BAB I - USU Institutional Repository

mikroorganisme. (Sutanto.2002). 2.2.1 Komposisi Sekam Padi dan Abu Sekam Padi. (Luh.1991). 2.2.2 Pemanfaatan Sekam Padi di Bidang Industri a. Sumber S...

46 downloads 574 Views 296KB Size
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Padi

Padi merupakan produk utama pertanian dinegara agraris termasuk Indonesia, hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa beras merupakan hasil olahan dari padi yang merupakan bahan makanan pokok. Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air, namun sebagai tanaman air bukan berarti tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di tanah yang terus - menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah, ditanah rawa-rawa, maupun penggenangan itu disengaja pada tanahtanah sawah. Tanaman padi juga dapat tumbuh ditanah daratan atau tanah kering asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air. (Siregar.1981)

Klasifikasi Ilmiah Kingdom

Plantae

Ordo

Poales

Famili

Poaceae

Genus

Oryza

Spisies

O. sativa

Nama Binomial Oryza Sativa

Universitas Sumatera Utara

2.2 Sekam Padi

Sekam padi adalah bagian terluar dari butir padi yang merupakan hasil samping saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20% dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15% dari komposisi sekam padi adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar. (Hara. 1986)

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua bentuk daun yaitu sekam kelopak dan sekam mahkota, dimana pada proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Dari penggilingan padi akan menghasilkan sekitar 25% sekam, 8% dedak, 2% bekatul dan 65% beras. Sekam tersusun dari jaringan serat-serat selulosa yang mengandung banyak silika dalam bentuk serabut-serabut yang sangat keras. Pada keadaan normal, sekam berperan penting melindungi biji beras dari kerusakan yang disebabkan oleh serangan jamur secara tidak langsung, melindungi biji dan juga menjadi penghalang terhadap penyusupan jamur. Selain itu sekam juga dapat mencegah reaksi ketengikan karena dapat melindungi lapisan tipis yang kaya minyak terhadap kerusakan mekanis selama pemanenan, penggilingan dan pengangkutan. ( Haryadi. 2006 )

Sekam padi menduduki 7% dari produksi total padi yang biasanya hanya ditimbun dekat penggilingan padi sebagai limbah sehingga mencemari lingkungan, kadang-kadang juga dibakar. Sekam padi juga dapat digunakan sebagai pupuk, bahan tambahan untuk media tumbuh tanaman sayuran secara hidroponik. Penumpukan sekam padi ditanah dapat membantu mempercepat proses dalam peningkatan hasil tanaman. Hasil analisis sekam padi adalah sebagai berikut: Kandungan air Protein kasar Lemak Karbohidrat Serat kasar Abu

9,02 % 3,27 % 1,18 % 33,71 % 35,68 % 17,71 %

Universitas Sumatera Utara

Pemanfaatan sekam padi secara tidak langsung dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Pengaruh utama terhadap struktur tanah yaitu berhubungan dengan pemadatan, aerasi dan perkembangan akar. Apabila persentase kandungan sekam padi berkurang/menurun maka konsekuensinya terjadi penurunan aerasi yang akan menghambat perkembangan akar, menurunkan kemampuan akar untuk menyerap dan menghambat aktivitas mikroorganisme. (Sutanto.2002)

2.2.1 Komposisi Sekam Padi dan Abu Sekam Padi Komposisi Air, % Protein Kasar, % Lemak Kasar, % Serat Kasar, % Karbohidrat, % Abu, % Silika, % Kalsium, mg/g Fosfor, mg/g Serat murni pencuci, % Serat asam pencuci, % Lignin, % Selulosa, % Pentosa, % Hemiselulosa, % Nutrisi yang dapat dicerna, %

2.2.2

Kulit Padi 7,6 – 10,2 1,9 – 3,7 0,3 – 0,8 35,0 – 46,0 26,5 – 29,8 13,2 – 21,0 18,0 – 22,3 0,6 – 1,3 0,3 – 0,7 66,0 – 74,0 58,0 – 62,0 9,0 – 20,0 28,0 – 36,0 21,0 – 22,0 12,0 9,4

(Luh.1991)

