CHAPTER I.PDF - REPOSITORY USU

Download Air memiliki pengaruh untuk melembutkan dan menenangkan tubuh. (Hamidin, 2010). Salah satu manfaat air putih adalah memperlancar sistem pen...

0 downloads 726 Views 278KB Size
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AIR Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk berbagai keperluan seperti: untuk minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri, pertanian, pembangkit tenaga listrik, untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun laut (Wardhana, 2001). Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung uap air sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001). Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang. Bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6% dan darah 83%. Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar 2,3 liter diproduksi menjadi urin. Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran darah. Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain untuk keperluan minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat, dan pembawa bahan buangan industri.(sutrisno, 2004)

Universitas Sumatera Utara

2.2 SUMBER-SUMBER AIR 2.2.1. Air Laut Air laut mempunyai rasa asin, karena mengandung garan NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum.(sutrisno,2004) Hampir 80% air yang berada di alam merupakan air laut. Air laut menentukan iklim dan kehidupan di bumi. Kadar dan komponen unsur di dalam air laut ditentukan sejumlah reaksi kimia, fisika dan biologi yang terjadi di laut. (Gabriel, 2001) 2.2.2. Air Atmosfir Air di atmosfer tersedia dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari proses evaporasi (penguapan), baik yang berasal dari laut, danau, sungai, tanah, bahkan dari permukaan tubuh makhluk hidup atau permukaan daun tumbuhan. Namun yang paling utama berasal dari laut. Setelah itu uap-uap air ini akan terkumpul dan membentuk awan. Pada saat awan-awan ini bergerak mengikuti pola angin, kelembapan udara menyebabkan suhu menjadi dingin selanjutnya uap-uap air akan terkondensasi menjadi tetes-tetes air dan jatuh sebagai air hujan atau salju. (http://rengkiik08.blogspot.com/2011/01/peranan-mikroorganisme-air) Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya sehingga air hujan menjadi tercemar. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan

Universitas Sumatera Utara

jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan juga mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipapipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun. (Sutrisno, 2004) 2.2.3. Air Permukaan Adalah air hujan yang turun kebumi dan mengalir dipermukaan sungai dan danau, dan sebagian air hujan diserap oleh tanah yang dapat muncul sebagai mata air. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, pelapukan batang-batang kayu, daun-daun, pencemaran industri kota dan sebagainya. Beberapa pencemaran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pencemarannya adalah merupakan pencemaran fisik, kimia dan bakteriologi. Air permukaan ada 2 macam yakni a. Air sungai b. Air rawa/danau. 2.2.3.1. Air Sungai Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pencemaran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3.2. Air Danau atau Rawa Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh alga (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2. Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengahtengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tidak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada pada permukaan rawa/telaga. 2.2.4. Air Tanah Menurut Sutrisno (2004), air tanah terbagi atas : 2.2.4.1. Air Tanah Dangkal Terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia ( garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai saringan. Di samping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.

Universitas Sumatera Utara

2.2.4.2. Air Tanah Dalam Terdapat sebuah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman ( biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis. Jika air tak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini. 2.2.4.3. Mata Air Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam. Hampir tidak berpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.

2.4. Unit-Unit Pengolahan Air 1. Bendungan Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai laut belawan yang berhulu di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi kecamatan Sunggal (Butir No. 4, 2006: 21). Untuk menampung air tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang panjang 25 m (sesuai dengan lebar sungai) dan tinggi 4 m. Pada sisi kanan bendungan , dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.

Universitas Sumatera Utara

2. Intake (Pemasukan Air Baku) Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan fine screen (saringan

halus), berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-

kotoran maupun sampah berukuran kecil terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk. 3. Raw Water Tank (RWT) atau Tangki Air Baku Raw water tank (bak pengendap) merupakan bangunan yang dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 23.3 m x 20 m, tinggi 5 m yang dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlate gate, sluice gate dan pintu bilas 2 buah. Raw water tank berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem sedimentasi (pengendapan). Di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal volume air baku pada 2 RWT memiliki ± 1.400 m3. Waktu pengendapan (detention time) untuk air baku yang akan diolah di RWT IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar menghasilkan air baku dengan turbidity yang lebih rendah. 4. Raw Water Pump (RWP) atau Pompa Air Baku Raw Water Pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas

Universitas Sumatera Utara

setiap pompa air baku. Kapasitas setiap pompa 110 l / detik dengan rata-rata 18 m memakai motor AC nominal daya 75 KW. Pada Raw Water Pump (RWP) dilakukan Prechlorination yang berfungsi mengoksidasi zat-zat organik, anorganik, dan mengendalikan pertumbuhan lumut (alga) juga menghilangkan polutan-polutan lainny 5. Clearator atau Clarifier (Proses Penjernihan Air) Bangunan Clearator terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing 350 l/detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil olahan). Hasil clearator dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis. Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut: 1. Primary Reaction Zone 2. Secondary Reaction Zone 3. Return Reaction Zone 4. Clarification Reaction Zone 5. Concentrator. 6. Filter (Penyaringan) Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses penyaringan flok – flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak bertahan (lolos) dari clearator. Filter yang dipakai dengan pengolahan air di PDAM Tirtanadi

