fenomena jatuh cinta pada mahasiswi - USU Repository

pasaran pada umumnya bertemakan cinta. Demikian juga film-film ... manusia sehingga tanpa cinta, pertumbuhan dan perkembangan ..... akademis, yang dil...

11 downloads 542 Views 93KB Size
PSIKOLOGIA • Volume I • No. 1 • Juni 2005

terjalin di antara umat manusia. Lagu yang popularPADA di antara kita bertemakan cinta. FENOMENA JATUH CINTA MAHASISWI Komik dan majalah yang paling laku di pasaran pada umumnya bertemakan cinta. Juliana Irmayanti Saragih dan Irmawati Demikian jugaSumatera film-film yang paling sering PS. Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Utara muncul di televisi selalu menceritakan kisah cinta (Calhoun & Acocella, 1990) Intisari Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau menggambarkan Abraham pertanyaanMaslow (dalam kondisi mahasiswi yang sedang jatuh cinta.Menurut Untuk menjawab Goble, 1991), cinta itu sendiri merupakan pertanyaan penelitian, secara umum digunakan teori Triangular Theory of kebutuhan yang sangat penting Love yang dikembangkan oleh Robert J. Stenberg. Dalam penelitianbagi ini umat tanpa cinta, pertumbuhan digunakan metode kualitatif, karena manusia dengan sehingga metode ini dapat dipahami dan perkembangan kemampuan individu tingkah laku individu menurut pemahaman dan sudut pandang si pelaku. akanobservasi terhambat.dan wawancara. Untuk pengambilan data digunakan metode Sebuah studi di Universitas Edinburg, Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pandangan tentang cinta sifatnya Skotlandia, mengatakan cinta bisa subjektif dan tergantung kepada individu yang mengalami dan bahwa pengalaman membuat kita jadi sehat, dan hidup cinta itu sendiri. Dalam cinta terkandung rasa suka, namun ada perbedaan terasa indah. yang Saat-saat jatuh cinta menyebabkan antara cinta dan rasa suka; (2) Mahasiswi sedang jatuh cinta akan system immune (kekebalan) dalam tubuh kita mengalami beberapa perasaan, tidak hanya pengalaman fisik namun juga kuat, cinta juga laku bisakhusus menaikkan psikologis, selain itu mereka juga akantambah memperlihatkan tingkah kadar estrogen (yang bisa berpengaruh untuk menunjukkan rasa cinta pada pasangannya yang tidak pernah mereka pada mood). Selain kulit jadi kelihatan lakukan pada orang lain; (3) Faktor-faktor yangitu,mempengaruhi para lebih bersih dan bercahaya, jaringan mahasiswi ini jatuh cinta dengan pasangannya adalah daya tariksel-sel fisik dan penghubung dalam tubuh kita kesamaan diantara mereka; dan (4) Pengaruh cinta secara umum terhadaptambah kuat(http://www.kawankuonline.com/artikel/ para mahasiswi dalam penelitian ini dapat menimbulkan kebahagiaan namun 30/edisi28/psikologi1.asp?subemenu=artikel juga menyebabkan munculnya emosi-emosi negatif. ) mahasiswa Kata Kunci: jatuh cinta, cinta, mahasiswi, Sebenarnya konsep cinta sudah dikumandangkan dan diperdebatkan oleh Abstract para filsuf bahkan sejak zaman Yunani Kuno. or Pada masa tersebut, cinta yang The purpose of this research is to explain describe the coedbentuk condition adalah bentuk used cinta theory seperti: which in love. To answer the researchdiakui questions, in general of cinta terhadap orangtua, teman, saudara, Triangular Theory of Love by Robert J. Stenberg. The method employed in tanah kelahiran, kebijaksanaan, dan juga cinta this research is qualitative method, because with this method can understand romantis baik yang heteroseksual maupun human behavior according to their understanding and viewpoint. To intake data, used observation and interview. yang homoseksual. Dan di zaman sekarang ini, View bentuk cintalove yang masih The result of this research shows that (1). about is demikian subjectively anddiakui dan that ditambah lagi Love dengan cinta terhadap depended to individual and love experience they have. consist liking Tuhan (Rosyadi, 2000). Namun penelitian but there is differences between love and liking; (2). Coed which in love have tentang but cinta sendiri baru akhir beside tahun 90-an certain feeling, not just physical experience also psychological, dapat dijalankan dengan menggunakan that, they will show special behavior to tell that love to their spouse, which berbagai all piranti psikologis never show to another; (3). Factors influencing this coed fall in love to yang (Sears dkk, 1994). their spouse are physical attraction sesungguhnya and equality between them; and (4) Bentuk umum dari cinta yang Influence love to coeds in this research generally can bring the happiness, butpaling sering dikemukakan para ahli psikologi also result negative emotions. adalah yang dikemukakan Walster dan Key Words: fall in love, love, coed, student Walster (dalam Saks & Krupat, 1988) yaitu Cinta adalah suatu hal yang tidak akan Passionate Love dan Companionate Love. pernah ada habisnya untuk dibahas di muka Namun bentuk cinta yang paling sering bumi ini. Sejak bumi diciptakan, sudah tidak dipermasalahkan tiap individu adalah jenis terhitung berapa banyak kisah cinta yang Passionate Love yang disebut juga cinta 48

