BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... - ETD UGM

Tujuan dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminim...

39 downloads 573 Views 166KB Size
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam hirarki Maslow dijelaskan bahwa kebutuhan dasar manusia menyangkut didalamnya pemenuhan kebutuhan fisik. Perlindungan fisik salah satunya berupa ancaman tubuh atau hidup yang dapat berupa penyakit. Seseorang yang mengalami sakit akan berupaya untuk mencari pelayanan kesehatan agar dirinya dapat kembali pada keadaan sehat. Pelayanan kesehatan diantaranya rumah sakit, puskesmas dan tempat-tempat praktik kesehatan lainnya. Berbagai macam pelayanan ditawarkan kepada pasien yang ingin meningkatkan kesehatannya. Salah satunya adalah pelayanan home care atau perawatan kesehatan di rumah. Home care atau perawatan kesehatan di rumah merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka. Tujuan dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan komplikasi akibat dari penyakit serta memenuhi kebutuhan dasar pasien dan keluarga. Lingkungan di rumah dirasa lebih nyaman bagi sebagian pasien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit. Hal ini berpengaruh pada proses

penyembuhan

pasien

yang

cenderung

akan

lebih

cepat

masa

penyembuhannya jika mereka merasa nyaman dan bahagia (Yoyok, 2012). Selain alasan diatas, home care juga membantu masyarakat yang mengalami 1

2

keterbatasan membiayai pelayanan kesehatan khususnya pada kasus – kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Pada tahun 1970, layanan home care berbasis rumah sakit dikembangkan sebagai tanggapan terhadap kebutuhan untuk kesinambungan perawatan dari pengaturan perawatan akut dan juga dalam menanggapi tingginya biaya pelembagaan (Stanhope,1996). Home care berbasis rumah sakit berbeda dari lembaga kesehatan rumah lainnya, ada dewan direksi rumah sakit yang sudah mapan yang bertanggung jawab untuk mengatur lembaga tersebut. Apalagi, klien pada home care berbasis rumah sakit memiliki akses pada pelayanan rawat inap yang ada (Stanhope,1996). Home care memang bukan menjadi aktivitas utama rumah sakit, ini berbeda dengan agensi atau instansi yang memang bisnis utamanya mengelola home care. Prinsip pelayanan home care tidak jauh berbeda dengan pelayanan yang dberikan di rumah sakit yaitu harus berfokus pada kebutuhan pasien. Perkembangan home care di Indonesia sudah semakin maju sehingga banyak masyarakat yang mengetahui home care dan mencoba menggunakan jasa pelayanan home care yang disediakan oleh rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. Saat ini banyak kasus – kasus penyakit degenerative yang memerlukan perawatan yang relative lama seperti kasus pasien pascastroke yang mengalami komplikasi

kelumpuhan

dan

memerlukan

pelayanan

rehabilitasi

yang

membutuhkan waktu relatif lama (Swedarma, 2009). Selain itu, terjadinya transisi epidemiologis yang mengakibatkan semakin meningkatknya kasus penyakit kronis dibandingkan penyakit akut, sehingga terjadi peningkatan jumlah kasus

3

penyakit terminal yang tidak efektif dan efisien dirawat di rumah sakit (Depkes, 2002 dalam Sri Listyanig wulan 2006). Dengan demikian pelayanan kesehatan saat ini menawarkan pelayanan home care untuk menangani kasus seperti diatas. Jumlah kunjungan perawat home care setiap minggunya rata-rata 50 kunjungan, dan jumlah kunjungan per hari 8-10 kunjungan dengan jenis penyakit paling banyak dilayani yaitu kasus stroke sebanyak 82 pasien

di RS Panti Rapih

(Siswanti, 2003). Berkembangnya home care dikalangan masyarakat menjadi lebih baik jika diimbangi dengan kualitas pelayanannya. Pelayanan asuhan keperawatan salah satunya adalah pemberian pendidikan pada pasien dan keluarga. Dari penelitian terdahulu, 37% pasien bermasalah mengenai pemilihan obat, 20% pasien membutuhkan pengetahuan dan keterampilan. Suatu penelitian dilakukan oleh Julie B.Mallinger, Jennifer J.Griggs, dan Cleveland G.Shields (2005) mengenai hubungan antara patient-centeres care dan kepuasan dengan informasi pada wanita yang sembuh dari kanker payudara. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa mereka yang sembuh dari kanker payudara merasa puas dengan informasi yang diberikan petugas kesehatan mengenai penyakit dan pengobatan penyakitnya tersebut. Namun mereka merasa kurang puas dengan minimnya informasi mengenai pemeriksaan jangka panjang, pengaruh penyakit terhadap psikososial pasien, dan kehidupan sosial pasien. Hal ini menjelaskan bahwa pasien dan keluarga membutuhkan pendidikan mengenai pemilihan obat dan pengetahuan mengenai terapi obat tersebut. Ini merupakan salah satu contoh kasus bahwa perawat dan tenaga kesehatan lainnya

