II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 RUMPUN DOMBA RUMPUN ADALAH

Download Domba Garut jantan umumnya memiliki bobot 60-80 kg dan bobot untuk domba betina hanya setengah dari bobot ... Ciri khas Domba Ekor Gemuk, b...

0 downloads 389 Views 129KB Size
II KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1

Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai

bentuk dan sifat keturunan yang sama.

Jenis domba di Indonesia biasanya

diarahkan sebagai domba pedaging karena pemanfaatan bulu domba untuk wol di Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya. Rumpunnya bisa berupa domba lokal atau hasil persilangan antara domba lokal dengan domba yang berasal dari negara lain (Bagus Harianto, 2012). 2.1.1

Domba Lokal Rumpun domba yang banyak diternakkan di Indonesia di antaranya

Domba Garut, Domba Priangan, Domba Ekor Tipis (Lokal), dan Domba Ekor Gemuk. Berikut karakteristik domba yang diternakkan di Indonesia. 1.

Domba Garut Domba Garut merupakan salah satu jenis domba unggulan.

Postur

tubuhnya yang besar dan kuat menjadikannya sebagai domba aduan di arena lomba.

Domba Garut jantan memiliki ciri khas, yaitu tanduknya besar dan

melengkung ke belakang.

Sementara domba betina, tidak memeliki tanduk.

Domba Garut jantan umumnya memiliki bobot 60-80 kg dan bobot untuk domba betina hanya setengah dari bobot jantan yaitu sekitar 30-40 kg. Domba ini juga adaptif atau mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (Bagus Harianto, 2012).

10  

2.

Domba Priangan Domba Priangan merupakan suatu bangsa domba yang khas dari daerah

Jawa Barat berasal dari persilangan tiga bangsa domba yaitu Merino, lokal, ekor gemuk. Karakteristik Domba Priangan diantaranya memiliki daun telinga yang umumnya lebar dan panjang lebih dari 8 cm, bentuk ekor ngabuntut bagong atau ngabuntut beurit (Heriyadi, 2011). Domba Priangan memiliki postur tubuh yang sama besar seperti Domba Garut. 3.

Domba Ekor Tipis (Lokal) Penamaan domba ini berasal dari bentuk ekornya yang tidak memiliki atau

sedikit cadangan lemak sehingga ekornya terlihat tipis. Domba jantan memiliki tanduk yang relatif kecil dan melingkar, sedangkan domba betina tidak bertanduk. Domba lokal yang banyak diternakkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara ini memiliki postur tubuh relatif kecil dibandingkan dengan domba lainnya. Pertambahan bobot Domba Ekor Tipis agak lambat, sekitar 90-100 gram per ekor per hari. Bobot badan domba jantan berkisar 30-50 kg, sedangkan betinanya 15-35 kg. Persentase karkasnya berkisar 44-49% (Bagus Harianto, 2012). 4.

Domba Ekor Gemuk Ciri khas Domba Ekor Gemuk, baik jantan maupun betina adalah bentuk

ekornya yang membesar akibat menyimpan timbunan lemak, tetapi bagian ujung ekornya mengecil. Ciri fisik lainnya dari Domba Ekor Gemuk adalah memiliki warna bulu yang putih bersih. Domba jantan dan betina umumnya tidak memiliki tanduk. Keunggulan Domba Ekor Gemuk sebagai domba pedaging di antaranya memiliki postur tubuh yang cukup besar. Bobot domba jantan mencapai 50-70 kg, sedangkan domba betina 30-40 kg.

Selain itu, pertumbuhannya relatif cepat

11  

dengan rata-rata pertambahan bobot badan 100-120 gram per hari (Bagus Harianto, 2012).