Juliana Irmayanti Saragih, Irmawati

Mahasiswi

romantis, dimana objek cintanya adalah seseorang yang berasal dari jenis kelamin yang berbeda (Calhoun & Acocella, 1990). Menurut Antonucci (dalam Kail & Cavanaugh, 1990), salah satu kelompok yang tidak lepas dari masalah cinta adalah individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Pada tahap perkembangan dewasa awal ini, individu mulai membentuk hubungan intim dengan lawan jenisnya yang salah satu bentuknya adalah hubungan cinta. Para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi adalah salah satu contohnya. Penelitian tentang cinta juga lebih banyak menggunakan mahasiswa sebagai subjek penelitiannya (Brigham, 1986; Brehm, 1992; Santrock, 1999; Taylor dkk, 2000) Menurut Santrock (1999), cinta romantis sangat penting diantara para mahasiswa. Sedangkan menurut Erikson (dalam Papalia, 2000), membentuk suatu hubungan intim adalah salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi seorang mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Penelitian yang dilakukan oleh Kanin, Davidson, dan Sheck (dalam Sears dkk, 1994) menunjukkan bahwa orang yang sedang jatuh cinta akan mengalami perasaanperasaan yang sifatnya psikologis dan diikuti pula oleh beberapa reaksi fisiologis. Penelitian survey yang dilakukan oleh Brigham (dalam Brigham dkk, 1986) juga menunjukkan fenomena yang hampir sama. Penelitian Walster dan Walster (dalam Saks & Krupat, 1988) menemukan bahwa pria dan wanita akan menunjukkan perilaku yang berbeda ketika sedang jatuh cinta. Sedangkan hasil penelitian Dion dan Dion (dalam Sears dkk, 1994) menunjukkan bahwa perbedaan tersebut terletak pada isi pengalaman cinta itu sendiri. Cinta diyakini sebagai salah satu bentuk emosi yang sangat penting bagi manusia sehingga hampir semua individu pernah mengalami jatuh cinta (Roediger dkk, 1987). Walaupun demikian, pengalaman masing-masing individu ini tentu saja berbeda-beda (Rosyadi, 2000). Penelitian Hatfield dan Rapson menunjukkan bahwa