4

bertanggung jawab memberikan pendidikan terhadap pasien dan keluarga agar mereka mampu mengambil keputusan yang tepat guna meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Pendidikan terjadi ketika pasien berinteraksi dengan dokter dan/ atau perawatnya. Banyak staf kesehatan yang berbeda dalam mendidik pasien

dan/

atau

keluarga

maka

penting

bagi

staf

kesehatan

untuk

mengkoordinasikan kegiatan tersebut sehingga pendidikan yang diberikan fokus terhadap kebutuhan pasien (American University of Beirut, 2013). Hal – hal tersebut diatas merupakan segelintir alasan Komite Joint Commission International (JCI) mengeluarkan standar akreditasi khusus home care. Standar penilaian akreditasi ini merupakan standar penilaian penerapan home care berfokus pada pasien. Penilaian tersebut meliputi keselamatan pasien, akses dan asesmen pasien, hak dan tanggung jawab pasien, perawatan psasien dan kontinuitas pelayanan, manajemen obat pasien, serta pendidikan pasien dan keluarga. Perawat yang memiliki peran advokasi bertanggung jawab dalam mempertahankan keamanan pasien, mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan. Penerapan pendidikan bagi pasien dan keluarga perawat dapat memberikan informasi tambahan untuk pasien yang sedang berusaha memutuskan suatu masalah, memberikan pendidikan kesehatan yang menunjang kesehatan pasien. Hal – hal tersebut diatas dapat ditunjang dengan pengetahuan perawat terkait penerapan dan pelaksanaan pendidikan pada pasien dak keluarga di unit pelayanan home care.

5

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003). Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengeruhi oleh intensitas perhatian melalui indera pendengaran dan indera penglihatan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus berdasarkan pengetahuan dan sikap seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Tak hanya dari segi pengetahuan perawat, pelayanan home care juga ditentukan oleh manajemen yang digunakan oleh unit pelayanan tersebut. Fasilitas, keuangan, sumber daya, standar minimal, dan lain sebagainya mempengaruhi jalannya pelayanan home care yang diberikan kepada klien.

B. Rumusah Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka menjadi penting untuk melakukan evaluasi pelaksanaan pendidikan pasien dan keluarga pada pelayanan home care berstandar Joint Commission International

di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta. Rumusan masalah ini adalah bagaimana pelaksanaan pendidikan pasien dan keluarga pada pelayanan home care berstandar Joint Commission International di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta ?

6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk evaluasi pelaksanaan pendidikan pasien dan keluarga pada pelayanan home care berstandar Joint Commission International di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui pelaksanaan home care berbasis rumah sakit di RS Panti Rapih Yogyakarta. b. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang pendidikan pasien dan keluarga pada home care berbasis rumah sakit di RS Panti Rapih Yogyakarta. c. Mengetahui pelaksanaan pendidikan pasien dan keluarga oleh perawat home care RS Panti Rapih. d. Mengetahui

hubungan

pengetahuan

perawat

terhadap

pelaksanaan

pendidikan pasien dan keluarga pada home care berbasis rumah sakit di RS Panti Rapih Yogyakarta. e. Mengetahui tingkat kepuasan dari pasien yang menggunakan home care dari RS Panti Rapih Yogyakarta.

7

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi : 1. Manfaat teoritis : Penelitian ini sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan mengenai evaluasi pelaksanaan pendidikan pasien dan keluarga berdasarkan pelayanan berfokus pasien home care berbasis rumah sakit di RS Panti Rapih Yogyakarta. 2. Manfaat praktis : a. Dinas Kesehatan, sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan pelayanan kesehatan. b. Rumah Sakit, sebagai tolak ukur dalam pengembangan mutu pelayanan home care khususnya pada pelaksanaan pendidikan pasien dan keluarga. 3. Peneliti, sebagai hasil pengalaman nyata dalam menerapkan ilmu penelitian tentang evaluasi pelaksanaan pendidikan pasien dan keluarga pada pelayanan home care di rumah sakit. 4. Peneliti lainnya, sebagai salah satu referensi untuk mengembangkan penelitian pelayanan home care di rumah sakit.