Universitas Sumatera Utara

Instalasi Sunggal adalah sistem penyaringan permukaan (surface filter). Media filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara paralel, menggunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter) berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter ini berfungsi untuk menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter. Dimensi tiap filter yaitu lebar 4,00 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m tinggi permukaan air maksimum 5,05 m serta tebal media filter 114 cm, dengan susunan lapisan sebagi berikut : 1. Pasir kwarsa, diameter 0,50 mm – 1,50 mm dengan ketebalan 61 cm 2. Pasir kwarsa, diameter 1,80 mm – 2,00 mm dengan ketebalan 15 cm 3. Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm 4. Kerikil sedang, diameter 6,30 mm – 10,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm 5. Kerikil sedang, diameter 10,00 mm – 20,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm 6. Kerikil kasar, diameter 20,00 mm – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air diatas media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) media filter oleh flok-flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang di supply dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk backwash untuk satu buah filter adalah 200-300 m dan backwash dilakukan 1 x 24 – 72 jam, tergantung pada lancar tidaknya penyaringan.

Universitas Sumatera Utara

7. Reservoir (Tempat Menampung Air Bersih) Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 7 m yang berfungsi untuk menampung air minum (air olahan) setelah melewati media filter. IPA Sunggal memiliki 2 buah reservoir (R1 dan R2) dengan kapasitas total 12.000 m3. Reservoir berfungsi untuk menampung air bersih yang telah disaring melalui filter dan juga berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir diinjeksikan klorin cair disebut postchlorination yang

bertujuan

untuk

membunuh

mikroorganisme

patogen.

Sedangkan

penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk menetralisasi pH air. 8. Finish Water Pump (FWP) atau Pemompaan Air Akhir Finish Water

Pump (FWP) Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal

berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas masing-masing 150 l/detik. 9. Sludge Lagoon (Empang Lumpur) Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke lagoon untuk di daur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di unit IPA Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan berupa Lagoon dengan kapasitas 10.800 m3.

Universitas Sumatera Utara

10. Monitoring System (Sistem Pengawasan) Metode pegawasan selama proses pengolahan di masing-masing unit kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku.

2.3. Syarat - Syarat Air Minum Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum (PAM) di kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya memenuhi syarat-syarat kualitas air minum (Ryadi, 1984).

Menurut Sutrisno (2004), dari segi kualitas air minum harus memenuhi 2.3.1. Syarat Fisik •

Air tidak boleh berwarna



Air tidak boleh berasa



Air tidak boleh berbau



Suhu air hendaknya di bawah udara sejuk (± 25o C)



Air harus jernih

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Syarat Kimia Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.

2.3.3. Syarat Bakteriologik Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batasbatas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah: •

Bakteri Thypsum



Vibrio colerae



Bakteri Dysentriae



Entamoeba hystolotica



Bakteri Enteritis (penyakit perut)

Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli. Menurut Gabriel (2001), syarat air minum standar Internasional ditunjukkan dalam tabel (1.1)

Universitas Sumatera Utara

Tabel (1.1) Syarat Air Minum Standart Internasional Diperkenankan

Maksimum (kelebihan)

Total solid

500 mg/l

1500 mg/l

Warna

5 unit

50 unit

Kekeruhan

5 unit

25 unit

Rasa

Tidak berasa

-

Bau

Tidak berbau

-

Besi (Fe)

0,3 mg/l

1 mg/l

Mangan (Mn)

0,1 mg/l

0,5 mg/l

Tembaga (Cu)

1,0 mg/l

1,5 mg/l

Zink (Zn)

5,0 mg/l

15 mg/l

Calsium (Ca)

75 mg/l

200 mg/l

Magnesium (Mg)

50 mg/l

150 mg/l

Sulfate (SO4)

200 mg/l

400 mg/l

Chlorida (Cl)

200 mg/l

600 mg/l

pH

7-8,5

Kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2

Magnesium dan sodium Sulfat Phenolic

substan

500 mg/l

(sebagai 0,001 mg/l

1000 mg/l 0,002 mg/l

phenol) Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4892/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum tertera pada lampiran 1.

