mm (3inci).

Menentukan garis tengah pipa L-M : Pipa L-M (pipa cabang mendatar) menanggung beban alat saniter No 9 dengan NUAP sebesar 4, dan No 10 dengan NUAP sebesar 2, jadi jumlah NUAP sebesar 6, dari tabel 17

70

didapat garis tengah pipa L-M sebesar 50 mm (2 inci), oleh karena ada kakus, maka garis tengah pipa diambil 80 mm (3inci),

Menentukan garis tengah pipa M-N : Pipa M-N (pipa tegak) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, No 2 dengan NUAP sebesar 3, No 3 dengan NUAP sebesar 8, No 4 dengan NUAP sebesar 3, No5 dengan NUAP sebesar 4, No 6 dengan NUAP sebesar 1, No 7 dengan NUAP sebesar 8, No 8 dengan NUAP sebesar 2, No 9 dengan NUAP sebesar 4, dan No 10 dengan NUAP sebesar 2, jadi jumlah NUAP sebesar 39, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa M-N sebesar 100 mm (4 inci).

Menentukan garis tengah pipa N-O : Pipa N-O (pipa pembuangan gedung dengan kemiringan sebesar 2%) menanggung beban alat saniter No1 dengan NUAP sebesar 4, No 2 dengan NUAP sebesar 3, No 3 dengan NUAP sebesar 8, No 4 dengan NUAP sebesar 3, No5 dengan NUAP sebesar 4, No 6 dengan NUAP sebesar 1, No 7 dengan NUAP sebesar 8, No 8 dengan NUAP sebesar 2, No 9 dengan NUAP sebesar 4, dan No 10 dengan NUAP sebesar 2, jadi jumlah NUAP sebesar 39, dari tabel 17 didapat garis tengah pipa N-O sebesar 100 mm (4 inci).

Kesimpulan garis tengah pipa tersebut adalah : Pipa A-B garis tengah sebesar 50 mm (2 inci) Pipa B-C garis tengah sebesar 65 mm (21/2 inci) Pipa C-D-E-Y garis tengah sebesar 80 mm (3 inci) Pipa F-G-H garis tengah sebesar 80 mm (3 inci) Pipa H-I-Y garis tengah sebesar 100 mm (4 inci) Pipa Y-M-N-O garis tengah sebesar 100 mm (4 inci) Pipa K-L-M garis tengah sebesar 80 mm (3 inci)

3.2.2 Perangkap Tujuan utama dari sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung adalah mengalirkan air kotor dari dalam bangunan gedung keluar, ke dalam unit pengolahan air kotor (septic tank) atau riol kota, tanpa menimbulkan pencemaran kepada lingkungannya maupun dalam bangunan gedung itu sendiri.

71

Pipa pembuangan air kotor didalam bangunan gedung tidak terus menerus mengalirkan air kotor, jadi tidak selamanya pipa tersebut terisi dengan air, hal ini akan menyebabkan masuknya gas yang berbau atau beracun dari septic tank atau dari riol, disamping gas juga ada kemungkinan serangga bisa masuk. Untuk mencegah hal tersebut diatas, maka pada sistem pembuangna air kotor didalam bangunan gedung perlu dipasang suatu alat yang disebut

“perangkap”atau “trap”,

biasanya berbentuk leher angsa atau “U”, yang akan menahan bagian terakhir dari air penggelontor, sehingga merupakan suatu “penyekat” atau penutup air yang mencegah masuknya gas. Fungsi perangkap adalah, untuk mencegah bau busuk (gas) dari septic-tank atau riol masuk ke dalam ruangan dimana alat-alat plambing air kotor (alat-alat saniter) berada. Agar perangkap dapat berfungsi dengan baik, maka perangkap tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah sebagi berikut :

(a). Kedalaman air penutup. Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50 mm sampai 100 mm. (b). Konstruksinya harus sedemikian rupa agar dapat selalu bersih dan tidak menyebabkan kotoran tertahan atau mengendap. Aliran air buangan harus menimbulkan efek “membersihkan diri”, jadi perangkap tersebut dan permukaan dalamnya harus cukup licin agar kotoran tidak tersangkut atau menempel pada permukaannya. (c). Konstruksi perangkap harus sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai “penutup” tetap dapat dipenuhi. (d). Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah membersihkannya karena endapan kotoran lama kelamaan tetap akan terjadi.

