PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
POTENSI EKSTRAK LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta) UNTUK MENGENDALIKAN PERTUMBUHAN JAMUR (Collectotrichum capsici) PENYEBAB ANTRAKNOSA PADA CABAI MERAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh : Fransiska Apriyani NIM : 111434013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
POTENSI EKSTRAK LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta) UNTUK MENGENDALIKAN PERTUMBUHAN JAMUR (Collectotrichum capsici) PENYEBAB ANTRAKNOSA PADA CABAI MERAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh : Fransiska Apriyani NIM : 111434013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Ams 3 : 5 -6)
Kupersembahkan karyaku ini untuk : Bapak dan ibu, sebagai ungkapan hormat dan terimakasih Keluarga besar Virion 11 dan Pendidikan Biologi Almamater Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi Ekstrak Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta) untuk Mengendalikan Pertumbuhan Jamur (Collectotrichum capsici) Penyebab Antraknosa pada Cabai Merah”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar dengan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada beberapa pihak khususnya kepada: 1. Ibu Catarina Retno Herrani, M.Biotech selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing, meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi dengan penuh kesabaran. 2. Ibu Luisa Diana Handoyo, M.Si. dan ibu Ika Yuli Listyarini, M.Pd, selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan naskah skripsi ini. 3. Segenap dosen Pendidikan Biologi yang memberi dukungan dan saran selama proses penelitian skripsi ini, serta bimbingannya selama pendidikan. 4. Kedua orangtua, Bapak Fransiskus Suparno dan Ibu Bernadeta Prihartini yang memberikan dukungan dalam bentuk apapun, terlebih dalam doa, adik Stefanus Prasetyo serta keluarga besar yang memberikan doa dan dukungan.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
POTENSI EKSTRAK LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta) UNTUK MENGENDALIKAN PERTUMBUHAN JAMUR (Collectotrichum capsici) PENYEBAB ANTRAKNOSA PADA CABAI MERAH
Fransiska Apriyani Universitas Sanata Dharma 2015
Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran penting dan bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Upaya peningkatan produksi tanaman cabai tidak selalu berjalan lancar karena adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan penyakit yang disebabkan oleh jamur, salah satunya jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa. Penggunaan fungisida sintetik harus dikurangi dan digantikan dengan memanfaatkan ekstrak tanaman menjadi fungisida nabati yang lebih aman penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak lidah mertua dalam mengendalikan pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah serta mengetahui konsentrasi ekstrak lidah mertua yang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2015 di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. Tanaman lidah mertua diperoleh di sekitar kampus III Universitas Sanata Dharma. Jamur Collectotrichum capsici diperoleh dari Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman UGM. Pengujian yang dilakukan yaitu uji fitokimia ekstrak lidah mertua, pengujian ekstrak secara in vitro dan pengujian secara in vivo. Data pengujian ekstrak diolah dengan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji DNMRT 5%. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak lidah mertua mengandung senyawa saponin dan tanin yang berpotensi dalam mengendalikan pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici. Ekstrak lidah mertua konsentrasi 100% paling efektif dalam menghambat pertumbuhan diameter koloni jamur dengan daya hambat sebesar 37%. Perendaman cabai merah pada ekstrak lidah mertua 100% juga menunjukkan intensitas serangan jamur yang rendah, yaitu sebesar 31%.
Kata kunci : ekstrak lidah mertua, cabai merah, Collectotrichum capsici, daya hambat, intensitas serangan
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT THE POTENTIAL OF LIDAH MERTUA EXTRACT (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta) TO CONTROL THE GROWTH OF FUNGI (Collectotrichum capsici) WHICH CAUSES ANTRACHNOSE ON RED CHILI
Fransiska Apriyani Sanata Dharma University 2015
Chili is one of the important vegetable commodities and has high economic value in Indonesia. Some efforts to increase the production of chili plants do not always go smoothly because of the attack of plant pests (OPT) and diseases caused by fungus. One of the fungus which causes anthracnose is Collectotrichum capsici. The use of synthetic fungicides has to be reduced and should be replaced by utilizing plant extracts to be vegetable fungicide which is safer. This research aims to determine the potential of lidah mertua extract in controlling the growth of Collectotrichum capsici fungi which causes anthracnose on red chili and to determine the effective concentration of lidah mertua extract in inhibiting the growth of Collectotrichum capsici fungi which causes anthracnose on red chili. This research is a pure experimental research with a Completely Randomized Design (CRD). This research was conducted from March until May 2015 in Biologi Education Laboratory Sanata Dharma University. Lidah mertua plant was acquired in Sanata Dharma University. Collectotrichum capsici fungus are obtained from the Laboratory of Plant Pests and Diseases UGM. Tests were done of the phytochemical test of lidah mertua extracts, in vitro and in vivo testing. Extract test data was processed by Anova and was continued with DNMRT 5%. The results of Phytochemical test show that lidah mertua extract contains saponins and tannins which are potential to control the growth of Collectotrichum capsici fungi. One hundred precent (100%) concentration of lidah mertua extract is the most effective in inhibiting the growth of the diameter of fungal colonies with 37% inhibition power. The soaking red chili in 100% lidah mertua extract also shows low intensity of fungal attack, which is amounted to 31%. Key words : lidah mertua extracts, red chili, Collectotrichum capsici, inhibition, intensity of fungal attack
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................................... ix ABSTRACT .......................................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4 C. Batasan Masalah........................................................................................... 5 C. Tujuan .......................................................................................................... 5 D. Manfaat ....................................................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Cabai Merah (Capsicum annuum L.) ........................................................... 7 1. Klasifikasi dan Morfologi ........................................................................ 7 2. Kandungan Gizi dan Manfaat .................................................................. 9 3. Hama dan Penyakit ................................................................................. 10 B. Penyakit Antraknosa ................................................................................. 12 C. Jamur Penyebab Antraknosa (Collectotrichum capsici) ............................ 13
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Antifungi ................................................................................................... 15 E. Upaya Pengendalian Antraknosa dengan Fungisida .................................. 16 F. Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) ...................................................... 18 1. Klasifikasi dan Morfologi ...................................................................... 18 2. Potensi Daun Lidah Mertua .................................................................... 21 G. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 23 H. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 24 I.
Hipotesis .................................................................................................... 25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 26 B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 26 C. Definisi Operasional................................................................................... 26 D. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 27 E. Alat dan Bahan ........................................................................................... 27 F. Langkah Kerja ............................................................................................ 28 1. Observasi Lapangan ............................................................................... 28 2. Persiapan Alat dan Bahan....................................................................... 28 3. Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) ................................... 29 4. Identifikasi Jamur Collectotrichum capsici ............................................ 29 5. Pembuatan Ekstrak Lidah Mertua .......................................................... 29 6. Uji Fitokimia (Saponin dan Tanin) ........................................................ 30 7. Pengujian Ekstrak Lidah Mertua ............................................................ 31 G. Metode Analisis Data ................................................................................. 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Daun Lidah Mertua ................................................................. 35 B. Pembuatan Ekstrak Lidah Mertua .............................................................. 36 C. Identifikasi Karakter Morfologi Jamur Uji ................................................ 37 D. Uji Fitokimia Ekstrak Lidah Mertua ......................................................... 39
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E. Pertumbuhan Koloni dan Presentase Penghambatan C. capsici pada Uji in vitro ....................................................................................................... 40 F. Presentase Intensitas Serangan Antraknosa pada Cabai Merah pada Uji in vivo ........................................................................................................ 45 G. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 48
BAB V. KAITAN HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN .......49
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................ 50 B. Saran .......................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51 LAMPIRAN ......................................................................................................... 55
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Cabai Merah Segar per 100 gram ............................. 10 Tabel 2.2. Hama-hama Penting Tanaman Cabai Merah ....................................... 11 Tabel 2.3. Kadar Tanin (%) 6 Varietas Sansevieria trifasciata ............................ 22 Tabel 4.1. Karakteristik Makroskopis dan Mikroskopis Jamur C. capsici ....... ...37 Tabel 4.2. Diameter Pertumbuhan Koloni Jamur C. capsici ................................ 40 Tabel 4.3. Presentase Intensitas Serangan Antraknosa pada Cabai Merah ........... 45
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Cabai merah keriting .......................................................................... 7 Gambar 2.2. Cabai yang terkena antraknosa ......................................................... 12 Gambar 2.3. Karakteristik mikroskopis Collectotrichum capsisci ....................... 14 Gambar 2.4. Fungisida sintetik ............................................................................ 16 Gambar 2.5. Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta ................................ 21 Gambar 4.1. S. trifasciata var Hahnii medio picta yang digunakan ..................... 36 Gambar 4.2. Kultur murni Collectotrichum capsisci ............................................ 38 Gambar 4.3. Karakteristik mikroskopis C. capsisci.............................................. 38 Gambar 4.4. Hasil pengujian ekstrak .................................................................... 39 Gambar 4.5. Pertumbuhan koloni ......................................................................... 42 Gambar 4.6. Presentase daya hambat ekstrak lidah mertua terhadap pertumbuhan C. capsici ............................................................................................................... 43 Gambar 4.7. Intensitas serangan antraknosa pada cabai merah ............................ 47
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Statistik Pertumbuhan Jamur C. capsici ....................... 55 Lampiran 2. Perhitungan Presentase Daya Hambat Ekstrak Lidah Mertua terhadap Pertumbuhan C. capsici ................................................... 60 Lampiran 3. Perhitungan Intensitas Serangan Jamur C. capsici pada Cabai Merah ............................................................................................... 61 Lampiran 4. Uji Anova One Factor within Subject Design Intensitas Serangan pada Cabai Merah ........................................................................... 65 Lampiran 5. Dokumentasi Pembuatan Ekstrak Lidah Mertua ............................ 67 Lampiran 6. Dokumentasi Pengujian secara in vitro .......................................... 68 Lampiran 7. Dokumentasi Pengujian secara in vivo ............................................ 69 Lampiran 8. Silabus .............................................................................................. 70 Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .................................... 75 Lampiran 10.Lembar Kerja Siswa ........................................................................ 83 Lampiran 11 Penilaian Siswa ................................................................................ 88 Lampiran 12. Kisi-Kisi Soal, Soal dan Kunci Jawaban ....................................... 95 Lampiran 13. Bahan Ajar .................................................................................... 103
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Cabai merah merupakan salah satu komoditas utama hortikultura yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropika dan bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2007-2011 dalam Beranda Inovasi (2013), beberapa komoditas holtikultura yang paling banyak dikonsumsi adalah bawang merah (23.621/ons/kapita/tahun), cabai merah (14.965/ons/kapita/tahun), bawang putih (13.505/ons/kapita/tahun) dan cabai rawit (12.097/ons/kapita/tahun). Produktivitas cabai besar (cabai merah besar, cabai hijau besar, cabai merah keriting dan cabai hijau keriting) menurut Kementerian Pertanian (2015) yaitu sebagai berikut : No.
Tahun
Produktivitas (ton)
1
2010
807.160
2
2011
888.852
3
2012
954.310
4
2013
1.013.000
5
2014
926.000
Adanya penurunan produktivitas pada cabai yang disebabkan karena luas panen berkurang mengakibatkan inflasi pada tahun 2014. Kendala pasokan akibat pergeseran masa panen dan faktor cuaca yang menghambat produksi dan distribusi mengakibatkan kenaikan harga cabai merah dan beras di sejumlah daerah (Adiwilaga, 2015).
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Upaya peningkatan produksi tanaman cabai tidak selalu berjalan lancar, banyak mengalami hambatan dan kendala. Beberapa kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai adalah faktor varietas dengan daya hasil rendah, adanya penyakit yang umumnya disebabkan karena serangan bakteri, virus atau jamur dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yaitu hama dan gulma (Ripangi, 2012). Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta (2007) melaporkan bahwa hama pada tanaman cabai antara lain trips, kutu, tungau, ulat, lalat buah, dan wereng kapas. Sedangkan penyakit utamanya adalah rebah kecambah, bercak daun (Cercospora sp.), antraknosa (Collectotrichum sp.), layu fusarium (Fusarium oxysporum), layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), dan embun tepung (Leveillula taurica). Indonesia memiliki diversitas jamur yang sangat tinggi karena iklim yang lembab dan suhu tropis yang mendukung pertumbuhan jamur (Gandjar et al., 2006) dan diperkirakan lebih dari 8.000 jenis jamur dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan (Semangun, 2001). Salah satu penyakit pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur adalah penyakit antraknosa (patek) yang ditandai dengan bintik-bintik kehitaman dalam cincin yang konsentris. Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Collectotrichum sp. dapat menurunkan produksi dan kualitas cabai merah sebesar 45 – 60 % (Hidayat et al., 2004). Serangan jamur patogen ini dimulai pada buah yang masih muda, selanjutnya berkembang selama proses penyimpanan (pascapanen), terutama pada kondisi yang panas dan lembab. Hal ini mengakibatkan buah cabai menjadi busuk hingga mengering dan sangat menurunkan produktivitas dari buah cabai tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Upaya pengendalian penyakit antraknosa yang sering dijumpai sampai saat ini yaitu penggunaan fungisida sintetik, karena lebih praktis bila dibandingkan dengan cara pengendalian lain. Fungisida sintetik banyak digunakan oleh petani karena memiliki periode pengendalian panjang, cepat menurunkan penyakit, mudah dan praktis untuk digunakan dan disimpan, serta mudah untuk mendapatkannya (Syamsuddin, 2003). Namun demikian, pemakaian fungisida sintetik yang kurang bijaksana, mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sangat membahayakan kesehatan manusia. Efek residu fungisida dapat mematikan organisme lain bukan sasaran yang bermanfaat bagi kelangsungan ekosistem di alam. Manusia sebagai konsumen juga tidak lepas dari pengaruh negatif residu fungisida pada buah cabai yang dapat mengganggu kesehatan manusia, misalnya dapat merangsang pertumbuhan sel-sel kanker. Penggunaan fungisida sintetik sebagai pengendali penyakit tanaman harus ditekan sekecil mungkin untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Tindakan pengendalian penyakit antraknosa yang efektif dan aman sangat diperlukan untuk mengendalikan berkembangnya jamur Collectotrichum capsici (C. capsici) pada cabai merah. Dalam usaha meminimalkan pemakaian fungisida sintetik, perlu dicari suatu bahan yang bersifat alami yang bertindak sebagai fungisida tetapi tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan maupun manusia. Salah satu cara untuk mendapatkan fungisida alternatif yaitu dengan memanfaatkan ekstrak tanaman menjadi fungisida nabati yang lebih aman penggunaannya. Indonesia memiliki lebih dari 350.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi yang dapat menghasilkan berbagai produk yang salah satunya adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
metabolit sekunder dengan jumlah 100.000 dari 1.000.000 senyawa kimia (Surjadi, 2005). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fungisida nabati cukup efektif dalam mengendalikan berbagai jenis patogen yang terbawa benih secara in-vitro. Senyawa fenolik memiliki sifat antimikrobia, sedangkan tanin mampu menekan perkembangan jamur patogen (Christian et al., 2011). Menurut Afolayan et al. (2008) dalam Ulya (2012), lidah mertua mengandung senyawa fenol, proantosianidin, dan flavonoid yang berpotensi terhadap antibakteri dan antioksidan. Penelitian Aprilia (2014) menunjukkan bahawa perasan daun lidah mertua memiliki daya anti bakteri pada Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeuroginosa. Lidah mertua juga mengandung suatu senyawa saponin tipe steroid serta tanin yang memiliki efek antijamur (Pradipta, 2011). Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian tentang uji beberapa konsentrasi dari ekstrak lidah mertua (Sansevieria trifasciata) untuk pengendalian pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada buah cabai merah. Konsentrasi ekstrak lidah mertua yang mampu untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada buah cabai dapat digunakan sebagai biofungisida yang aman, efektif, dan ramah lingkungan.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak lidah mertua (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta)
berpotensi
dalam
mengendalikan
pertumbuhan
Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah ?
jamur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
2. Berapakah konsentrasi ekstrak lidah mertua (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta) yang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah ?
C. Batasan Masalah 1. Tanaman lidah mertua yang digunakan dalam pembuatan ekstrak yaitu bagian daunnya yang sudah tua. Lokasi pemilihan daun lidah mertua tidak banyak terpapar polusi udara agar lebih efektif sebagai antijamur. 2. Pengujian senyawa saponin dan tanin yang terdapat pada tanaman lidah mertua dilakukan dengan uji fitokimia (secara kualitatif). 3. Pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici pada uji in vitro diamati selama 5 hari dengan melakukan pengukuran diameter koloni jamur, sedangkan pada uji in vivo dilakukan pengamatan intensitas serangan jamur pada buah cabai merah sampai kategori serangan antraknosa 50 %. 4. Penyakit antraknosa dalam penelitian ini yaitu penyakit yang memiliki gejala awal berupa bintik-bintik kecil yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit melekuk, dan menyerang bagian buah pada cabai merah.
