CHAPTER I.PDF - USU INSTITUTIONAL REPOSITORY

Download komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien merupakan hubungan ..... memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan kepada ...

0 downloads 738 Views 275KB Size
BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yaitu, makhluk yang selalu membutuhkan

sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi dengan sesamanya. Komunikasi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, salah satu unsur komunikasi yaitu menyampaikan informasi. Oleh karena itu manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Menurut Carl I Hoveland (Widjaja, 2000:15) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain/individu lain. Untuk itu harus ada kesepahaman arti dalam proses penyampaian informasi tersebut agar tercapai komunikasi yang efektif. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna dari komunikator kepada komunikan dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan yang diharapkan dari proses komunikasi yaitu perubahan berupa penambahan pengetahuan, merubah pendapat, memperkuat pendapat serta merubah sikap dan prilaku komunikan atau dengan kata lain dikenal sebagai tiga tingkatan perubahan yaitu: kognitif, afektif, behavioral. Kegiatan berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien. Bentuk komunikasi yang dilakukan disebut komunikasi Interpersonal. Adanya hubungan komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien merupakan hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar prilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan yang harmonis/baik dengan pasien.

Universitas Sumatera Utara

Dalam ilmu kesehatan komunikasi interpersonal ini disebut juga dengan Komunikasi Teraupatik. Komunikasi terapeutik yang dilakukan bersifat langsung, si perawat mengetahui keadaan dan tanggapan pasien saat itu, demikian juga pasien mengetahui perhatian yang diberikan perawat (Wijaya, dkk, 1996:34). Adapun tujuan perawat berkomunikasi dengan pasien adalah menolong dan membantu serta meringankan beban penyakit yang di derita pasien. Dimana penyakit yang diderita pasien tidak hanya secara fisik namun juga meliputi jiwa atau mental pasien, terutama mengalami gangguan emosi seperti mudah tersingung, patah semangat dikarenakan sakitnya. Dengan demikian menyebabkan dalam dirinya timbul perasaan sedih, takut, dan lekas tersinggung, apalagi penyakit yang dideritanya divonis tidak bisa disembuhkan lagi. Disinilah pentingnya komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat terhadap pasiennya. Komunikasi yang baik dari seorang perawat, mampu memberikan kepercayaan diri bagi pasien. Dalam hal ini, kesan lahiriah perawat dan keramah tamahan perawat mulai dari senyum yang penuh ketulusan, kerapian berbusana, sikap familiar, cara berbicara (berkomunikasi) yang mamberikan kesan menarik, bertempramen bijak, dan memcirikan seorang perawat yang berkepribadian yang dibutuhkan untuk menjadi obat pertama bagi pasien (Kariyoso, 1994 :1). Menurut Rogers (Arwani, 2002:15) menyatakan bahwa inti dari hubungan pertolongan adalah kehangatan, ketulusan, pemahan yang empatik serta perhatian positif yang tidak bersyarat. Maka sebaiknya perawat mampu menunjukkan perhatian sepenuhnya dan bertutur kata lembut kepada pasien, sehingga dapat membantu pasien dalam mengurangi beban penyakit dan membantu dalam proses penyembuhan. Seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menolong pasien dengan kehangatan dan ketulusan, agar pasien merasa dekat dengan perawat. Perawat dalam komunikasi dapat dilakukan dengan jabat tangan dan menggunakan sikap terbuka dalam membantu pasien yang mengalami sakit atau memerlukan bantuan. Komunikasi non verbal juga digunakan, misalnya adanya gerakan tubuh, termasuk gerak tangan, gerak kaki, gerakan kepala, ekspresi wajah (tersenyum dan ramah) kepada pasien, sehingga pasien merasa senang dan nyaman selama dirawat oleh perawat tersebut. Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius bagi perawat maupun pasien. Perawat yang enggan berkomunikasi dan menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