Pemanfaatan Sekam Padi di Bidang Industri

a. Sumber Silika Sekitar 20% silika dalam sekam padi merupakan suatu sumber silika yang cukup tinggi, silika dari sekam merupakan saingan dari sumber silika lain seperti pasir, bentonit dan tanah diatomae tetapi biasanya silika dari sekam padi mempunyai keuntungan karena jumlah elemen lain (pengotor) yang tidak diinginkan adalah sangat

Universitas Sumatera Utara

sedikit dibandingkan jumlah silikanya. Silika diperoleh dari pembakaran sekam untuk menghasilkan abu atau secara ekstraksi sebagai natrium – silikat dengan larutan alkali.

b. Pemurnian Air Pemanfaatan sekam antara lain sebagai sumber energi, abu gosok yaitu untuk keperluan rumah tangga, bahan pencampur untuk pembuatan semen portland dalam bidang industri, selain itu untuk menjernihkan air. Pemanfaatan sekam padi untuk menjernihkan air yaitu melalui proses filtrasi/penyaringan partikel, koagulasi dan adsorpsi. Akan tetapi karbon yang terkandung didalam sekam padi berfungsi sebagai koagulan pembantu dengan menyerap atau menurunkan logam – logam pada air yang tercemar.

c.

Bahan Bakar

Pembakaran merupakan satu metode yang umum dan sering digunakan dalam proses akhir pengolahan sekam padi. Sekam padi yang dibakar secara langsung untuk meneruskan aliran uapnya atau digunakan didalam generator untuk menghasilkan tenaga penguat dengan minyak ter yang memiliki nilai bahan bakar.

d.

Bahan Bangunan

Manfaat sekam padi sebagai bahan bangunan berhubungan dengan pengerasan balok, batu bata, ubin, batu tulis dan sifat lunak. (Luh.1991)

2.3 Persyaratan Kualitas Air

2.3.1 Persyaratan Fisika

Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut:

a. Jernih atau Tidak Keruh Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat, semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.

Universitas Sumatera Utara

b. Tidak Berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih, air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

c. Rasanya Tawar Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukkan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

d. Tidak Berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.

e. Temperaturnya Normal Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26°C). Air yang sudah tercemar mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara. (Kusnaedi.2010)

2.3.2 Persyaratan Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut :

a. pH Netral Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam atau basa. Air murni mempunyai pH=7 apabila pH<7 berarti air bersifat asam sedangkan pH>7 berarti bersifat basa.

Universitas Sumatera Utara

b. Tidak Mengandung Zat Kimia Beracun Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida dan fenolik.

c. Tidak Mengandung Garam atau Ion-Ion Logam Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl dan Cr.

d. Kesadahan Rendah Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama Ca dan Mg.

e. Tidak Mengandung Bahan Organik Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH4, H2S, SO42- dan NO3. (Kusnaedi.2010)

2.4 Air Tanah

Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah, pergerakan air tanah sangat lambat dengan kecepatan arus berkisar antaraˉ 10

10

-10ˉ3m/detik dan

dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah. Pada dasarnya air tanah dapat berasal dari air hujan baik melalui proses infiltrasi secara langsung ataupun tidak langsung dari air sungai, danau, rawa dan genangan air lainnya. Kemampuan tanah dan batuan untuk menahan air tergantung pada sifat porositas dan permeabilitas tanah. Air tanah biasanya memiliki kandungan besi relatif tinggi, jika air tanah mengalami kontak dengan udara dan mengalami oksigenasi, ion ferri pada ferri hidroksida yang banyak terdapat dalam air tanah akan teroksidasi menjadi ion ferro dan akan mengalami presipitasi (pengendapan) serta membentuk warna kemerahan pada air. Oleh karena itu sebelum digunakan untuk berbagai peruntukkan, sebaiknya air tanah yang baru disedot didiamkan terlebih dahulu selama beberapa saat untuk

Universitas Sumatera Utara

mengendapkan besi. Perlakuan ini bertujuan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan menaikkan kadar oksigen terlarut. (Hefni.2003)