D. Tujuan 1. Mengetahui potensi ekstrak lidah mertua (Sansevieria trifasciata var Hahnii
medio
picta)
dalam
mengendalikan
pertumbuhan
Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah.
jamur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
2. Mengetahui konsentrasi ekstrak lidah mertua (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta) yang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah.
E. Manfaat 1. Bagi Masyarakat Masyarakat dapat mengetahui potensi tanaman lidah mertua untuk mengendalikan jamur Collectotrichum capsici. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat digunakan masyarakat dalam pengembangan ekstrak menjadi suatu biofungisida yang aman untuk mengendalikan antraknosa pada cabai merah, sebagai pengganti fungisida sintetik. 2. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu Biologi dalam pemanfaatan lidah mertua untuk mengendalikan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah. 3. Bagi Guru Biologi dan Siswa Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran maupun acuan sumber belajar yang berkaitan dengan materi jamur, baik struktur, ciri-ciri maupun peranannya. Siswa dapat mengetahui pula upaya pengendalian penyakit yang disebabkan jamur, khusunya antraknosa pada tumbuhan. Dengan demikian diharapkan dapat memotivasi dalam membuat suatu penelitian sederhana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Cabai Merah ( Capsicum annuum L.) 1. Klasifikasi dan Morfologi Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Cabai merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi di Indonesia. Cabai merah mempunyai berbagai jenis kultivar, yaitu: cabai merah biasa, cabai merah keriting, cabai merah bandung dan cabai merah cakra (Miskun, 2013).
Gambar 2.1. Cabai merah keriting Menurut Poulos (1994),
klasifikasi tanaman cabai merah adalah
sebagai berikut :
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Kingdom : Plantae Divisi
: Spermatophyta
Class
: Angiospermae
Ordo
: Dicotyledonae
Family
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Spesies
: Capsicum annuum L.
Cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Harpenas, 2010). Batang utama cabai tegak dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan (Hewindati, 2006). Daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing (oblongus acutus), tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,5 - 12 cm, lebar 1 - 5 cm, berwarna hijau (Hewindati, 2006). Bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil, umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina (Hewindati, 2006). Buah cabai merah umumnya berbentuk memanjang berkisar antara 5 – 25 cm. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Bijinya berwarna kuning kecokelatan, dan berbentuk pipih. Cabai yang banyak bijinya akan semakin pedas rasanya. Cabai merah keriting rasanya relatif lebih pedas daripada cabai merah besar (Tjahjadi, 1991)
2. Kandungan Gizi dan Manfaat Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A dan C), zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan. Jika seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata (Priyadi, 2015). Cabai merah juga mengandung gizi dan vitamin yang berguna bagi tubuh, seperti yang terlihat pada tabel 2.1 (Agromedia, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Cabai Merah Segar per 100 gram No
Kandungan Gizi
Satuan
1
Air
90,9 %
2
Kalori
3
Protein
1,0 g
4
Lemak
0,3 g
5
Karbohidrat
7,3 g
6
Serat
1,6 g
7
Vitamin A
8
Thiamin
0,05 mg
9
Riboflavin
0,06 mg
10
Niasin
11
Vitamin C
18,0 mg
12
Kalsium
29,0 mg
13
Fosfor
24,0 mg
14
Besi
31,0 kal
470 IU
0,9 mg
0,5 mg
Buah cabai dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan, baik untuk masak memasak maupun ramuan obat tradisional. Manfaat cabai merah antara lain : mengobati rematik, mengobati bisul, mencegah stroke, mengatasi katarak,
mengobati
sariawan,
dan
menambah nafsu
makan.
Cabai
menghasilkan vitamin C (lebih banyak daripada jeruk) dan provitamin A (lebih banyak daripada wortel) yang sangat diperlukan bagi tubuh.
3. Hama dan Penyakit Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai antara lain: iklim, tanah, air, dan faktor biotik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
seperti gangguan hama dan penyakit, serta tumbuhan pengganggu. Salah satu kendala rendahnya hasil produksi cabai adalah adanya gangguan dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT), khususnya hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit tersebut dapat mengakibatkan penurunan produksi bahkan sampai mengakibatkan gagal panen. Menurut Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta (2007), banyak jenis hama yang menyerang tanaman cabai merah sejak dari persemaian sampai panen. Beberapa jenis hama utama tanaman cabai merah yaitu : Tabel 2.2. Hama-Hama Penting Tanaman Cabai Merah Fase Pertumbuhan Persemaian atau sebelum tanam
Nama Umum
Nama Ilmiah
1. Trips 1. Trips parvispinus 2. Kutu daun persik 2. Myzus persicae 3. Tungau teh kuning 3. P. latus Fase vegetatif 1. Ulat tanah 1. Agrotis ipsilon 2. Gangsir 2. B. portentotus 3. Uret 3. Phylophaga spp. Fase vegetatif dan 1. Ulat grayak 1. Spodoptera litura fase generatif 2. Ulat bawang 2. S. exigua 3. Kutu daun persik 3. M. persicae 4. Trips 4. T. parvispinus 5. Tungau teh kuning 5. P. latus 6. Kutu kebul 6. Bemisia tabaci 7. Wereng kapas 7. E. lybica 8. Lalat penggorok daun 8. Lhuidobrensis Fase generatif 1. Ulat buah tomat 1. Helicoverpa armigera 2. Lalat buah 2. Bactrocera dorsalis Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Sedangkan penyakit utama pada cabai merah adalah rebah kecambah (Phytium spp.), bercak daun (Cercospora sp.), antraknosa (Colletotrichum sp.), layu fusarium (Fusarium oxysporum), layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), busuk daun (Phytopthora capsici), dan embun tepung (Leveillula taurica).
B. Penyakit Antraknosa Indonesia memiliki diversitas jamur yang sangat tinggi karena iklim yang lembab dan suhu tropik yang mendukung pertumbuhan jamur (Gandjar et al., 2006). Di antara 100.000 jenis jamur, sekitar 50 jenis menyebabkan penyakit pada manusia, sekitar 50 jenis menyebabkan penyakit pada pada hewan dan diperkirakan lebih dari 8.000 jenis jamur dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan (Semangun, 2001). Salah satu di antaranya menyebabkan penyakit antraknosa. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman cabai karena dapat dapat menurunkan produksi dan kualitas cabai merah sebesar 45 – 60 % (Hidayat et al., 2004).
Gambar 2.2. Cabai yang terkena antraknosa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Penyakit antraknosa disebut juga patek atau busuk buah. Serangan lebih sering terjadi pada musim hujan. Bagian utama yang diserang adalah buah cabai, sehingga mengakibatkan buah busuk. Gejala serangan mula-mula terdapat bercak tak beraturan pada buah. Massa spora jamur berwarna merah jambu ke orange terbentuk dalam cincin yang konsentris pada permukaan bercak. Bercak ini agak terbenam dan berair. Busuk akan melebar dan kemudian muncul bisul-bisul atau titik-titik hitam (Rusli et al, 1997).
C. Jamur Penyebab Antraknosa (Collectotrichum capsici) Serangan antraknosa disebabkan oleh jamur dari marga Coletotrichum. Jamur ini mempunyai empat jenis utama yaitu C. gloeosporioides, C. acutatum, C. dematium dan C. capsici. Namun, lebih dari 90% antraknosa yang menginfeksi cabai diakibatkan oleh jamur Coletotrichum capsici (Syukur, 2007). Menurut Singh (1998), klasifikasi Collectotrichum spp. sebagai berikut : Divisio
: Ascomycota
Classis
: Pyrenomycetes
Ordo
: Sphaeriales
Familia
: Polystigmataceae
Genus
: Collectotrichum
Spesies
: Collectotrichum capsici Miselium terdiri dari beberapa septa, inter dan intraseluler hifa. Aservulus
berbentuk hemispirakel dengan ukuran 70-120 μm. Seta menyebar, berwarna coklat gelap sampai coklat muda, terdiri dari beberapa septa. Konidiofor tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
bercabang, massa konidia nampak berwarna kemerah-merahan. Konidia berada pada ujung konidiofor. Konidia berbentuk hialin, uniseluler, ukuran 17-18 x 3-4 μm. Konidia dapat berkecambah pada permukaan buah yang hijau atau merah tua. Tabung kecambah akan segera membentuk apresorium (Singh, 1998).
Konidia
(a)
(b)
Gambar 2.3. Karakteristik mikroskopis Collectotrichum capsisci : (a) sketsa (b) pengamatan mikroskop
Pertumbuhan awal jamur Colletotrichum capsici membentuk koloni miselium yang berwarna putih dengan miselium yang timbul di permukaan. Kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan akhirnya berbentuk aservulus. Aservulus ditutupi oleh warna merah muda sampai coklat muda yang sebetulnya adalah massa konidia (Rusli et al, 1997).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
D. Antifungi Salah satu upaya untuk melawan fungi adalah dengan menggunakan senyawa
yang bersifat
antagonis
(antifungi) sebagai
pengganggu
atau
penghambat. Antifungi merupakan senyawa yang digunakan untuk membasmi fungi. Istilah antifungi mempunyai dua pengertian, yaitu fungisida dan fungistatik. Fungisida didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat membunuh fungi, sedangan fungistatik merupakan senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan fungi tanpa mematikannya. Mekanisme kerja antifungi dibagi menjadi 4 cara, antara lain : 1. penghambatan sintesis dinding sel 2. penghambatan fungsi selaput sel 3. penghambatan sintesis protein 4. penghambatan sintesis asam nukleat Uji potensi antifungi adalah menguji suatu zat yang diduga mempunyai daya antifungi dengan memanfaatkan fungi sebagai indikator pengujian. Kegunaan uji antifungi adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas antifungi dalam menghambat atau membunuh fungi secara in vitro, diantaranya : pH lingkungan, besarnya inokulum, masa inkubasi, aktivitas metabolit mikroorganisme, stabilitas obat dan komponen pembenihan (Kristhana, 2001).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
E. Upaya Pengendalian Antraknos\a dengan Fungisida Pengendalian penyakit terutama yang disebabkan oleh jamur selama ini dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan fungisida. Cara pengendalian penyakit antraknosa dengan menggunakan fungisida memang lebih praktis bila dibandingkan dengan cara pengendalian lain. Fungisida sintetik banyak digunakan oleh petani karena memiliki periode pengendalian panjang, cepat menurunkan penyakit, mudah dan praktis untuk digunakan, mudah dan praktis disimpan, dan mudah untuk mendapatkannya (Syamsuddin, 2003).
Gambar 2.4. Fungisida sintetik Prabawati (1991) dan Prajnanta (2004) melaporkan fungisida prockloraz dan kombinasi benomyl dan mancozeb efektif untuk mengendalikan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh C. capsici. Fungisida “Petronil 75 WP” dengan bahan aktif klorotalonil 75% merupakan fungisida protektif berbentuk tepung yang dapat disuspensikan, berwarna putih, bekerja secara preventif dan kuratif untuk melindungi tanaman terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur. Fungisida ini dapat digunakan untuk mengatasi antraknosa pada cabai. Bahan aktif klorotalonil berperan sebagai fungisida inhibitor multi situs yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
mempengaruhi berbagai enzim dan proses metabolisme lainnya dalam jamur, menghambat perkecambahan spora, dan racun bagi sel membran jamur (Hikmah, 2012). Penggunaan fungisida sintetik yang berlebihan dan ketergantungan terhadapnya tidak memecahkan masalah penyakit tanaman tetapi menimbulkan masalah baru dan dampak negatif. Penggunaan fungisida sintetik yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, polusi lingkungan dan berkembangnya jamur patogen yang resisten terhadap fungisida. Untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan, dikembangkan fungisida bahan nabati yang diperoleh dari senyawa yang dihasilkan oleh tanaman. Fungisida nabati sudah dikenal dan digunakan masyarakat sejak dulu (Syukur, 2009). Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki biodiversity yang tinggi. Indonesia memiliki lebih dari 350.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi yang dapat menghasilkan berbagai produk yang salah satunya adalah metabolit sekunder dengan jumlah 100.000 dari 1.000.000 senyawa kimia. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan biokatifitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan tersebut atau lingkungan. Senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, golongan fenol, feromon, saponin, tanin, kuinon, dan sebagainya digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan,dan obat tradisional pada kehidupan sehari-hari (Zahara, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan fungisida sintetik yang sering disebut fungisida nabati atau biofungisida yang ramah lingkungan karena mudah terdegradasi sehingga tidak menimbulkan residu (Kardinan, 2002). Agens hayati maupun bahan alami yang berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai alternatif pengganti fungisida sintetik yang disebut fungisida nabati. Salah satu sifat fungisida nabati yaitu daya urai cepat dan tidak ada residu pada produk pertanian sehingga lebih aman dikonsumsi. Namun karena penurunan daya racun cepat, maka perlu diaplikasikan secara berulang-ulang.
F. Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) 1. Klasifikasi dan Morfologi Lidah mertua berasal dari Benua Afrika yang menyebar dari Somalia, Zimbabwe, Kenya, Afrika Selatan, hingga Madagaskar. Semua jenis lidah mertua umumnya didatangkan ke Indonesia melalui jalur perdagangan, serta eksplorasi para ahli botani dan para pecinta tanaman hias. Tanaman ini merupakan tanaman yang sangat toleran terhadap kekurangan air dan udara kering. Hal ini dikarenakan daunnya yang berdaging tebal mampu menyimpan banyak kandungan air (Tahir dan Sitanggang, 2008). Daun dari tanaman ini mengandung serat yang mempunyai sifat kenyal dan kuat yang disebut sebagai bowstringhemp dan banyak digunakan sebagai bahan membuat kain (Heyne, 1987).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Klasifikasi tanaman lidah mertua menurut Lingga (2009) dalam Pradipta (2011), yaitu : Kerajaan : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Bangsa
: Liliales
Suku
: Agavaceae
Marga
: Sansevieria
Jenis
: Sansevieria trifasciata Prain Tanaman lidah mertua merupakan sejenis herba tidak berbatang dan
mempunyai rimpang yang kuat dan tegak. Daunnya memiliki beberapa kategori yaitu silinder atau membulat penuh (S. cylindrica), setengah silinder (S. suffructicosa), segitiga tebal (S. ehrenberghii) dan bulat telur memanjang atau pendek (lanceolate) (S. masoniana, S. trifasciata, S. hahnii). Sansevieria merupakan tanaman monokotil sehingga memiliki akar serabut. Rhizome tumbuh menjalar di atas permukaan tanah atau tumbuh di dalam tanah. Bunga berumah dua dan biasanya berwarna putih atau sedikit keunguan (Tahir dan Sitanggang, 2008). Keragaman jenis Sansevieria cukup besar, dimana anggota genus ini mencapai 130-140 spesies. Di Indonesia, lidah mertua hampir dijumpai hingga pelosok daerah, hal ini karena tanaman mudah tumbuh dan jarang mati meskipun tidak dipelihara (Purwanto, 2006). Sansevieria memiliki keistimewaan yang jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya mampu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
bertahan hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang berbahaya (polutan), bahkan mampu menyerap 107 jenis sebagai penyerap polutan di daerah yang padat lalu lintas dan di dalam ruangan yang penuh asap rokok (Tahir dan Sitanggang, 2008). Beberapa varietas Sansevieria trifasciata yang ditemukan di Yogyakarta sebagai tanaman budidaya dan dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu Sansevieria trifasciata var Moonshine, Sansevieria trifasciata var Golden hahnii, Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta, Sansevieria trifasciata var Tiger stripe, Sansevieria trifasciata var Laurentii, dan Sansevieria trifasciata var Green tiger (Renny, 2011). Penelitian ini menggunakan salah satu varietas Sansevieria yaitu Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta. Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta merupakan kelompok herba berdaun pendek seperti bentuk roset. Akar serabut dan berwarna kecoklatan. Rhizome memanjang dan berwarna hijau muda, memiliki pangkal pelepah daun yang berwarna putih kehjauan, serta percabangan simpodial. Daun berbentuk oblongus, bentuk tepi daun rata dengan warna tepi hijau tua, ujung helaian daun berekor, warna dasar helaian daun hijau tua dengan perpaduan warna motif hijau muda. Permukaan atas dan bawah helaian daun halus, kenampakan permukaan atas helaian daun mengkilap sedangkan kenampakan permukaan bawah helaian daun tidak mengkilap, berupa alur tidak teratur dengan motif alur zigzag. Bunga berumah dua, berbau harum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
pada malam hari dan mampu bertahan sampai 7 hari. Biji masak setelah berumur 2-5 bulan dan bersifat diploid.
