BAB 1 - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera Utara

lama .Sekarang ini, banyak tipe katalis heterogen yang telah ditemukan untuk transesterifikasi dari minyak sayuran menjadi biodiesel, seperti logam ok...

32 downloads 491 Views 274KB Size
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Jarak (Castor Oil)

Castor oil atau minyak jarak dihasilkan dari biji tanaman jarak (ricinus communis), termasuk dalam famili Euphorbiaceae yang banyak tumbuh didaerah tropik dan subtropik. Castor oil mengandung trigliserida asam-asam lemak terutama asam ricinolet dengan konsentrasi 85% sehingga sering disebut trigliserida asam ricinoleat.

Minyak jarak mempunyai kandungan asam lemak dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1. Kandungan asam lemak Asam Lemak

Jumlah ( % )

Asam Risinoleat

86

Asam Oleat

8,5

Asam Linoleat

3,5

Asam Stearat

0,5 – 2,0

Asam dihidroksi Stearat

1–2

Sumber : Bailey, A.E.(1950)

Universitas Sumatera Utara

Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan dengan trigliserida lainnya karena bobot jenis, kekentalan (viskositas) dan bilangan asetil serta kelarutannya dalam alcohol nilainya relative tinggi. Castor alkohol larut dalam etilalkohol 95 persen pada suhu kamar serta pelarut organik yang polar, dan sedikit larut dalam golongan hidrokarbon alifatis. Kandungan tokoferol relative kecil (0,05%), serta kandungan asam lemak esensial yang sangat rendah menyebabkan mnyak jarak tersebut berbeda dengan minyak nabati lainnya. (Ketaren, 1986)

Tabel 2. Sifat Fisik Dan Kimia Minyak Jarak Sifat

Nilai

Bilangan asam

2–3

Bilangan Iodin

82 – 88

Bilangan hidroksil

160 – 168

Bilangan penyabunan

179 – 185

Warna Gardner

1–2

Bobot Jenis

0,957 – 0,961

viskositas

6,5 – 8,5

(Naughton, 1973)

Penggunaan produk-produk turunan castor oil yang banyak diproduksi didunia berdasarkan urutan nilai produksinya adalah minyak pelumas, kosmetik, pengobatan, detergen, sabun, pelapis, serat nylon dan Textil Berikut ini disajikan beberapa contoh produk yang dapat dihasilkan dari castor oil.

1. Minyak pelumas

Castor oil memiliki viskositas pada temperatur yang tinggi dan cair pada temperatur yang rendah sehingga dapat dijadikan sebagai minyak pelumas yang cukup bagus. Perkembangan pasar dan teknologi telah mengarahkan penggunaan castor oil untuk dijadikan bahan baku minyak pelumas karena kualitasnya yang lebih baik daripada pelumas berbasis meineral dan lebih ramah lingkungan karena pelumas ini dapat didegradasi dengan lebih singkat oleh alam.

Universitas Sumatera Utara

2. Bahan Pencelupan Textil

Castor oil digunakan sebagai bahan pencelup textil umumnya dalam bentuk castor oil yang disulfasi (sulfated castor oil) seperti minyak merah turki.

3. Sabun

Castor oil dapat memberikan sifat transparan terhadap sabun sehingga banyak digunakan dalam industri sabun transparan. Sodium ricinoelat dan sulfo ricinoleat dalam sabun castor oil dapat menghilangkan bakteri sehingga banyak digunakan dalam industri sabun desinfektan.

4. Cat dan Permis

Penemuan dan proses dehidrasi castor oil telah meningkatkan perkembangan penggunaan castor oil sebagai salah satu bahan penunjang industri cat dengan kemampuan castor oil yang memberikan sifat berpendar terhadap cahaya dan anti kuning pada cat sehingga dapat menghasilkan cat yang berwarna putih bersih. Castor oil juga banyak dimanfaatkan dalam industri percetakan dan resin.

5. Isolator

Turunan castor oil dalam bentuk urethane banyak untuk memproduksi basa yang dapat digunakan sebagai bahan isolasi dan penguat. Selain untuk isolator urethane juga dapat digunakan untuk memproduksi karet elastis.