Bentuk dan jenis perangkap dapat dilihat pada Gambar 32.

3.2.3 Pipa ven Didalam sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung, terutama untuk bangunan gedung dengan jumlah lantai sebanyak 2 (dua) lantai atau lebih, perlu dipasang pipa ven.

72

GAMBAR : 32 MACAM-MACAM BENTUK DAN JENIS ALAT PERANGKAP

73

Tujuan pemasangan pipa ven dalam plambing air kotor adalah sebagai berikut :

Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan

Pipa ven dipasang pada ujung pipa tegak sebelah atas, dan sedekat mungkin dengan unit “perangkap”.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 33 dan Gambar 34

Pipa ven dipasang sampai keluar bangunan gedung, baik diatas atap maupun pada dinding bagian atas bangunan gedung tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 35.

3.2.4 Lubang pembersih (cleanout) dan bak kontrol Kotoran dan kerak akan mengendap pada dasar dan dinding pipa pembuangan setelah digunakan untuk jangka waktu yang lama. Disamping itu kadang-kadang ada juga bendabenda kecil yang sengaja atau tidak jatuh dan masuk kedalam pipa. Semua itu akan menyebabkan tersumbatnya pipa, sehingga perlu dilakukan tindakan pengamanan. Oleh karena itu di dalam sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung perlu dipasang lubang pembersih (cleanout), biasa titulis “ CO “, untuk diluar bangunan gedung (pada riol gedung) dipasang “bak kontrol”. Baik lubang pembersih maupun bak kontrol harus dipasang pada tempat yang mudah dicapai, dan sekelilingnya cukup luas untuk orang membersihkan pipa. Untuk pipa ukuran sampai 65 mm jarak bebas sekeliling lubang pembersih sekurang-kurangnya 30 cm, dan untuk ukuran pipa 75 mm atau lebih besar jarak tersebut sekurang-kurangnya 45 cm.

74

GAMBAR : 33 CONTOH PENEMPATAN PIPA VEN SECARA KESELURUHAN

75

GAMBAR : 34 CONTOH PENEMPATAN PIPA VEN DEKAT DENGAN ALAT-ALAT SANITER

76

GAMBAR : 35 CONTOH PENEMPATAN UJUNG AKHIR PIPA VEN

77

Lubang pembersih (cleanout) harus dipasang pada lokasi sebagai berikut : Awal dari cabang mendatar atau pipa pembuangan gedung Pada pipa mendatar yang panjang Pada tempat di mana pipa pembuangan membengkok (belok) dengan sudut lebih dari 450 Bagian bawah dari pipa tegak atau di dekatnya Untuk bangunan yang bertingkat, maka lubang pembersih sebaiknya dipasang pada setiap 2 (dua) atau 3 (tiga) lantai pada pipa tegak gedung Dekat sambungan antara pipa pembuangan gedung dengan riol gedung

Ukuran lubang pembersih adalah sebagai berikut : Untuk ukuran pipa sampai dengan 100 mm, ukuran lubang pembersihnya sama dengan ukuran pipa. Untuk pipa yang lebih besar dari 100 mm, ukuran lubang pembersihnya minimal 100 mm Untuk lebih jelasnya penempatan lubang pembersih (cleanout) dapat dilihat pada Gambar 36 dan Gambar 37

Bak kontrol dipasang pada pipa yang ada dibawah tanah. Oleh karena air yang mengalir didalam pipa yang melewati bak kontrol ini mengandung kotoran manusia (faeses), maka dasar bak kontrol harus sedemikian rupa sehingga jalannya faeses tidak terganggu, untuk itu pipa yang melintasi bak kontrol harus menerus. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar : 38. Ukuran bak kontrol pada umumnya 30 cm x 30 cm (lebar x panjang) Bak kontrol harus dipasang pada lokasi sebagai berikut :