Gambar 2.5. Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta
2. Potensi Daun Lidah Mertua Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman Sansevieria trifasciata mengungkapkan bahwa tanaman ini memiliki banyak senyawa metabolit sekunder. Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daun dan rimpangnya. Kandungan kimia daun dan rimpang S. trifasciata yang telah dilaporkan adalah vitamin C, tanin, glukogalin, asam galat, asam elegat, korilagin, terchebin chebulagic acid, chebulinic acid, 3,6digaloilglukosa, mucid acid, abamagenin, phylembic acid dan emblikol (Hariana, 2008). Ekstrak daun S. trifasciata memiliki kandungan flavonoid, steroid dan alkaloid (Gitasari, 2011). Selain itu, mengandung senyawa saponin, kardenolin dan tanin (Dewitasari, 2009). Pada penelitian Sunilson (2009) dalam Aprilia (2014), ekstrak etanol dan air daun lidah mertua mengandung senyawa alkaloid, favonoid, saponin,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
terpenoid, tanin, protein dan karbohidrat. Ekstrak tersebut memiliki khasiat analgesik dan antipiretik yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dijadikan alternatif pengobatan untuk mengatasi demam dan inflamasi. Kandungan zat aktif tanaman lidah mertua adalah saponin yang memiliki efek antijamur, minyak esensial (Polifenol) dan flavonoid (Pradipta, 2011). Tanin merupakan suatu polifenol yang merupakan senyawa antara suatu metabolisme pada tanaman tingkat tinggi. Efek farmakologi tanin yaitu sebagai anti bakteri, anti virus dan anti jamur. Tanin mampu menghambat kerja enzim katalase yaitu enzim C-14 demethylase yang berfungsi memacu pembentukan ergosterol yang merupakan komponen utama membran plasma jamur. Jika fungsi enzim C-14 demethylase terganggu maka jamur tidak dapat mensintesis ergosterol, sehingga membran plasma tidak terbentuk dengan baik dan metabolismenya terganggu, akhirnya jamur mengalami kematian (Christian et al, 2011). Berdasarkan hasil pengujian Renny (2011), diperoleh informasi bahwa Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta mempunyai kadar tanin paling tinggi yaitu sebesar 0,1131 %. Kadar tanin dari enam varietas Sansevieria trifasciata adalah sebagai berikut : Tabel 2.3. Kadar Tanin(%) 6 Varietas Sansevieria trifasciata
Var Moonshin 0,0063
Var Golden hahnii 0,0177
Kadar Tanin (%) Var Var Hahnii Tiger medio picta stripe 0,1131 0,0173
Var Laurentii
Var Green tiger
0,0086
0,0063
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
G. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dalam upaya mengendalikan penyakit antraknosa pada cabai merah banyak dilakukan dengan memanfaatkan ekstrak suatu tanaman. Hasil penelitian Nurhayati (2011) menyimpulkan bahwa perendaman buah cabai dengan ekstrak daun sirih selama 20 menit merupakan perlakuan terbaik dalam menekan jamur patogen antraknosa. Penelitian Ali (2009) menyebutkan bahwa pemberian ekstrak daun mimba 15% dan 20% memberikan pengaruh dalam mengendalikan penyakit antraknosa pada buah cabai merah pasca panen. Konsentrasi ekstrak daun mimba 20% memiliki kandungan senyawa antifungi yang lebih banyak sehingga lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan koloni jamur C. capsici. Penelitian Aprilia (2014) menyebutkan bahwa perasan daun lidah mertua memiliki daya anti bakteri pada Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeuroginosa. Hasil pengujian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menunjukkan bahwa perasan daun lidah mertua mengandung flavonoid yang diperkirakan memberikan aktivitas antibakteri. Berdasarkan penelitian Gitasari (2011), daun lidah mertua dapat menghambat aktivitas antibakteri pada Staphylococcus aureus. Penelitian tersebut menunjukkan kandungan lidah mertua yaitu flavonoid, steroid dan alkaloid. Sedangkan penelitian Ulya (2012) menyebutkan bahwa lidah mertua mengandung senyawa-senyawa kimia penting seperti asam galat, steroid, flavonoid, tanin dan saponin yang berpotensi terhadap antibakteri dan antioksidan. Kandungan zat aktif tanaman lidah mertua yaitu saponin memiliki efek antijamur dan tanin mampu menekan perkembangan jamur patogen (Christian et al, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
H. Kerangka Berpikir Cabai merah merupakan tanaman hortikultura penting yang sudah dibudidayakan dan tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan sehari-hari dalam konsumsi rumah tangga. Selain sebagai penyedap masakan, cabai merah mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Budidaya cabai merah tidak lepas dari adanya kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai merah. Beberapa kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai merah adalah faktor varietas dengan daya hasil rendah, adanya penyakit dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu penyakit pada cabai merah adalah antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. Bagian utama yang diserang adalah buah cabai, sehingga mengakibatkan buah busuk (Haryoto, 2009). Upaya pengendalian penyakit antraknosa yang sering dijumpai sampai saat ini yaitu penggunaan fungisida sintetik. Namun demikian, pemakaian fungisida sintetik yang kurang bijaksana, mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sangat membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu, perlu adanya fungisida nabati yang dapat mengendalikan antraknosa dan aman bagi tanaman cabai merah. Penelitian Nurhayati (2011) dan Ali (2009) menyebutkan bahwa pemberian ekstrak tanaman seperti ekstrak daun sirih dan daun mimba pada cabai merah mampu mengendalikan penyakit antraknosa. Beberapa jenis tumbuhan mengandung senyawa aktif yang berfungsi sebagai anti jamur, misalnya senyawa saponin dan tanin. Senyawa saponin memiliki efek anti jamur dan senyawa tanin mampu menekan pertumbuhan jamur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
patogen (Christian et al., 2011). Senyawa saponin dan tanin dapat diperoleh dari tanaman lidah mertua (Ulya, 2012). Senyawa dalam tanaman lidah mertua tersebut
dapat
dimanfaatkan
untuk
mengendalikan
pertumbuhan
jamur
Colletotrichum capsici. Penelitian dilakukan dengan membuat ekstrak dari tanaman lidah mertua dan menguji adanya senyawa saponin dan tanin. Ekstrak lidah mertua tersebut selanjutnya
diujikan
untuk
mengetahui
daya
hambat
ekstrak
terhadap
pertumbuhan diameter koloni jamur Colletotrichum capsici pada media PDA (in vitro) dan intensitas serangan pada buah cabai merah merah (in vivo). Konsentrasi terbaik ekstrak lidah mertua yang mampu untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada buah cabai merah merah dapat digunakan sebagai biofungisida yang aman, efektif, dan ramah lingkungan.
I.
Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ekstrak lidah mertua (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta) memiliki potensi dalam mengendalikan pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah karena mengandung senyawa metabolit sekunder. 2. Konsentrasi ekstak lidah mertua (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta) yang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah adalah konsentrasi 100%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian tentang uji potensi antifungi ekstrak lidah mertua terhadap Collectotrichum capsici ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap (RAL).
B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
: konsentrasi ekstrak lidah mertua
2. Variabel terikat
: persentase daya hambat dan intensitas serangan
3. Variabel kontrol
: media PDA, waktu inkubasi, daun lidah mertua,
cara pembuatan ekstrak, buah cabai merah.
C. Definisi Operasional 1. Collectotrichum capsici adalah jamur uji yang memiliki miselium berwarna putih keabuan sampai hitam, dengan struktur miselium kasar yang diperoleh dari aboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, UGM. 2.
Ekstrak lidah mertua adalah ekstrak yang terbuat dari daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata var Hahnii medio picta) yang dihaluskan dengan penambahan aquades yang terdiri dari 5 konsentrasi perlakuan, yaitu 100%, 75%, 50%, 25% dan 5%.
26
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
3. Daya hambat adalah kemampuan ekstrak lidah mertua untuk menghambat pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici. 4. Intensitas serangan adalah tingkat perkembangan keparahan penyakit terhadap inang, dalam hal ini yaitu penyakit antraknosa pada buah cabai merah.
D. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret hingga Mei 2015. Pembuatan media, identifikasi jamur, pembuatan ekstrak dan pengujian ekstrak dilakukan di Laboratorium Pasteur Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma.
E. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cawan petri, baki plastik, pinset, mikropipet, pipet tip, cork borer, jarum enten, jarum ose, gelas ukur, gelas beker, erlenmeyer, tabung reaksi, lampu spritus, autoklaf, hotplate, stirrer magnetic, vortex mixer, blender, penyaring, laminar air flow cabinet, inkubator, gelas benda, gelas penutup, mikroskop, dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan yaitu : kultur murni Collectotrichum capsici yang diperoleh dari Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman UGM Yogyakarta, daun lidah mertua yang diperoleh di daerah kampus III USD, Paingan, Maguwoharjo Yogyakarta, buah cabai merah, fungisida sintetik sebagai kontrol positif, PDA (Potato Dextrose Agar), aquades steril, alkohol 70%, alumunium
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
foil, NaCl 1%, FeCl 1%, natrium hipoklorit, kertas saring, pewarna methylen blue, plastik transparan, dan kertas payung.
F. Langkah Kerja 1. Observasi Lapangan Meliputi kegiatan mengamati secara langsung buah cabai yang menunjukkan gejala antraknosa, untuk memperoleh beberapa informasi mengenai penyakit antraknosa pada cabai. Selanjutnya mengambil beberapa sampel cabai yang terkena antraknosa untuk dilakukan pengujian. Selain itu melakukan pengamatan tanaman lidah mertua yang akan digunakan.
2. Persiapan Alat dan Bahan Meliputi persiapan alat dan bahan yang digunakan. Alat yang akan digunakan untuk media tumbuh jamur disterilisasi terlebih dahulu yaitu dengan cara disemprot dengan alkohol 70%, dipanaskan di atas bunsen atau dilakukan sterilisasi dengan autoklaf selama ± 15 menit, tekanan 1 atm pada 121ºC. Bahan pembuatan ekstrak yaitu tanaman lidah mertua diperoleh di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dipilih yang memiliki kondisi baik. Bagian tanaman yang digunakan yaitu bagian daunnya yang segar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
3. Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) PDA sebanyak 39 gr dilarutkan dalam 1 liter aquades dan dipanaskan sampai semua terlarut secara homogen menggunakan hotplate dan stirrer magnetic. Media selanjutnya dituangkan dalam erlenmeyer dan disterilkan menggunakan autoklaf pada tekanan 1atm dengan suhu 1210C selama 10 menit.
4. Identifikasi Jamur Collectotrichum capsici Identifikasi jamur berupa identifikasi morfologi jamur dan identifikasi mikroskopis melalui pengecatan. Identifikasi morfologi melalui pengamatan kenampakan dari kultur yang diperoleh. Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan mengambil 1 ose jamur, diletakkan di tengah-tengah gelas benda dan dicampurkan dengan 1 tetes larutan methylen blue, kemudian ditutup dengan gelas penutup. Diamati dengan mikroskop
dan
didokumentasikan.
Hasil
pengamatan
selanjutnya
dicocokan dengan pustaka identifikasi jamur.
5. Pembuatan Ekstrak Lidah Mertua Daun lidah mertua yang sudah disortir (dipisahkan antara tanaman yang baik dan yang rusak) ditimbang sebanyak 100 gr, dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir. Daun disterilisasi dengan merendam dalam campuran 10 ml Natrium hipoklorit dan 3 liter aquades selama 15 menit. Daun kemudian dibilas, dipotong kecil-kecil dan dihaluskan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
penambahan 100 ml aquades. Dilakukan penyaringan sehingga diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 100%, kemudian dilakukan pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi 75%, 50%, 25% dan 5%. Ekstrak yang ditampung dalam erlenmeyer tersebut selanjutnya direbus dengan hotplate.
6. Uji Fitokimia (Saponin dan Tanin) Uji fitokimia yang dilakukan yaitu pengujian saponin dan tanin yang memiliki sifat sebagai antifungi. a) Uji saponin Ekstrak lidah mertua diambil sebanyak 1 ml, ditambahkan dengan 5 ml aquades dan dikocok selama 5 menit dalam tabung reaksi. Terbentuknya layer berupa busa setebal 1 cm pada bagian atas menunjukkan adanya saponin. b) Uji tanin Ekstrak lidah mertua diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Ditambahkan dengan 5 tetes larutan NaCl 1% dan 3 tetes pereaksi FeCl 1%. Tanin yang terhidrolisis memberikan warna biru tua atau hijau kehitaman.
7. Pengujian Ekstrak Lidah Mertua a) Pengujian in-vitro Pengujian dilakukan dengan menumbuhkan C. capsici pada media PDA yang telah dicampur dengan ekstrak lidah mertua sesuai konsentrasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
perlakuan. PDA cair sebanyak 10 ml dengan suhu ± 40ºC dituang ke dalam cawan petri, kemudian ditambahkan ekstrak lidah mertua sebanyak 0,5 ml. Cawan petri selanjutnya digoyang secara memutar (membentuk angka 8) agar tercampur merata. Campuran media dan ekstrak didiamkan hingga padat. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 100%, 75%, 50%, 25% dan 5%. Pada kontrol positif, media PDA dicampur dengan fungisida sintetik, sedangkan pada kontrol negatif tanpa penambahan ekstrak maupun fungisida. Miselium C. capsici diambil dengan cara memotong PDA yang ditumbuhi biakan murni C. capsici dengan pemotong media (cork borer) berdiameter 5 mm. Jamur tersebut diinokulasikan pada medium di bagian tengah cawan petri, kemudian diinkubasi pada suhu ruang. Tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 7 hari dengan mengukur pertumbuhan diameter C. capsici dan menghitung persentase daya hambat. Pengukuran diameter koloni dilakukan dengan membuat garis vertikal dan horizontal yang berpotongan tepat pada titik tengah koloni jamur pada cawan petri. Rumus pengukuran diameter yaitu : ∅v ∅h
Keterangan : D = diameter jamur C. capsici ∅v = diameter vertikal koloni jamur C. capsici ∅h = diameter horizontal koloni jamur C. capsici
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Sedangkan rumus persentase daya hambat terhadap pertumbuhan C.capsici menurut Marhaenis (2011), yaitu : Daya hambat =
Keterangan : ∅k = diameter koloni pada media kontrol ∅p = diameter koloni pada media perlakuan
b) Pengujian in-vivo Pengujian dilakukan dengan menginokulasikan jamur C.capsici pada buah cabai. Sebelum inokuasi jamur, pemukaan cabai disterilisasi dengan aquades steril dan dicelupkan dalam alkohol 70% selama 3 menit. Selanjutnya dibilas dengan aquades steril sebanyak 2 kali. Inokulasi dilakukan dengan cara menyuntikkan 0,1 ml suspensi jamur. Suspensi jamur diperoleh dengan mencampur miselium jamur dengan 10 ml aquades steril pada tabung reaksi, lalu diaduk dengan vortex mixer selama 5 menit agar spora menyebar dalam suspensi. Buah cabai yang telah diinokulasi dan dikeringanginkan selanjutnya direndam dalam ekstrak lidah mertua sesuai dengan konsentrasi perlakuan selama 5 menit. Pada kontrol positif, cabai direndam fungisida sintetik, sedangkan kontrol negatif tidak diberi perlakuan perendaman. Buah cabai selanjutnya diletakkan dalam baki plastik yang telah diberi alas kertas saring steril yang lembab, kemudian ditutup dengan plastik transparan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
yang diberi lubang. Tiap baki plastik perlakuan berisi 8 buah cabai yang disusun terpisah. Untuk menjaga kelembaban dalam baki, dilakukan penyemprotan dengan aquades. Baki-baki plastik disusun dan diinkubasi pada suhu ruang. Pengamatan
dilakukan
setiap
hari
setelah
tiap
perlakuan
menunjukkan gejala awal antraknosa. Penghitungan intensitas serangan dilakukan mulai saat pertama muncul gejala sampai didapat niai persentase serangan >50% pada perlakuan dengan interval pengamatan 2 hari. Rumus intensitas serangan yaitu :
IS = Keterangan : IS = Intensitas serangan n = jumlah buah dari tiap kategori serangan yang sama V = skor tiap kategori serangan N = jumlah buah yang diamati Z = skor serangan tertinggi Kategori serangan antraknosa pada cabai ditetapkan melalui skoring sebagai berikut : 0 = tidak ada bercak atau
3 = luas bercak 20 – 30 %
gejala
4 = luas bercak 30 – 40 %
1 = luas bercak 0 – 10 %
5 = luas bercak 40 – 50 %
2 = luas bercak 10 – 20 %
6 = luas bercak > 50 %
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
G. Metode Analisis Data Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan beberapa metode. Data identifikasi jamur penyebab antraknosa pada cabai disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Data pengujian kandungan saponin dan tanin dalam ekstrak lidah mertua dianalisis secara kualitatif berdasarkan perubahan warna. Data pengujian dihitung menggunakan rumus, dianalisis secara statistik dengan uji anova dan diuji lanjut dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Daun Lidah Mertua Tanaman lidah mertua (Sanseviera trifasciata var Hahnii medio picta) yang digunakan diperoleh di Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma. Lokasi ini dipilih karena tanaman sedikit terpapar oleh polusi udara. Hal ini perlu diperhatikan karena tanaman lidah mertua memiliki fungsi sebagai antipolutan yang menyerap racun, sehingga kurang baik apabila diolah menjadi alternatif fungisida. Identifikasi tanaman berdasarkan referensi dalam tinjauan pustaka dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah Sanseviera trifasciata var Hahnii medio picta. Tanaman lidah mertua yang digunakan memiliki daun pendek tebal dengan ujung meruncing, tepi daun rata dengan warna hijau tua, warna dasar helaian daun hijau tua dengan perpaduan warna motif hijau muda, dalam satu tanaman memiiki 6-9 daun. Permukaan atas dan bawah helaian daun halus, kenampakan permukaan atas helaian daun mengkilap sedangkan kenampakan permukaan bawah helaian daun tidak mengkilap, berupa alur tidak teratur dengan motif alur zigzag. Daun memiliki panjang 8-12 cm dan lebar 4-7 cm. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan pada penelitian ini benar Sanseviera trifasciata var Hahnii medio picta (gambar 4.1). Tanaman Sanseviera segar kemudian diambil dan dikumpulkan untuk pembuatan ekstrak.