raut wajah yang tegang dan ekspresi wajah yang marah dan tidak ada senyum akan berdampak negatif bagi pasien. Pasien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan lainnya jika bersikap seperti diatas. Kondisi seperti ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan antara perawat dan pasien dapat pula mempengaruhi tingkat kesehatan pasien, yaitu pasien menuruti kata-kata dan nasehat perawat, anjuran dan lainnya yang dapat membuat pasien lebih bersemangat sehingga tercapai penyembuhan. Dalam melaksanakan tugasnya tentulah perawat tidak terlepas dari proses komunikasi. Dari sekian banyak komunikasi, maka komunikasi antar pribadi (Komunikasi interpersonal) yang dianggap paling efektif untuk menunjang kesehatan pasien. Menurut Onong U. Effendy, MA “Komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan…………………..” (Effendy, 1986:9). Dengan demikian penggunaan saluran komunikasi interpersonal mempunyai peranan penting dalam menjalankan tugas keperawatan melalui keterampilan berkomunikasi yaitu komunikasi interpersonal, perawat dapat mengetahui reaksi pasien terhadap penyakitnya dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengutarakan perasaannya dan keluhannya. Adapun sasaran penelitian tentang perawat dan pasien yang difokuskan pada aspek komunikasi interpersonal menjadi demikian menarik dilatar belakangi oleh gejala-gejala sebagai berikut : tugas mendeteksi pasien lebih banyak diserahkan

Universitas Sumatera Utara

kepada perawat, sehingga perawat lebih lama bergaul dengan pasien rawat inap dibandingkan dengan Dokter, Pasien yang dirawat inap di rumah sakit selain memerlukan pengobatan secara medis juga membutuhkan pengobatan secara nonmedis (sering terjadinya komunikasi yang bersifat menghibur, memberikan semangat

dan

keramah-tamahan

perawat,

dll)

yang

dapat

membantu

mempengaruhi dan membantu proses penyembuhan. Rumah Sakit Umum Pirngadi merupakan salah satu Rumah Sakit Umum milik Pemerintah yang ada di Medan, yang terletak di Jl. H. M. Yamin (Jl. Serdang). Selain tempat pelayanan kesehatan RSU juga sebagai tempat pendidikan para calon dokter, Perawat, Bidan, dan Mahasiswa lain dari berbagai Universitas yang ingin melakukan penelitian. RSU Pirngadi memiliki dua gedung, yaitu gedung lama dan gedung baru. Gedung yang baru bagus, bertingkat serta fasilitas yang cukup memadai. Namun banyak masyarakat yang mengeluh dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak RSU Pirngadi. Baik buruknya suatu rumah sakit dimata masyarakat tergantung pada pelayanan sehari-hari yang diberikan oleh pihak rumah sakit, baik itu dokter dan perawatnya yang baik dan ramah terhadap pasien, dokter selalu ada ditempat apabila dalam keadaan darurat, menu makanan yang disajikan kepada pasien dan lain-lain yang berhubungan dengan pelayanan pasien. Hasil pengamatan atau pra penelitian yang dilakukan penulis sewaktu berada di RSU Pirngadi, menunjukkan bahwa hubungan komunikasi interpersonal yang terjadi antara perawat dan pasien memang sudah cukup baik secara medis, yang meliputi cara pengobatan dan seputar kondisi pasien. Sedangkan komunikasi yang bersifat non-medis masih sangat kurang, seperti : tidak adanya gairah perawat

Universitas Sumatera Utara

dalam melayani pasien, sehingga perawat kurang memperhatikan pasien dan mendengarkan keluhan pasien, Kurangnya pendekatan terhadap pasien, untuk menghibur dan memotivasi pasien untuk proses penyembuhan. Dan penulis banyak mendapatkan informasi dari masyarakat yang pernah berobat ke RSU Pirngadi mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh RSU Pirngadi kurang memuaskan, terlihat adanya perbedaan antara yang kaya dan yang miskin, salah satu contohnya adalah pasien yang kalangan menegah kebawah yang berobat memakai kartu Askes biasa, Gakin/Askin, berada dibagian gedung lama. Sedangkan masyarakat yang berasal dari kalangan menegah keatas dan Askes golongan/pangkatnya tinggi berada di gedung yang baru yang kelihatannya mewah dan dilayani dengan baik, berbeda dengan masyarakat yang menggunakan Askes, Gakin atau Askin. Oleh karena itu, dari hasil pengamatan tersebut, penulis tertarik mengangkat masalah tersebut kedalam sebuah judul “Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal yang dilakukan oleh Perawat terhadap Penyembuhan Pasien di RSU Pirngadi Medan). Penelitian dilakukan dibagian rawat inap bagian penyakit dalam. Bagian penyakit dalam terdiri dari berbagai penyakit, diantaranya: Diabetes Melitus (DM), Hipertensi, Ginjal, Lambung (bagian perut), Rheumatik, Hepatitis dan Lever. Untuk mempersingkat waktu penelitian, mempermudah peneliti dan tidak memperbanyak biaya dan keterbatasan peneliti untuk meneliti semua pasien yang