Universitas Sumatera Utara

2.5. Logam Kromium Kata kromium berasal dari bahasa yunani (chroma) yang berarti warna. Dalam bahan kimia, kromium dilambangkan dengan Cr dan pertama kali ditemukan oleh Vagueline pada tahun 1797. Logam berat kromium (Cr) merupakan logam berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu tinggi, mengkilat, keras, bersifat paramagnetik, dan mempunyai bentuk senyawasenyawa berwarna. Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg. kromium yang ditemukan diperairan adalah kromium trivalent (Cr3+) dan kromium heksavalent (Cr6+), namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalent tidak ditemukan. Apabila masuk keperairan kromium trivalent akan di oksidasi menjadi kromium heksavalent yang lebih toxic. Dalam badan perairan, Kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Masuknya kromium yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktifitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga. (Widowati,w dkk dan palar.2008)

Universitas Sumatera Utara

2.5.1 Efek Toksik Logam Kromium Kromium merupakan mikronutrien bagi mahluk hidup, tetapi bersifat toksik dalam dosis tinggi. Kromium dibutuhkan untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Kromium bisa menyebabkan hiperglisemia, glikosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh, munculnya penyakit radiovaskuler, menurunnya jumlah sperma dan menyebabkan infertilitas. ( Widowati,W 2008). Logam kromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Logam ini ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur lain. Sebagai bahan mineral kromium paling banyak ditemukan dalam bentuk “kromit”. Kromium merupakan elemen yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan unsur esensial bagi manusia dan hewan pada konsentrasi yang rendah. Kromium tersedia sebagai kromium (III) yang dikenal dengan kromium trivalent dan kromium (VI) yang lebih dikenal dengan Kromium heksavalen yang beracun bagi manusia. (Stoeppler,M 1992). Logam

kromium

adalah

bahan

kimia

yang

bersifat

persisten,

bioakumulatif, dan toksik yang tinggi serta tidak mampu terurai dalam lingkungan. Sulit diuraikan, dan akhirnya diakumulasi dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Kromium heksavalent lebih toksik dibandingkan kromium trivalent, baik paparan akut maupun kronis.

Universitas Sumatera Utara

Kromium sebagai ion bervalensi enam bersifat karsinogenik pada saluran pernapasan kumulatif pada tingkat konsentrasi mg/l dalam air minum. Konsentrasi unsur ini dalam air minum yang melebihi standar maksimum yang ditetapkan kemungkinan dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada sistem pencernaan dan sistem pernapasan. (Palar, 2008) Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai standar oleh Depatemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l. angka ini sesuai dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service, maupun WHO European, maupun WHO Internasional. (sutrisno, 2004) 2.6 Teori Umum Kolorimetri Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metoda ini didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu larutan. Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik oleh ahli kimia. Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan ditambahkannya reagensia yang tepat, intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan menangani kuantitas yang diketahui dari zat itu dengan cara yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun komponen yang belum berwarna, namun dengan menggunakan reagen pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa berwarna yang merupakan fungsi dari kandungan komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti jumlah molekul zat penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini dijadikan dasar perhitungan. Kolorimetri terbagi atas 2 metoda yaitu : a) Kolorimetri visual Menggunakan mata sebagai detektor b) Kolorimetri Fotolistrik Menggunakan fotosel sebagai detektornya. Syarat metoda kolorimetri adalah harus berwarna. Jika larutan tidak berwarna

maka dilakukan dahulu pengomplekan dengan penambahan reagen

pewarna. Sedangkan syarat pewarnaan ini antara lain : -

Warna yang terbentuk harus stabil

-

Reaksi pewarnaan harus selektif

-

Larutan harus transfaran

-

Kesensitifannya tinggi

-

Ketepatan ulang tinggi

-

Warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi. (basset,1994) Asas dasar kebanyakan pengukuran kolorimetri terdiri dari pembandingan

warna yang dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tidak diketahui dengan

Universitas Sumatera Utara

warna yang sama yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan itu. Pembandingan kuantitatif kedua larutan itu pada umumnya dapat dilakukan oleh salah satu dari beberapa metode. Dan metode yang digunakan pada metode ini adalah metode fotometer fotolistrik. 2.6.1 Metode Fotolistrik. Dalam metode ini, mata manusia digantikan oleh suatu sel fotolistrik yang sesuai, sel ini digunakan untuk mengukur langsung intensitas cahaya, dan dengan demikian absorbsinya. Instrumen yang menggunakan sel fotolistrik mengukur penyerapan cahaya dan bukan mengukur warna zat. Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya. Instrumen-instrumen ini tersedia dalam sejumlah bentuk yang berlainan yang menggunakan satu atau dua fotosel. Disini kedua fotosel itu yang disinari oleh sumber cahaya yang sama, akan diperimbangkan satu terhadap yang lain lewat galvanometer, yaitu larutan uji ditaruh didepan satu sel dan pelarut murni didepan sel yang lain, dan selisih keluaran arus diukur, lalu dibaca hasil pengukurannya. (basset,1994)

2.7 Penetapan Kadar Logam Kromium secara Kolorimetri Logam kromium termasuk logam kelompok mikroelemen, sehingga jumlahnya sangat sedikit sekali dalam kondisi normal. Larutan kromium dapat diukur dengan menggunakan alat kolorimetri.

Universitas Sumatera Utara

Cara pengujian kadar kromium di dalam air dengan menggunakan alat kolorimetri fotolistrik. Kromium dan logam lain dalam sampel bereaksi dengan penambahan

Croma

Ver

3

yang

berisikan

acidic

buffer

dan

1,5

diphenylcarbohydrazide yang mrmberikan warna purple (ungu). Larutan sampel diukur dengan menggunakan kolorimetri.

Universitas Sumatera Utara