35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
Gambar 4.1. S. trifasciata var Hahnii medio picta yang digunakan
B. Pembuatan Ekstrak Lidah Mertua Daun lidah mertua yang digunakan merupakan daun segar dan tidak melalui tahap pengeringan. Hal ini bertujuan agar kandungan senyawa yang terdapat dalam daun tidak berkurang akibat pengeringan. Daun lidah mertua yang sudah disortir (dipisahkan antara tanaman yang baik dan yang rusak) sebanyak 100 gr, dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran dan debu yang menempel. Daun disterilisasi dengan merendam dalam campuran Natrium hipoklorit dan aquades selama 15 menit. Hal ini bertujuan agar agen kontaminan yang terdapat di daun tidak mengganggu proses pengerjaan yang steril dalam penelitian. Daun yang sudah bersih, dipotong kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan blender dengan penambahan 100 ml aquades. Daun lidah mertua memiliki banyak serat, sehingga penghalusan daun menjadi partikel kecil akan mengoptimalkan
tersarinya
senyawa
dari
daun.
Selanjutnya
dilakukan
penyaringan sehingga diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 100%, kemudian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
dilakukan pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi 75%, 50%, 25% dan 5%. Ekstrak yang ditampung dalam erlenmeyer tersebut selanjutnya direbus dengan hotplate sampai mendidih. Perebusan bertujuan agar agen kontaminan yang masih terdapat di daun benar-benar mati. Gambar pembuatan ekstrak terdapat pada lampiran 5.
C. Identifikasi Karakter Morfologi Jamur Uji Kultur murni Collectotrichum capsici yang diperoleh dari Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman UGM diidentifikasi kenampakan morfologi dan mikroskopisnya. Hal ini bertujuan untuk memperkuat bahwa jamur uji yang digunakan adalah Collectotrichum capsici. Karakteristik Collectotrichum capsici menurut Agrios (2005) adalah sebagai berikut : Tabel 4.1. Karakteristik Makroskopis dan Mikroskopis Jamur C. capsici Karakteristik
Hasil Pengamatan
Morfologi Warna miselium Arah pertumbuhan Struktur miselium Hifa Konidiofor Konidia
Makroskopis Putih keabu-abuan sampai hitam Ke samping Kasar, timbul di permukaan -
Mikroskopis Hifa berwarna agak gelap dan tidak bersekat Tidak bercabang Berbentuk bulan sabit, bersel satu, tidak bersekat
Kultur murni Collectotrichum capsici yang digunakan pada awalnya memiliki warna miselium putih yang timbul di permukaan. Selanjutnya miselium jamur mulai berwarna keabuan sampai hitam, dengan struktur miselium kasar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
seperti kapas (gambar 4.2). Arah pertumbuhan jamur pada media PDA yaitu ke samping. Hasil subkultur Collectotrichum capsici pada media PDA di cawan petri menunjukkan karakteristik yaitu miselium berwarna putih seperti kapas, bentuk koloni bulat dengan tepi tidak rata dan warna balik koloni berwarna kecoklatan atau sedikit orange. Menurut Agrios (2005), jamur akan menjadi berwarna coklat kemerahan karena mengalami sporulasi setelah 5-7 hari.
Gambar 4.2. Kultur murni Collectotrichum capsici Kenampakan mikroskopis jamur diamati menggunakan mikroskop dengan pewarna methylen blue. Karakteristik mikroskopis jamur Collectotrichum capsici yaitu memiliki hifa berwarna agak gelap dan tidak bersekat, seta berwarna cokelat gelap, serta konidia berbentuk bulan sabit (gambar 4.3). a
b
Gambar 4.3. Karakteristik mikroskopik C. capsici (a) seta (b) konidia bulan sabit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
D. Uji Fitokimia Ekstrak Lidah Mertua Daun lidah mertua memiliki kandungan senyawa antara lain alkaloid, favonoid, saponin, terpenoid, tanin, protein dan karbohidrat (Sunilson, 2009 dalam Aprilia, 2014). Senyawa yang bersifat fungistatik yaitu tanin dan saponin. Saponin adalah salah satu golongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan triterpenoid mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloid dalam air dan membuih bila dikocok (Najib, 2011). Sedangkan tanin merupakan suatu polifenol yang merupakan senyawa antara suatu metabolisme pada tanaman tingkat tinggi Ekstrak lidah mertua cair memiliki warna hijau kekuningan. Pada pengujian saponin, terbentuk lapisan berupa busa setebal 1 cm pada bagian atas ekstrak (gambar 4.4a). Hal ini menunjukkan adanya kandungan saponin dalam ekstrak lidah mertua. Demikian pula hasil pengujian tanin pada gambar 4.4b, terlihat bahwa terdapat perubahan warna dari hijau kekuningan menjadi hijau pekat. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak lidah mertua mengandung senyawa tanin. a
b
Gambar 4.4 : Hasil pengujian ekstrak : (a) Hasil uji saponin (b) Hasil uji tanin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Adanya kandungan senyawa saponin dan tanin dari hasil uji fitokimia, secara kualitatif menunjukkan bahwa lidah mertua berpotensi dalam mengendalikan pertumbuhan jamur C. capsici karena memiliki sifat antifungi .
E. Pertumbuhan Koloni dan Persentase Penghambatan C. capsici pada Uji in vitro Pada uji in vitro dilakukan pengamatan pertumbuhan dan persentase daya hambat jamur C. capsici. Pengamatan pertumbuhan C. capsici dilakukan dengan mengukur diameter koloni pada media PDA selama 5 hari (gambar 4.5), selanjutnya menghitung persentase daya hambat. Perlakuan beberapa konsentrasi ekstrak lidah mertua memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jamur. Hasil uji lanjut DNMRT 5% (lampiran 1) pada diameter pertumbuhan koloni jamur C. capsici ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2. Diameter Pertumbuhan Koloni Jamur C. capsici Perlakuan ELM 100%
Diameter Jamur (cm) pada Hari ke 1 2 3 4 0,53 a 0,60 a 0,70 a 0,80 a
5 0,97 a
ELM 75%
0,58 ab
0,68 ab
0,85 ab
1,03 a
1,20 a
ELM 50%
0,62 ab
0,73 ab
0,90 ab
1,07 a
1,25 a
ELM 25%
0,63 b
0,78 b
0,93 b
1,15 a
1,35 a
ELM 5%
0,67 b
0,82 b
0,95 b
1,25 b
1,43 b
Kontrol (+)
0,65 b
0,77 b
0,88 ab
0,93 a
1,07 a
Kontrol (-)
0,72 c
0,92 c
1,12 c
1,37 b
1,60 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan menggunakan uji Duncan (α=5%)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Hasil yang diperoleh (Tabel 4.2) menunjukkan bahwa pada hari pertama sampai dengan hari ketiga setelah inokulasi, pertumbuhan diameter koloni Collectotrichum capsici pada ekstrak daun lidah mertua konsentrasi 100%, 75%, 50%, 25% dan 5%, serta kontrol positif (fungisida 75WP) berbeda nyata dengan kontrol negatif. Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan ekstrak lidah mertua dan fungisida sintetik dapat menekan pertumbuhan diameter jamur C. capsici. Hasil perhitungan diameter koloni C. capsici menunjukkan bahwa diameter C. capsici pada perlakuan ekstrak lidah mertua konsentrasi 100% dan 75% lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun, pada konsentrasi 50%, 25% dan 5% diameternya lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol positif (fungisida sintetik). Pada hari pertama dan kedua, terlihat bahwa aplikasi ekstrak lidah mertua (ELM) 75% dan 50% tidak berbeda nyata dengan ELM 100% maupun dengan ELM 25%, 5%, dan kontrol positif , tetapi berbeda nyata dengan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ELM 75% dan 50% memiliki kemampuan penghambatan jamur yang hampir sama dengan perlakuan lainnya, yaitu dapat setara dengan ELM 100% atau dengan ELM 25%, 5%, dan kontrol positif yang tidak berbeda nyata. Demikian pula pada hari ketiga, dimana aplikasi ELM 75% 50% dan kontrol positif yang tidak berbeda nyata dengan ELM 100% maupun dengan ELM 25% dan 5%, tetapi berbeda nyata dengan kontrol negatif. Pada hari keempat dan kelima, ELM 100%, 75%, 50%, 25% dan kontrol positif tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan ELM 5% dan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ELM 100%, 75%, 50%, 25% dan kontrol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
positif memiliki kemampuan yang sama dalam menekan petumbuhan koloni jamur C. capsici. Namun, terjadi penurunan kemampuan penghambatan ekstrak terutama pada ELM 5%, dimana tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif. Ekstrak lidah mertua 5% merupakan ekstrak dengan konsentrasi paling rendah, dengan campuran aquades yang lebih banyak dibandingkan perlakuan ekstrak yang lainnya. Daun lidah mertua mengandung kadar air dan serat yang sangat tinggi. Konsentrasi ekstrak yang rendah lebih banyak mengandung air dan sedikit mengandung senyawa antimikrobia mempengaruhi potensi ekstrak dalam menghambat pertumbuhan jamur. A
B
E
C
F
D
G
Gambar 4.5. Pertumbuhan koloni (A) ELM 100% (B) ELM 75% (C) ELM 50% (D) ELM 25% (E) ELM 5% (F) Kontrol positif (G) Kontrol negatif
Penghitungan persentase daya hambat selanjutnya dilakukan berdasarkan hasil pertumbuhan diameter koloni C. capsici (lampiran 2). Penghitungan persentase
daya
hambat
bertujuan
untuk
mengetahui
seberapa
besar
penghambatan ekstrak lidah mertua terhadap pertumbuhan diameter koloni C.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
capsici. Hasil penghitungan persentase daya hambat pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa persentase
daya hambat ekstrak lidah mertua terhadap
C.capsici yaitu antara 10% sampai 37%, sedangkan pada kontrol positif yaitu 25%.
Presentase daya hambat
40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% ELM 100%
ELM 75 %
ELM 50 %
ELM 25 %
ELM 5%
K+
Gambar 4.6. Persentase daya hambat ekstrak lidah mertua terhadap pertumbuhan C. capsici.
Menurut Pelzcar dan Chan (1988), suatu antimikroba dapat bersifat fungistatis
atau
fungitoksik.
Fungistatis
merupakan
keadaan
yang
menggambarkan kerja suatu bahan (fungisida) yang menghambat pertumbuhan fungi. Hal tersebut mungkin terjadi karena konsentrasi antimikroba yang diberikan terlalu rendah, sedangkan fungitoksik merupakan keadaan yang menggambarkan kerja suatu bahan yang menghentikan pertumbuhan fungi. Fungistatik dapat diubah menjadi fungitoksik dengan cara menaikkan konsentrasi suatu antimikroba sampai titik kritis, dimana fungi tersebut dapat dibunuh oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
fungisida tersebut, demikian sebaliknya. Kondisi serupa terjadi pada pemberian ekstrak lidah mertua terhadap C. capsici, semakin tinggi konsentrasi ekstrak lidah mertua yang diberikan maka pertumbuhan C. capsici akan semakin lambat. Berdasarkan analisis statistik (lampiran 2), pemberian ELM 100% memiliki daya hambat paling tinggi sebesar 37% dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan ELM 75%, 50% dan kontrol positif memiliki pengaruh yang sama dalam penghambatan jamur. Penghambatan pertumbuhan C. capsici oleh ekstrak lidah mertua dipengaruhi adanya senyawa saponin dan tanin yang bersifat sebagai antifungi. Tanin merupakan turunan polifenol. Mekanisme kerja turunan fenol adalah dengan mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel mikroba (Siswandono dan Soekardjo, 1995 dalam Komala, 2012). Aktifitas antimikroba dari saponin disebabkan sifatnya yang memiliki gugus polar (gula) dan non polar (terpenoid) sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan dinding sel mikroba dan mengganggu permeabilitas sel (Jawetz dkk., 1996 dalam Komala, 2012). Aktivitas senyawa antifungi yaitu tanin dan saponin dalam ekstrak lidah mertua mempengaruhi pertumbuhan diameter dari koloni jamur C.capsici, dimana jamur menjadi terganggu pertumbuhannya yang ditunjukkan dari diameter koloni yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil pengujian secara in-vitro ini menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak lidah mertua 100% memberikan efek daya hambat yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Ekstrak lidah mertua 100% mengandung lebih banyak senyawa antifungi, karena merupakan konsentrasi tertinggi dari ekstrak sehingga paling efektif dalam menekan pertumbuhan jamur C.capsici.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
F. Persentase Intensitas Serangan Antraknosa pada Cabai Merah pada Uji in-vivo Intensitas serangan C.capsici pada buah cabai merah setiap perlakuan diamati sampai serangan 50% (lampiran 3). Persentase intensitas serangan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3. Persentase Intensitas Serangan Antraknosa pada Cabai Merah Persentase Intensitas Serangan (%) pada
Rata-rata
Hari ke -
Intensitas
Perlakuan 3
5
7
Serangan (%)
9
ELM 100%
8
27
44
46
31 a
ELM 75%
10
33
44
46
33 ab
ELM 50%
33
48
60
60
50 ab
ELM 25%
35
53
63
63
54 ab
ELM 5%
40
54
63
65
56 ab
Kontrol (+)
6
27
46
48
32 a
Kontrol (-)
29
56
73
81
60 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan menggunakan uji Duncan (α=5%) Hasil yang diperoleh pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak lidah mertua 100% dan kontrol positif memiliki rata-rata intensitas serangan antraknosa yang lebih rendah dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan kontrol negatif. Rendahnya intensitas serangan ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi ekstrak lidah mertua 100% dapat mengendalikan serangan jamur C. capsici pada buah cabai merah secara lebih baik dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi yang lebih rendah. Hal ini dapat disebabkan karena pada konsentrasi yang lebih tinggi senyawa aktif yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
berfungsi sebagai pengendali jamur akan lebih banyak sehingga dapat mengendalikan serangan jamur C. capsici pada buah cabai merah, sehingga spora jamur tidak dapat berkecambah atau tidak mampu menginfeksi buah sehingga sekaligus dapat menurunkan intensitas serangan penyakit antraknosa pada buah cabai merah. Perlakuan kontrol positif dengan fungisida sintetik (Petronil 75WP) juga termasuk dalam kategori intensitas serangan yang rendah, yaitu 32%. Fungisida sintetik ini mengandung bahan aktif klorotalonil 75% yang berperan sebagai fungisida inhibitor multi situs yang mempengaruhi berbagai enzim dan proses metabolisme lainnya dalam jamur, menghambat perkecambahan spora, dan racun bagi sel membran jamur (Hikmah, 2012). Pemberian fungisida sintetik dalam penelitian ini dapat mengendalikan antraknosa, namun pengendaliannya sedikit lebih rendah daripada ELM 100%. Gejala serangan mula-mula terdapat bercak tak beraturan pada buah yang agak terbenam dan berair. Busuk akan melebar dan kemudian muncul bisul-bisul hitam. Buah cabai merah yang terkena serangan berat akan mengerut (Rusli et al, 1997). Hasil pengamatan buah cabai merah yang diinokulasikan jamur C. capsici menunjukkan ciri-ciri serangan yaitu timbul bercak-bercak keabuan yang tidak beraturan, kemudian membesar dan menghitam. Ada pula yang berwarna kecoklatan dengan pola melingkar. Buah semakin mengerut, berair, dan mulai terlepas dari tangkai. Penyebaran miselium dan spora C. capsici sangat cepat, sehingga pada beberapa cabai merah bagian tangkainya ditutupi oleh miselium jamur yang berwarna putih seperti kapas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A
B
E
C
F
47
D
G
Gambar 4.7. Intensitas serangan antraknosa pada cabai merah : (A) ELM 100% (B) ELM 75% (C) ELM 50% (D) ELM 25% (E) ELM 5% (F) Kontrol positif (G) Kontrol negatif
Menurut Suryotomo (2006), cabai merah yang tahan terhadap antraknosa bila diinokulasikan jamur pada saat berbuah maka menunjukkan respon yang sama seperti buah yang tidak tahan antraknosa. Oleh karena itu, buah cabai merah yang berjumlah 8 buah pada setiap perlakuan (gambar 4.7), semuanya terserang oleh antraknosa tetapi dengan kategori serangan yang berbeda. Kategori serangan dilihat dari luas bercak antraknosa yang muncul. Kategori serangan dengan skor 1 merupakan kategori serangan terendah dengan luas bercak 0–10 %, sedangkan kategori serangan tertinggi dengan luas bercak >50%. Cabai merah yang terkena serangan antraknosa pada setiap perlakuan rata-rata diawali dari bagian ujung buah, kemudian membesar dan menyebar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Pengujian statistika terhadap waktu inkubasi (lampiran 4) menunjukkan bahwa pada hari ke 7 dan 9 tidak berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa kemampuan ekstrak dalam mengendalikan antraknosa cabai merah sudah menurun sejak hari ke-7, sehingga tidak efektif lagi pada hari berikutnya. Pada tabel 2 terlihat bahwa intensitas serangan setiap harinya semakin bertambah. Aplikasi ekstrak yang dilakukan hanya satu kali tidak efektif untuk mengendalikan antraknosa pada cabai merah setelah hari ke-7. Oleh sebab itu, penggunaan ekstrak lidah mertua untuk mengendalikan antraknosa perlu diberikan secara berkala atau berulang agar memberikan efek yang lebih baik dalam mengurangi serangan antraknosa.
G. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu : 1. Cara ekstraksi pada pembuatan ekstrak lidah mertua dilakukan dengan cara sederhana yaitu melalui penghalusan, penambahan pelarut aquades dan perebusan. 2. Pengujian fitokimia ekstrak lidah mertua sebagai antijamur hanya pengujian senyawa saponin dan tanin. 3. Pengujian secara in vivo dilakukan pada buah cabai merah dalam skala laboratorium dan pemberian ekstrak hanya dilakukan satu kali, sehingga serangan antraknosa lebih cepat. 4. Ekstrak yang digunakan diperoleh dari satu jenis tanaman yaitu tanaman lidah mertua (Sanseviera trifasciata var Hahnii medio picta).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KAITAN HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak lidah mertua memiliki potensi untuk mengendalikan pertumbuhan jamur penyebab antraknosa pada cabai merah. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat diaplikasikan dalam pembelajaran Biologi kelas X yaitu pada materi Jamur dengan KD 3.6 Mengelompokkan jenis-jenis jamur berdasarkan ciri-ciri dan perannya bagi kehidupan melalui percobaan. Penelitian ini menggunakan jamur Collectotrichum capsici yang merupakan jamur mikroskopis dari divisi Ascomycota. Adanya pengamatan terhadap pertumbuhan jamur C. capsici ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi siswa mengenai salah satu jenis jamur yang ada di sekitar. Siswa dapat mengidentifikasi struktur, ciri dan peranan jamur tersebut bagi kehidupan melalui suatu pengamatan. Percobaan sederhana mengenai cara mengendalikan pertumbuhan jamur yang merugikan seperti C. capsici menggunakan ekstrak tumbuhan juga dapat dilakukan oleh siswa. Berdasarkan hasil penelitian, siswa juga dapat mengidentifikasi bahwa tumbuhan memiliki manfaat dan berpotensi dalam peningkatan kualitas tumbuhan yang lain, sehingga keanekaragaman flora di Indonesia tetap terjaga. Siswa juga dapat melaksanakan percobaan pembuatan ekstrak lidah mertua yang kemudian dikembangkan manfaatnya sesuai ide kreatif siswa dan potensi ekstrak lidah mertua. Silabus, RPP, LKS, penilaian siswa, soal serta bahan ajar terlampir pada lampiran 8 – 13.
49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Ekstrak lidah mertua memiliki potensi dalam mengendalikan pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah. 2. Konsentrasi ekstrak lidah mertua yang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Collectotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai merah adalah konsentrasi 100%, dengan daya hambat paling tinggi sebesar 37% dan intensitas serangan paling rendah sebesar 31%.
B. Saran 1. Adanya cara ekstraksi tanaman lidah mertua dengan metode lain sehingga ekstrak yang diperoleh mengandung senyawa yang lebih optimal. 2. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui senyawa aktif pada ekstrak lidah mertua yang berpotensi sebagai antifungi terhadap C. capsici. 3. Adanya penelitian pembuatan biofungisida dari ekstrak lidah mertua yang dapat langsung diaplikasikan pada tanaman cabai merah. 4. Adanya penelitian tentang formulasi ekstrak lidah mertua dengan ekstrak tumbuhan lain yang dapat mengendalikan antraknosa pada cabai merah.
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga, H., M. Cahyaningtyas, F. Leorisa, K. Rahmayani, A.P Rizkia, Deswita. 2015. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional. Laporan Nusantara. 10 (1). Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. 5th Ed. Academic Press. San Diego, USA. Agromedia. 2011. Petunjuk Praktis Bertanam Cabai. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Ali, M., Venita, Y., Rahman, B. 2009. Uji Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) untuk Pengendalian Penyakit Antraknosa yang Disebabkan Jamur Collectotrichum capsici pada Buah Cabai Merah Pasca-panen. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Riau. Riau. Aprilia, P. 2014. Daya Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi Etil Asetat, dan Perasan Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifascita Prain) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeuginosa ATCC 27853. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 2007. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Cabai Merah. Departemen Pertanian. Jakarta. Beranda Inovasi. 2013. Produktivitas Tanaman Hortikultura Indonesia. http://berandainovasi.com/produktivitas-tanaman-holtikultura-indonesia/. diakses tanggal 17 Juni 2015. Christian, J.L. Soesanto, dan Utami. 2011. Pengaruh Penggabungan Kemasan Plastik dan Fungisida Nabati pada Suhu Dingin terhadap Penyakit Antraknosa pada Pisang Kultivar Susu Lepas Panen. Jurnal Media Pertanian No. 3. Dewitasari, W.F. 2009. Uji Anatomi, Metabolit Sekunder dan Molekuler Sansevieria trifasciata. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, A. Oetari. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hal 3-4. Gitasari, Y.D. 2011. Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Hariana, A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri II. Penebar Swadaya. Jakarta. Harpenas, Asep dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Hewindati, Y.T. 2006. Hortikultura. Universitas Terbuka. Jakarta. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta Hidayat, I.M., I. Sulastrini, Y. Kusandriani dan A.H. Permadi. 2004. Lesio sebagai Komponen Tanggap Buah 20 Galur dan atau Varietas Cabai terhadap Inokulasi Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. J. Hort. 14 (3). Hikmah, N. 2012. Ringkasan Jenis-jenis Pestisida. Laporan. FMIPA, ITB Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Kementerian Pertanian (Kementan). 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. Komala, O., I. Yulia, Ria. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain) terhadap Khamir Candida albicans. Jurnal Ilmiah Fitofarmaka Vol.2 No.2. Kristhana. 2001. Aktifitas Antijamur Ekstrak Kloroform Rimpang Lengkuas Putih (Languas galanga (L.) Stuntz) terhadap Candida albicans secara In vitro. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Miskun, A. R. 2013. Ketahanan Kultivar Cabai Merah (Capsicum annuum L.) terhadap Jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & Bisby Penyebab Penyakit Antraknosa. Skripsi. Fakultas MIPA, Universitas Lampung. Moekasan, T.K., L. Prabaningrum, dan M.L. Ratnawati. 2005. Penerapan PHT pada Sistem Tanam Tumpanggilir Bawang Merah dan Cabai. Monografi No. 19. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Najib, A. 2011. Saponin dalam Tanaman Obat. http://nadjeeb.wordpress.com. Diakses tanggal 21 Mei 2015. Nurhayati, 2011. Pertumbuhan Efektivitas Ekstrak Daun Sirih terhadap Infeksi Colletotrichum capsici Pada Buah Cabai. Jurnal Dharmapala Vol 3 No. 2. Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. UI Press. Jakarta. Poulos, J. M. 1994. Capsicum sp. P. 136-140. L. In: J. S. Siemonsa and K. Piluek (Eds). Plant Resources of South-East Asia 8: Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia. Prabawati, S., Sjaifullah, Dwi. 1991. Cendawan Penyebab Kerusakan Buah Pepaya selama Penyimpanan dan Pemasaran serta Pengendaliannya. Jurnal Hortikultura 1(3). Pradipta, A. 2011. Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sansevieria trifasciata Prain terhadap Staphylococcus aureus IFO 13276 dan Pseudomonas aeruginosa IFO 12689. Skripsi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Prajnanta F. 2004. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. Priyadi, I. 2015. Kandungan dan Manfaat Cabe Merah untuk Kesehatan. http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/10071/kandungandan-manfaat-cabe-merah-untuk-kesehatan. Diakses tanggal 2 Juni 2015. Purwanto, A.W. 2006. Sansevieria : Flora Cantik Penyerap Racun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Ripangi, A. 2012. Budidaya Cabai. PT. Buku Kita. Jakarta. Rusli, I., Mardinus dan Zulpadli. 1997. Penyakit Antraknosa pada Buah Cabai di Sumatera Barat. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Hasil. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Palembang, 27-29 Desember 1997. Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Singh, R.S. 1998. Plant Diseases. Oxford Ibh Publishing Co. PVT.LTD, New Delhi, India
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Siswandono dan Soekardjo. 2000. Kimia Medisinal. Edisi 2. Airlangga. Surabaya. Surjadi, H. 2005. Potensi Keanekaragaman Hayati Indonesia. http://www.depkes.go.id/downloads/pestisida.pdf. Diakses tanggal 25 Oktober 2014. Suryotomo, B. 2006. Ketahanan Alami Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum annum L.) terhadap Penyakit Antraknosa. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 8 (1). Syamsuddin. 2003. Pengendalian Penyakit Terbawa Benih (Seedborne Diseases) Menggunakan Agen Biokontrol dan Ekstrak Botani. Makalah Falsafah sains. Program Pasca Sarjana. IPB. Syukur, C. 2009. Potensi Tanaman Saga (Abrus precatorius) sebagai Pestisida Nabati. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 15.(1). Syukur, M., S. Sujiprihati, J. Koswara dan Widodo. 2007. Pewarisan Ketahanan Cabai (Capsicum annum L.) terhadap Antraknosa yang disebabkan oleh Collectotrichum acutatum. Bul.Agron. 35. Tahir, M.I., dan M. Sitanggang. 2008. 165 Sansevieria Eksklusif. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. Tjahjadi, N. 1991. Cabai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Ulya, Z.A. dan Rusman. 2012. Cegah Diabetes dengan Rempeyek Lidah Mertua. Jurnal Penelitian Dompet Dhuafa 2 (1). Zahara, L. 2011. Metabolit Sekunder pada Tumbuhan. http://zaharapiyu.blogspot.com/2011/08/metabolit-sekunder-padatumbuhan.html. Diakses tanggal 31 Januari 2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1
55
Perhitungan Statistik Pertumbuhan Jamur C. capsici (in vitro)
1. Hasil Perhitungan Rancangan Acak Lengkap Diameter Jamur C. capsici Hari 1 Diameter C. capsici R1 R2 R3 0,5 0,5 ELM 100% 0,6 0,65 0,6 0,5 ELM 75% 0,65 0,6 0,6 ELM 50% 0,65 0,65 0,6 ELM 25% 0,7 0,7 0,6 ELM 5% 0,65 0,6 0,7 K+ 0,75 0,75 0,65 KJumlah dan Rerata Total Perlakuan
Sumber Variansi perlakuan galat Total
df 6,00 14,00 20,00
SS 0,06 0,04 0,10
MS 0,01 0,003
Total 1,60 1,75 1,85 1,90 2,00 1,95 2,15 13,20
Rerata 0,53 0,58 0,62 0,63 0,67 0,65 0,72 0,63
F F tabel Ket hitung 5% 3,67 2,85 signifikan
Hari 2 Perlakuan
Diameter C. capsici
R1 R2 R3 0,5 0,6 ELM 100% 0,7 0,75 0,65 0,65 ELM 75% 0,85 0,65 0,7 ELM 50% 0,85 0,7 0,8 ELM 25% 0,85 0,7 0,9 ELM 5% 0,85 0,65 0,8 K+ 0,85 1,05 0,85 KJumlah dan Rerata Total
Total 1,80 2,05 2,20 2,35 2,45 2,30 2,75 15,90
Rerata 0,60 0,68 0,73 0,78 0,82 0,77 0,92 0,76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1
Sumber Variansi perlakuan galat Total
df 6,00 14,00 20,00
SS 0,18 0,13 0,31
MS 0,03 0,009
F F tabel Ket hitung 5% 3,26 2,85 signifikan
Hari 3 Diameter C. capsici Perlakuan R1 R2 R3 0,6 0,7 ELM 100% 0,8 0,9 0,75 0,9 ELM 75% 0,9 0,8 1 ELM 50% 0,9 0,8 1,1 ELM 25% 0,95 0,8 1,1 ELM 5% 0,9 0,7 1,05 K+ 1,05 1,2 1,1 KJumlah dan Rerata Total Sumber Variansi perlakuan galat Total
df
SS
MS
6,00 14,00 20,00
0,28 0,22 0,50
0,05 0,016
Total 2,10 2,55 2,70 2,80 2,85 2,65 3,35 19,00
F hitung 2,96
Rerata 0,70 0,85 0,90 0,93 0,95 0,88 1,12 0,90
F tabel Ket 5% 2,85 signifikan
Hari 4 Perlakuan ELM 100% ELM 75% ELM 50% ELM 25% ELM 5% K+ K-
Diameter C. capsici R1 R2 R3 0,9 0,6 0,9 0,95 0,9 1,25 1 0,9 1,3 1,05 1 1,4 1,05 1,2 1,5 1 0,7 1,1 1,3 1,5 1,3
Jumlah dan Rerata Total
Total 2,40 3,10 3,20 3,45 3,75 2,80 4,10
Rerata 0,80 1,03 1,07 1,15 1,25 0,93 1,37
22,80
1,09
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1
Sumber Variansi perlakuan galat Total
df 6,00 14,00 20,00
SS 0,65 0,53 1,19
MS 0,11 0,038
57
F F tabel Ket hitung 5% 2,87 2,85 signifikan
Hari 5 Diameter C. capsici Perlakuan R1 R2 R3 0,6 1,1 ELM 100% 1,2 1,2 1,1 1,3 ELM 75% 1,25 1,05 1,45 ELM 50% 1,3 1,2 1,55 ELM 25% 1,45 1,25 1,6 ELM 5% 1,3 0,7 1,2 K+ 1,6 1,5 1,7 KJumlah dan Rerata Total Sumber Variansi perlakuan galat Total
df 6,00 14,00 20,00
SS 0,84 0,66 1,50
MS 0,14 0,047
Total 2,90 3,60 3,75 4,05 4,30 3,20 4,80 26,60
Rerata 0,97 1,20 1,25 1,35 1,43 1,07 1,60 1,27
F F tabel Ket hitung 5% 2,98 2,85 signifikan
Keterangan: • Jika F hitung ≥ F tabel pada aras 5% perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan signifikan •
Jika F hitung < F tabel pada aras 5% perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan tidak signifikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1
58
2. Uji DNMRT 5% Diameter Jamur C. capsici Hari 1 P
SSR
LSR
2 3 4 5 6 7
3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,40
0,09 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Perlakuan A B C D F E G
Ratarata 0,53 0,58 0,62 0,63 0,65 0,67 0,72
Perlakuan A B C F D E G
Ratarata 0,60 0,68 0,73 0,77 0,78 0,82 0,92
Perlakuan A B F C D E G
Ratarata 0,70 0,85 0,88 0,90 0,93 0,95 1,12
Beda 0,05 0,09 0,1 0,12 0,14 0,19
0,04 0,05 0,07 0,09 0,14
0,01 0,03 0,05 0,1
0,02 0,04 0,09
0,02 0,07
0,05
0,04 0,14
0,10
0,00 0,02 0,19
0,00 0,17
Hari 2 p
SSR
LSR
2 3 4 5 6 7
3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,40
0,09 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Beda 0,08 0,13 0,17 0,18 0,22 0,32
0,05 0,09 0,10 0,14 0,24
0,04 0,05 0,09 0,19
0,01 0,05 0,15
Hari 3 p
SSR
LSR
2 3 4 5 6 7
3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,40
0,09 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Beda 0,00 0,15 0,18 0,20 0,23 0,25 0,42
0,00 0,03 0,05 0,08 0,10 0,27
0,00 0,02 0,05 0,07 0,24
0,00 0,03 0,05 0,22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1
59
Hari 4 p
SSR
LSR
2 3 4 5 6 7
3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,40
0,09 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Perlakuan A F B C D E G
Ratarata 0,80 0,93 1,03 1,07 1,15 1,25 1,37
Perlakuan A F B C D E G
Ratarata 0,97 1,07 1,20 1,25 1,35 1,43 1,60
Beda 0,00 0,13 0,23 0,27 0,35 0,45 0,57
0,00 0,10 0,14 0,22 0,32 0,44
0,00 0,04 0,12 0,22 0,34
0,00 0,08 0,18 0,30
0,00 0,03 0,15
0,00 0,12
0,00 0,08 0,25
0,00 0,17
Hari 5 p
SSR
LSR
2 3 4 5 6 7
3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,40
0,09 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Beda 0,00 0,10 0,23 0,28 0,38 0,46 0,63
Keterangan: Perlakuan : - A = ELM 100% - B = ELM 75% - C = ELM 50% - D = ELM 25% - E = ELM 5% - F = K+ - G = K = signifikan berbeda nyata
0,00 0,13 0,18 0,28 0,36 0,53
0,00 0,05 0,15 0,23 0,40
0,00 0,10 0,18 0,35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2
60
Perhitungan Presentase Daya Hambat Ekstrak Lidah Mertua terhadap Pertumbuhan C. capsici. Rumus : Daya hambat = Keterangan : ∅k = diameter koloni pada media kontrol ∅p = diameter koloni pada media perlakuan Diameter Hari ke – (cm) Perlakuan ELM 100% ELM 75% ELM 50% ELM 25% ELM 5% Kontrol (+) Kontrol (-)
1
2
3
4
5
0,53 0,58 0,62 0,63 0,67 0,65 0,72
0,60 0,68 0,73 0,78 0,82 0,77 0,92
0,70 0,85 0,90 0,93 0,95 0,88 1,12
0,80 1,03 1,07 1,15 1,25 0,93 1,37
0,97 1,20 1,25 1,35 1,43 1,07 1,60
RataDaya Rata Hambat (cm) (%) 0,72 37 d 0,87 24 c 0,91 20 bc 0,97 15 ab 1,02 10 a 0,86 25 c 1,14 0
ANOVA Daya Hambat Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
1952.167 537.200 2489.367
Mean Square 5 24 29
390.433 22.383
Daya Hambat Duncan
a
Subset for alpha = 0.05 Perlakuan E D C F B A Sig.