Adapun keadaan/sifat dari air sumur gali, dengan ketinggian air bebas umumnya sekitar 1-3 m dari dasar sumur yaitu tergantung dari jumlah air yang diambil dan musim. Rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada, tanah sawah airnya kekuning-kuningan, tanah berpasir airnya jernih dan rasanya sejuk, tanah liat airnya terasa sedikit sepat. Air sumur gali mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut sumur dan mengandung bakteri cukup banyak. Keadaan/sifat air sumur bor yaitu airnya jernih dan rasanya sejuk, jumlah bakteri jauh lebih kecil dari pada air sumur gali. Tanah berpasir biasanya memiliki kedalaman 30-40 m sudah memperoleh air dan biasanya airnya naik sampai 5-7 m dari permukaan tanah sedangkan tanah liat dengan kedalaman 40-60 m akan diperoleh air yang baik dan airnya naik mencapai 7 m dari permukaan tanah. (Gabriel.1987)

2.5 Senyawa Besi dalam Air

Perairan yang mengandung besi tidak diinginkan untuk keperluan rumah tangga, karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan alat-alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak untuk air minum. Adapun sifat kimia perairan antara lain sifat redoks, pembentukan kompleks, metabolisme oleh mikroorganisme. Besi (II) sebagai ion berhidrat dapat larut, merupakan jenis besi yang terdapat dalam air tanah, karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen dari atmosfer, konsumsi oksigen bahan organik dalam media mikroorganisme akan menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah. Oleh karena itu, besi dengan bilangan oksidasi rendah yaitu Fe(II) umumnya ditemukan dalam air tanah dibandingkan Fe(III). Secara umum Fe(II) terdapat dalam air tanah berkisar antara 1,0-10 mg/L, dalam kondisi tidak ada oksigen air tanah mengandung Fe(II) jernih tetapi saat mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion ferri dengan reaksi sebagai berikut : 4 Fe2+

+

O2 +

10H2O

4Fe(OH)3

+

8H+

Universitas Sumatera Utara

dan air menjadi keruh, pada pembentukan Fe(III) oksidasi terhidrat yang tidak larut akan menyebabkan air berubah menjadi abu-abu. (Achmad.2004 )

Kadar besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi (aerob) hampir tidak pernah lebih dari 0,3 mg/liter, kadar besi pada perairan alami berkisar 0,05-0,2 mg/liter. Pada air tanah dengan kadar oksigen yang rendah, kadar besi dapat mencapai 10-100 mg/liter. Kadar besi >1,0 mg/liter dianggap membahayakan kehidupan organisme akuatik. Air yang diperuntukkan untuk air minum sebaiknya memiliki kadar besi kurang dari 0,3 mg/L. (Hefni.2003)

Besi dan mangan sering menjadi masalah dalam penyediaan air untuk kebutuhan rumah tangga terutama kalau sumbernya adalah air tanah. Dalam tanah, Fe terdapat sebagai Fe2O3 atau sebagai FeS2 yang sifatnya sukar larut dan adakalanya terdapat sebagai FeCO3 yang juga sukar larut. Kekeruhan dan warna kuning yang terdapat di air terbentuk karena oksidasi Fe (II) menjadi Fe (III) berupa endapan koloid berwarna kuning. Dalam kisaran pH 6–9 kelarutan Fe (II) dipengaruhi oleh kelarutan senyawa karbonatnya, bukan oleh senyawa hidratnya. Senyawa Fe(III) terdapat dalam air sebagai Fe(OH)3, FeOOH. Konstanta pembentukan senyawasenyawa Fe(III) yang larut dalam air seperti FeOH2+, Fe(OH)2+, Fe2(OH)24+ dan Fe(OH)4-. (Fair.1968)

2.6 Arang Aktif

Arang aktif adalah karbon amorf yang telah mendapat perlakuan dengan uap dan panas sampai mempunyai afinitas yang kuat untuk menyerap berbagai bahan. Arang aktif mempunyai luas permukaan yang sangat besar, berkisar 300 sampai 2500 m2/g dan dapat digunakan untuk menyerap hampir semua jenis pelarut organik pada suhu sekitar 35°C. Berbagai bahan berkarbon seperti kokas migas (petroleum), serbuk gergaji, lignit batu bara, gambut, kayu, arang batok dan biji-bijian buah dapat digunakan untuk membuat arang aktif. Sifat-sifat bahan tidak hanya bergantung pada bahan baku yang digunakan tetapi juga pada cara aktivasi. Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara

Universitas Sumatera Utara

memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia yaitu luas permukaan bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Bahan baku yang digunakan di rendam dengan bahan kimia, lalu dikeringkan dan dikarbonisasi pada suhu sampai 850°C. Aktivator yang digunakan antara lain hidroksida logam alkali, garam-garam karbonat, klorida, sulfat dan khususnya ZnCl2, asam-asam anorganik seperti H2SO4 dan H3PO4. (Austin.1996)

Arang aktif adalah sejenis adsorben (penyerap) yang berwarna hitam dan berbentuk granula, bulat, pelet atau bubuk. Arang aktif dipakai dalam proses pemurnian udara, gas, larutan atau cairan, penyerap rasa dan bau dari air, menghilangkan senyawa-senyawa organik dalam air. Hanya dengan 1 g arang aktif akan didapatkan suatu material yang memiliki luas permukaan sekitar 500 m2. Dengan luas permukaan yang sangat besar, arang aktif memiliki kemampuan menyerap zat-zat yang terkandung dalam air dan sangat efektif dalam menyerap zat terlarut dalam air baik organik maupun anorganik. (Kusnaedi.2010)

Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang dilakukan aktivasi dengan bahan-bahan kimia atau dengan pemanasan pada suhu tinggi sehingga akan mengalami perubahan sifatsifat fisik dan kimia. Beberapa keuntungan arang aktif dibandingkan dengan adsorben – adsorben lain yaitu:

a. Penyerapan yang dilakukan untuk proses pemisahan dan pemurnian umumnya tanpa terlebih dahulu melakukan penghilangan kelembapan.

b. Karena luasnya untuk mencapai permukaan bagian dalam dapat menyerap dengan banyak molekul non polar dan menyerap dengan lemah molekul-molekul polar organik.

c. Panas adsorpsi atau kekuatan ikatan, pada arang aktif lebih rendah dibandingkan penyerap yang lain karena kekuatan Vander Waals merupakan kekuatan utama dalam adsorpsi. Sehingga pelepasan molekul–molekul yang terserap relatif lebih

Universitas Sumatera Utara

mudah dan membutuhkan energi yang lebih rendah untuk regenerasi arang aktif. (Ralph. 2003)

2.7 Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada permukaan, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben. Sifat adsorpsi partikel koloid banyak dimanfaatkan dalam proses penjernihan air atau pemurnian suatu bahan yang masih mengandung pengotor, partikel koloid mempunyai permukaan luas sehingga mempunyai daya serap adsorpsi yang besar. Terjadinya adsorpsi pada permukaan larutan disebabkan karena adanya kekuatan atau gaya tarik – menarik antara atom atau molekul pada permukaan larutan. Peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain disebut adsorpsi, zat yang diserap disebut fase terserap sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Peristiwa adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik molekul dipermukaan adsorben. (Estein.2005)

2.7.1 Adsorpsi Zat Terlarut oleh Zat Padat

Arang merupakan adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan, biasanya dipakai di pabrik untuk menghilangkan warna dari larutan. Penyerapan zat dari larutan mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat, penyerapan bersifat selektif yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut. Bila dalam larutan ada dua zat atau lebih, zat yang satu akan diserap lebih kuat dari yang lain. Jumlah zat yang diserap setiap berat adsorben, tergantung konsentrasi dan zat terlarut sehingga bila adsorben sudah jenuh maka konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Zat-zat terlarut dapat diadsorpsi oleh zat padat, misalnya CH3COOH oleh arang aktif, NH3 oleh arang aktif, fenolftalein dari larutan asam atau basah oleh arang aktif. (Sukardjo.1984)

Universitas Sumatera Utara

2.7.2 Jenis Adsorpsi

Adsorpsi ada dua jenis yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia, adsorpsi fisika disebabkan oleh gaya Vander Waals pada permukaan adsorben, panas adsorpsi fisika biasanya rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan adsorben lebih dari satu molekul. Kesetimbangan adsorpsi reversibel dan cepat. Adsorpsi kimia atau adsorpsi aktivasi terjadi reaksi antara zat yang diserap dan adsorben, lapisan molekul pada permukaan adsorben hanya satu lapis dan panas adsorpsinya tinggi, pada adsorpsi ini terjadi pembentukan senyawa kimia sehingga ikatannya lebih kuat.. Perbedaan antara adsorpsi kimia dengan adsorpsi fisika kadang-kadang tidak jelas dan bayak prinsipprinsip adsorpsi fisika berlaku pada adsorpsi kimia. (Sukardjo.1984)