Universitas Sumatera Utara

ada di RSU Pirngadi. Maka peneliti menfokuskan penelitian kepada pasien yang dirawat inap bagian penyakit dalam. Adapun alasan penulis mengambil pasien yang dirawat inap bagian penyakit dalam, karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pasien yang berada dibagian penyakit dalam ini sangat membutuhkan perhatian perawat, karena pasien yang menderita penyakit dalam rata-rata pasien yang sudah berumur tua, sehingga kepercayaan dirinya kurang untuk sembuh dan tidak bersemangat. Oleh karena itu perawat berperan untuk memberikan motivasi kepada pasien dan perawat juga mau mendengarkan keluhan pasien, menghibur dan memberikan semangat kepada pasien untuk menjalankan peraturan yang diberikan oleh dokter dan minum obat yang teratur guna penyembuhan pasien. Disinilah komunikasi interpersonal (Terapeutik) sangat diperlukan dalam berkomunikasi dengan pasien.

1.2.

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Sejauhmana Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Perawat Dengan Pasien terhadap Penyembuhan Pasien di RSU Pirngadi?”

Universitas Sumatera Utara

1.3.

Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka penulis

membuat pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yamg diteliti adalah: 1. Penelitian ini bersifat korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui, sejauhmana terdapat hubungan antara Perawat dan Pasien terhadap penyembuhan pasien. 2. Penelitian ini bertujuan mengetahui peranan dari komunikasi interpersonal perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien. 3. Objek penelitian adalah pasien yang rawat inap yang berada di RSU Pringadi bagian penyakit dalam yang dirawat inap minimal tiga hari, di RSU Pirngadi Medan.

1.4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi antar pribadi perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien. 2. Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

peranan

komunikasi

interpersonal perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien. 3. Untuk mengetahui dan mengukur tingkat korelasional komunikasi antar pribadi dan penyembuhan pasien dibagian penyakit dalam di RSU Pirngadi.

Universitas Sumatera Utara

1.4.2. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini dapat diharapkan memberikan masukan bagi RSU Pirngadi untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan komunikasi antar pribadi antara perawat dan pasien dalam proses penyembuhan pasien, meningkatkan kesehatan pasien dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. 3. Penelitian ini sebagai syarat menyelesaikan studi di FISIP USU dan penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis.

1.5.

Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berfikir yang

mendukung pemecahan masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka

teori

yang

akan

memuat

pokok-pokok

pikiran

yang

dapat

menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi, 1995:39). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penalitian ini adalah: 1. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) 2. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien (Terapeutik) 3. Penyembuhan.

Universitas Sumatera Utara

1.5.1. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, yang artinya sama. Maksudnya adalah komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator, agar isi pesan yang disampaikan dapat dimengerti, diyakini serta pada tahap selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Carl I Hoveland (Effendy, 1995:10) “Komunikasi adalah proses dimana seorang komunikator menyampaikan peransang untuk merubah tingkah laku orang lain”. Menurut Mulyana (2002:73), komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium, misalnya telepon sebagai perantara. Sifatnya dua arah atau timbal balik (Effendy, 1986:61). Effendy juga menambahkan bahwa komunikasi antar pribadi ini dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang lain, apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang disampaikan. Komunikasi interpersonal yang efektif dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan. Komunikasi interpersonal juga dilakukan oleh perawat dengan pasien, komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan pasien dilakukan dengan saling pengertian.

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, oleh karena itu kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita.

Jalaludin Rakhmat (1994:80) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh: 1. Persepsi interpersonal 2. Konsep diri 3. Atraksi interpersonal 4. Hubungan interpersonal Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Disinilah seorang perawat melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien, dengan menjalin sikap saling percaya, perawat memberikan dan membangkitkan rasa percaya diri kepada pasien, memberikan semangat untuk sembuh, dan saling bersikap terbuka antara perawat dan pasien, serta perawat mau mendengarkan keluhan dari pasien.

1.5.2. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien (Komunikasi Terapeutik). Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi terapeutik, merupakan komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya dipusatkan untuk penyembuhan pasien. (Wijaya, dkk, 1996:53).

Universitas Sumatera Utara

Adapun fungsi komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat dengan pasien adalah mendorong dan menganjurkan untuk menjalin kerjasama antara perawat dengan pasien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, menjalankan tugas, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.