N
1 5 5 5 5 5 5
2
8.2000 12.2000
.194
3
12.2000 16.6000
.154
4
16.6000 19.8000 20.8000 .197
33.8000 1.000
F 17.443
Sig. .000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Lampiran 3
Perhitungan Intensitas Serangan Jamur C.capsici pada Cabai Merah
A. Kategori serangan: 0 = tidak ada bercak atau gejala
4 = luas bercak 30 – 40 %
1 = luas bercak 0 – 10 %
5 = luas bercak 40 – 50 %
2 = luas bercak 10 – 20 %
6 = luas bercak > 50 %
3 = luas bercak 20 – 30 % B. Rumus Intensitas Serangan:
IS = Keterangan : IS
= Intensitas serangan
n
= jumlah buah dari tiap kategori serangan yang sama
V
= skor tiap kategori serangan
N
= jumlah buah yang diamati
Z
= skor serangan tertinggi
C. Intensitas Serangan Perlakuan ELM 100% Jumlah Cabai Merah pada Kategori
Hari ke-
Serangan 0
1
1
8
3
4
5
2
3
(nxV) 4
5
6
4 4
3
1
7
5
1
2
9
5
1
1
IS
1
0
0%
4
8%
13
27%
21
44%
22
46%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Lampiran 3
Perlakuan ELM 75% Jumlah Cabai Merah pada Kategori Hari Serangan ke0 1 2 3 4 5 6 1
8
3
3
5
(nxV)
0
0%
5
10%
16
33%
5 3
IS
2
3
7
5
1
2
21
44%
9
4
2
2
22
46%
Perlakuan ELM 50% Jumlah Cabai Merah pada Kategori Hari Serangan ke0 1 2 3 4 5 6 1
(nxV)
8
IS
0
0%
16
33%
23
48%
3
3
2
3
5
1
2
2
3
7
1
2
4
1
29
60%
9
1
2
4
1
29
60%
Perlakuan ELM 25% Jumlah Cabai Merah pada Kategori Hari Serangan ke0 1 2 3 4 5 6 1 3
8 1
(nxV)
IS
0
0%
17
35%
26
54%
5
2
5
1
4
3
7
1
1
5
1
30
63%
9
1
1
5
1
30
63%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Lampiran 3
Perlakuan ELM 5% Jumlah Cabai Merah pada Kategori Hari Serangan ke0 1 2 3 4 5 6 1
(nxV)
8
3
1
3
4
5
2
2
4
7
2
1
2
3
9
2
1
2
2
1
Kontrol Positif Jumlah Cabai Merah pada Kategori Hari Serangan ke0 1 2 3 4 5 6 1
8
3
5
5
1
2
7
5
1
9
5
1
3 5
0%
19
40%
26
54%
30
63%
31
65%
(nxV)
1
0%
3
6%
13
27%
1
22
46%
2
23
48%
(nxV)
8 2
6 2
1
5
7
2
1
9
2
IS
0
Kontrol Negatif Jumlah Cabai Merah pada Kategori Hari Serangan ke0 1 2 3 4 5 6 1
0
3 5
IS
5 3
3
IS
0
0%
14
29%
27
56%
35
73%
39
81%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3
64
D. Rata-rata Intensitas Serangan Persentase Intensitas Serangan (%) pada
Rata-rata
Hari ke -
Intensitas
Perlakuan 3
5
7
Serangan (%)
9
ELM 100%
8
27
44
46
31 a
ELM 75%
10
33
44
46
33 ab
ELM 50%
33
48
60
60
50 ab
ELM 25%
35
53
63
63
54 ab
ELM 5%
40
54
63
65
56 ab
Kontrol (+)
6
27
46
48
32 a
Kontrol (-)
29
56
73
81
60 b
ANOVA IS Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
3721.214 5901.750 9622.964
Mean Square 6 21 27
Intensitas Serangan Duncan Perlak uan
a
Subset for alpha = 0.05 N
1
2
A
4
31.2500
F
4
31.7500
B
4
33.2500
33.2500
C
4
50.2500
50.2500
D
4
53.5000
53.5000
E
4
55.5000
55.5000
G
4
Sig.
59.7500 .083
.056
620.202 281.036
F 2.207
Sig. .083
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4
65
Uji Anova One Factor Within Subject Design Intensitas Serangan pada Cabai Merah Persentase Intensitas Serangan (%) pada Hari ke 3 5 7 9 8 27 44 46 10 33 44 46 33 48 60 60 35 53 63 63 40 54 63 65 6 27 46 48 29 56 73 81 161 298 393 409 23,00 42,57 56,14 58,43
Perlakuan ELM 100% ELM 75% ELM 50% ELM 25% ELM 5% Kontrol (+) Kontrol (-) Jumlah Rata-rata [1]
Jumlah 31 33 50 54 56 32 60 1261
ij = 82 + 272 + 442 + 462 + 102 + 332 + 442 + 462 + 332 + 482 + 602
2
=
+ 602 + 352 + 532 + 632 + 632 + 402 + 542 + 632 + 652 + 62 + 272 + 462 + 482 + 292 + 562 + 732 + 812 = 66413 2
/ ns = (1612 + 2982 + 3932 + 4092) /7= 62350,71
2
/ a = (312 + 332 + 502 +542 + 562 + 322 + 602) / 4 = 60511,25
[2]
=
i
[3]
=
i
[4]
= G2 / N = 12612 / 28 = 56790,04
SSA
= [2] – [4] = 62350,71 - 56790,04 = 5560,68
SSAxS = [1]–[2] –[3] + [4] = 66413 - 62350,71 - 60511,25 + 56790,04 = 341,07 dfA
= (a - 1) = (4 – 1) = 3
dfAxS = (a – 1) (ns – 1) = (4 – 1)(7 – 1) = 18 MSA
= SSA / dfA = 5560,679 / 3 = 1853,56
MSAxS = SSAxS / dfAxS = 341,07 / 18 = 18,95 Fobs
= MSA / MSAxS = 97,82
Fcrit
= 3,16
Karena Fobs > Fcrit, maka signifikan. Jadi ada perbedaan intensitas serangan berkaitan dengan waktu inkubasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4
Uji lanjutan Multiple Comparison
Fcrit dengan nilai F pada (1, dfAxS) = (1, 18) 4,41 CD = CD = 4,85 Jika beda mean > CD maka signifikan. Mean 23 42,57 56,14 58,43
23,00 0 19,57 33,14 35,43
42,57
56,14
58,43
0 13,57 15,86
0 2,29
0,00
Jadi, yang sungguh berbeda nyata adalah antara hari ke 3-5; 3-7; 3-9; 5-7; 5-9.
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5
67
Dokumentasi Pembuatan Ekstrak Lidah Mertua
Gambar 1. Daun lidah mertua yang sudah disortir
Gambar 2. Daun lidah mertua dipotongpotong kecil
Gambar 4. Penyaringan ekstrak
Gambar 3. Penghalusan daun lidah mertua
Gambar 5. Ekstrak lidah mertua yang sudah rebus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6
68
Dokumentasi Pengujian secara in-vitro
Gambar 1. Cara pengukuran koloni C. capsici dengan memberi tanda diameter vertikal dan diameter horizontal
Gambar 2. Bentuk koloni C. capsici dengan warna miselium putih keabuan
Gambar 3. Inkubasi C. capsici dengan diameter 0,5 cm
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7
69
Dokumentasi Pengujian secara in vivo
Gambar 1. Perendaman cabai merah pada alkohol 70%
Gambar 2. Persiapan perendaman cabai pada ekstrak
Gambar 3. Inkubasi cabai merah pada baki yang ditutupi plastik
Gambar 4. Cabai merah yang terkena antraknosa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA
Satuan Pendidikan
: SMA (Sekolah Menengah Atas)
Kelas /Semester
: X/I
Kompetensi Inti
:
KI. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tntang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan rana abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif serta menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Lampiran 8
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem dan lingkungan hidup. 1.2 Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses 1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran Lampiran 8
Materi Pembelajaran Struktur jamur
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Mengamati Tugas - Mengamati gambar mengenai Mencari artikel Cara hidup berbagai jenis jamur di peranan jamur dan reproduksi lingkungan. jamur - Mengamati beberapa kartu Observasi gambar jamur yang diperoleh Sikap ilmiah Pengelompokkelompok. dalam kegiatan an / klasifikasi - Mengamati morfologi jamur pembelajaran jamur beserta makroskopis di sekitar dan Keterampilan jamur mikroskopis dari ciri setiap presentasi hasil berbagai bahan (roti, tempe, diskusi divisi cabai berjamur, dll) Data / hasil Bentuk - Mengamati artikel mengenai penugasan yang peranan jamur yang sudah asosiasi jamur diperolleh dicari siswa. Peranan jamur Portofolio dalam Menanya Laporan tertulis kehidupan - Menanya ciri-ciri dan hasil karakteristik jamur yang pengamatan pernah dijumpai siswa. berbagai jamur - Menanya perbedaan berbagai macam jamur dan cara
Alokasi Waktu 3 x 3 JP
Alat, Media dan Sumber Belajar - Buku siswa biologi, kelas X - Literatur - Foto/gambar berbagai macam jamur, baik
yang
makroskopis maupun mikroskopis - LKS - Alat tulis - Mikroskop
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kompetensi Dasar agama yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong,
Lampiran 8
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi Waktu
Alat, Media dan Sumber Belajar
mengelompokkannya. Tes - Menanya hasil pengamatan Tes tertulis jenis-jenis jamur. pemahaman - Menanya berbagai peranan konsep dan kosa dari jamur berdasarkan kata ilmiah artikel. tentang dunia jamur Mengumpulkan data - Mengidentifikasi struktur jamur. - Mengidentifikasi ciri dan cara reproduksi berbagai jenis jamur berdasarkan gambar yang diperoleh dan mengelompokannya - Menggambar hasil pengamatan dan menandai nama-nama bagianbagiannya. - Mencatat berbagai karakteristik jamur, baik struktur, cara memperoleh
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kompetensi Dasar bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/ laboratorium maupun di luar kelas/ laboratorium 2.2 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di
Lampiran 8
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi Waktu
Alat, Media dan Sumber Belajar
nutrisi, reproduksi serta klasifikasinya - Diskusi dan mengidentifikasi peran jamur yang menguntungkan dan merugikan. Mengasosiasikan - Mengidentifikasi ciri-ciri jamur yang membedakannya dengan organisme lain. - Mengidentifikasi peranan jamur yang diamati. - Menemukan ide kreatif untuk mengatasi pertumbuhan jamur yang merugikan - Mengidentifikasi peran penting jamur dalam kelangsungan hidup di bumi dan bentuk asosiasinya.
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kompetensi Dasar laboratorium dan di lingkungan sekitar. 3.6 Mengelompokkan jenis-jenis jamur berdasarkan ciri-ciri dan perannya bagi kehidupan melalui percobaan. 4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Lampiran 8
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi Waktu
Alat, Media dan Sumber Belajar
Mengkomunikasikan - Mempresentasikan hasil diskusi dan menyimpulkan struktur dan karakteristik jamur. - Membuat laporan dari hasil pengamatan serta ide yang diperoleh dalam mengatasi pertumbuhan jamur yang merugikan - Mengkomunikasikan hasil identifikasi peran jamur dan bentuk asosiasi jamur.
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Lampiran 9
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: X/I
Alokasi Waktu
: 9 x 45 menit
A. Kompetensi Inti KI. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tntang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan
dan
peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI. 4.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan rana abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif serta menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 1.1
Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem dan lingkungan hidup.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Lampiran 9
1.2
Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses.
1.3
Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya
2.1
Berperilaku ilmiah : teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggungjawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan beragumentasi, peduli lingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai, berpendapat
secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan
dalam
melakukan
pengamatan
dan
percobaan
di
dalam
kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium. 2.2
Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar.
3.6
Menerapkan
prinsip
klasifikasi
untuk
menggolongkan
jamur
berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. 4.6
Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
C. Indikator 1.1.1 Mengagumi, menjaga, melestarikan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman jamur di sekitar. 1.2.1 Menyadari pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati jenis-jenis jamur. 1.3.1 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2.1.1 Teliti dan jujur terhadap data dan fakta dalam melakukan pengamatan dan
percobaan
kelas/laboratorium.
di
dalam
laboratorium
maupun
di
luar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Lampiran 9
2.2.1 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan. 3.6.1 Mengidentifikasi struktur, ciri-ciri dan berbagai peran jamur bagi kehidupan. 3.6.2 Mengelompokkan jenis-jenis jamur berdasarkan ciri dan cara reproduksinya. 3.6.3 Menjelaskan bentuk-bentuk asosiasi jamur. 4.6.1 Melakukan pengamatan jamur yang ada di lingkungan sekitar baik mikroskopis maupun makroskopis. 4.6.2 Membuat laporan berdasarkan pengamatan yang dilakukan.
D. Tujuan Pembelajaran 1.1.1.1 Siswa mampu mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman jamur di sekitar. 1.2.1.1 Siswa mampu menyadari pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati jenis-jenis jamur. 1.3.1.1 Siswa mampu bersikap jujur terhadap data dan fakta dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium. 2.1.1.1 Melalui kegiatan pengamatan, siswa mampu bersikap jujur terhadap data dan fakta yang diperoleh. 2.2.1.1 Melalui
kegiatan
percobaan,
siswa
mampu
peduli
terhadap
keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja 3.6.1.1 Melalui diskusi, siswa mampu mendeskripsikan struktur dan ciri-ciri jamur. 3.6.1.2 Melalui studi literatur, siswa mampu mengidentifikasi minimal 5 peranan jamur bagi kehidupan dan lingkungan. 3.6.2.1 Melalui kartu gambar, siswa mampu mengelompokkan beberapa jenis jamur berdasarkan ciri dan cara reproduksinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Lampiran 9
3.6.3.1 Melalui studi literatur, siswa mampu menjelaskan 2 bentuk asosiasi jamur. 4.6.1.1 Melalui pengamatan di lingkungan, siswa mampu menggambar struktur jamur makroskopis. 4.6.1.2 Melalui pengamatan mikroskop, siswa mampu menggambar struktur jamur mikroskopis. 4.6.1.3 Melalui diskusi, siswa mampu menyajikan data berupa tabel peranan jamur makroskopis dan mikroskopis pada hasil pengamatan. 4.6.2.1 Melalui hasil percobaan, siswa mampu membuat laporan hasil penelitian.