Pada pertemuan saluran Pada perubahan arah (belokan) saluran Pada saluran yang lurus, setiap jarak 5.00 meter Pada perubahan ketinggian Pada tempat sebelum masuk septic tank atau sebelum masuk riol kota

78

GAMBAR : 36 CONTOH PENEMPATAN LUBANG PEMERIKSA

79

GAMBAR : 37 CONTOH PENEMPATAN LUBANG PEMERIKSA

80

GAMBAR : 38 DETAIL BAK KONTROL

81

3.2.5 Bak penampung dan pompa Air kotor yang letaknya lebih rendah dari pada riol gedung atau riol kota dimasukan terlebih dahulu ke dalam penampungan (bak penampung) dan kemudian dialirlan ke luar dengan pompa atau alat lainnya. Bak penampung ini harus dibuat dengan konstruksi kedap air, tidak membocorkan gas dan bau, serta harus dilengkapi dengan pipa ven. Bak penampung ini tidak boleh dibuat sehingga salah satu dindingnya merupakan dinding pemisah dengan bak penampung air minum.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 39.

3.3 SEPTIC-TANK DAN RESAPAN

3.3.1. Septic-tank Septic-tank atau tangki septic disebut juga tangki pembusuk, karena pada tangki ini timbul proses pembusukan faeses oleh bakteri pembusuk dengan bantuan oxygen menjadi lumpur dan gas (H2S dan NH4). Disebagian besar negara-negara diluar negri, seperti di Amerika, Inggris, dan lainlain, septic-tank berfungsi untuk menampung semua air kotor dari rumah tangga kecuali air hujan (dari kamar mandi, kakus, dapur, bak cuci tangan, dan alat-alat pembuangan rumah tangga lainnya). Penyaluran semua air kotor rumah tangga kedalam septic-tank juga dianjurkan oleh W.H.O. Air sabun tidak akan mengganggu bekerjanya septic-tank dalam hal pengendapan maupun pembusukan, demikian juga halnya dengan detergents synthetic (syndet) tidak semuanya

mengganggu,

yang

mengganggu

hanya

persenyawaan-persenyawaan

ammonium kwarterne (quaternary ammonium compounds), yang terkenal mempunyai daya bactericide. Akan tetapi persenyawaan-persenyawaan ammonium kwarterner pun ternyata hanya menghentikan sebagian saja dari proses pembusukan, oleh karena itu proses pembusukan masih dapat berlangsung dengan baik, karena didalam septic-tank, persenyawaan tersebut telah diencerkan lagi dengan air kotor rumah tangga lainnya yang tidak mengandung detergent.

82

GAMBAR : 39 CONTOH BAK PENAMPUNG DAN POMPA

83

Dari pengalaman dilapangan, ternyata bahwa pemakaian air yang sedikit sekali menyebabkan terdapatnya zat-zat padat yang banyak sekali pada air kotor dan ini akan menyebabkan tersumbatnya pipa saluran air kotor, dengan mengalirkannya semua air kotor rumahtanga kedalam septic-tank bahaya tersebut akan sangat diperkecil, juga dapat diharapkan, bahwa dengan lebih banyaknya lagi kotor yang dapat melarut kedalam air, sehingga jumlah lumpur yang harus ditampung didalam septic-tank akan dapat diperkecil.

Oleh karena itu, sebaiknya semua air kotor yang berada dalam rumah tangga, baik dari kamar mandi dan kakus, maupun dari dapur, bak cuci tangan, dan lainnya seluruhnya dibuang atau dialirkan ke septic-tank.

Septik-tank terbuat dari bahan yang rapat air, kuat, dan tahan terhadap asam, pada umumnya terbuat dari konstruksi beton atau pasangan batu bata.

Agar fungsi septic-tank dan bidang resapan atau sumur resapan bisa optimal, maka septic-tank harus diletakan pada lokasi dimana ketinggian muka air tanah lebih besar dari 2.00 meter.

