CHAPTER I.PDF - REPOSITORY USU

Download Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin- ... Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan pengg...

0 downloads 482 Views 586KB Size
BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Modernisasi pertanian yang bertujuan untuk mengubah sektor pertanian tradisional menjadi sektor pertanian modern yang mampu meningkatkan produksi sektor pertanian, merupakan paradigma yang menjadi rujukan bagi semua pemerintahan di negara-negara yang sedang berkembang dalam membangun sektor pertanian mereka. Modernisasi pertanian harus mampu menjadi penyelamat petani. Kebiasaan mengolah lahan pertanian dengan mengandalkan banyak tenaga dan waktu dengan sedikit hasil semakin menyulitkan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan petani sehingga dibutuhkan bantuan alat-alat yang lebih mampu menunjang efektifitas dan efisiensi. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air dan sumber energi lainnya atau yang lebih dikenal dengan istilah mekanisasi. Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagai penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi,

dan

mengendalikan

operasi

di

dalam

produksi

pertanian.

16 Universitas Sumatera Utara

(http://file:///C:/Users/User/Documents/pengertian-mekanisasi-pertanian.html,diakses

12

April 2012, pkl 21.35 WIB) Mekanisasi pertanian merupakan proses bersistem untuk mengubah cara bekerja yang cepat dan efisien dengan menggunakan bantuan alat-alat maupun mesin-mesin pertanian (Liliweri, 1997). Salah satu alat pertanian yang umum dan yang paling sering digunakan dalam teknologi pertanian adalah traktor. Traktor merupakan sebuah alat bermesin yang memiliki kemampuan untuk mengolah tanah. Fungsi traktor sekarang telah menggantikan fungsi tenaga manusia dalam proses pengolahan tanah. Traktor pertanian saat ini menjadi komponen yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian dan pedesaan. Dapat kita saksikan bahwa perkembangan yang pesat penggunaan traktor di daerah pedesaan semakin membantu proses pengolahan tanah bagi para petani, karena mereka lebih merasakan manfaat bahwa penggunaan traktor lebih cepat dan lebih menguntungkan dibandingkan melakukan pengolahan tanah/lahan dengan tenaga manusia ataupun tenaga hewan. Data Statistik Pertanian Sumatera Utara mencatat tentang penggunaan traktor di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 23.850 unit. Penggunaan traktor semakin lama semakin meningkat jumlahnya, terutama pada daerah-daerah yang mempunyai irigasi yang lebih baik di wilayah pertanian Sumatera Utara, sementara data untuk Kabupaten Deli Serdang tercatat 1.573 unit traktor pertanian (BPS. Dinas Pertanian Sumatera Utara Dalam Angka, 2011).

17 Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Deli Serdang memiliki luas 2.538.30 km terdiri dari 22 kecamatan. Berdasarkan keadaan alam dan tepografi Kabupaten Deli Serdang, sektor pertanian merupakan potensi terbesar yang menyokong perekonomian masyarakat. Hasil pendapatan terbesar berasal dari sektor pertanian, karena sebagian besar masyarakat yang tinggal di kabupaten ini merupakan pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman jagung dan padi. Adapun luas lahan yang dikembangkan untuk tanaman jagung adalah 76.042 ha, dengan hasil produksi 362.956 ton dan tingkat produktivitas 4,53 ton/ha. (BPS. Dinas Pertanian Sumatera Utara Dalam Angka, 2011). Dusun III Suka Maju, Sei Mencirim adalah sebuah desa yang berada di kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang. Desa ini merupakan suatu wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah ladang dan persawahan. Sebagian besar masyarakat yang tinggal didesa bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani (tenaga upahan). Petani yang ada di desa ini memiliki ladang dan persawahan yang luas, umumnya mereka adalah penduduk yang telah lama tinggal di Desa Suka Maju, Sei Mencirim dan mempunyai orang tua atau nenek moyang yang telah lama hidup dan menetap di desa ini yaitu sekitaran pada tahun 1965, jadi mereka memiliki warisan tanah/lahan dari nenek moyangnya. Pada tahun 2011, jumlah petani pemilik ladang di desa ini adalah 96 orang sedangkan jumlah buruh tani (tenaga upahan) di desa adalah 483 orang. Sebagian kecil dari masyarakat ini bermatapencaharian sebagai pedagang, karyawan swasta, PNS dan petani pemilik modal (penyewa traktor). Dan sumber ekonomi/pendapatan masyarakat Desa Suka