Fenomena Jatuh Cinta pada

cinta romantis ini melibatkan beberapa emosi. Sedangkan penelitian Berscheid dan Fei (dalam Santrock, 1999) menunjukkan bahwa tidak semua emosi ini sifatnya positif. Dalam kaitannya dengan rasa suka, penelitian Rubin (dalam Sears dkk, 1994), cinta dan rasa suka merupakan konsep yang berbeda yang memiliki unsur-unsur yang berbeda pula. Selanjutnya pertanyaan yang paling sering muncul adalah bagaimana orang bisa jatuh cinta. Salah satu penjelasan yang diketengahkan adalah dengan teori assortative mating yang dikemukakan Sher (dalam Kail & Cavanaugh, 1999). Mencermati hal-hal di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui secara mendalam tentang gambaran mahasiswi yang sedang jatuh cinta. Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pandangan mahasiswi tentang cinta dan kaitannya dengan rasa suka, bagaimana perasaan dan perilaku yang dialami, mengapa mereka jatuh cinta dengan pasangannya, dan bagaimana pengaruhnya khususnya pada aktivitas perkuliahan mereka. Mendefinisikan cinta adalah tugas yang sulit (Masters dkk, 1992). Sedangkan menurut Hendrick & Hendrick (1992), tidak ada satupun fenomena yang dapat menggambarkan apa itu cinta. Pada akhirnya, cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks. Jika kita berbicara tentang cinta seseorang terhadap orang lain, mungkin definisi yang tepat adalah yang dikemukakan oleh Robert Heinlein (dalam Masters dkk, 1992) yaitu cinta adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan individu yang dicintai tersebut sangat penting bagi diri orang yang mencintai. Menurut Rubin (dalam Hendrick dan Hendrick, 1992), cinta itu adalah suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap orang lain yang dianggap istimewa, yang mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertingkah laku. Teori tentang cinta yang paling dikenal adalah yang dikemukakan oleh Robert Stenberg yang dikenal dengan Stenberg’s Triangular Theory of Love.

49

PSIKOLOGIA • Volume I • No. 1 • Juni 2005

Menurut Stenberg (dalam Taylor dkk, 2000), cinta mempunyai tiga komponen yaitu keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment). Dari hasil analisa ketiga komponen tersebut, Stenberg (1988) mengidentifikasikan delapan bentuk cinta, didasarkan pada ada atau tidaknya masingmasing komponen. Bentuk-bentuk cinta tersebut adalah: Non Love, Liking, Infatuated Love, Empty Love, Romantic Love, Companionate Love, Fatous Love, dan Consummate Love Teori tentang cinta tidak dapat dilepaskan dari teori tentang rasa suka. Beberapa ahli psikologi mempunyai pandangan yang berbeda tentang cinta dan rasa suka dan hubungan diantara keduanya. Teori Stenberg sendiri tentang cinta dan rasa suka dimasukkan ke dalam golongan Liking as a Kind of Loving (Stenberg, 1988) A. Perasaan-perasaan Cinta Pengalaman gejala fisik ketika seseorang jatuh cinta diteliti oleh Sears dkk (1994), Hendrick & Hendrick (1992). Sedangkan perasaan-perasaan yang muncul ketika seseorang jatuh cinta diteliti oleh Kanin, Davidson, dan Scheck (dalam Sears dkk, 1994). Selanjutnya Berscheid & Fei (dalam Santrock, 1999) meneliti tentang emosiemosi yang terlibat ketika seseorang jatuh cinta, baik positif maupun negativf. B. Perilaku Cinta Menurut Sears dkk (1994), dalam menilai apakah seseorang mencintai kita, biasanya kita tidak hanya menyandarkan diri pada kata-katanya tetapi juga pada tindakannya. Penelitian-penelitian tentang perilaku cinta ini dilakukan oleh Swensen (dalam Sears dkk, 1994), Rubin (dalam Hendrick & Hendrick, 1992), Dion dan Dion (dalam Bhrem, 1992). C. Mengapa Seseorang Jatuh Cinta Banyak penelitian yang berusaha menjelaskan mengapa seseorang jatuh cinta, dan salah satunya adalah teori assortative mating, yang dikemukakan oleh Sher (dalam Kail dan Cavanaugh, 1999) yang