6. Serat Nylon

Serat Nylon-11 banyak diproduksi dengan bahan baku castor oil polyamide karena dapat menghasilkan sifat-sifat tahan abrasi, sangat elastis dan sifat peregangan. (Http : // www. Nguntoronadi. Wonogiri.org/ mod)

Universitas Sumatera Utara

2.2 Asam Lemak

Asam lemak bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida. Asam lemak merupakan salah satu basic oleochemical.

Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Rumus molekulnya adalah : CnH2n O2. Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27 °C). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut.

Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak nabati alami hanya memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan "Z"). Asam lemak bentuk trans (trans fatty acid, dilambangkan dengan "E") hanya diproduksi oleh sisa metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis.

Akibat polarisasi atom H, asam lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam lemak trans karena atom H-nya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap relatif lurus. (Tambun , 2006)

2.2.1 Asam Risinoleat

Asam risinoleat (Asam 12-hidroksi-9-Oktadekanoat) H

CH3

(CH2)5

C

CH2

CH

CH

(CH2)7

COOH

OH

Universitas Sumatera Utara

Memiliki 18 atom karbon dengan 1 gugus hidroksi pada atom karbon ke 12 dan ikatan rangkap Cis antara atom karbon 9 dan 10. Berat molekul asam risinoleat 298,46. Adanya asam lemak ricinoleat pada castor oil membuat castor oil memiliki sifat yang khusus. Castor oil memilki bilangan hidroksi dan asetil yang tinggi, bilangan Iodin yang sebanding dengan minyak lain. Viskositas dan berat jenis yang tinggi.

Tidak seperti minyak yang lain, castor oil bercampur dengan alkohol dan sedikit larut dalam petroleum eter pada temperatur kamar. (Naughton, 1973)

2.3 Metil Risinoleat dari Minyak Jarak (Ricinus Communis)

Metil risinoleat dapat dengan mudah diisolasi dari ester minyak jarak dengan adsorbsi menggunakan Kromatografi kolom lapis Tipis. Gugus hidroksi yang lebih polar lebih kuat diadsorbsi dibandingkan pengotor yang kurang polar. Pelarut yang digunakan untuk mengisolasi adalah Petroleum ether dengan dietil ether dengan perbandingan (4 : 1) tetapi untuk menghasilkan hasil yang lebih bagus digunakan petroleum ether dengan propana-2-ol dengan perbandingan (99 : 1). Penggunaan pelarut ini memiliki keuntungan yaitu ketika pelarut itu telah digunakan maka dapat diperoleh kembali dengan mudah. (Emanuele, 1984)

2.4 Reaksi Transesterifikasi

Pembentukan ester merupakan salah satu reaksi yang penting dalam pemberian nilai tambah dari lemak hewan dan minyak tumbuhan. Reaksi pembentukan ester diklasifikasikan kedalam dua reaksi yaitu 1. Esterifikasi yaitu reaksi antara Asam karboksilat dengan Alkohol RCOOH .+ MeOH

RCOOMe + H2O

2. Transesterifikasi dibagi kedalam tiga jenis reaksi yaitu: 1. Interesterifikasi yaitu pembentukan ester dari ester dengan ester 2. Alkoholisis yaitu pembentukan ester dari reaksi suatu ester dengan alkohol 3. Asidolisis yaitu reaksi antara ester dengan asam karboksilat. (Frank, 2004)

Universitas Sumatera Utara

Reaksi transesterifikasi menggunakan katalis heterogen memilki parameter penting untuk diperhatikan seperti temperatur, luas dari muatan katalis, perbandingan mol antara metanol dengan minyak dan waktu reaksi. ( Viswanathan, 2005)

Transesterifikasi dari miyak nabati menjadi biodiesel [metil ester asam lemak, MEAL] dapat dikatalisis dengan basa dan asam .Katalis basa termasuk katalis basa homogen dan katalis basa heterogen. Secara umum menggunakan katalis homogen seperti NaOH, KOH dan alkosidanya. Transesterifikasi dengan menggunakan katalis alkali homogen lebih cepat daripada menggunakan transesterifikasi katalis asam. Dan harus dipertimbangkan untuk memisahkan katalis dari larutan produk.