2.2

Usaha Penggemukan Domba Penggemukan umumnya merupakan suatu usaha utama yang dijalankan

oleh sebagian besar peternak domba. Tujuan dari penggemukan di antaranya untuk memenuhi permintaan daging domba yang tinggi di berbagai daerah. Prinsip utama penggemukan domba adalah meningkatkan bobot secara optimal dengan penggunaan pakan semurah mungkin dan meminimalisasi gerak domba (Bagus Harianto, 2012) Usaha penggemukan domba dapat dijalankan paling cepat dalam kurun waktu dua bulan dan paling lama empat bulan. Lamanya waktu penggemukan disesuaikan dengan permintaan pasar atau momen tertentu yang diincar, seperti Idul Adha (Bagus Harianto, 2012). Usaha

penggemukan

domba

secara

intensif

dapat

menghasilkan

penambahan bobot sekitar 100 gram per hari. Berarti dalam jangka waktu satu bulan, kenaikan bobot domba dapat mencapai minimum 3 kg. Penambahan bobot Domba Ekor Gemuk atau Domba Garut selama satu bulan pada penggemukan secara intensif bisa mencapai 4 kg.

Beberapa domba bahkan penambahan

bobotnya bisa lebih tinggi lagi (Bagus Harianto, 2012). 2.2.1

Menentukan Sistem Penggemukan Penggemukan domba dapat dijalankan dengan tiga metode, yaitu

penggemukan secara ekstensif atau umbaran, semi intensif, dan intensif. Masingmasing metode penggemukan yang diterapkan biasanya terkait dengan skala

12  

usaha. Berikut penjelasan berbagai sistem penggemukan domba (Bagus Harianto, 2012). 1.

Penggemukan Sistem Ekstensif atau Umbaran Sistem penggemukan domba secara umbaran dilakukan dengan cara

menggembalakan domba untuk mencari pakan sendiri.

Penggemukan domba

secara umbaran biasanya dilakukan peternak di desa-desa yang hanya memiliki beberapa ekor domba dan menjadikannya sebagai sumber penghasilan sampingan sambil

bertani

atau

melakukan

pekerjaan

lain.

Keunggulan

sistem

penggembalaan di antaranya memungkinkan peternak memperoleh biaya pakan yang rendah, serta efisien dalam hal waktu pemeliharaan dan penggunaan tenaga kerja (Bagus Harianto, 2012). 2.

Penggemukan Sistem Semi Intensif Sistem penggemukan secara semi intensif domba dikandangkan dan di

beri pakan dalam kandang menggunakan pakan utama berupa rumput. Untuk menambah nutrisi pakan bisa di tambah konsentrat. Semakin besar persentase konsentrat yang diberikan, pertumbuhn bobot domba akan semakin baik. Kelebihan usaha penggemukan domba dengan cara dikandangkan adalah jumlah pakan dapat dikontrol dan pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan per ekor domba. Selain itu, sistem ini dianggap lebih aman karena kemungkinan domba memakan bahan atau benda berbahaya tergolong sangat kecil (Bagus Harianto, 2012). 3.

Penggemukan Sistem Intensif Sistem penggemukan domba secara semi intensif dan intensif memiliki

kesamaan, yaitu domba sama-sama dikandangkan dan tidak digembalakan.

13  

Perbedaanya, pakan yang diberikan berupa konsentrat buatan pabrik tanpa pakan tambahan berupa pakan alami atau rumput. Penggunaan konsentrat sebagai pakan utama bertujuan agar penambahan bobot domba bisa dicapai secara optimal. Penggemukan domba secara intensif biasanya menggunakan kandang yang sesuai dengan kebutuhan domba.

Selain itu, berbagai perlengkapan kandang juga

disesuaikan agar kerja pengurus kandang menjadi lebih efisien (Bagus Harianto, 2012).

2.2.2

Memilih Bakalan Kualitas bakalan menentukan keberhasilan usaha penggemukan.

Jenis

domba potensial pedaging dari jenis domba lokal di antaranya Domba Ekor Gemuk, Domba Ekor Tipis, dan Domba Garut.