50

menyatakan bahwa individu menemukan pasangannya berdasarkan pada kesamaan masing-masing. Assortative Mating ini terjadi dalam banyak dimensi termasuk agama, sifat-sifat fisik, usia, status sosioekonomi, inteligensi, ideologi politis. Penjelasan ini didukung oleh penelitian Hill, Rubin dan Peplau (dalam Wortman, 1999) bahwa semakin mirip kedua pasangan tersebut, semakin besar kemungkinan mereka untuk tetap bersama. Kemiripan ini antara lain dilihat dari segi usia, inteligensi, pendidikan, dan daya tarik fisik. D. Pengaruh Cinta Seperti yang dinyatakan oleh Rubin (dalam Hendrick & Hendrick, 1992), bahwa cinta dapat mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertingkahlaku. Beberapa peneliti lainnya juga berusaha menjelaskan bagaimana pengaruh cinta ini terhadap kehidupan individu seperti Hatfield dan Rapson (dalam Santrock, 1999), Berscheid dan Fei (dalam Santrock, 1999), Berscheid, Burgess, dan Huston (dalam Feldman, 1996), Hendrick & Hendrick (1992), Bhrem (1992). E. Mahasiswi Mahasiswa adalah individu yang telah menyelesaikan Sekolah Menegah Atas dan memasuki Perguruan Tinggi. Secara khusus, bila individu tersebut seorang perempuan maka akan disebut mahasiswi.. Pada tahap ini, mahasiswa/mahasiswi memasuki tahap akhir dari perkembangan remaja akhirnya dan memasuki awal dari tahap perkembangan dewasa awalnya (Erickson, 1999) Bloom, (dalam Putrini, 2000) menyatakan bahwa mahasiswa/mahasiswi memiliki berbagai permasalahan dan salah satunya adalah masalah yang berkaitan dengan perkuliahan itu sendiri. Kehidupan mahsiswa/mahasiswi penuh dengan tekanan disebabkan adanya batas waktu untuk mengumpulkan tugas, nilai-nilai ujian yang harus memenuhi standar kampus ataupun tugas akhir. Selain penyesuaian dengan masalah pendidikan yang dihadapinya, mahsiswa/mahasiswi yang berada pada tahap

Juliana Irmayanti Saragih, Irmawati

Mahasiswi

perkembangan dewasa awal tetap saja mempunyai masalah dalam hubungannya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, mereka mengalami apa yang disebut dengan perkembangan psikososial, yang salah satunya adalah dengan membentuk hubungan intim dengan lawan jenis melalui hubungan cinta (Papalia, 2000). METODE PENELITIAN Melihat masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif dipandang lebih sesuai untuk mengetahui bagaimana gambaran kondisi mahasiswi yang sedang jatuh cinta. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bowning (dalam Saks dan Krupat, 1988) bahwa cinta itu adalah suatu perasaan yang terdiri dari elemen fisik dan spiritual. Cinta itu sendiri bersifat subyektif dan sangat tergantung pada pengalaman dan perasaan individu. Lagipula, menurut Bogdan dan Taylor (dalam Irmawati, 2002), salah satu kekuatan pendekatan kualitatif adalah dapat memahami gejala sebagaimana subyek mengalaminya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang sesuai dengan diri subyek dan bukan semata-mata penarikan kesimpulan sebab akibat yang dipaksakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara, dan ditambah dengan alat bantu tape recorder (alat perekam), pedoman wawancara, lembar observasi dan catatan responden. Responden penelitian ini adalah mahasiswi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran USU yang sedang jatuh cinta. Pada tahap awal dilakukan wawancara singkat untuk mengetahui apakah individu tersebut sedang jatuh cinta. Sedangkan prosedur pengambilan responden dengan menggunakan metode Pengambilan Subjek Berdasarkan Teori, atau Berdasarkan Konstruk Operasional. Pada dasarnya, jumlah responden dalam penelitian kualitatif tidak dapat ditentukan secara tegas di awal penelitian (Poerwandari, 2001). Sedangkan menurut Banister dkk (Poerwandari, 2001), karena