18 Universitas Sumatera Utara

Maju, Sei Mencirim pada tahun tersebut paling besar berasal dari sektor pertanian yang berkisar Rp. 128.666.000.000; dan pada akhir tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 182.860.000.000 (BPS. Kepala Desa Suka Maju Dalam Angka, 2011). Pada awalnya, Desa Suka Maju, Sei Mencirim merupakan kawasan hutan yang belum tersentuh oleh manusia, dan pada pertengahan tahun 1965 penduduk yang berasal dari tanah Karo merupakan penduduk awal yang datang untuk tinggal dan menetap di Desa ini, sedangkan para pendatang atau yang disebut penduduk baru yang datang pada tahun 1998 dan menetap di desa ini hanya sedikit yang mempunyai lahan tetap, bagi mereka yang memiliki lahan tetap tersebut karena mereka memiliki uang untuk membeli sebidang tanah yang pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya rumah tangga saja walaupun tidak sedikit juga dari penduduk pendatang yang membeli beberapa hektar lahan untuk membuka lahan dengan menanami tanaman yang laku keras dan umum dikembangkan di desa ini. Para petani di desa ini menanami ladang mereka dengan berbagai jenis tanamtanaman yang menjadi sumber mata pencaharian mereka seperti jagung, padi, cabai, tanaman kacang-kacangan dan sayur-sayuran. Jagung merupakan jenis tanaman yang paling banyak dikembangkan/ditanami oleh para petani di desa ini, sedangkan sawah digunakan untuk menanam padi. Alasan para petani di desa ini lebih banyak untuk menanam jagung di ladangnya adalah karena lebih mudah dalam proses pengerjaannya (mulai dari proses penanaman, penyiangan rumput hingga pada waktu panen tiba).

19 Universitas Sumatera Utara

Dalam waktu setahun penanaman jagung dapat dilakukan sampai 3-4 bulan. Selain itu, alasan kedua yang mendasari mengapa para petani lebih banyak menanam jagung adalah karena lebih mudah dalam pemasarannya yakni karena adanya mesin penggiling jagung untuk menggiling tongkol jagung yang sudah dipanen dan langsung dijual ke kilang padi (tempat pemasaran hasil panen jagung yang ada di Desa ini). Para petani yang ada di Desa Suka Maju, Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang juga sudah menerapkan traktor. Tahun 1985 teknologi traktor telah masuk ke dalam pertanian di Kabupaten Deli Serdang terutama di Desa Suka Maju, Sei Mencirim. Menurut data dari Badan Penyuluhan Pertanian Lapangan Medan Krio pada tahun 2011, populasi traktor di Desa Sei Mencirim sebanyak 21 unit traktor, dan merupakan milik petani yang ada di desa ini. Penerapan teknologi traktor dalam pertanian di Kabupaten Deli Serdang didasari oleh alasan karena situasi perkembangan zaman yang menuntut para petani yang ingin serba praktis dan efisien dalam pengolahan tanah. Selain penerapan traktor, mekanisasi pertanian di Desa Suka Maju, Sei Mencirim juga terjadi pada penggunaan jetor (mesin pembajak sawah) dan penggunaan tresser (mesin perontok padi). Sebelum adanya program mekanisasi, para petani menggarap sawahnya dengan menggunakan tenaga kerbau atau sapi. Pada masa sekarang lahan pertanian sudah digarap dengan bantuan mesin (traktor milik petani pemilik lahan). Demikian juga dalam pelaksanaan panen padi yang dulunya

20 Universitas Sumatera Utara

banyak melibatkan para buruh tani memang terlihat tidak efesien, dengan adanya tresser (mesin perontok padi) penggunaan tenaga manusia menjadi berkurang. Penggunaan alat ini di satu sisi memang menguntungkan, tapi di sisi lain pola hubungan antar masyarakat petani, jelas merenggangkan kohesi sosial, dan secara ekologis karena gabahnya tidak ada yang tercecer menyebabkan populasi burung menurun atau bermigrasi ke tempat lain, padahal keberadaan burung merupakan salah satu mata rantai pertanian. Biasanya penanaman jagung dilakukan pada musim-musim kering, yaitu antara bulan Januari sampai dengan bulan Agustus, sedangkan tanaman padi biasanya ditanam pada musim basah/hujan yaitu antara bulan Agustus sampai bulan Desember. Jika pada saat panen jagung tiba,pemilik ladang/kebun pasti akan mencari orang-orang upahan untuk mengambil/memetik tongkol jagung, dan upah yang didapat oleh setiap orang ialah sebesar Rp 45.000,-per hari. Dan setelah jagung selesai dipanen, biasanya ladang itu akan segera dibersihkan/dibabat,akan tetapi sejak adanya kemajuan tekhnologi khususnya dalam bidang pertanian dalam pemakaian alat traktor yang mulai diterapkan sekitar sejak tahun 2001 silam, para petani pemilik ladang/kebun itu lebih cenderung memakai traktor agar lebih mudah dalam efisiensi waktu, sedangkan kalau memakai tenaga manusia/upahan yang masih menggunakan alat babat, cangkul, arit atau sebagainya akan memerlukan waktu yang relatif lama. Sebagai contoh luas ladang/kebun itu 3 hektar ( ha ) dan katakan tenaga upahan yang dipakai 9-13 orang maka akan memakan waktu yang relatif lama dan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan memakai traktor yang hanya memerlukan waktu hanya