2.7.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi adsorpsi antara lain :

a. Suhu dan Konsentrasi Zat Terlarut Dengan bertambahnya suhu maka adsorpsi dari larutan akan berkurang, untuk senyawa yang mudah menguap adsorpsi dilakukan pada suhu kamar dan jika memungkinkan dengan suhu yang lebih rendah.

b. Jumlah Adsorben Suatu adsorben yang mempunyai ukuran partikel yang seragam yaitu mempunyai luas permukaan per satuan luas yang tetap sehingga banyaknya adsorbat yang diadsorpsi sebanding dengan berat adsorben.

c. Kelarutan Adsorbat Adsorpsi akan terjadi jika molekul dipisahkan dari pelarut dan diikat pada permukaan karbon, dimana senyawa yang dapat larut yaitu yang mempunyai afinitas yang kuat terhadap pelarutnya.

Universitas Sumatera Utara

d. Pengadukan Kecepatan adsorpsi tergantung pada jumlah pengadukan dalam sistem, pengadukan dilakukan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan.

e. Sifat Adsorben dan Luas Permukaan Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif namun kemampuan untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama. Makin besar pori–pori adsorben maka adsorpsi molekul dari larutan akan terjadi dengan baik, semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak molekul yang terserap. (Alberty.1983 )

2.8 Spektrofotometri

Pengukuran kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer UV–Vis terdiri dari beberapa tahap : a. Pengukuran λ maks Pengukuran ini ditentukan melalui pengukuran absorbansi atau transmitansi, hasil pengukuran ini jika di plotkan dalam kurva yaitu absorbansi Vs λ dan akan dihasilkan kurva absorpsi atau spektrum absorpsi dari zat tersebut. Sensitivitas pengukuran konsentrasi pada λ maks ditentukan pada kisaran T = 20 % s/d 80 %. b. Penentuan Operating Time Ditunjukkan pada saat mana larutan berwarna mencapai transmitansi minimum dan absorbansi maksimum, hal ini dilakukan karena umumnya intensitas warna larutan yang diukur mengalami perubahan sesuai dengan perubahan waktu.

Universitas Sumatera Utara

c. Pengukuran Transmitansi/Absorbansi untuk Satu Larutan Seri Standar yaitu untuk Kurva Kalibrasi Metoda ini mencakup pengukuran absorbansi/transmitansi dari satu larutan seri standar dengan konsentrasi yang diperkirakan sedemikian sehingga konsentrasi analit di dalam sampel berada pada range konentrasi larutan standar yang akan diukur. Pengukuran ini dilakukan pada λ maks dan operating time yang telah ditentukan sehingga persamaan untuk kurva kalibrasi yaitu plot absorbansi Vs konsentrasi.

d. Pengukuran Transmitansi/Absorbansi dari Larutan Sampel Pengukuran terhadap sampel dilakukan dibawah kondisi yang sama seperti larutan standar.

Jika transmitansi absorbansi dari sampel berada diluar range dari pada transmitansi/absorbansi standar, maka ada dua hal yang diperhatikan yaitu :

a. Transmitansi sampel lebih besar (Absorbansi lebih kecil) dari pada larutan standar yang konsentrasinya terkecil. Hal ini berarti konsentrasi analit dalam sampel terlalu kecil (larutan ini terlalu encer, perlu dipekatkan terlebih dahulu).

b. Transmitansi sampel lebih kecil (Asbsorbansi lebih besar) dari pada larutan standar yang konsentrasinya besar (larutan ini terlalu pekat, perlu diencerkan terlebih dahulu). (Kenner.1979)

Spektrofotometer dikembangkan beberapa puluh tahun yang lalu untuk keperluan para fisikawan dan kimiawan dalam mempelajari struktur molekul dan mengembangkan teori molekul. Spektrofotometer absorbsi adalah suatu instrumen untuk mengukur absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh suatu molekul/atom. Spektrofotometer juga banyak digunakan untuk berbagai kegiatan seperti studi bahan lingkungan ataupun dapat juga digunakan untuk mengontrol suatu proses kimiawi dalam perindustrian. Spektrofotometer dapat digunakan untuk penentuan terhadap sampel yang berupa larutan dan uap. (Mulja.1995)

Universitas Sumatera Utara