Fenomena Jatuh Cinta pada

lebih fokus pada kedalaman dan proses, penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit. Pada penelitian ini, jumlah responden yang berpartisipasi adalah 4 orang. Sedangkan lokasi penelitian dilakukan di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan mengambil responden dari Program Studi tersebut. Prosedur penelitian yang dilakukan sebagai berikut : 1. Menuangkan hasil wawancara ke dalam transkrip secara verbatim. Selain itu juga dijabarkan hasil observasi terhadap tiap subyek. 2. Melakukan sorting data, dengan memilih data yang relevan dengan pokok permasalahan. 3. Data yang relevan dengan pokok permasalahan selanjutnya dikelompokkelompokkan (coding). Pengelompokan data dalam penelitian ini berada dalam empat kelompok atau empat tema utama yaitu: (1) Pandangan tentang cinta dan kaitannya dengan rasa suka (2) Perasaan dan perilaku cinta (3) Mengapa seseorang jatuh cinta (4) Pengaruh cinta 4. Setelah data dikodekan atau dikategorisasikan, dilakukan interpretasi atau analisis terhadap data terhadap data dari masing-masing responden berdasarkan empat tema utama permasalahan penelitian. 5. Menulis hasil akhir PEMBAHASAN 1. Pandangan tentang cinta Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh Masters dkk (1992), bahwa mendefinisikan cinta adalah tugas yang sulit. Selanjutnya Bowning (dalam Saks & Krupat, 1988) menyatakan bahwa cinta itu bersifat subjektif dan sangat tergantung pada pengalaman dan perasaan individu, sehingga definisi cinta itu sendiri akan tergantung kepada individu tersebut dan didasarkan pada pengalaman cinta itu sendiri. Namun demikian, elemen perhatian terhadap orang yang dicintai sangatlah penting (Liebowitz (dalam Wortman, 1999). Hal ini mungkin

51

PSIKOLOGIA • Volume I • No. 1 • Juni 2005

sesuai dengan definisi yang dikemukakan Robert Heinlein (dalam Masters dkk, 1992) bahwa cinta itu adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan individu yang dicintai tersebut sangat penting. Begitu pentingnya sehingga terkadang harus mengorbankan kepentingan dan kebutuhan diri sendiri agar kebutuhan pasangannya terpenuhi. Kebahagiaan pasangan itu sendiri dapat diberikan dalam bentuk perhatian. Demikian pula dari gambaran yang diberikan oleh responden dalam penelitian ini. Mereka mengakui pentingnya perhatian dalam cinta karena elemen ini merupakan satu elemen untuk mempertahankan cinta itu sendiri. Perhatian yang diberikan dapat berupa materi dan non materi. Selain elemen perhatian, rasa hormat juga diperlukan karena rasa hormat akan membuat individu menghargai identitas dan integritas orang yang dicintai. Penghargaan yang diberikan terhadap pasangan juga mengakibatkan individu tersebut dapat mengabaikan apa yang menjadi kekurangan dan kelemahan dari pasangannya tersebut. Bagi para responden, pendapat-pendapat dari pasangannya tampaknya lebih mudah untuk diterima, yang menunjukkan bahwa mereka memang menghargai orang yang dicintai. Semua responden memuat ketiga komponen cinta yang dikemukakan oleh Stenberg, yaitu keintiman, gairah, dan komitmen sehingga bentuk cinta yang dialami adalah Consummate Love. Hanya saja, kadar dari ketiga komponen ini tidak sama pada setiap responden. Hanya satu responden yang mengaku kalau ia mempunyai hasrat seksual terhadap pasangannya. Sementara yang lainnya mengaku bahwa mereka belum memikirkan hal tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena pengaruh budaya seperti yang dibuktikan oleh penelitian Hunt (dalam Sears dkk, 1994), bahwa pengalaman cinta akan berbeda dalam kebudayaan dan masa yang berbeda. Dari keempat responden, hanya satu yang mengaku tidak pernah menyentuh pasangannya secara fisik, walaupun keinginan itu ada dan diwujudkan dalam bentuk khayalan.