Adapun

tujuan

komunikasi

interpersonal

yaitu

membantu

pasien,

mengurangi beban perasaan, fikiran dan sakit yang dideritanya. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Menurut Uripni (2002:56), ada beberapa tahap komunikasi interpesonal (terapeutik) yang dilakukan oleh perawat, yaitu : 1)

Prainteraksi

Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien. Perawat diharapkan tidak memiliki prasangka buruk kepada pasien, karena akan menggangu dalam hubungan saling percaya. Seorang perawat profesional harus belajar peka terhadap kebutuhan-kebutuhan pasien dan mampu menciptakan hubungan komunikasi interpersonal yang baik, agar pasien merasa senang dan merasa dihargai. 2)

Perkenalan

Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap pasiennya yang baru memasuki rumah sakit. Pada tahap ini, perawat dan pasien mulai mengembangkan hubungan komunikasi interpersonal yaitu, dengan memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan kepada pasien, memperkenalkan diri, menayakan nama pasien, dan menayakan keluhan pasien, dll. 3)

Orientasi

Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama pasien berada di rumah sakit. Tujuan tahap orientasi adalah memeriksa keadaan pasien, memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat itu, dan mengevaluasi hasil tindakan.

Universitas Sumatera Utara

4)

Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan komunikasi interpesonal. Perawat menfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yaitu tentang keadaan pasien, keluhan-keluhan pasien. Selain itu hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal yaitu dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan pasien, memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta memberikan anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur, untuk mencapai kesembuhan. 5)

Tahap terminasi

Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari pertemuan antara perawat dengan pasien. Dalam tahap akhir ini, pasien sudah dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit, hendaknya perawat tetap memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kesehatan pasien. Sehingga komunikasi interpersonal perawat degan pasien terjalin dengan baik. Menurut De Vito (1997:233), hubungan komunikasi interpersonal terbina melalui tahap-tahap pengembangan yaitu: a. Kontak, pada tahap ini alat indera sangat diperlukan untuk melihat, mendengar dan membaui seseorang. Bila pada tahap kontak terbina persepsi yang positif, maka akan membawa seseorang pada hubungan yang lebih erat yaitu persahabatan, saling terbuka dan penuh kehangatan. b. Keterlibatan, adalah tahap pengenalan lebih jauh, mengikatkan diri kita untuk mengenal orang lain dan mengungkapkan diri. c. Keakraban, tahap ini kita mengikat diri lebih jauh lagi, dimana seseorang dapat menjadi sahabat yang baik. d. Pengrusakan, tahap ini terjadi penurunan hubungan, dimana ikatan diantara kedua pihak melemah. e. Pemutusan, tahap ini terjadi pemutusan ikatan yang mempertalikan keduanya. Apabila komunikasi interpersonal terjalin tidak baik, maka akan terjadi pemutusan. Misalnya perawat tidak melayani pasien dengan baik, maka akan terjadi pemutusan, dan pasien tersebut tidak akan mau berobat kerumah sakit tersebut. Oleh karena itu diharapkan perawat menjalin komunikasi interpersonal yang baik kepada pasien.

Universitas Sumatera Utara

1.5.3. Penyembuhan.

Penyembuhan berasal dari kata “sembuh” yang artinya adalah baik atau pulih dari sakit. Sedangkan penyembuhan adalah suatu hal, cara atau usaha untuk pulih dari sakit (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Dr. J.S Badudu 1996:1263). Penyembuhan adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan (Depdikbud, 1999 : 905). Sembuh adalah perubahan keadaan fisik, yaitu fisik dalam keadaan baik dan sembuh dari sakit. Selain perubahan keadaan fisik juga terjadi perubahan keadaan mental yaitu, pikiran yang jernih dan perasaan yang senang serta timbulnya semangat dalam diri pasien. Dalam proses penyembuhan sangat diperlukan pengobatan dari seseorang baik itu dokter maupun perawat. Kegiatan atau interaksi yang selalu dekat dengan pasien adalah perawat.

Oleh karena itu komunikasi interpersonal sangat diperlukan dalam menjalin hubungan perawat dengan pasien. Proses komunikasi interpersonal yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan perawat dalam membantu pasien untuk mengatasi persoalan yang dihadapi dan untuk mencapai kesembuhan. Agar komunikasi interpersonal menjadi efektif, maka sikap saling terbuka sangat diperlukan untuk mendorong timbulnya saling pengertian, menghargai, memberikan manfaat bagi motivasi kesembuhan pasien dan sikap pasien untuk mengikuti anjuran dan nasehat perawat.