Syarat bakalan untuk

penggemukan menurut Bagus Harianto (2012), adalah sebagai berikut: 1. berbadan sehat 2. bulu halus, tidak kasar, dan tidak gimbal 3. umur kurang dari satu tahun 4. gigi susu belum ada yang tanggal 5. bobot berkisar antara 15-20 kg Dalam memilih domba bakalan, pilihlah domba yang tidak gemuk atau agak kurus, tetapi dalam kondisi sehat. Selain harganya murah, domba yang kurus juga diharapkan akan memperlihatkan compensatory growth (pertumbuhan kompensasi), sehingga konversi pakannya rendah yang berarti efisiensi pakan tinggi (Purbowati, 2009). Menurut Sodiq dan Abidin (2008), domba yang masih muda dan sehat tetapi

terlihat

kurus

masih

dapat

dipilih

untuk

bakalan

atau

bibit.

14  

Pertimbangannya adalah domba masih dapat tumbuh dan bobotnya dapat diharapkan bertambah dengan pemberian pakan yang lebih baik.

Sebaliknya

domba yang gemuk sudah tidak mungkin lagi mengalami pertumbuhan pesat, biasanya lemak punggungnya sudah tebal. Ketebalan lemak punggung dipercaya sebagai indikator kurus dan gemuknya domba.

2.3

Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu ciri dari adanya

pertumbuhan seekor temak.

Kecepatan pertumbuhan selalu berbeda-beda,

perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa, jenis kelamin, hormon, limgkungan dan pakan (Soeparno, 2005). Laju pertumbuhan mula-mula terjadi sangat lambat, kemudian cepat selanjutnya berangsur-angsur menurun atau lambat dan berhenti setelah mencapai kedewasaan, pertambahan bobot badan sangat cepat pada hewan yang relatif muda. Pertambahan bobot badan dapat diketahui dengan pengukuran kenaikan berat badan, yang dengan mudah dapat dilakukan lewat penimbangan berulang-ulang serta dicatat pertambahan bobot badan tiap hari, minggu, bulan, dan sebagainya (Murtidjo, 1990). Kenaikan bobot badan terjadi apabila pakan yang dikonsumsi ternak melebihi kebutuhan hidup pokok, maka kelebihan nutrien akan diubah menjadi urat daging dan lemak, sehingga pertambahan bobot badan tampak jelas (Williamson and Payne, 1993). Kenaikan bobot badan biasanya diketahui sebagai pertambahan bobot badan harian atau Average Daily Gain (Tillman dkk., 1991). Pertambahan bobot badan harian (PBBH) merupakan selisih antara bobot badan akhir dan awal dibagi waktu pemeliharaan.

15  

Secara umum, domba berada pada puncak pertumbuhan pada masa lepas sapih, yakni sekitar umur 4 bulan, sampai saat dewasa tubuh atau sekitar satu tahun, sehingga usaha penggemukan yang paling efektif adalah saat domba berada pada rentang umur tersebut. Pada masa pertumbuhan mencapai titik tertinggi, PBBH domba bisa mencapai 0,3 kg per hari. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat pertumbuhan domba-domba jantan cenderung lebih tinggi dibandingkan domba betina (Sodiq dan Abidin, 2008). Lebih cepatnya pertumbuhan domba jantan dan adanya larangan pemotongan domba betina yang masih produktif, menyebabkan hanya domba jantan yang digemukkan sebagai hewan pedaging. Sementara itu, betina afkir bisa digemukkan untuk dijadikan domba pedaging. Bangsa domba di Indonesia memiliki pertambahan bobot badan harian kurang dari 100 gram per hari. Rendahnya tingkat pertambahan bobot badan harian ini disebabkan oleh sedikitnya pakan yang tersedia dan mutu pakan yang relatif rendah (Bradford, 1993 yang dikutip oleh Hapsari, 2001).

2.4

Analisis Pendapatan Tunai Analisis pendapatan tunai bertujuan menggambarkan keadaan sekarang

suatu kegiatan usaha, serta menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan tunai memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha berhasil atau tidak.