52

Rasa cinta yang mereka rasakan terhadap pasangannya juga mengandung rasa suka, namun cinta dan rasa suka itu adalah dua hal yang berbeda. Menurut para responden dalam penelitian ini, letak perbedaan utama adalah bahwa dalam rasa suka, tidak ada keinginan untuk memiliki orang yang disukai. Jika dilihat dari segi kualitas, perasaan suka sifatnya hanya sekilas saja, tidak mendalam seperti rasa cinta. Setiap berdekatan dengan orang yang dicintai, ada reaksi fisiologis yang muncul yang tidak pernah dirasakan jika berdekatan dengan orang yang disukai. 2. Perasaan dan perilaku cinta Setiap responden mengakui kalau mereka mengalami perasaan-perasaan cinta baik itu secara fisik dan psikologis. Reaksireaksi fisik yang muncul biasanya terjadi ketika mereka berdekatan atau bersentuhan dengan pasangannya. Reaksi-reaksi tersebut seperti jantung berdebar lebih keras, tangan menjadi dingin dan keringtaan, serta wajah yang memerah. Hal ini sesuai dengan penelitian Hendrick & Hendrick (1992). Selain sensasi fisik, adapula perasaanperasaan yang sifatnya psikologis. Perasaan yang mendominasi adalah perasaan bahagia, terutama bila berada dekat dengan pasangannya. Hal ini sesuai dengan poenelitian Kanin, Davidson, dan Scheck (dalam Sears dkk, 1994) bahwa salah satu perasaan yang dialami orang yang sedang jatuh cinta dalah adanya perasaan sejahtera yang kuat. Selain itu, adapula perasaanperasaan yang tidak menyenangkan yang memunculkan sejumlah emosi-emosi negatif seperti rasa marah, kesal, sedih, dan cemas. Para responden biasanya merasa cemburu apabila pasangannya terlihat dekat dengan wanita lain. Hal ini memunculkan keraguan mengenai pasangannya Sementara itu, ada perasaan ragu mengenai hubungan itu sendiri yang muncul seiring dengan permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini, permasalahan besar yang dialami oleh para responden adalah adanya perbedaan agama (1 responden) dan hubungan yang tidak disetujui orangtua (2 responden).

Juliana Irmayanti Saragih, Irmawati

Mahasiswi

Kebingungan mengenai perasaan mereka muncul ketika mereka merasa benci dan cinta sekaligus pada waktu yang bersamaan terhadap pasangannya. Masalah yang terjadi dalam hubungan tersebut memunculkan emosi-emosi negatif seperti rasa marah pada pasangannya, namun mereka heran karena perasaan cinta itu tetap ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan Berscheid & Fei (dalam Santrock, 1999) bahwa cinta itu mengakibatkan munculnya perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan seperti cemburu, keraguan, bingung terhadap perasaan sendiri, serta obsesi yang terus menerus terhadap pasangannya. 3. Mengapa seseorang jatuh cinta Sulit menentukan faktor apa yang membuat seseorang jatuh cinta dengan pasangannya. Namun keempat responden dalam penelitian ini mempunyai pendapat yang berbeda, yaitu ketertarikan fisik terhadap pasangannya (2 responden), ketertarikan pada sifat-sifat pasangannya (1 responden), sesuai dengan kriteria pria ideal yang diinginkan (1 responden). Penjelasan ini sesuai dengan penelitian Calhoun dan Acocella (1990) bahwa salah satu penyebab seseorang jatuh cinta adalah karena adanya daya tarik fisik. Ketertarikan pada pasangan muncul pada tahap awal hubungan. Para responden mengakui kalau pada tahap awal tersebut, perasaan yang muncul hanya ketertarikan saja, belum ada perasaan cinta. Kesamaan yang ada akan semakin memperkuat ketertarikan tersebut, karena kesamaan ini akan membuat mereka semakin merasa dekat dengan pasangannya. Hal ini juga dikemukakan oleh Sher (dalam Kail & Cavanaugh, 1999) dalam teori Assortative Matting, yang menyatakan bahwa orang bisa jatuh cinta karena adanya kesamaan dengan pasangannya. 4. Pengaruh Cinta Rubin (dalam Hendrick & Hendrick, 1992) menyatakan bahwa cinta akan mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku individu. Keempat responden dalam penelitian ini mengakui bahwa ketika mereka jatuh cinta, muncul perasaan-perasaan