Dasar-dasar perencanaan septic-tank adalah sebagai berikut :

1. Waktu tinggal (detention time) air kotor didalam septic-tank ditetapkan selama 24 jam (satu hari penuh). 2. Pemakaian air setiap orang setiap hari sebesar 100 liter. (pada seminar on sewage disposal W.H.O di kandy-ceylon telah ditetapkan, bahwa agar septic-tank dapat bekerja dengan baik, diperlukan suatu persediaan air sedikit-dikitnya 20 imperial gallons atau 91 liter untuk setiap orang seharinya). 3. Volume septic-tank yang paling kecil ditetapkan untuk pemakaian oleh 10 orang sesuai dengan anjuran W.H.O. 4. Untuk ruang penyimpanan Lumpur disediakan 30 liter untuk setiap pemakai setiap tahunnya. (menurut W.H.O besar ruang lumpur sekurang-kurangnya 1 cb ft atau sebesar 28,8 liter per capita per tahun).

84

5. Frekwensi pembuangan lumpur menurut W.H.O antara 1 tahun sampai 4 tahun. 6. Untuk ruang gas dan busa disediakan tempat yang tinginya sekurangkurangnya 30 cm diatas permukaan air (menurut W.H.O, seminar di Ceylon ruang antara permukaan air di septic-tank dan tutupnya harus antara 6 inch samapai 1 ft atau antar 15 cm sampai 30 cm). 7. Kedalaman air pada septic-tank sekurang-kurangnya 1,00 meter. 8. Panjang septic-tank sekurang-kurangnya 1,25 meter. Untuk septic-tank yang berbentuk bulat, diameter (garis tengah) septic-tank sekurangkurangnya 1,25 meter. 9. Lebar septic-tank sekurang-kurangnya 0,80 meter. 10. Untuk septic-tank yang besar,

perbandingan antara panjang : lebar

sebesar 2 : 1 sampai 3 : 1 11. Beda tinggi antara pipa inlet dan permukaan air di dalam septic-tank sebesar 7 cm 12. Septic-tank harus dilengkapi dengan : pipa ven, dan lubang pemeriksa yang berfungsi juga sebagai lubang penyedot lumpur tinja.

Contoh perhitungan untuk menentukan volume septic-tank.

A. Rumah tangga yang dihuni oleh 5 (lima) orang, dan lumpur dibuang (disedot) setiap

2 (dua) tahun.

Oleh karena menurut peraturan volume septic-tank harus menampung minimal untuk jumlah penghuni 10 orang, maka untuk perhitungan selanjutnya jumlah orang yang dihitung sebanyak 10 orang. Cara perhitungan : Volume septic-tank adalah : volume air ditambah volume lumpur ditambah ruang busa.

Volume air

: 10 orang X 100 l/orang/hari = 1.000 liter = 1 m3 Panjang

: 1,25 m

Lebar

: 0,80 m

85

Tinggi air

: 1,00 m

Volume lumpur : 10 orang X 30 l/orang/tahun X 2 tahun = 600 liter = 0,60 m3 Panjang

: 1,25 m

Lebar

: 0,80 m

Tinggi lumpur : 0,60 m Ruang busa diambil 0,30 m diatas permukaan air

Tinggi septic-tank adalah : tinggi air + tinggi lumpur + ruang busa. Tinggi septic tank adalah : ( 1,00 + 0,60 + 0,30 ) m = 1,90 m

Dimensi septic-tank adalah sebagai berikut : Panjang

:

1,25 m

Lebar

:

1,00 m

Tinggi

:

1,90 m

B. Rumah tangga yang dihuni oleh 20 (dua puluh) orang, dan lumpur dibuang (disedot) setiap

4 (empat) tahun.

Cara perhitungan : Volume septic-tank adalah : volume air ditambah volume lumpur ditambah ruang busa.

Volume air

: 20 orang X 100 l/orang/hari = 2.000 liter = 2 m3 Panjang

: 2,00 m

Lebar

: 1,00 m

Tinggi air

: 1,00 m

Volume lumpur : 20 orang X 30 l/orang/tahun X 4 tahun = 2.400 liter = 2,40 m3 Panjang

: 2,00 m

Lebar

: 1,00 m

Tinggi lumpur : 1,20 m.