Menurut Parson (Hidayat:2006:6), untuk mencapai penyembuhan ada beberapa tahapan proses sakit sampai dengan sembuh yaitu: 1. Tahap gejala, yaitu tahap seseorang mengalami proses dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman dan gejala suatu penyakit yang dirasakan. 2. Tahap asumsi terhadap sakit. Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang dialaminya dan akan merasakan keraguraguan pada kelainan atau gejala yang dirasakan, adanya kecemasan dan

Universitas Sumatera Utara

ketakutan. 3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan, yaitu melakukan atau mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan. 4. Tahap ketergantungan, yaitu tahap mendapatkan pengobatan ketergantungan terhadap obat sampai mendapatkan kesembuhan.

dan

5. Tahap penyembuhan, yaitu tahap terakhir untuk menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi. Dalam proses pengobatan diperlukan tenaga dan bantuan perawat. Perawat berperan penting dalam memberikan perhatian kepada pasien dalam segala hal yang mencakup kesehatan pasien. Jika obat fungsinya mengobati penyakit pasien, sedangkan perawat fungsinya memberikan semangat, dorongan untuk cepat sembuh, mengajak pasien bercerita dan bersenda gurau untuk menghibur dan meringankan beban (penyakit) yang diderita oleh pasien. Dapat disimpulkan penyembuhan adalah suatu proses untuk kembali atau pulih dari sakit dengan adanya bantuan dari pihak medis dan proses pengobatan. Untuk mencapai proses penyembuhan harus ada sikap saling terbuka sepeti yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat (1994:89), yang menyatakan bahwa dalam melakukan hubungan komunikasi sangat dibutuhkan:

1. Saling percaya 2. Sikap suportif, dan 3. Sikap saling terbuka. Luft juga mengungkapkan Teori Self Disclousure (liliweri, 1991:53) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahuia dan tidak mengetahui tentng dirinya, maupun orang lain. Yang dikelompokkan ke dalam empat macam bidang pengenalan yang disebut dengan “Jendela Johari” (Johari Window), seperti dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1 Diketahui Sendiri

Tidak Diketahui Sendiri

Diketahui orang lain

Terbuka ( I )

Buta ( III )

Tidak diketahui

Tersembunyi ( II )

Tidak dikenal (IV)

orang lain Sumber: Komunikasi Antar Pribadi (Liliweri, 1991:53). Dalam hal komunikasi, sangat diperlukan keterbukaan seseorang, maka kuadran pertama (I) sangat diperlukan dalam komunikasi. Kuadran pertama (I) melukiskan suatu kondisi diantara seorang dengan yang lain, atau antara komunikan (perawat) dan komunikator (pasien) mengembangkan suatu hubungan yang saling terbuka, pasien terbuka kepada perawat dan sebaliknya. Pasien mengungkapkan perasaan yang dirasakannya, keluhan-keluhan tentang penyakit yang dideritanya agar perawat mengetahui dan melakukan perawatan dan pengobatan untuk mencapai kesembuhan.

1.6.

Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1995:40). Konsep adalah penggambaran fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:11). Adapun variable-variabel yang akan diteliti dalam penelitian yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Variabel Bebas (Independent Variabel (X) ) adalah gejala atau faktor atau

unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau

tidaknya muncul gejala atau faktor lainnya, (Nawawi, 1995:56). Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Interpersonal (Komunikasi Terapeutik). 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel (Y) ) adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul karena dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas, (Nawawi, 1995:57). Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penyembuhan.

1.7.

Model Teoritis

Variabel Bebas (X) Komunikasi Interpersonal

+/-

Variabel Terikat (Y) Penyembuhan

(Komunikasi terapeutik)

Keterangan :

X : Variabel Bebas Y : Variabel Terikat +/-: Kuat Lemahnya Hubungan.

Universitas Sumatera Utara

1.8.