Katalis basa heterogen mempunyai banyak keuntungan: yaitu tidak korosif, ramah lingkungan dan menghasilkan sedikit masalah pembuangan. Sementara itu, lebih mudah memisahkanya dari larutan produk dan dapat dirancang untuk memberikan aktivitas tertinggi, selektivitas dan katalis dengan daya tahan yang lebih lama .Sekarang ini, banyak tipe katalis heterogen yang telah ditemukan untuk transesterifikasi dari minyak sayuran menjadi biodiesel, seperti logam oksida alkali tanah, berbagai senyawa logam alkali seperti alumina atau zeolit .Bagaimanapun, untuk kebanyakan pendukung katalis-katalis alkali, komposisi aktifnya mudah berkarat oleh metanol dan mempunyai waktu hidup yang singkat. CaO merupakan basa yang lebih kuat dan CaO telah dipelajari sebagai katalis basa kuat padat oleh banyak peneliti.

2.5 Sifat-sifat unsur Golongan II A

Unsur alkali tanah merupakan logam golongan II A dalam sistem periodik. Unsur ini mempunyai elektron valensi 2, Yang cenderung melepas elektron , sehingga bermuatan +2. Karena elektron valensinya mudah terlepas, unsur alkali tanah bersifat mudah teroksidasi, walaupun tidak semudah golongan alkali. Jadi, unsur golongan alkali tanah merupakan reduktor kuat.

Universitas Sumatera Utara

Golongan ini dikatakan alkali ”tanah” karena unsur ini agak sukar larut dalam air dan tetap stabil pada temperatur tinggi. Unsur alkali pada kulit terluarnya mempunyai 1 elektron. Unsur alkali tanah pada kulit terluarnya mempunyai 2 elektron sehingga pada unsur alkali tanah gaya tarik inti dengan elektron pada kulit terluarnya akan lebih kuat daripada golongan alkali, yang mengakibatkan sebagai berikut: -

Unsur alkali tanah memiliki jari-jari yang lebih kecil dan energi ionisasi lebih besar dibandingkan dengan unsur alkali

-

Unsur alkali tanah merupakan logam keras yang mempunyai titik leleh tinggi.

Kecuali Be semua unsur golongan alkali tanah jika bereaksi dengan air, akan membentuk basa kuat dengan H2. Senyawa yang terbentuk dengan unsur alkali tanah akan membentuk ikatan sebagai berikut: -

Ca, Sr dan Ba akan membentuk ikatan ionik

-

Mg akan membentuk ikatan ion, tetapi dalam senyawa organik akan membentuk ikatan kovalen, seperti CH3MgBr dan Mg(C2H5)2

-

Be sebagian besar membentuk ikatan kovalen. (Lestari S, 2006)

Konfigurasi elektron secara langsung mempengaruhi sifat unsur-unsur. Konfigurasi elektron terluar secara langsung mempengaruhi sifat-sifat atom unsur-unsur golongan utama. Keragaman periodik dari sifat-safat fisika dari unsur mencerminkan perbedaan dalam struktur. Karakter logam unsur-unsur menurun dalam satu periode melalui metaloid ke nonlogam dan meningkat dari atas kebawah dalam golongan tertentu unsur-unsur golongan utama. Ukuran atom yang didefenisikan melalui jari-jari atom juga beragam secara periodik, berkurang dari kiri kekanan dan bertambah dari atas kebawah.

Energi ionisasi adalah kecenderungan suatu atom untuk menahan lepasnya satu elektron. Makin besar energi ionisasi, makin kuat inti menahan elektron. Afinitas elektron adalah ukuran kecenderungan suatu atom untuk memperoleh sebuah elektron. Secara umum logam memilik energi ionisasi yang rendah dan nonlogam memiliki afinitas elektron yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

2.6 Sifat-sifat Unsur Periode III

Salah satu cara untuk membandingkan sifat-sifat unsur golongan utama dalam satu periode adalah dengan mengkaji dari deretan senyawa yang serupa. Karena oksigen bergabung dengan hampir semua unsur, maka akan dibandingkan sifat-sifat oksida unsur-unsur periode ketiga untuk melihat logam berbeda dari metaloid dan non-logam.