Suatu usaha dikatakan

berhasil apabila kondisi atau keadaan pendapatannya memenuhi syarat-syarat berikut : (1) cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, termasuk biaya angkutan dan biaya administrasi, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran sewa dan pembayaran dana depresiasi (penyusutan), (3) cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau

16  

bentuk-bentuk lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah (Soeharjo dan Patong, 1973).

2.4.1

Pendapatan Tunai (Net Cash Income) Pendapatan tunai merupakan hasil selisih antara total penerimaan, total

biaya variabel, pajak dan asuransi keamanan.

Pendapatan dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain skala usaha, efisiensi penggunaan tenaga kerja, tingkat produksi yang dihasilkan, modal, pemasaran hasil dan tingkat pengetahuan peternak dalam menangani usaha peternakan.

Pendapatan usaha ternak

menggambarkan imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktorfaktor produksi kerja, pengelolaan dan modal yang diinvestasikan kedalam usaha tersebut. Analisis pendapatan tunai dapat memberikan bantuan untuk mengukur keberhasilan usaha dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha tani dalam satu tahun. Ditambahkan oleh Hernanto (1991), menyatakan bahwa petani ternak kurang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan prinsip ekonomi untuk meningkatkan pendapatannya. Beberapa prinsip yang perlu diketahui oleh petani ternak adalah penentuan perkembangan harga, penentuan cara berproduksi, pemasaran hasil, pembiayaan usaha, pengelolaan modal dan pendapatan.

2.4.2

Biaya Produksi Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang

dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahanbahan mentah yang digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut.

Biaya produksi yang dikeluarkan setiap

17  

perusahaan dapat dibedakan kepada dua jenis, yaitu biaya eksplisit dan biaya tersembunyi (imputed cost).

Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran

perusahaan yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktorfaktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan, sedangkan biaya tersembunyi adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Dalam menganalisis biaya produksi perlu dibedakan dua jangka waktu, (1) jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi dapat ditambah jumlahnya, dan (2) jangka panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan (Sukirno, 2010). Biaya produksi dalam kegiatan usaha atau proyek terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, bunga bank, asuransi, pajak, dan lain sebagainya.

Biaya tidak tetap (Variable Cost) adalah biaya yang jumlahnya

berubah jika hasil produksinya berubah. Termasuk dalam biaya ini adalah biaya pembelian domba bakalan dan biaya pakan. Biaya pembelian domba bakalan dikatakan sebagai biaya variabel, karena biaya tersebut sangat tergantung pada unit domba bakalan yang dibeli dan digemukkan. Menurut Ibrahim (2003) biaya tidak tetap ini dihitung setiap bulan dan tahun seperti biaya bahan baku, upah tenaga kerja langsung, dan biaya bahan penolong lainnya sesuai dengan rencana produksi yang telah disusun setiap tahunnya. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya tunai (Cash Expenses) dan biaya tidak tunai (Non Cash Expenses). Biaya tunai merupakan hasil dari total biaya

18  

variabel, asuransi, dan pajak, sedangkan biaya tidak tunai merupakan hasil dari total biaya tetap, depresiasi alat dan bangunan (Doll and Orazem, 1984).

2.4.3

Penerimaan

Penerimaan yang akan diperoleh dari suatu proses produksi dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah hasil produksi dengan harga produk per unit (Erwansyah, dkk. 2013). Hernanto (1991) menyatakan bahwa penerimaan usaha tani sebagai penerimaan dari semua sumber usaha tani yang meliputi jumlah penambahan investasi dan nilai penjualan hasil serta nilai penggunaan yang dikonsumsi rumah tangga. Dalam usaha penggemukan domba, total penerimaan diperoleh dari hasil penjualan domba yang digemukkan dalam periode waktu yang telah ditentukan perusahaan.