86

Ruang busa diambil 0,30 m diatas permukaan air

Tinggi septic-tank adalah : tinggi air + tinggi lumpur + ruang busa. Tinggi septic tank adalah : ( 1,00 + 1,20 + 0,30 ) m = 2,50 m

Dimensi septic-tank adalah sebagai berikut : Panjang

:

2,00 m

Lebar

:

1,00 m

Tinggi

:

2,50 m

Gambar septic tank dapat dilihat pada Gambar 40

3.3.2. R e s a p a n Air yang keluar dari septic-tank kandungan BOD nya masih cukup tinggi, dan ada kemungkinan masih mengandung bakteri-bakteri pathogen atau telur cacing, dan masih berbau. Oleh karena itu bila air yang keluar dari septic-tank dibuang keperairan terbuka (badan air terbuka) maka akan menyebabkan pencemaran terhadap perairan terbuka tersebut. Melihat hal-hal seperti tersebut diatas, maka air yang keluar dari septic-tank (efluen) tidak boleh dibuang langsung ke badan-badan air, tanpa pengolahan terlebih dahulu. Untuk mencegah pencemaran badan air terbuka , maka air yang keluar dari septictank perlu diolah terlebih dahulu sampai memenuhi persyaratan kualitas air kotor yang diizinkan oleh peraturan setempat sebelum dibuang ke perairan terbuka. Pengolahan ini sangat sulit untuk dilakukan, karena kapasitas air yang keluar dari septic-tank sangat sedikit dan tidak terus menerus. Oleh karena itu cara yang paling mudah untuk mengolah air yang keluar dari septictank, yaitu dengan cara, air yang keluar dari septick-tank diresapkan kedalam tanah dengan cara meresapkan melalui sumur resapan atau bidang resapan. Untuk lebih jelasnya gambar sumur resapan dan bidang resapan dapat dilihat pada Gambar 41, dan Gambar 42.

87

GAMBAR : 40 CONTOH SEPTIC TANK

88

GAMBAR : 41 CONTOH SUMUR RESAPAN

89

GAMBAR : 42 CONTOH BIDANG RESAPAN

90

Agar supaya baik sumur resapan, bidang resapan, maupun septic-tank tidak mengganggu lingkungan sekitarnya maka lokasi dari sumur resapan, bidang resapan, dan septic-tank ada persyaratan jarak tertentu. Persyaratan jarak minimum dari septic-tank, dan peresapan untuk kondisi tanah biasa dapat dibaca pada Tabel 3.1

TABEL : 3.1 PERSYARATAN JARAK MINIMUM DARI SEPTIC TANK DAN RESAPAN UNTUK KONDISI TANAH NORMAL

N0 1

U R A I A N Bangunan

SEPTIC-TANK (meter) 1,50

RESAPAN (meter) 3,00

1,50

1,50

10,00 *)

10,00

2

Batas-batas pemilikan

3

Sumur

4

Aliran air

7,50

30,00

5

Pemotongan/Peninggian

7,50

30,00

6

Pipa air minum

3,00

3,00

7

Jalan setapak

1,50

1,50

8

Pohon besar

3,00

3,00

Sumber data : Cotteral dan Norris (1969)

*) Sampai dengan 30,00 meter untuk pasir dan kerikil, dan lebih besar lagi untuk batu karang yang tersusun atau tidak tersususn.

Panjang bidang resapan minimal 10,00 meter, dan maksimal 15,00 meter. Bila dari hasil penelitian diperlukan panjang bidang resapan lebih dari 15,00 mater, maka bidang resapan harus dibuat beberapa dengan panjang masing-masing maksimal 15,00 meter, dan jarak antara bidang resapan dari as ke as sebesar 2,50 meter. Kemiringan bidang resapan sebesar 0,20 %.

91

BAB IV SISTEM PLAMBING AIR HUJAN

Dengan adanya radiasi dari mata hari maka sejumlah air yang berada pada tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, sungai, danau, dan laut munguap kedalam atmosfeer, uap air tersebut kemudian tertiup oleh angin naik ketempat yang lebih tinggi lalu terkumpul menjadi awan. Dalam kondisi tertentu uap air tersebut terkondensasi dan akhirnya dapat kembali lagi kebumi berupa air hujan, dan salju.