Kecenderungan oksigen untuk membentuk oksida dengan semua unsur disebabkan oleh logam yang memiliki energi ionisasi yang rendah yaitu Golongan I A, II A dan aluminium. Jadi Na2O, MgO dan Al2O3 adalah senyawa-senyawa ionik seperti yang terlihat dari titik leleh dan titik didihnya yang tinggi. Kebanyakan oksida dapat digolongkan sebagai asam atau basa, bergantung pada apakah oksida ini menghasilkan asam atau basa ketika dilarutkan dalam air atau bereaksi pada asam atau basa dalam proses tertentu. Beberapa oksida bersifat amfoter yang berarti oksidaoksida tersebut bersifat asam atau basa. Dua oksida pertama dalam periode ketiga Na2O dan MgO adalah oksida basa. Misalnya Na2O bereaksi dengan air membentuk natrium oksida (yang bersifat basa).

Magnesium oksida agak sulit larut, oksida ini tidak bereaksi dengan air dalam tingkat yang teramati. Tetapi oksida tersebut bereaksi dengan asam dengan cara yang menyerupai reaksi asam-basa: MgO +

2 HCl(aq)

MgCl2(aq) +

H2O(l)

Aluminium oksida bahkan lebih sulit larut bila dibandingkan dengan magnesium oksida: oksida ini juga tidak larut dengan air. Tetapi zat ini menunjukkan sifat-sifat basa jika bereaksi dengan asam dan bersifat asam jika bereaksi dengan basa. Jadi Al2O3 digolongkan sebagai oksida amfoter. Oksida amfoter yang lain adalah ZnO, BeO dan Bi2O3.

Kajian singkat mengenai oksida unsur-unsur periode ketiga ini menunjukkan bahwa dengan menurunnya karakter logam dari unsur-unsur dari kekanan dalam satu periode, oksidanya berubah dari bersifat basa menjadi amfoter kemudian bersifat

Universitas Sumatera Utara

asam. Karena karekter logam unsur-unsur golongan utama meningkat dari atas kebawah kita mengharapkan oksida unsur-unsur dengan nomor atom yang lebih tinggi akan bersifat lebih basa dibandingkan dengan unsur-unsur yang lebih ringan. (Chang,R. 2005)

2.7 Katalis

Katalis adalah zat yang meningkatkan laju reaksi kimia tanpa ikut terpakai. Katalis dapat bereaksi membentuk zat antara, tetapi akan diperoleh kembali dalam tahap reaksi berikutnya. Katalis mempercepat reaksi dengan menyediakan serangkaian tahapan elementer dengan kinetika yang lebih baik dibandingkan jika tanpa katalis. Dalam banyak kasus, katalis meningkatkan laju dengan cara menurunkan energi aktivasi reaksinya.

Ada dua jenis katalis yang digunakan

1.Katalis heterogen

Dalam katalis heterogen, reaktan dan katalis berbeda fasa. Biasanya katalis berupa padatan dan reaktan berwujud gas atau cairan. Katalis heterogen sejauh ini adalah jenis katalis yang paling penting dalam kimia industri, terutama dalam sintesis berbagai bahan kimia penting

2. Katalis homogen

Dalam katalis homogen, reaktan dan katalis terdispersi dalam satu fasa biasanya fasa cair. Katalis asam dan basa adalah jenis katalis homogen yang paling penting dalam larutan cairan. (Raymond Chang, 2005)

Keuntungan dari katalis homogen adalah kespesifikannya dan tidak dibutuhkannya suhu dan tekanan yang tinggi dalam reaksi. Kerugian dari katalis

Universitas Sumatera Utara

homogen ini adalah sulitnya katalis ini untuk dipisahkan dari produknya. Katalis dapat terdegradasi dan harganya relatif tinggi.

Katalis heterogen memiliki keuntungan dibandingkan katalis homogen khususnya dalam pemisahannya karena produk yang terlarut dalam medium reaksi dapat dipisahkan dari katalisnya dengan menyaringnya.(Leach.B.E,1983)

Katalis heterogen bereaksi pada permukaan bahan. Reaksi fase gas dan fase cair dikatalisa oleh katalis heterogen biasanya lebih mungkin terjadi di permukaan katalis dari pada di fase gas atau fase cair. Untuk alasan ini maka kadangkala katalis heterogen disebut katalis kontak.