21 Universitas Sumatera Utara

beberapa jam saja untuk membersihkan ladang/kebun tersebut. Sedangkan dalam contoh pekerjaan pengolahan tanah sawah bila memakai tenaga bajak/kerbau memakan waktu 5-6 hari kerja per hektar (ha) lahan sawah, sedangkan bila menggunakan mesin pembajak sawah (jetor) hanya diperlukan 3-4 jam saja per hektar (ha) lahan sawah. Oleh karena itu, tenaga upahan kurang diperlukan dalam proses pembersihan ladang/kebun jagung ataupun untuk menggemburkan tanah pada lahan sawah setelah panen. Biro Pusat Statistik (Kompas, 2006) menyebutkan bahwa kantong penyebab kemiskinan desa umumnya bersumber dari sektor pertanian yang disebabkan, antara lain: Pertama, ketimpangan kepemilikan lahan pertanian. Kedua, kesenjangan di sektor pertanian juga di sebabkan oleh ketidakmerataan investasi. Ketiga, alokasi anggaran kredit yang terbatas juga menjadi penyebab daya injeksi sektor pertanian di pedesaan melemah. Keempat, kemiskinan erat kaitannya dengan tingkat pendidikan pada masyarakat pedesaan. Kelima, adanya disparitas tingkat pendidikan antar kelompok masyarakat yang masih cukup tinggi antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan prempuan (segrerasi jender) di pedesaan. Keenam, frekuensi yang pesat pada penerapan tekhnologi modern sehingga semakin banyaknya pemakaian tenaga manusia dan tenaga hewan karena sudah digantikan oleh alat-alat canggih pertanian lainnya, seperti intensitas pemakaian traktor, pemakaian mesin pembajak sawah (jetor) dan pemakaian tresser (mesin perontok padi). Berdasarkan hasil penelitian Desa Prima (2001:12) tentang pengaruh faktor sosial dan ekonomi terhadap penggunaan traktor dalam pengelolaan pada sawah menyatakan

22 Universitas Sumatera Utara

bahwa pengalihan teknologi pengolahan sawah ke teknologi mekanisasi dengan traktor akan mengurangi kesempatan kerja bagi petani-petani kecil, dimana masalah kesempatan kerja ini merupakan masalah yang sering terjadi di negara yang sedang berkembang pada umumnya, dan di Indonesia pada khususnya. Peneliti tertarik melihat masalah ini adalah karena kemajuan teknologi pada masa sekarang ini, khususnya teknologi bidang pertanian; seperti penggunaan alat-alat canggih yang lebih praktis dibandingkan dengan sebelum adanya traktor. Kebijakan penerapan mekanisasi pertanian modern ternyata tidak berhasil merubah kualitas hidup petani Indonesia, khususnya di Desa Suka Maju, Sei Mencirim secara keseluruhan. Lebih parahnya lagi, kebijakan tersebut membuat petani sangat bergantung pada pihak yang mempunyai akumulasi modal berlebih dan berimplikasi pada terbentuknya kelas buruh tani dan majikan atau petani penyewa dan pemilik tanah dan pada gilirannya petani dipaksa untuk masuk ke dalam jual-beli yang demikian kompleks. Peneliti memilih Dusun III Suka Maju, Sei Mencirim dengan alasan karena Desa Suka Maju, Sei Mencirim merupakan suatu wilayah yang masih terdiri dari sebagian besar lahan pertanian dan masyarakat Desa Suka Maju, Sei Mencirim bermatapencaharian sebagai petani dan pada akhir tahun 2011 sebanyak 483 masyarakat Desa Suka Maju, Sei Mencirim tercatat sebagai buruh tani. Pada tahun 1985 teknologi traktor masuk ke Desa Suka Maju, Sei Mencirim, akan tetapi masyarakat di desa ini belum menerapkan seutuhnya penerapan penggunaan traktor

23 Universitas Sumatera Utara

tersebut. Sebelumnya masyarakat petani masih menggunakan cangkul, babat, arit dan kerbau pembajak sawah, tetapi setelah adanya traktor dan jetor (alat untuk membajak sawah), para petani sudah beralih menggunakan alat-alat modern tersebut karena mereka lebih merasa praktis dan efesien sehingga ladang dan sawah sudah dapat ditanami kembali. Desa Suka Maju, Sei Mencirim sebagai salah satu desa yang mempunyai ciri-ciri dimana pada umumnya sektor pertanian merupakan dominasi mata pencaharian sebagian besar masyarakat petani. Di desa Suka Maju, Sei Mencirim tersebut terlihat ada proses perubahan pertanian yang dahulunya bersifat tradisional menuju proses pertanian modern. Berdasarkan uraian diataslah maka peneliti tertarik untuk memilih judul