Variabel Operasional Berdasarkan kerangka konsep, maka dibuatlah operasionalisasi variabel-

variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu : Tabel 2 Variabel Teoritis

Variabel Bebas (X) Komunikasi Interpersonal (Komunikasi Terapeutik)

Variabel Terikat (Y) Penyembuhan

Karakteristik Responden

Variabel Operasinal Tahap Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) • Prainteraksi - Adanya kontak - Penampilan perawat • Perkenalan - Keramah-tamahan perawat - Ekspresi wajah - Keakraban • Orientasi - Sentuhan yang diberikan perawat - Rasa Simpati dan empati • Tahap kerja - Adanya keterlibatan - Seringnya berkomunikasi • Terminasi - Menyampaikan kesimpulan - Merencanakan untuk mengakhiri kegiatan dengan baik (pemutusan) Efek dari Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) • Keterbukaan paien mengungkapkan perasaan • Perubahan Keadaan Mental, pasien merasa senang, terhibur dan berkurang beban. • Pasien termotivasi dan terjadi perubahan prilaku pasien. • Jenis Kelamin • Usia • Pendidikan • Pekerjaan • Lamanya dirawat inap

Universitas Sumatera Utara

1.9.

Defenisi Variabel Operasional

a. Variabel Bebas (X) yaitu Komunikasi Interpersonal, indikatornya antara lain: -

Prainteraksi yaitu masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien. Dalam prainteraksi ini terjadi kontak antara pasien dan perawat dan adanya penilaian pasien terhadap penampilan perawat. Apakah penampilannya rapi, menarik dan meyakinkannya sebagai perawat yang professional.

-

Perkenalan yaitu kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap pasiennya yang baru memasuki rumah sakit. Misalnya memberikan salam, memperkenalkan diri kepada pasien, dan menanyakan nama pasien. Pada tahap perkenalan sangat dibutuhkan keramah-tamahan, ekspresi wajah yang senyum penuh ketulusan, sehingga timbul keakraban antara perawat dan pasien.

-

Orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama pasien berada di rumah sakit. Pada tahap ini perawat memberitahukan atau menvalidasi keakuratan data. Biasanya dikaitkan dengan hal yang sudah dilakukan perawat bersama pasien, misalnya: “bagaimana keadaan anda sekarang setelah diberi obat ini.......”

-

Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan komunikasi interpesonal. Tahap ini perawat menanyakan keadaan pasien dan bercerita tentang penyakit, riwayat pasien, dll. Adanya keterlibatan dan seringnya berkomunikasi dengan pasien

Universitas Sumatera Utara

hendaknya saat berkomunkasi dengan pasien, perawat memberikan semangat dan motivasi untuk sembuh. -

Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari pertemuan antara perawat dengan pasien, berakhirnya suatu hubungan antara perawat dengan pasien. Pada tahap ini perawat memberikan kesimpulan dan menyatakn untuk mengakhiri kegiatan atau hubungan dengan baik. Terminasi terbagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir, yang akan diuraikan di Bab II. b. Variabel Terikat (Y) yaitu Penyembuhan, indikatornya antara lain:

-

Keterbukaan pasien mengungkapkan perasaan, baik sedih dan senang yang dirasakan pasien, keluhan-keluhan sakit yang dirasakan pasien,

dengan

melakukan komunikasi interpersonal yang baik maka akan timbul kedekatan dan keterbukaan antara perawat dan pasien. -

Perubahan Keadaan Mental, komunikasi yang berjalan dengan efektif, membuat pasien terhibur dan berkurang beban.

-

Pasien termotivasi dan terjadi perubaan perilaku pasien. Pasien termotivasi dengan nasehat yang diberi perawat dan lebih semangat untuk mengikuti anjuran perawat untuk mencapai kesembuhan. c. Karakteristik Responden, antara lain:

-

Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin responden laki-laki atau perempuan

-

Usia, umur responden

-

Pendidikan, tingkat pendidikan dimulai dari lulusan SD, SLTP, SLTU dan Perguruan tinggi

-

Pekerjaan, jenis pekerjaan responden

Universitas Sumatera Utara

-

Lamanya dirawat inap, waktu berapa lama pasien dirawat.

1.10. Hipotesis Hipotesa adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau perkiraan tentang apa saja yang akan kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Hipotesa dapat diturunkan dari teori-teori, akan tetapi ada kalanya sukar diadakan perbedaan yang tegas antara teori dengan hipotesa. Hipotesa merupakan jawaban sementara yang diformulasikan berdasarkan kajian konsep teori, hasil temuan peneliti atau pengamatan peneliti pada fenomena lapangan yang diteliti. Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih (Singarimbun:2001:43). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ha

:Terdapat hubungan komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien dalam penyembuhan pasien di RSUP Pirngadi, Medan.

Universitas Sumatera Utara