Proses katalis heterogen sedikitnya dapat melalui 4 tahap: 1. Difusi produk dari permukaan katalis 2. Reaksi reaktan yang diserap 3. Aktivasi penyerapan reaktan 4. Adsorpsi reaktan pada permukaan katalis (Holzchaw,1988)

2.7.1 Katalis CaO

Oksida dari semua unsur logam telah dikenal dan oksida-oksida ini menunjukkan beragam struktur, asam basa, dan hantaran. Oksida dapat membentuk rantai satu dimensi, lapisan dua dimensi atau struktur 3-dimensi.

Oksida logam dapat bersifat basa, amfoter atau asam bergantung identitas logamnya. Lebih lanjut, tentang sifat fisik yang ditunjukkan juga sangat luas, dari isolator, semikonduktor, konduktor bahkan superkonduktor. Komposisi oksida logam dapat stoikiometrik sederhana, stoikiometrik tetapi tidak sederhana, atau kadang nonstoikiometrik. (Saito,1996)

Universitas Sumatera Utara

Gamping dapat digunakan untuk pengobatan, insektisida pakan ternak dan tanaman, absorbsi gas, presipitasi, dehidrasi dan kaustisasi. Gamping juga dapat digunakan sebagai pereaksi dalam proses sulfit, dalam pembuatan kertas, pembersihan bulu dalam pengolahan kulit, pembuatan semen dan baja bermutu tinggi, pelunakan air, pemulihan amonia sebagai hasil samping serta pembuatan sabun, karet dan bata pasir gamping.

Kalsium oksida diperoleh dari pemanasan kalsium karbonat (CaCO3) dan kalsium sulfat (CaSO4). Kalsinasi CaCO3 CaSO4

9000 C

CaO

+

CO2

11490 C

CaO

+

SO3

Hidrasi CaO

+

H2O

Ca(OH)2

Pada proses kalsinasi volumenya menciut dan pada waktu hidrasi volumenya berkembang. (Austin, 1996)

Sekarang ini banyak tipe katalis heterogen yang digunakan dalam proses transesterifikasi minyak nabati untuk menghasilkan biodiesel seperti oksida logam alkali tanah, logam alkali yang didukung oleh alumina dan Zeolit.

Katalis

basa

heterogen

mempunyai

banyak

keuntungan

dalam

penggunaannya. Katalis ini tidak korosif, ramah lingkungan dan katalis tidak akan menimbulkan masalah yang baru. Penggunaan CaO sebagai katalis basa heterogen dalam proses transesterifikasi memiliki banyak keuntungan seperti - Aktivitas katalisnya yang tinggi - Kondisi reaksi yang sederhana - Waktu penggunaan katalis yang lama - Biaya katalis yang murah dan mudah didapat. (Liu, 2007)

Universitas Sumatera Utara

2.7.2 Katalis MgO

Magnesium adalah salah satu unsur yang paling luas penyebarannya dan merupakan 1,9 % dari kerak bumi. Biasanya magnesium terdapat dalam bentuk klorida, silikat, hidrat, oksida, sulfat atau karbonat.

Semua unsur golongan II A jika dibakar dengan oksigen membentuk oksida (MO). Salah satu contohnya adalah MgO. MgO diperoleh dari pemanasan MgSO4 dan MgCO3. MgSO4

MgCO3

8950 C

MgO

+

SO3

5400 C

MgO

+

CO2

Bila magnesium karbonat atau hidroksida dipanaskan terbentuklah magnesium oksid. Oksida ini dapat digunakan untuk bermacam tujuan misalnya vulkanasi karet, sebagai bahan untuk membuat berbagai senyawa magnesium lainnya, sebagai bahan refraktori dan sebagai abrasif. Magnesium oksida juga banyak dipakai dalam sistem pengendalian pencemaran untuk menyingkirkan sulfur dioksida dari gas cerobong asap. (Austin,1996)

Universitas Sumatera Utara