Fenomena Jatuh Cinta pada

tertentu berupa pengalaman fisik maupun psikologis yang berkaitan dengan orang yang dicintai itu sendiri. Sementara itu, jika dilihat pengaruh cinta terhadap orang-orang di sekeliling responden, hanya satu responden yang menyatakan bahwa ketika ia jatuh cinta, waktu yang dihabiskannya bersama temantemannya menjadi berkurang, bahkan terjadi pertentangan antara ia dan teman-temannya karena mereka tidak suka dengan pasangannya. Sedangkan pengaruhnya pada aktivitas akademik, ada pengaruh terhadap konsentrasi dan motivasi. Para responden ini, terutama yang pasangannya berada dalam satu kampus, mengakui kalau setiap melihat pasangannya, konsentrasi mereka akan buyar. Tidak demikian dengan responden yang pasangannya tidak dalam satu kampus, hal ini tidak terlalu mempengaruhi konsentrasi mereka. Walaupun demikian, motivasi agar nilai-nilai akademis tidak jelek muncul karena didorong adanya rasa malu jika nilai mereka jelek atau prestasi akademis mereka di bawah pasangannya. Selain itu, kebahagiaan yang diperoleh ketika bersama pasangannya mengakibatkan para responden sering lupa waktu sehingga waktu yang seharusnya dapat dipakai untuk hal-hal lain termasuk yang berkaitan dengan aktivitas akademis itu sendiri menjadi berkurang. KESIMPULAN 1. Pandangan tentang cinta Menurut para responden, cinta merupakan suatu perasaan yang mengandung unsur-unsur perhatian, ketertarikan, dan penghargaan terhadap orang yang dicintai. Bentuk cinta yang dirasakan para responden jika mengacu pada teori Stenberg adalah Consummate Love, dimana di dalamnya terdapat tiga komponen cinta yaitu keintiman, gairah, dan komitmen yang kadarnya berbeda di tiap responden. Dalam cinta tersebut, ada rasa suka terhadap pasangannya, walaupun cinta dan rasa suka itu sebenarnya berbeda. 2. Perasaan dan perilaku cinta

53

PSIKOLOGIA • Volume I • No. 1 • Juni 2005

Pengalaman yang sifatnya fisik yang dirasakan para responden adalah jantung berdebar lebih keras, tangan yang dingin dan keringatan, serta wajah yang memerah. Perasaan yang sifatnya psikologis berupa perasaan senang, rasa cemburu, keraguaraguan, dan bingung terhadap perasaan sendiri. Perilaku mereka untuk menunjukkan rasa cintanya biasanya dalam bentuk verbal, memberikan perhatian berupa materi dan non materi, rela mengorbankan keinginannya demi pasangan dan berbagi fakta tentang dirinya 3. Mengapa seseorang jatuh cinta Dalam penelitian ini, hal-hal yang mempengaruhi para responden jatuh cinta dengan pasangannya adalah ketertarikan baik fisik maupun terhadap sifat pasangan, dan adanya kesamaan 4. Pengaruh cinta Cinta mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku para mahasiswi yang sedang jatuh cinta. Ketika mereka jatuh cinta, muncul perasaan-perasaan yang berupa pengalaman fisik dan psikologis. Selain itu ada juga pengaruhnya terhadap aktivitas akademis, yang dilihat dari segi konsentrasi dan motivasi. Dari segi konsentrasi, terlihat pengaruh negatif dimana mahasiswi yang sedang jatuh cinta sering tidak dapat berkonsentrasi pada saat mengerjakan tugas akademik apabila ia teringat pada pasangannya. Sementara, dari dalam diri mereka muncul motivasi untuk meningkatkan nilai akademis agar tidak merasa malu pada pasangannya apabila nilainya jelek. DISKUSI Para responden tidak dapat memberikan definisi tentang cinta, namun mereka dapat menggambarkan adanya unsurunsur tertentu dalam cinta seperti perhatian dan rasa hormat terhadap pasangannya. Selain itu mereka menambahkan adanya unsur ketertarikan dalam cinta itu sendiri. Menurut para responden, cinta itu harus