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tersebut, sebagian akan mengalir di permukaan (surface runoff) dimana kelak akan terkumpul di sungai-sungai, rawa-rawa, danau-danau, dan laut. Sebagian lagi akan segera menguap kembali, dan selebihnya akan meresap masuk kedalam tanah, dan menjadi air tanah.

Melihat dari terjadinya air hujan, maka air hujan pada umumnya mempunyai kualitas yang cukup baik, terutama pada daerah dimana kondisi udaranya belum tercemar oleh gasgas lain. Namun yang perlu diperhatikan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi (tanah), yang biasa disebut aliran permukaan (run off atau surface runof). Kalau run off tidak ditanggulangi secara baik dan benar, terutama di daerah permukiman, maka akan menimbulkan hal-hal yang kurang baik, diantaranya akan timbul genangan-genangan air, bila genangan itu besar disebut banjir. Besarnya genangan air tergantung dari besarnya ron off atau yang disebut debit run off, dan besarnya debit run off tergantung dari hal-hal sebagai berikut :

Intensitas hujan Luas daerah pengaliran Coefisien pengaliran

Besarnya debit aliran permukaan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa rumus, diantaranya rumus RATIONAL

92

Rumus Rational : Q = 0,00278 C . I . A Dimana : Q : Debit aliran permukaan (run off), dinyatakan dalam m3/detik C : Coefisien pengaliran, dinyatakan dalam % I : Intensitas hujan, dinyatakan dalam mm/jam A : Luas daerah pengaliran, dinyatakan dalam Ha

Kalau melihat rumus Rational, besaran atau nilai Intensitas hujan ( I ), dan luas daerah pengaliran ( A ), pada umumnya konstan (tetap), akan tetapi besaran atau nilai Coefisien pengaliran ( C ) bisa berubah-rubah, tergantung dari bahan lapisan penutup permukaan tanah. Bila lapisan penutup permukaan tanah terdiri dari bahan yang mudah meresapkan air hujan, maka besaran atau nilai coefisien pengaliran ( C ) akan kecil, artinya air hujan lebih banyak yang masuk kedalam tanah dari pada yang menjadi aliran permukaan, akan tetapi kalau lapisan penutup permukaan tanah terdiri dari bahan yang sulit meresapkan air hujan, maka besaran atau nilai coefisien pengaliran ( C ) akan besar, artinya air hujan lebih sedikit yang masuk kedalam tanah dari pada yang menjadi aliran permukaan. Dengan kata lain makin besar nilai coefisien pengaliaran ( C ), maka akan makin besar debit ( Q ) aliran permukaan, makin kecil nilai coefisien pengaliran makin kecil debit ( Q ) aliran permukaan.

Oleh karena itu untuk memperkecil besarnya debit aliran permukaan (run off), maka nilai coefisien pengaliran harus kecil, jadi lapisan penutup permukan tanah harus terbuat dari bahan yang mudah meluluskan air hujan kedalam tanah. Untuk mengetahui besarnya nilai coefien pengaliran dapat dibaca pada Tabel 4.1.

Dari bangunan gedung air hujan bisa dalirkan dengan 3 (tiga) cara, yaitu :

1) Air hujan dari atap bangunan dijatuhkan langsung ke tanah, tidak melalui talang atap. 2) Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui talang atap, lalu ke talang tegak, lalu ke saluran air hujan dihalaman gedung, dan akhirnya dialirkan ke saluran drainase kota.

93

3) Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui talang atap, lalu ke talang tegak, lalu ke saluran air hujan dihalaman gedung, dan akhirnya dialirkan ke sumur resapan.

Kalau memungkinkan sistem yang baik adalah sistem no 1, dan no 3, hal ini dikarenakan air hujan akan lebih banyak meresap kedalam tanah, sehingga ketersediaan air tanah cukup terjamin dan jumlah aliran permukaan akan sangat sedikit sekali, sehingga akan mengurangi genangan air (banjir akibat air hujan). Bentuk sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 43 dan persyaratan lokasi sumur resapan dapat dibaca pada Tabel 4.2.