E. Materi Pembelajaran Struktur jamur Cara hidup dan reproduksi jamur Pengelompokan / klasifikasi jamur beserta ciri setiap divisi Bentuk asosiasi jamur Peranan jamur dalam kehidupan
F. Model dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan
: Scientific
2. Model
: Pembelajaran Kooperatif
3. Metode
: Diskusi, Picture and Picture, Tanya jawab, Pengamatan, Ceramah
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Fase ( waktu ) Pertemuan I (3 x 45 menit) Pendahuluan Menyiapkan ( 15 menit ) kondisi belajar
Melakukan apersepsi,
Kegiatan Guru dan Siswa - Guru mengucapkan salam, mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran dan mengecek kehadiran siswa. - Guru membuat ilustrasi dengan mengajukan pertanyaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Lampiran 9
Kegiatan ( waktu )
Inti menit)
Fase
Kegiatan Guru dan Siswa
menyampaikan - Menyampaikan tujuan pembelajaran yang tujuan dan akan dicapai. motivasi siswa. (110 Mengamati - Mengamati gambar mengenai berbagai jenis jamur di lingkungan - Mengamati beberapa kartu gambar jamur yang diperoleh kelompok. Menanya
- Menanya ciri-ciri dan karakteristik jamur yang pernah dijumpai siswa. - Adakah perbedaan berbagai macam jamur tersebut ? Bagaimana mengelompokkannya?
Mengumpulkan data
- Mengidentifikasi struktur diskusi gambar pada LKS. - Mengidentifikasi tentang reproduksi berbagai berdasarkan gambar yang mengelompokannya.
jamur melalui ciri dan cara jenis jamur diperoleh dan
Mengasosiasikan
- Mengidentifikasi ciri-ciri jamur yang membedakannya dengan organisme lain.
Mengkomunikasikan
- Mempresentasikan hasil diskusi dan menyimpulkan struktur dan karakteristik jamur. - Melakukan evaluasi dengan meminta kelompok lain menanggapi saat salah satu kelompok menyampaikan hasil diskusi - Membimbing siswa merangkum butirbutir pembelajaran - Mengajak siswa untuk merefleksikan hasil pembelajarannya - Memberi tugas mempersiapkan bahan untuk praktikum
Evaluasi
Penutup ( 10 Rangkuman menit )
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Lampiran 9
Kegiatan Fase ( waktu ) Pertemuan II (3 x 45 menit) Pendahuluan Menyiapkan ( 10 menit ) kondisi belajar
Inti menit)
Kegiatan Guru dan Siswa - Guru mengucapkan salam, mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran dan mengecek kehadiran siswa.
Melakukan - Guru membuat ilustrasi dengan apersepsi, mengajukan pertanyaan. menyampaikan - Menyampaikan tujuan pembelajaran yang tujuan dan akan dicapai. motivasi siswa. (115 Mengamati - Mengamati jamur makroskopis di sekitar - Mengamati morfologi jamur mikroskopis dari berbagai bahan (tempe, roti, cabai berjamur, dll) Menanya
- Apa saja yang dapat diamati dari jenisjenis jamur tersebut ? Bagaimana peranannya dalam kehidupan? Menguntungkan atau merugikan, ediblle atau nonedible ?
Mengumpulkan data
- Menggambar hasil pengamatan dan menandai nama-nama bagian-bagiannya. - Mencatat berbagai karakteristik jamur, baik struktur, cara memperoleh nutrisi, reproduksi serta klasifikasinya.
Mengasosiasikan
- Mengidentifikasi peranan berbagai jamur yang diamati tersebut dalam kehidupan. - Menemukan ide kreatif untuk mengatasi pertumbuhan jamur yang merugikan.
Mengkomunikasikan
- Membuat laporan dari hasil pengamatan - Mengemukakan ide yang diperoleh dalam mengatasi pertumbuhan jamur yang merugikan. - Membimbing siswa merangkum butirbutir pembelajaran - Mengajak siswa untuk merefleksikan hasil
Penutup ( 10 Rangkuman menit )
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Lampiran 9
Kegiatan ( waktu )
Fase
Kegiatan Guru dan Siswa -
Pertemuan III (3 x 45 menit) Pendahuluan Menyiapkan ( 10 menit ) kondisi belajar
Inti menit)
pembelajarannya. Memberi tugas mencari artikel tentang peranan berbagai jamur baik yang edible (dapat dimakan) maupun yang non edible atau merugikan.
- Guru mengucapkan salam, mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran dan mengecek kehadiran siswa.
Melakukan - Guru mengajukan pertanyaan mengenai apersepsi, materi sebelumnya. menyampaikan - Menyampaikan tujuan pembelajaran yang tujuan dan akan dicapai. motivasi siswa. (115 Mengamati - Mengamati artikel yang sudah dicari dan apa saja jenis jamurnya. Menanya
- Menanya berbagai peranan dari jamur berdasarkan artikel.
Mengumpulkan data
- Diskusi dan mengidentifikasi peran jamur yang menguntungkan dan merugikan.
Mengasosiasikan
- Mengidentifikasi peran penting jamur dalam kelangsungan hidup di bumi dan bentuk asosiasinya
Mengkomunikasikan
- Siswa mengkomunikasikan identifikasinya.
Penutup ( 10 Rangkuman menit )
-
hasil
Membimbing siswa merangkum butirbutir pembelajaran Mengajak siswa untuk merefleksikan hasil pembelajarannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Lampiran 9
H. Sumber Belajar 1. Buku siswa biologi, kelas X 2. Literatur 3. Foto/gambar berbagai macam jamur
I.
Alat dan Bahan -
Foto/gambar berbagai macam jamur, baik yang makroskopis maupun mikroskopis
J.
-
LKS
-
Alat tulis
-
Mikroskop
Penilaian -
Penilaian kognitif
: Test dan non test (portofolio)
-
Penilaian afektif
: Sikap ilmiah siswa
-
Penilaian psikomotor : Keterampilan presentasi siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10
83
LEMBAR KERJA SISWA 1 Judul : Struktur Jamur A. Tujuan Mengidentifikasi struktur dan ciri jamur. B. Alat dan Bahan 1. Gambar 2. Buku sumber/literatur C. Cara Kerja 1. Perhatikan gambar struktur jamur berikut ! 2. Berilah keterangan dari bagian – bagian jamur tersebut dan deskripsikan secara singkat mengenai ciri setiap jamur tersebut! 3. Presentasikan hasil diskusi. D. Hasil Pengamatan Gambar 1
Keterangan : 1 = ...................................... 3 = ...................................... 2 = ...................................... 4 = ...................................... Deskripsi : ................................................................................................................ ....................................................................................................................................
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10
84
Gambar 2
Keterangan a = ..................................
e = ..................................
b = ..................................
f = ...................................
c = ..................................
g = ..................................
d = ..................................
h = ..................................
Deskripsi : ................................................................................................................ ....................................................................................................................................
E. Kesimpulan .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10
85
LEMBAR KERJA SISWA 2 Judul : Peranan Jamur A. Tujuan - Mengenal jamur yang bersifat edible dan non edible - Mengidentifikasi peranan jamur bagi kehidupan. B. Alat dan Bahan 1. Artikel / literatur /buku tentang jamur 2. Alat tulis C. Cara Kerja 1. Carilah informasi tentang berbagai jamur di Indonesia baik yang bersifat edible (dapat dimakan) maupun non edible (tidak dapat dimakan). Sumber informasi bisa diperoleh dari koran, majalah, buku ilmiah, jurnal penelitian, internet, dan sebagainya. 2. Tulislah data yang kamu peroleh dalam tabel dan jelaskan pula peranan dari setiap jenis jamur tersebut. Cantumkan juga sumber informasi dari setiap data tersebut. 3. Bandingkan data yang kamu peroleh dengan data temanmu lalu diskusikan. Tuliskan kesimpulanmu dan presentasikan. D. Hasil Pengamatan Tabel 1. Data Peranan Jamur No
Nama Jamur
Sifat Edible Non edible
Peranan
E. Kesimpulan .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10
86
LEMBAR KERJA SISWA 3 Judul : Mengenal Keragaman Jenis Jamur A. Tujuan - Menyajikan data data ciri-ciri dan peran jamur makroskopis. - Mendeskripsikan ciri-ciri dan peran jamur mikroskopis. B. Alat dan Bahan Alat 1. Lup 2. Mikroskop 3. Pinset
1. 2. 3.
Bahan Jamur makroskopis di sekitar Tempe Roti berjamur, cabai berjamur, nasi berjamur
C. Cara Kerja Pengamatan jamur makroskopis 1. Amatilah berbagai jenis jamur yang ada di lingkungan sekitar dan yang sudah diperisapkan. Dalam hal ini dapat menggunakan lup dan pinset. Beberapa jenis jamur mengandung senyawa beracun. Oleh karena itu, cucilah tanganmu setelah melakukan kegiatan ini. 2. Gambarkan struktur jamur tersebut dan berikan keterangannya. 3. Tuliskan ciri-ciri setiap jamur yang Anda amati, kemudian kelompokkan menurut sistem klasifikasi jamur. 4. Diskusikan peranan jamur yang Anda amati dalam kehidupan.
Pengamatan jamur mikroskopis 1. Amati jamur dari bahan yang dipersiapkan dengan menggunakan lup. 2. Ambi bagian yang berjamur dari bahan tersebut dengan menggunakan pinset atau jarum ose dan letakkan pada kaca benda. 3. Teteskan pewarna methylen blue dan tutup dengan kaca penutup. 4. Amati di bawah mikroskop dari perbesaran kecil. 5. Tuliskan ciri-ciri setiap jamur yang Anda amati, kemudian kelompokkan menurut sistem klasifikasi jamur. 6. Diskusikan peranan jamur yang Anda amati dalam kehidupan. 7. Kemukakan pula ide kreatif untuk mengendalikan pertumbuhan jamur yang merugikan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10
87
D. Hasil Pengamatan Tuliskan hasil pengamatan dan diskusi dalam laporan tertulis dengan format sebagai berikut : A. Acara Judul
:
Hari, tanggal : Tempat
:
B. Tujuan C. Landasan Teori D. Alat, Bahan dan Cara Kerja E. Hasil Pengamatan F. Pembahasan G. Kesimpulan H. Daftar Pustaka I. Lampiran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penilaian Afektif Siswa Kelas
:X
Materi
: Jamur Aspek yang Dinilai
No
Nama Siswa
Partisipasi di
Jujur dalam
Tanggung
Kerjasama
Peduli
kelas
penugasan
jawab
kelompok
Lingkungan
Nilai
Kriteria
Keterangan : Skor diisi dengan rentang angka 1 – 3
Lampiran 11
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rubrik Penilaian Afektif Siswa Aspek Penilaian
Skor 1
Partisipasi di kelas
2 3
Jujur dalam penugasan Tanggung jawab Kerjasama kelompok Peduli Lingkungan
Lampiran 11
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Kriteria Aspek jika peserta didik tidak berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembelajaran di kelas, seperti diskusi dan tanya jawab, namun membuat kegaduhan jika peserta didik cukup berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembelajaran di kelas, seperti diskusi dan tanya jawab jika peserta didik aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembelajaran di kelas, seperti diskusi dan tanya jawab jika peserta didik tidak jujur dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan sesuai dengan data dan fakta jika peserta didik kurang jujur dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan sesuai dengan data dan fakta jika peserta didik jujur dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan sesuai dengan data dan fakta jika peserta didik kurang bertanggungjawab dalam berbagai kegiatan pembelajaran maupun tugas yang diberikan jika peserta didik cukup bertanggungjawab dalam berbagai kegiatan pembelajaran maupun tugas yang diberikan jika peserta didik sangat bertanggungjawab dalam berbagai kegiatan pembelajaran maupun tugas yang diberikan jika peserta didik tidak bekerjasama dengan baik dalam diskusi maupun pengerjaan tugas kelompok jika peserta didik kurang dapat bekerjasama dengan baik dalam diskusi maupun pengerjaan tugas kelompok jika peserta didik dapat bekerjasama dengan baik dalam diskusi maupun pengerjaan tugas kelompok jika peserta didik tidak dapat menjaga lingkungan selama kegiatan pembelajaran maupun pengamatan jika peserta didik kurang dapat menjaga lingkungan selama kegiatan pembelajaran maupun pengamatan jika peserta didik dapat menjaga lingkungan selama kegiatan pembelajaran maupun pengamatan
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Format Penilaian : Nilai =
x 100 %
Kriteria Penilaian : Nilai
85 – 100
= A (Sangat Baik)
70 – 84
= B (Baik)
55 – 69
= C (Cukup)
50 – 54
= D (Kurang)
0 – 49
= E (Sangat Kurang)
Lampiran 11
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penilaian Keterampilan Presentasi Kelas
:X
Materi
: Peranan Jamur
Kelompok
Nama Siswa
Aspek yang Dinilai Kecakapan Keterampilan menjawab menjelaskan pertanyaan
Kemampuan kerjasama tim
Nilai
1. 1
2. 3.
2
dst Keterangan : Skor diisi dengan rentang angka 1 – 3
Lampiran 11
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rubrik Penilaian Keterampilan Presentasi
Aspek Penilaian
Skor 1
Keterampilan menjelaskan
2 3
Kecakapan menjawab pertanyaan
1 2 3 1
Kemampuan kerjasama kelompok
2 3
Lampiran 11
Kriteria Aspek jika peserta didik tidak dapat menjelaskan materi presentasi dengan sistematis, jelas dan menggunakan kalimat baku jika peserta didik kurang terampil dalam menjelaskan materi presentasi dengan sistematis, jelas dan menggunakan kalimat baku jika peserta didik terampil dapat menjelaskan materi presentasi dengan sistematis, jelas dan menggunakan kalimat baku jika peserta didik tidak dapat menjawab dengan tepat dan mempertahankan argumennya jika peserta didik kurang dapat menjawab dengan tepat dan mempertahankan argumennya jika peserta didik dapat menjawab dengan tepat dan mempertahankan argumennya jika peserta didik tidak dapat bekerjasama dengan baik dalam persiapan presentasi, pembagian peran dan adanya miskomunikasi kelompok jika peserta didik kurang dapat bekerjasama dengan baik dalam persiapan presentasi, pembagian peran dan adanya miskomunikasi kelompok jika peserta didik dapat bekerjasama dengan baik dalam persiapan presentasi, pembagian peran dan tidak ada miskomunikasi kelompok
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penilaian Laporan Kelompok Aspek Penilaian Nama Siswa
Kel
Sistematika Laporan
Kelengkapan Kelengkapan Waktu Point data hasil Pembahasan penunjang pengumpulan kesimpulan pengamatan laporan laporan
Jumlah Skor
Nilai
1. 1
2. 3.
2 dst Keterangan : Skor diisi dengan rentang angka 1 – 3
Nilai =
Lampiran 11
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rubrik Penilaian Laporan Kelompok
Aspek Penilaian
Kriteria Aspek
Sistematika laporan
Laporan dibuat sesuai dengan sistematika pembuatan laporan, format lengkap, jelas dan menggunakan tata tulis yang baku
Kelengkapan data hasil pengamatan
Semua data dalam pengamatan disajikan secara lengkap. Data dalam gambar jelas beserta keterangannya.
Pembahasan
Kesimpulan Kelengkapan penunjang laporan
Pembahasan sesuai dengan hasil pengamatan. Menggunakan bahasa yang jelas dan terdapat kesesuaian dengan pustaka. Kesimpulan menjawab tujuan, sesuai dengan hasil dan pembahasan. Kesimpulan dituliskan dalam bentuk point-point yang jelas dan lengkap Laporan memuat pustaka yang relevan beserta daftar pustakanya. Laporan dilengkapi dengan lampiran yang mendukung
Waktu pengumpulan Pengumpulan laporan sesuai dengan waktu yang ditentukan. laporan
Lampiran 11
Skor 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Jika kriteria aspek tidak terpenuhi Jika kriteria aspek kurang terpenuhi Jika semua kriteria aspek terpenuhi Jika kriteria aspek tidak terpenuhi Jika kriteria aspek kurang terpenuhi Jika semua kriteria aspek terpenuhi Jika kriteria aspek tidak terpenuhi Jika kriteria aspek kurang terpenuhi Jika semua kriteria aspek terpenuhi Jika kriteria aspek tidak terpenuhi Jika kriteria aspek kurang terpenuhi Jika semua kriteria aspek terpenuhi Jika kriteria aspek tidak terpenuhi Jika kriteria aspek kurang terpenuhi Jika semua kriteria aspek terpenuhi Jika terlambat 3 atau lebih dari 3 hari Jika terlambat 1-2 hari Jika tepat waktu
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KISI-KISI SOAL
Satuan Pendidikan
: SMA
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: X/I
Jumlah Soal
: 14 soal
Bentuk Soal
: Pilihan Ganda dan Uraian
Kompetensi Dasar 3.6Mengelom pokkan jenisjenis jamur berdasarkan ciri-ciri dan perannya bagi kehidupan melalui percobaan.