“Mekanisasi

Pertanian Dan Kemiskinan Di Pedesaan” (Studi Penggunaan Traktor dan Sosial Ekonomi Buruh Tani di Dusun III Suka Maju, Sei Mencirim, kecamatan Sunggal). 1.2.Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana mekanisasi pertanian di Desa Suka Maju, Sei Mencirim, Kabupaten Deli Serdang? b. Bagaimana pengaruh penggunaan traktor terhadap Sosial Ekonomi Buruh Tani di Desa Suka Maju, Sei Mencirim?

24 Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui mekanisasi pertanian di Desa Suka Maju, Sei Mencirim, Kabupaten Deli Serdang. b. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan traktor terhadap Sosial Ekonomi Buruh Tani di Desa Suka Maju, Sei Mencirim. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pada umumnya dan ilmu Sosiologi pada khususnya Sosiologi Pedesaan. b. Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa Sosiologi selanjutnya,serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat laporan hasil penelitian. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan kepada peneliti tentang mekanisasi pertanian dan pengaruh penerapan penggunaan traktor terhadap Sosial Ekonomi Buruh Tani.

25 Universitas Sumatera Utara

1.5.Hipotesis Hipotesis merupakan suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara dan belum benar-benar menjadi tesis. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah hipotesis itu diterima atau ditolak, perlu pengujian yang cermat. Suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Untuk penelitian ini, hipotesis yang diajukan peneliti adalah: Ho

: Tidak ada hubungan antara penggunaan traktor/mekanisasi pertanian terhadap status sosial ekonomi buruh tani di Desa Suka Maju, Sei Mencirim.

Ha

: Ada hubungan antara penggunaan traktor/mekanisasi pertanian terhadap status status sosial ekonomi buruh tani di Desa Suka Maju, Sei Mencirim.

1.6.Operasionalisasi Variabel 1.6.1.

Definisi Operasional Definisi

operasional

merupakan

unsur-unsur

penelitian

yang

memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel (Singarimbun, 1984:34), kongkritnya definisi operasional (operasionalisasi variabel) adalah berisikan tentang indikator-indikator (pengukur) suatu variabel, sedangkan indikator adalah faktorfaktor atau kejadian-kejadian yang digunakan untuk mengukur variabel. Adapun variabel penelitian ini disesuaikan menurut kebutuhan dalam penelitian ini, yaitu:

26 Universitas Sumatera Utara

1.6.1.1. Variabel Bebas (Mekanisasi Pertanian) (X) Merupakan variabel yang akan diteliti pengaruhnya terhadap masalah yang diajukan. Dalam penelitian ini menetapkan teknologi traktor sebagai variabel bebas. 1.6.1.2. Variabel Terikat (Status Sosial Ekonomi Buruh Tani) (Y) Merupakan variabel yang perubahannya dipengaruhi variabel lain. Yang menjadi variabel terikat untuk penelitian ini adalah status sosial ekonomi buruh tani. 1.7. Bagan Operasional Variabel Variabel Teoritis

Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X)

Frekuensi Perubahan

Mekanisasi Pertanian

-Penerapan/pembaharuan

tenaga

mesin

pada pengolahan lahan -Pembaharuan pengelolaan lahan -Berkurangnya kesempatan kerja para

2. Variabel Bebas (Y) Status Sosial Ekonomi Buruh Tani

buruh tani pasca panen -Pendapatan buruh tani yang berkurang -Ekonomi buruh tani semakin sulit -Memudarnya

rasa

solidaritas/perilaku

gotong royong pada buruh tani

27 Universitas Sumatera Utara

1.8. Teknik Analisis dan Interprestasi Data 1.8.1. Analisis tabel tunggal Merupakan suatu analisis yang digunakan dengan membagi-bagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:266). 1.8.2. Analisis Statistik dengan menggunakan rumus product moment (Pearsons Correlation) (Sudijino, 1989:286) r xy = n.Σ xy – ( Σ x ) ( Σ y )

Ket:

�𝒏𝒏. 𝜮𝜮𝜮𝜮² − (𝜮𝜮𝜮𝜮)𝟐𝟐 . 𝒏𝒏. 𝜮𝜮𝜮𝜮² − (𝜮𝜮𝜮𝜮)²

r

: koefisien korelasi

x

: variabel bebas

y

: variabel terikat

n

: jumlah sampel

28 Universitas Sumatera Utara