94

TABEL : 4.2 KOEFISIEN PENGALIRAN ( C ) UNTUK BERBAGAI PENGGUNAAN BAHAN LAPISAN PENUTUP PERMUKAAN TANAH No 1

2

Type daerah aliran/jenis penggunaan lahan Rerumputan

Business

: Tanah pasir, datar, 2 %

4

Perumahan

5 – 10

Tanah pasir, rata-rata (2-7)%

10 – 15

Tanah pasir, curam, 7 %

15 – 20

Tanah gemuk, datar 2 %

13 – 17

Tanah gemuk, rata-rata (2 – 7) %

18 – 22

Tanah gemuk, curam 7 %

25 – 35

: Daerah kota lama (pusat perdagangan) Daerah pinggiran

3

Harga C ( % )

: Daerah single family

75 – 95 50 – 70 30 – 50

Multi units, terpisah-pisah

40 – 60

Multi units, tertutup

60 – 75

Sub-urban

25 -40

Daerah rumah-rumah apartemen

50 – 70

Daerah pinggiran

50 – 70

Kawasan Industri : Daerah ringan Daerah berat

50 – 80 60 – 90

5

Pertamanan, kuburan

10 – 25

6

Tempat bermain

20 – 35

7

Atap rumah

75 – 95

8

Jalan

: Beraspal

70 – 95

Beton

80 – 95

Batu

70 – 85

95

TABEL : 4.2 JARAK MINIMAL SUMUR RESAPAN AIR HUJAN DENGAN BANGUNAN LAINNYA

NO 1 2 3 4 5 6 7

JENIS BANGUNAN Bangunan gedung Batas pemilikan Sumur air minum Aliran air (sungai) Pipa air minum Jalan Pohon besar

JARAK MINIMAL DENGAN SUMUR RESAPAN (meter) 3,00 1,50 10,50 30,00 3,00 1,50 3,00

96

GAMBAR : 43 SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

97

BAB V SISTEM PEMBUANGAN SAMPAH

Sampah adalah bahan buangan padat yang sudah tidak terpakai lagi pada saat itu. Sampah yang dihasilkan dari bangunan gedung disebut juga sampah rumah tangga, dimana sampah tersebut terdiri dari sampah organik dan sampah an organik. Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang mudah membusuk, apalagi kalau tercampur oleh air. Pada umumnya sampah organik berasal dari dapur, diantaranya sisa sayuran, sisa buah-buahan, sisa makanan, dan lain-lain. Sampah an organik terdiri dari bahan-bahan yang tidak mudah membusuk atau bahkan tidak akan membusuk, seperti sisa kertas, sisa kaca, sisa kayu, sisa logam, dan lainlain. Di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah sampah organik, karena sampah organik akan cepat membusuk, terutama kalau sampah organik tersebut terkena air dalam hal ini air hujan. Pembusukan sampah organik akan menimbulkan bau yang kurang sedap, pandangan yang tidak baik, ada kemungkinan air sampah (lindi) akan mencemari lingkungan, dan akan menimbulkan penyakit yang ditularkan oleh binatang pembawa, seperti lalat, tikus, kecoa, dan lain sebagainya.

Sistem pembuangan sampah dari bangunan gedung dapat dijelaskan sebagai berikut : Untuk bangunan gedung yang kecil, misalnya dari rumah tinggal, sampah yang dihasilkan dibuang ketempat pembuangan sampah masing-masing rumah, biasanya yang ada di depan rumah, bisa berbentuk bak sampah, bin, atau dibungkus plastik. Untuk bangunan gedung bertingkat banyak, sampah yang dihasilkan dibuang ketempat pembuangan sampah, melalui shaf, lalu dibuang ketempat pengumpulan sampah disekitar bangunan gedung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 44.

98

GAMBAR : 44 CONTOH PEMBUANGAN SAMPAH PADA BANGUNAN GEDUNG BERLANTAI BANYAK

99