E. Keaslian Penelitian Belum pernah ada penelitian mengenai pendidikan pasien dan keluarga berdasarkan pelayanan berfokus pasien home care berbasis rumah sakit di RS Panti Rapih sebelumnya. Namun sudah ada beberapa penelitian mengenai home care yang pernah dilakukan, diantaranya :

8

1.

Sri Listyaning Wulan, 2006, berjudul gambaran pelaksanaan pelayanan pasien home care RSUP.Dr.Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode kualitatif dengan depth-interview dan observasi. Sampel pada penelitian ini adalah perawat yang masih aktif melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan pasien home care dan pasien atau keluarga pengguna jasa home care RSUP.Dr.Sardjito. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pelayanan pasein home care RSUP.Dr.Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini berfokus pada jenis masalah yang terkait dalam pelaksanaan pelayanan home care dan faktorfaktor yang mendukung serta menghambat pelaksanaan home care di RSUP Dr.Sardjito. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa gambaran pelaksanaan pelayanan home care di RSUP Dr.Sardjito diatur melalui sistem manajemen yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan RSUP Dr.Sardjito pada umumnya. Persamaan dengan penelitian ini adalah dalam bidang yang diteliti yaitu unit pelayanan home care. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek, populasi, dan variable penelitian.

2.

Novita Krisnaeni, 2011 berjudul Pengorganisasian Home care di Puskesmas Prambanan. Jenis penelitian ini kualitatif dengan menggunakan rancangan studi kasus untuk mengetahui pengorganisasian home care di puskesmas prambanan. Sampel dari penelitian ini adalah petugas puskesmas Prambanan dan masyarakat di wilayah Kecamatan Prambanan. Penelitian Novita berfokus pada pelaksanaan pelayanan home care di Puskesmas Prambana. Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dan diskusi kelompok

9

terarah. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa perlu keterpaduan dalam pelakasanan pelayanan home care di puskesmas prambanan sehingga pelaksanaan pelayanan home care di puskesmas prambanan tidak dilakukan sendiri-sendiri oleh program (program KIA dan KB, gizi, kesehatan jiwa, dan P2M), dukungan dana, dan memperluas kerterlibatan jaringan. Persamaan dengan penelitian ini adalah dalam bidang yang diteliti yaitu unit pelayanan home care. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek, populasi, dan variable penelitian. 3.

I Gusti Ayu Putu Satya Laksmi, 2009 yang berjudul Gambaran Manajemen Pelayanan Rawat Rumah Lanjut Usia di Home care Graha Bali. Jenis penelitian deskriptif explorative mengunakan metode kualitatif dengan indepth interview dan observasi untuk mengetahui manajemen pelayanan rawat rumah lanjut usia di Home care Graha Bali. Populasi penelitian ini adalah koordinator unit “Home care Graham Bali”, perawat yang masih aktif melaksanakan pelayanan asuhan keperwatan pasien rawat rumah dan pasien atau keluarga pengguna jasa “Home care Graha Bali”. Penelitian tersebut berfokus pada masalah yang terkait dalam pelaksanaan pelayanan home care dan faktor-faktor yang mendukung serta menghambat pelaksanaan rawat rumah di home care Graha Bali. Hasil dari penelitian tersebut bahwa manajemen pelayanan rawat rumah lanjut usia di home care Graha Bali diatur melalui sistem manajemen yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan pada umumnya. Persamaan dengan penelitian ini adalah dalam bidang yang

10

diteliti yaitu unit pelayanan home care. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek, populasi, dan variable penelitian. 4.

Nancy Wells, DNSc, RN dkk, 2003, berjudul Improving Cancer Pain Management Through Patient and Family Education. Penelitian ini mengenai peningkatan manajemen nyeri pada pasien kanker melalui pendidikan pasien dan keluarga. Penelitian ini menggunakan percobaan klinis yaitu pasien dengan nyeri terkait kanker secara acak dibagi menjadi tiga kelompok : a) Pendidikan nyeri saja, b) pendidikan nyeri dengan pemberian hotline yang dapat dihubungi

atau c) pendidikan nyeri yang rutin diberikan melalui

telepon. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program pendidikan dapat mempengaruhi manajemen nyeri sesaat yang dialami oleh pasien. Persamaan dengan penelitian ini adalah dalam bidang yang diteliti yaitu mengenai pendidikan pasien dan keluarga. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek, populasi, dan variable penelitian.