54

diawali dengan rasa suka, dan rasa suka ini perlahan-lahan berkembang menjadi cinta. Hal ini menjadi temuan baru yang dapat dilihat dalam penelitian ini. Penelitian Stenberg menyatakan bahwa rasa suka merupakan bagian dari bentuk cinta dan mempunyai makna yang berbeda. Penelitian lainnya dilakukan oleh Rubin yang menyatakan bahwa cinta dan rasa suka adalah dua hal yang berbeda karena dalam rasa suka tidak terdapat unsur gairah yang mendalam, harapan untuk memberi, dan ikatan yang eksklusif. Sehubungan dengan temuan baru ini, peneliti merasa perlu untuk memperlihatkan dinamika yang terjadi ketika para mahasiswi ini jatuh cinta. Pada awalnya yang terjadi adalah ketertarikan terhadap pasangannya. Ketertarikan ini sendiri muncul karena berbagai faktor yaitu karena pasangan tersebut sesuai dengan kriteria pria ideal yang telah ditetapkan, atau karena adanya kesamaan diantara mereka . Dari ketertarikan ini muncul rasa suka, yang perlahan-lahan berkembang menjadi rasa cinta. Ketika para mahasiswi ini telah merasakan cinta pada pasangannya, terjadi perubahan pada pikiran, perasaan dan tingkah laku mereka secara positif maupun negatif. Mereka juga dapat membedakan antara cinta dan rasa suka karena melihat perubahan-perubahan ini. SARAN 1. Diharapkan mahasiswi yang sedang jatuh cinta dapat mengantisipasi terutama terhadap pengaruh negatif dari cinta itu sendiri. 2. Individu secara umum maupun mahasiswi secara khusus yang sedang jatuh cinta harus tetap mengontrol dirinya, dengan cara tetap fokus pada tujuannya sebagai mahasiswi.

Juliana Irmayanti Saragih, Irmawati

Mahasiswi

Fenomena Jatuh Cinta pada

DAFTAR PUSTAKA

York:

Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Cet 1. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI

Calhoun, J.F., & Acocella, J.R. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Edisi 3. New York: McGraw-Hill, In

Putrini, Alfatiane. (2002). Pengambilan Keputusan Untuk Menikah dan Tidak Menikah Saat Masa Kuliah Pada Mahasiswi. (tidak diterbitkan) Depok: Fakultas Psikologi UI

Bhrem, Sharon. S. (1985). Intimate Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc Brigham, J. (1986). Psychology. McGraw-Hill Companies, Inc

New

Feldman, Robert. S. (1996). Understandign Psychology. Fourth Edition. New York: McGrawHill, Inc.

Rosyadi, K. (2000). Yogyakarta: LKiS

Cinta

dan

Keterasingan.

Goble, F.G. (1993). Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius

Saks, M.J., & Krupat, E. (1988). Social Psychology and Its Aplication. New York: Harper and Row, Publishers

Hendrick, S.S., & Hendrick, C. (1992). Liking Loving and Relating. Second Edition. California: Wadsworth, Inc

Santrock, J.W. (1999). Life-Span Development. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill Companies

Irmawati. (2002). Motivasi Berprestasi dan Pola Pengasuhan Pada suku Bangsa Batak Toba dan Suku Bangsa Melayu (Thesis). Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana UI

Sears, D. O., Freedman, J.L., & Peplau, L.A. (1994). Psikologi Sosial. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Kail, R.V., & Cavanaugh, J.C. (1991). Human Development A Life Span View. Stanford: Thom Son Learning, Inc Masters, W.H. dkk. (1992). Human Sexuality. Fourth Edition. New York: HarperCollinns Publisher Inc Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2000). Human Development. Eight Edition. New York: McGraw-Hill Companies

Stenberg, R.J. (1988). The Triangle of Love. New York: Basic Book, Inc Taylor, S.E. dkk. (2000). Social Psychology. Tenth Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc Wortman, C & Loftus, E. (1999). Psychology. New York: McGraw-Hill Companies (http://www.kawankuonline.com/artikel/30/edisi28/ps ikologi1.asp?subemenu=artikel)

55