Lampiran 12
Aspek Kognitif Indikator
C1 Mengingat
3.6.1 A1 Mengidentifikasi B1 struktur, ciri-ciri dan berbagai peran jamur bagi kehidupan. 3.6.2 A5 Mengelompokkan jenis-jenis jamur berdasarkan ciri dan cara reproduksinya.
C2 Memahami
C3 Menerapkan
C4 Menganalisis
A2,
A3 B3
A7, A10
B2
A9
A4
C5 Mengevaluasi
C6 Menciptakan
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kompetensi Dasar
Aspek Kognitif Indikator
C1 Mengingat
3.6.3 A6 Menjelaskan bentukbentuk asosiasi jamur.
C2 Memahami
C3 Menerapkan
A8
C4 Menganalisis
C5 Mengevaluasi
C6 Menciptakan
B4
Keterangan : A = Soal pilihan ganda B = Soal uraian
Lampiran 12
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12
97
Soal Evaluasi “ Jamur” Nama No. Absen
: :
A. Berilah tanda silang (X) pada satu jawaban yang paling tepat ! 1. Sel tubuh jamur bersifat senositik, artinya ..... a. memiliki dinding sel dari kitin b. tidak memiliki inti sel c. tidak bersekat dan berinti banyak d. tidak memiliki klorofil dan sitoplasma e. tidak mampu mengadakan pembelahan sel 2. Berikut ini adalah cara reproduksi aseksual jamur, kecuali ..... a. Fragmentasi b. Pembentukan konidia c. Pembentukan spora aseksual d. Pembentukan tunas e. Pembentukan askospora 3. Jenis jamur yang membantu menguraikan biji kedelai sehingga tubuh kita lebih mudah mencerna dan dapat merasakan kelezatannya pada saat dimakan adalah ..... a. Rhizhopus stolonifer b. Rhizophus oryzae c. Rhizophus nigricans d. Mucor mucedo e. Mucor javanicus 4. Seorang siswa mengamati jamur yang tumbuh pada roti menggunakan mikroskop. Ciri-cirinya : hifa tidak bersekat, memiliki sporangium, warna spora cokelat sampai hitam. Jamur tersebut termasuk kelompok .... a. Oomycota b. Zygomycota c. Ascomycota d. Deuteromycota e. Basidiomycota 5. Suatu jamur termasuk kelompok Deuteromycota apabila ..... a. sudah diketahui reproduksi aseksual dan seksual b. hifanya tidak bersekat c. belum diketahui reproduksi aseksualnya d. belum diketahui reproduksi seksualnya e. tidak membentuk askus dan basidium
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12
98
6. Bentuk talus liken yang menyerupai jamur disebut ..... a. foliosa b. peridoksa c. frutikosa d. mantrosa e. krustosa 7. Perhatikan pernyataan di bawah ini ! A. Dinding sel jamur tersusun dari kitin B. Struktur tubuh jamur bersifat uniselular/ multiselular C. Jamur memperoleh makanan dengan hidup parasit, saprofit dan simbiosis D. Jamur memiliki pembuluh E. Reproduksi jamur secara aseksual dan seksual Pernyataan yang kurang tepat adalah ..... a. A b. B c. C d. D e. E 8. Ektomikoriza tidak dapat berkembang biak tanpa bersimbiosis dengan akar tumbuhan inang. Dari tumbuhan inang jamur memperoleh makanan bahan makanan, sedangkan tumbuhan inangnya mendapatkan lebih banyak ..... a. Gula b. Vitamin c. Karbohidrat d. Mineral e. Asam amino 9. Pembuatan kecap memerlukan bantuan jamur yang berasal dari divisi ..... a. Basidiomycota b. Deuteromycota c. Zygomycota d. Oomycota e. Ascomycota 10. Berikut ini adalah daftar jenis jamur, hasi produksi, dan peranannya bagi kehidupan. Nama Jamur Produksi Peranan 1. Aspergillus
A. Alkohol
X. Racun
2. Saccharomyces
B. Aflatoksin
Y. Antibiotik
3. Rhizopus
C. Sake
Z. Minuman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12
99
Hubungan yang tepat antara jamur dan hasil produksi serta peranannya adalah.... a. 1 – C – X b. 2 – A – Z c. 2 – B – Y d. 3 – A – Y e. 3 – C – Z B. Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan jelas ! 1. Berilah keterangan pada gambar berikut !
2. Tuliskan nama divisi masing-masing jamur berikut ini dan jelaskan ciri reproduksi dari divisi tersebut! a. Chytridium b. Chlamydomucor oryzae c. Volvariella volvacea d. Curvularia e. Trichoderma reesi 3. Hutan memiliki berbagai macam pepohonan yang mengalami kematian. Akan tetapi, hutan tidak penuh dengan sisa tubuh pohon. Apakah ada peranan jamur dalam hal ini ? Jelaskan! 4. Bagaimana proses simbiosis yang terjadi pada liken ? Jelaskan mengapa liken disebut sebagai organisme perintis !
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12
100
Kunci Jawaban dan Panduan Skoring A. Pilihan Ganda 1. C 2. E 3. B 4. B 5. D 6. A 7. D 8. D 9. E 10. B Skor 1 = jika jawaban benar Skor 0 = jika tidak menjawab atau jawaban salah B. Uraian 1. Keterangan gambar : a. Tudung / pileus b. Lamela c. Cincin d. Tangkai buah e. Miselium f. Hifa g. Inti sel h. Septa 2. Divisi jamur Contoh Jamur a. Chytridium b. Chlamydomucor oryzae c. Volvariella volvacea d. Curvularia e. Trichoderma reesi
Nama Divisi Ciri Reproduksi Chytridiomycota Spora motil berflagela Zygomycota Spora seksual berupa zigospora yang berdinding tebal Basidiomycota Spora seksual dalam basidium Deuteromycota Ascomycota
Reproduksi seksual belum diketahui Spora seksual yang terbentuk dalam kantong yang diesbut askus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12
101
3. Jamur hidup sebagai saprofit yang memperoleh makanan dari organisme yang sudah mati. Pepohonan yang sudah mati merupakan salah satu makanan bagi jamur. Senyawa organik kompleks pada pohon akan diuraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mengembalikan zat hara ke tanah. Dalam hal ini jamur saprofit sangat berperan penting dalam mendaur ulang unsur hara dan meningkatkan kesuburan tanah. Dengan adanya proses penguraian ini, maka hutan tidak penuh dengan sisa tubuh pohon.
4. Liken adalah simbiosis mutualisme antara jamur dengan organisme fotosintetik (alga atau cyanobacteria). Liken dapat hidup pada substrat yang miskin zat organik, misalnya di atas batuan, batang pohon, dan tanah tidak subur. Aktivitas liken ini menyebabkan batu menjadi lapuk dan menghasilkan zat-zat organik yang akan membentuk komponen dasar tanah. Dengan demikian liken disebut sebagai organisme perintis.
No 1
2
Skoring Uraian Kriteria Jawaban Skor 5
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
Menyebut-
Menyebut-
Menyebut-
Menyebut-
Menyebut-
kan 8 bagian
kan 6-7
kan 4-5
kan 2-3
kan 1 bagian
jamur dengan
bagian jamur
bagian jamur
bagian jamur
jamur dengan
benar
dengan benar
dengan benar
dengan benar
benar
Menyebut-
Menyebut-
Menyebut-
Menyebut-
Menyebut-
kan 5 nama
kan 4 nama kan 3 nama kan 2 nama kan 1 nama
divisi dan
divisi
ciri-ciri
ciri-ciri
ciri-ciri
ciri-ciri
ciri-ciri
reproduksi
reproduksi
reproduksi
reproduksi
reproduksi
dengan benar
dengan benar dengan benar dengan benar dengan benar
dan sesuai
dan sesuai
dan divisi
dan sesuai
dan divisi
dan sesuai
dan divisi
dan sesuai
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12
No 3
4
102
Kriteria Jawaban Skor 5
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
Menjelaskan peranan jamur berdasarkan cara hidup jamur sebagai saprofit dengan penjelasan yang sesuai dan tepat sampai terjadi penguraian senyawa organik dari pepohonan Menjelaskan pengertian liken, kemudian menguraikan aktivitas pelapukan oleh liken yang menghasilkan zat-zat organik pembentuk komponen dasar tanah
Menjelaskan peranan jamur pada proses penguraian senyawa organik, namun tidak menyebutkan cara hidupnya sebagai saprofit
Menjelaskan peranan jamur berdasarkan cara hidup jamur sebagai saprofit dengan sesuai dan tepat, namun tidak menjelaskan proses penguraian senyawa organik
Menjelaskan peranan jamur berdasarkan cara hidup jamur sebagai saprofit namun kurang sesuai dan kurang tepat
Menjelaskan peranan jamur tidak berdasarkan cara hidup jamur sebagai saprofit dan kurang tepat.
Menjelaskan aktivitas pelapukan oleh liken yang menghasilkan zat-zat organik pembentuk komponen dasar tanah, namun tidak menyebutkan pengertian liken
Menjelaskan pengertian liken, kemudian menguraikan aktivitas pelapukan oleh liken, namun kurang menjelaskan pembentuk komponen dasar tanah
Menjelaskan pengertian liken, kemudian menguraikan aktivitas pelapukan oleh liken namun kurang lengkap dan kurang sesuai.
Menjelaskan
Penilaian :
Nilai =
x 100
pengertian liken, namun tidak menguraikan aktivitas pelapukan oleh liken.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bahan Ajar Jamur A. Struktur Jamur Tubuh jamur disusun oleh sel tunggal (uniselular) atau banyak sel (multiselular). Tubuh jamur multiselular disusun oleh hifa, yaitu benang-benang halus (filamen) yang mengandung membran sel dan sitoplasma. Biasanya hifa dilpisi oleh dinding sel dari kitin. Kumpulan hifa disebut miselium. Ada dua macam miselium, yaitu : 1. Miselium vegetatif, merupakan miselium yang berfungsi menyerap nutrisi dari lingkungan. 2. Miselium
fertil,
merupakan
miselium
yang
berfungsil dalam reproduksi. Sel-sel penyusun hifa dipisahkan oleh sekat yang disebut septa. Jamur yang memiliki hifa bersekat disebut hifa septat, sedangkan yang tidak bersepta disebut aseptat (hifa senositik) dan mengandung banyak nukleus.
Gambar 1. (a) hifa senositik dan (b) hifa septat
B. Cara Hidup dan Reproduksi Jamur 1. Cara Hidup Jamur Jamur dapat hidup pada berbagai substrat dan mendapatkan makanan melalui penyerapan nutrisi dari lingkungan sekitarnya. Jamur hidup sebagai saprofit, parasit atau melakukan simbiosis dengan tumbuhan, hewan dan protista. Jamur saprofit memperoleh makanan dari organisme mati, jamur parasit memperoleh makanan dengan cara menyerap sari makanan dari organisme hidup lain.
2. Reproduksi Jamur Jamur bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual melibatkan penyatuan gamet jantan dan betina (isogami, anisogami, oogami) dan pembentukan spora seksual (askospora, basidiospora,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
zigospora). Ada tiga cara utama reproduksi aseksual jamur, yaitu fragmentasi, pembentukan tunas dan pembentukan spora aseksual.
C. Klasifikasi Jamur Jamur diklasifikasikan menjadi 5 divisi berdasarkan ciri reproduksinya, yaitu divisi Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota. Tabel 1. Klasifikasi Jamur Nama Divisi Chytridiomycota
Zygomycota
Ascomycota
Ciri Reproduksi Ciri Lainnya Spora motil Merupakan jamur berflagela terkecil dan paling sederhana; habitat di lautan, sungai, danau dan tanah lembab; memakan bangkai organisme atau yang masih hidup dan dekomposer penting dalam ekosistem perairan. Spora seksual Jamur darat; kebanyakan berupa zigospora hidup di tanah dan yang berdinding menguraikan tumbuhan tebal dan hewan yang telah mati; meliputi jamur roti hitam dan parasit beberapa hewan.
Contoh Allomyces, Chytridium
Spora seksual yang terbentuk di dalam kantong yag disebut askus
Saccharomyces cerevisiae, Aspergillus wentii, Penicillium notatum, Neurospora, Morchella
Grup fungi terbesar; meliputi khamir, morel, dan jamur; warna hijau kebiru-biruan, cokelat dan merah; dapat merusak makanan; menyebabkan banyak penyakit pada tumbuhan.
Rhizopus stolonifer,R. oryzae, R. nigricans, Mucor mucedo,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nama Divisi Basidiomycota
Ciri Reproduksi Spora seksual dalam struktur berbentuk tongkat yang disebut basidium
Ciri Lainnya Meliputi jamur yang dapat dimakan; banyak spesies merupakan parasit tumbuhan dan dekomposer
Contoh Volvariella volvacea, Auricularia polytricha, Amanita sp.
Deuteromycota (jamur imperfekti)
Tahapan seksual Meliputi jamur penyebab Arthrobotrys, tidak ada atau penyakit ( kadas, kurap, Aspergillus belum diketahui sariawan)
D. Bentuk Asosiasi Jamur 1. Liken Liken
merupakan
bentuk
simbiosis
mutualisme
antara
organismefotosintetik (alga) dan jamur. Jamur memperoleh makanan dan O2 dari alga yang dihasilkan melalui fotosintesis, sedangkan alga terjaga dan terlindungi kelembabannya oleh jamur serta memperolehl CO2 dan mineral. Ada 3 jenis bentuk liken, yaitu : a.
Krustose, berupa lapisan tipis yang menutupi substrat
b.
Fruktikose, berupa anyaman dari cabang-cabang pipih atau melingkar
c.
Foliose, berbentuk seperti daun Liken dapat hidup pada substrat yang miskin zat organik, misalnya di atas batuan, batang pohon, dan tanah tidak subur. Aktivitas liken menyebabkan batu menjadi lapuk, pada akhirnya zat-zat organik yang Gambar 2. Liken
dihasilkan liken akan membentuk komponen dasar
tanah, sehingga disebut juga organisme perintis. Liken sangat peka terhadap polutan udara, sehingga dapat digunakan sebagai indikator pencemaran udara.
2. Mikoriza Bentuk simbiosis antara akar tumbuhan dan jamur disebut mikoriza. Jamur dengan luas permukaannya membantu tumbuhan dalam penyerapan zat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mineral dari tanah serta melindungi tumbuhan terhadap kekeringan dan serangan jamur lain. Sebaliknya, tumbuhan memberi zat makanan yang terbentuk melalui fotosintesis. Tipe mikoriza ada 2, yaitu : a. Endomikoriza, merupakan hif yang berada di antara sel-sel akar dan menembus sampai di jaringan korteks. b. Ektomikoriza, merupakan hifa yang menembus hingga jaringan epidermis akar saja.
E. Peranan Jamur dalam Kehidupan 1. Peran yang Menguntungkan a. Sumber makanan : Beberapa jenis jamur dapat dimakan, seperti jamur merang, dan jamur shitake. Jamur kaya akan protein dan gizi yang tinggi. b. Bidang kedokteran : Sejumlah antibiotik diperoleh dari spesies jamur, seperti Penicillium notatum yang menghasilkan penisilin. c. Bidang pertanian : Beberapa jamur saprofit dan jamur mikoriza dapat meningkatkan kesuburan tanah. d. Bidang industri : Jamur digunakan dalam industri makanan, minuman beralkohol, keju, maupun industri kimia e. Sebagai pengurai : Jamur saprofit dapat menguraikan senyawa organik kompleks menjadi senyawa sederhana, sehingga mengembalikan zat hara yang terdapat dalam organisme mati ke tanah (biodegradasi).
2. Peran yang Merugikan a. Penyakit pada manusia : Penyakit kulit disebabkan oleh beberapa spesies jamur, seperti jamur Mallasezia penyebab panu. b. Penyakit pada tumbuhan dan hewan : Penyakit antraknosa pada tumbuhan dan penyakit pada ikan disebakan oleh jamur. c. Pembusukan makanan : Aspergillus dan kapang seperti Mucor dan Rhizophus dapat menyebabkan pembusukan makanan.